Anda di halaman 1dari 5

NAMA : FELIA POBELA

NIM : 1923088
PRODI : PAI

KOMPONEN DAN SUMBER PENDIDIKAN ISLAM

Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang meiliki peran dalam
keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen
pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil
dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat diaktan bahwa untuk
berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen
tersebut.

Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau