Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

Dosen Pengajar :

Dewanto Zulkarnain, SH, MPd

Disusun oleh :

Kelompok VIII S1 Keperawatan Tingkat I A

1. Arthur Jimmy Amabel


2. Cindy Masdy
3. David Elison
4. Desri Handayani
5. Dinda Anjelinae S
6. Egga Ellisiya

STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA

S1 KEPERAWATAN TINGKAT I A

TA 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita haturkan kepada allah SWT atas berka rahmat dan hidayahnya lah makalah
yang berjudul “Pancasila sebagai system etika” ini dapat rampung dalam tepat waktu.

Adapun tujuan pembuatan makalah ini selain menambah wawasan pengetahuan adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pancasila Bapak Dewanto Zulkarnain, SH, MPd.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusun data-data sekunder yang diperoleh dari buku- buku
panduan dan informasi media massa yang berhubungan dengan judul makalah ini. Tidak lupa
ucapan terima kasih kepada dosen atas bimbingan dan arahan dalam penulisanmakalah ini. Juga
pada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.

Semoga dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat dan menambah wawasan kita.
Memang ini jauh dari sempurna, maka diharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun.
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Tujuan .............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika ............................................................................... 3

B. Etika Pancasila ................................................................................. 7

C. Pancasila Sebagai Solusi Masalah Bangsa ...................................... 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai sehingga
merupakan sumber dari segala penjabaran norma baik norma hukum, moral, maupun norma
kenegaraan lainnya. Didalam filsafat pancasila terkandung di dalamnya suatu pemikiran-
pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis, komperhensif (menyeluruh) dan
system pemikiran ini merupakan suatu niai. Oleh karena itu suatu pemikiran filsafat tidak secara
langsung menyajikan norma-norma yang merupakan pedoman dalam suatu tindakan atau aspek
praksis melainkan suatu nilai-nilai yang bersifat mendasar.
Sebagai suatu nilai, pancasila memberikan dasar-dasar yang bersifat fundamental dan
universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Adapun
nilai-nilai tersebut akan di jabarkan dalam kehidupan yang bersifat praksis atau kehidupan yang
nyata dalam masyarakat, bangsa maupun Negara. Maka nilai-nilai tersebut kemudian di jabarkan
dalam suatu norma-norma yang jelas sehingga merupakan suatu pedoman.

Norma-norma tersebut meliputi :

 Norma moral yaitu, yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari
sudut baik maupun buruk, sopan ataupun tidak sopan, susila atau tidak susila. Dalam
kapasitas inilah nilai-nilai pancasila telah dijabarkan dalam suatu norma-norma moralitas
atau norma-norma etika sehingga Pancasila merupakan sistematika dalam bermasyarakat
berbangsa dan bernegara.
 Norma hukum yaitu, suatu sistem peraturan perundangan-undangan yang berlaku di
Indonesia. Dalam pengertian inilah maka Pancasila berkududukan sebagai sumber dari
segala sumber hukum di Indonesia. Sebagai sumber dari segala sumber hukum Pancasila
yang sejak dulu telah merupakan suatu cita-cita moral yang luhur yang terwujut dalam
kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sebelum membentuk negara.

Jadi sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukanlah merupakan suatu pedoman yang
bersifat normatif ataupun praksis melainkan merupakan suatu sistem nialai-nilai etika
yang merupakan sumber norma meliputi norma moral maupun norma hukum, yang pada
gilirannya dijabarkan lebih lanjut dalam norma-norma etika, moral maupun norma
hukum dalam kehidupan kenegaraan maupun kebangsaan.

1
B. Tujuan
1. Agar lebih memahami tentang materi Pancasila Sebagai Sistem Etika.

2. Untuk mendorong semangat agar memiliki etika yang sesuai dengan Sila dalam
Pancasila.
3. Untuk menambah wawasan tentang Pancasila Sebagai Sistem Etika.

4. Untuk memberi gambaran secara tertulis tentang Pancasila Sebagai Sistem Etika.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika

Dari asal usul kata, etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti adat
istiadat/kebiasaan yang baik. Perkembangan etika yaitu study tentang kebiasaan
manusia berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda yang
menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada umumnya. Dan etika
mempunyai arti yang berbeda dilihat dari sudut pandang pengguna yang berbeda dari
istilah itu.
Bagi ahli falsafah, etika adalah ilmu atau kajian formal tentang moralitas.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah nilai mengenai benar dan salah
yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Menurut Maryani Ludigdo (2001), etika adalah seperangkat nilai atau norma atau
pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang haru dilakukan maupun
ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau profesi.
Etika adalah kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas bagaimana
manusia bersikap terhadap apa yang ada) dan dibagi menjadi dua kelompok. Etika
merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-
pandangan moral. Etikaadalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa
kita mengikuti suatu ajarantertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung
jawab dengan berbagai ajaran moral.Kedua kelompok etika yaitu, Etika Umum dan
Etika Khusus.
 Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap
tindakan manusia.Pemikiran etika beragam, tetapi pada prinsipnya
membicarakan asas-asas dari tindakan dan perbuatan manusia, serta system
nilai apa yang terkandung didalamnya.
 Etika khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut diatas dalam hubungannya
dengan berbagaiaspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika
individual) maupun makhluk sosial(etika sosial). Etika khusus dibagi menjadi
2 macam yaitu Etika Individual dan Etika Sosial.
3
 Etika Individual membahas kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri dan
dengan kepercayaanagama yang dianutnya serta kewajiban dan tanggung
jawabnya terhadap Tuhannya.
 Etika Sosial membahas norma-norma sosial yang harus dipatuhi dalam
hubungannya denganmanusia, masyarakat, bangsa dan Negara.
B. Pengertian Nilai, Norma dan Moral
1. Pengertian Nilai
Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda
untukmemuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik
minat seseorang ataukelompok. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi
mendorong dan mengarahkan (motivator)sikap dan perilaku manusia. Nilai
sebagai suatu sistem merupakan salah satu wujud kebudayaandi samping sistem
sosial dan karya.
Pandangan para ahli tentang nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat :
a. Alport mengidentifikasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat dalamenam macam, yaitu :
1). Nilai teori
2). Nilai ekonomi
3). Nilai estetika
4). Nilai social
5). Nilai politik dan
6). Nilai religi
b. Max Scheler, mengelompokkan nilai menjadi enam tingkatan, yaitu:
1). Nilai kenikmatan
2). Nilai kehidupan
3). Nilai kejiwaan
4). Nilai kerohanianc
c. Notonagoro, membedakan nilai menjadi tiga, yaitu :
1). Nilai material
2). Nilai vital
3). Nilai kerokhanian
4
Nilai berperan sebagai pedoman menentukan kehidupan setiap manusia. Nilai
manusia berada dalam hati nurani, kata hati dan pikiran sebagai suatu keyakinan
dan kepercayaan yang bersumber pada berbagai sistem nilai.
2. Pengertian Norma
Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai mahluk budaya, moral,
religi, dansosial. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang
dikehendaki oleh tata nilai untukdipatuhi. Oleh karena itu norma dalam
perwujudannya norma agama, norma filsafat, normakesusilaan, norma hukum dan
norma sosial. Norma memiliki kekuatan untuk dipatuhi karenaadanya sanksi.
Norma-norma yang terdapat dalam masyarakat antara lain : Norma agama :
adalah ketentuan hidup masyarakat yang ber-sumber pada agama. Norma
kesusilaan : adalah ketentuan hidup yang bersumber pada hatinurani, moral atau
filsafat hidup. Norma hukum : adalah ketentuan-ketentuan tertulis yang
berlakudan bersumber pada UU suatu Negara tertentu. Norma sosial : adalah
ketentuan hidup yang berlaku dalamhubungan antara manusia dalam masyarakat.
2. Pengertian Moral
Pengertian moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan
kesusilaan,kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang
menyangkut tingkah lakudan perbuatan manusia.Seorang pribadi yang taat kepada
aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya,
dianggap sesuai dan bertindak secara moral. Jika sebaliknya yangterjadi maka pribadi itu
dianggap tidak bermoral.
Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan dan atau prinsip-prinsip yang
benar, baik terpuji dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai
dan norma yangmengikat kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
C. Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis
1. Nilai Dasar
Meskipun nilai bersifat abstrak dan tidak dapat diamati oleh panca indra
manusia, namundalam kenyataannya nilai berhubungan dengan tingkah laku
manusia. Setiap meiliki nilai dasaryaitu berupa hakikat, esensi, intisari atau
makna yang dalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar berifat universal karena
karena menyangkut kenyataan obyek dari segala sesuatu. Contohnya tentang
5
hakikat Tuhan, manusia serta mahkluk hidup lainnya.Apabila nilai dasar itu
berkaitan dengan hakikat Tuhan maka nilai dasar itu bersifatmutlak karena
Tuhan adalah kausa prima (penyebab pertama). Nilai dasar yang berkaitan
denganhakikat manusia maka nilai-nilai itu harus bersumber pada hakikat
kemanusiaan yang dijabarkandalam norma hukum yang diistilahkan dengan
hak dasar (hak asasi manusia). Dan apabila nilaidasar itu berdasarkan kepada
hakikat suatu benda (kuatutas,aksi, ruang dan waktu) maka nilaidasar itu juga
dapat disebut sebagai norma yang direalisasikan dalam kehidupan yang
praksis. Nilai Dasr yang menjadi sumber etika bagi bangsa Indonesia adalah
nilai-nilai yang terkandungdalam Pancasila
2. Nilai Instrumental
Nilai instrumental adalah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari nilai
dasar. Nilaidasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila belum memiliki
formulasi serta parameter atauukuran yang jelas dan konkrit. Apabila nilai
instrumental itu berkaitan dengan tingkah lakumanusia dalam kehidupan
sehari-hari makan itu akan menjadi norma moral. Namun apabila
nilaiinstrumental itu berkaitan dengan suatu organisasi atau Negara, maka
nilai instrumental itumerupakan suatu arahan, kebijakan, atau strategi
yangbersumber pada nilai dasar sehingga dapat juga dikatakan bahwa nilai
instrumental itu merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar.
Dalamkehidupan ketatanegaraan Republik Indonesia, nilai-nilai instrumental
dapat ditemukan dalam pasal-pasal undang-undang dasar yang merupakan
penjabaran Pancasila.
3. Nilai Praksis
Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam
kehidupanyang lebih nyata dengan demikian nilai praksis merupakan
pelaksanaan secara nyata dari nilai-nilai dasar dan nilai-nilai instrumental.
D. Hubungan Nilai, Norma, dan moral
Keterkaitan nilai, norma dan moral merupakan suatu keyataan yang
seharusnya tetapterpelihara di setiap waktu pada hidup dan kehidupan
manusia. Keterkaitan itu mutlakdigarisbawahi bila seorang individu,
masyarakat, bangsa dan Negara menghendaki fondasi yangkuat tumbuh dan
6
berkembang.Sebagaimana tersebut diatas maka nilai akan berguna menuntun
sikap dan tingkah lakumanusia bila dikonkritkan dan diformulakan menjadi
lebih obyektif sehingga memudahkanmanusia untuk menjabarkannya dalam
aktivitas sehari-hari. dalam kaitannya dengan moral makaaktivitas turunan
dari nilai dan norma akan memperoleh integritas dan martabat manusia.
Derajatkepribadian itu amat ditentukan oleh moralitas yang mengawalnya.
Sementara itu hubunganantara moral dan etika seringkali disejajarkan arti dan
maknanya. Namun demikian, etika dalam pengertiannya tidak berwenang
menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukanseseorang. Wewenang
itu dipandang berada di tangan pihak yang memberikan ajaran moral.
B. Etika Pancasila
Etika Pancasila tidak memposisikan secara berbeda atau bertentangan dengan aliran-
aliran besar etika yang mendasarkan pada kewajiban, tujuan tindakan dan pengembangan
karakter moral, namun justru merangkum dari aliran-aliran besar tersebut. Etika Pancasila
adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-nilai Pancasila, yaitu
nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.Suatu perbuatan
dikatakan baik bukan hanya apabila tidak bertentangan dengan nilai-nilai tersebut, namun
juga sesuai dan mempertinggi nilai-nilai Pancasila tersebut. Nilai-nilai Pancasila
meskipun merupakan kristalisasi nilai yang hidup dalam realitas sosial, keagamaan,
maupun adat kebudayaan bangsa Indonesia, namun sebenarnya nilai-nilai Pancasila juga
bersifat universal dapat diterima oleh siapapun dan kapanpun.
Etika Pancasila berbicara tentang nilai-nilai yang sangat mendasar dalam kehidupan
manusia. Nilai yang pertama adalah Ketuhanan. Secara hirarkis nilai ini bisa dikatakan
sebagai nilai yang tertinggi karena menyangkut nilai yang bersifat mutlak. Seluruh nilai
kebaikan diturunkan dari nilai ini. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila tidak
bertentangan dengan nilai, kaedah dan hukum Tuhan.Pandangan demikian secara empiris
bisa dibuktikan bahwa setiap perbuatan yang melanggar nilai, kaedah dan hukum Tuhan,
baik itu kaitannya dengan hubungan antara manusia maupun alam pasti akan berdampak
buruk.Misalnya pelanggaran akan kaedah Tuhan tentang menjalin hubungan kasih sayang
antar sesama akan menghasilkan konflik dan permusuhan. Pelanggaran kaedah Tuhan
untuk melestarikan alam akan menghasilkan bencana alam, dan lain-lain.

7
C. Peran Pancasila Sebagai Solusi Problem Bangsa
1. Korupsi
Korupsi sangat merugikan negara. Mereka adalah pencuri berdasi yang mengambil
bukan haknya melainkan hak rakyat dan pencurian uang itu tidak berjumlah sedikit
miliaran bahkan triliunan. Negara kita pada dasarnya memiliki kekayaan atau dana yang
cukup untuk mensejahterkan rakyatnya namun dikarenakan negara ini dikerumi oleh para
koruptor sehingga uang negara terbuang sia-sia dan mengakibatkan kesengsaraan bagi
rakayt. Kurangnya efek jera menjadi penyebab utama korupsi ini. Negara lain sudah
menerapkan hukuman berat bagi pelaku korupsi. Seperti di Arab Saudi yang dihukum
potong tangan. Bahkan Tiongkok menerapkan hukuman mati. Hukuman-hukuman diatas
tidak dapat diberlakukan di Indonesia dikarenakan adanya HAM. Mereka para koruptor
yang terbukti bersalah dihukum potong tangan ataupu hukuman mati dianggap melangar
HAM. Pertanyaannya apakah mereka yang mencuri uang rakyat dalam jumlah yang besar
bukan suatu pelanggaran HAM ? Permasalahan ini dapat diatasi oleh sila pertama. Dalam
hukum agama Islam orang yang mencuri atau mengambil hak orang lain akan
mendapatkan hukuman potong tangan agar tidak ada yang mengikuti jejak orang tersebut
ini adalah hukuman yang dapat memberikan efek jera. Para koruptor tentu ada yang
beragama Islam dalam KTP-nya nah hal ini dapat diberlakukan hukuman potong tangan.
Namun hal ini perlu pembuktian yang konkrit dan dalam proses yang benar agar tidak
terjadi kesalahan dalam menerapkan hukum.
2. Pancasila Sebagai Solusi dari Kerusakan Lingkungan
Penjabaran, pengamalan atau aplikasi nilai-nilai Pancasila dalam aspek pembangunan
berwawasan lingkungan tidak bisa dipisahkan, sebab Pancasila merupakan kesatuan yang
bulat dan utuh yang memberikan keyakinan kepada rakyat dan bangsa Indonesia, bahwa
kebahagiaan hidup akan tercapai jika didasarkan atas keselarasan, keserasian dan
keseimbangan, baik dalam hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa maupun
manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia sebagai pribadi, dalam
rangka mencapai kemajuan lahir dan kemajuan batin. Antara manusia, masyarakat dan
lingkungan hidup terdapat hubungan timbal balik, yang harus selalu dibina dan
dikembangkan agar dapat tetap dalam keselarasan, keserasian dan keseimbangan yang
dinamis (Koesnadi Hardjasoemantri, 2000 : 575).

8
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dari Sila ke I sampai Sila ke V yang harus
diaplikasikan atau dijabarkan dalam setiap kegiatan pengelolaan lingkungan hidup adalah
sebagai berikut ( Soejadi, 1999 : 88- 90) :
Dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai religius, antara lain :
1. Kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta segala sesuatu
dengan sifat-sifat yang sempurna dan suci seperti Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha
Adil, Maha Bijaksana dan sebagainya;
2. Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yakni menjalankan semua perintah- NYA
dan menjauhi larangan-larangannya. Dalam memanfaatkan semua potensi yang diberikan
oleh Tuhan Yang Maha Pemurah manusia harus menyadari, bahwa setiap benda dan
makhluk yang ada di sekeliling manusia merupakan amanat Tuhan yang harus dijaga
dengan sebaik-baiknya; harus dirawat agar tidak rusak dan harus memperhatikan
kepentingan orang lain dan makhluk-makhluk Tuhan yang lain.
Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab terkandung nilai-nilai perikemanusiaan yang
harus diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini antara lain sebagai
berikut:
1. Pengakuan adanya harkat dan martabat manusia dengan sehala hak dan kewajiban
asasinya;
2. Perlakuan yang adil terhdap sesama manusia, terhadap diri sendiri, alam sekitar dan
terhadap Tuhan;
3. Manusia sebagai makhluk beradab atau berbudaya yang memiliki daya cipta, rasa,
karsa dan keyakinan.
Penerapan, pengamalan/ aplikasi sila ini dalam kehidupan sehari hari dapat diwujudkan
dalam bentuk kepedulian akan hak setiap orang untuk memperoleh lingkungan hidup
yang baik dan sehat; hak setiap orang untuk mendapatkan informasi lingkungan hidup
yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup; hak setiap orang
untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup yang sesuai dengan
ketentuan ketentuan hukum yang berlaku dan sebagainya (Koesnadi Hardjasoemantri,
2000 : 558).

9
Dalam hal ini banyak yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk mengamalkan Sila ini,
misalnya mengadakan pengendalian tingkat polusi udara agar udara yang dihirup bisa
tetap nyaman; menjaga kelestarian tumbuh-tumbuhan yang ada di lingkungan sekitar;
mengadakan gerakan penghijauan dan sebagainya.
Dalam Sila Persatuan Indonesia terkandung nilai persatuan bangsa, dalam arti dalam hal-
hal yang menyangkut persatuan bangsa patut diperhatikan aspek-aspek sebagai berikut :
1. Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia serta
wajib membela dan menjunjung tinggi (patriotisme);
2. Pengakuan terhadap kebhinekatunggalikaan suku bangsa (etnis) dan kebudayaan
bangsa (berbeda-beda namun satu jiwa) yang memberikan arah dalam pembinaan
kesatuan bangsa;
3. Cinta dan bangga akan bangsa dan Negara Indonesia (nasionalisme).
Aplikasi atau pengamalan sila ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain
dengan melakukan inventarisasi tata nilai tradisional yang harus selalu diperhitungkan
dalam pengambilan kebijaksanaan dan pengendalian pembangunan lingkungan di daerah
dan mengembangkannya melalui pendidikan dan latihan serta penerangan dan
penyuluhan dalam pengenalan tata nilai tradisional dan tata nilai agama yang mendorong
perilaku manusia untuk melindungi sumber daya dan lingkungan (Salladien dalam
Burhan Bungin dan Laely Widjajati , 1992 : 156-158).
Dalam Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan terkandung nilainilai kerakyatan. Dalam hal ini ada
beberapa hal yang harus dicermati, yakni:
1. Kedaulatan negara adalah di tangan rakyat;
2. Pimpinan kerakyatan adalah hikmat kebijaksanaan yang dilandasi akal sehat;
3. Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama;
4. Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat oleh wakilwakil rakyat.
Penerapan sila ini bisa dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan, antara lain (Koesnadi
Hardjasoemantri, 2000 : 560) :
1. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran dan
tanggung jawab para pengambil keputusan dalam pengelolaan lingkungan hidup;
10
2. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran akan hak
dan tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup;
3. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kemitraan
masyarakat, dunia usaha dan pemerintah dalam upaya pelestarian daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup.

Dalam Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia terkandung nilai keadilan
sosial. Dalam hal ini harus diperhatikan beberapa aspek berikut, antara lain:
1. Perlakuan yang adil di segala bidang kehidupan terutama di bidang politik, ekonomi
dan sosial budaya;
2. Perwujudan keadilan sosial itu meliputi seluruh rakyat Indonesia;
3. Keseimbangan antara hak dan kewajiban;
4. Menghormati hak milik orang lain;
5. Cita-cita masyarakat yang adil dan makmur yang merata material spiritual bagi seluruh
rakyat Indonesia;
6. Cinta akan kemajuan dan pembangunan.
3. Pancasila Sebagai Solusi dari Problem Dekadensi Moral
Pancasila adalah dasar negara kita atau juga dikenal sebagai ideologi bangsa merupakan
pedoman pokok dalam mengatur kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara dalam
segi politik, ekonomi, dan sosial. Adapan dicanangkannya pancasila sebagai dasar
negara, karena isinya dianggap sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat yang
memiliki latar belakang kehidupan yang beraneka ragam.
Sebagai makhluk ciptaannya dan menjadi masyarakat Indonesia khususnya wajib
bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa serta menjalankan perintahnya, itu sesuai dengan
sila pertama. Tapi makin kesini makin banyak masyarakat yang tidak memiliki jiwa
pancasila, pancasila hanya sebatas ujaran dbibir saja, tapi tidak diwujudkan,diamalkan
dan diaplikasikan dalam kehidupan sehingga dimana-mana marak terjadi perkelahian
antar pelajar, penggunaan obat-obatan terlarang narkoba, dan pergaulan bebas.
Itu adalah tanda-tanda dari kemerosotan akhlak bangsa yang sulit untuk diobati karena
sila pertama untuk masyarakat yang demikian hanyalah tulisan belaka tanpa diresapi
maknanya. Kita tahu bahwa manusia terdiri dari jiwa dan raga, diberikan akal oleh Tuhan

11
Yang Maha Kuasa, tapi seringkali akal itu dikalahkan oleh nafsu pada diri masing-
masing sehingga terciptanya kebobrokan dalam mental dan moral. Sebenarnya manusia
diberikan dua pilihan, baik atau buruk. Namun jika manusia itu tak memahami dan
menjiwai arti dari setiap sila pancasila itu sendiri, yang terjadi akan seperti demikian.
Pada sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia, dari buyinya saja kita harus nya tahu bahwa
kita dituntun untuk saling bersatu membangun negeri Indonesia, dengan cara menunjukan
rasa persatuan itu dengan sifat saling toleran, kompak, gotong royong walaupun di negara
kita ini banyak sekali perbedaan dari mulai perbedaan agama, ras, suku, adat, dan latar
belakang. Akan tetapi sekarang ini bukannya bersatu untuk membangun negeri
malainkan dengan ke tidakpahaman mengenai sila-sila dalam pancasila masyarakat justru
banyak yang bentrok dan lain sebagainya bahkan dari kisruh di masyarakat tersebut yang
mengenaskan adalah terjadinya pembunuhan.
Dengan kondisi seperti ini saya sebagai mahasiswa atau yang bisa dikenal dengan kaum
intelektual merasa prihatin dan miris. Karena dengan mereka berkelakuan demikian,
sama saja mereka tidak memahami dan tidak mengerti nilai-nilai dalam Pancasila. Dan
saya sebagai generasi penerus mempunyai tanggung jawab untuk menjujung tinggi dan
mencintai Pancasila sebagai pandangan hidup saya, karena kelima sila dalam Pancasila
itu sendiri sesuai dengan apa yang diajarkan oleh agama dan seyogyanya kitya harus
menjadi sarjana yang berakhlak mulia, karena maju atau tidaknya suatu bangsa
ditentukan oleh moral masyarakat bangsa itu sendiri.

12
BAB III
PENUTUP

Demikian penulisan makalah tentang Pancasila Sebagai Sistem Etika.


Harapan penuliss emoga penulisan makalah ini bermanfaat dan menambah
pengetahuan penulis pada khususnyadan pembaca pada umumnya. Selama
melaksanakan perkuliahan dan kegiatan ini, maka penulis atau penyusun
dapatmembuat kesimpulan yaitu sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Dari hasil pembelajaran penulis selama melaksanakan penyusunan makalah
ini, penulis atau penyusun dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : Pendukung
dari Pancasila sebagai sistem etika adalah Pancasila memegang peranandalam
perwujudan sebuah sistem etika yang baik di negara ini. Di setiap saat dan dimana
sajakita berada kita diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah laku kita. Seperti
tercantum di sila kedua pada Pancasila, yaitu “Kemanusian yang adil dan
beradab” sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam
membangun etika bangsa ini sangat berandil besar. Dengan menjiwai butir-butir
Pancasila masyarakat dapat bersikap sesuai etika baik yang berlaku dalam
masyarakat, bangsa dan negara.

13

Anda mungkin juga menyukai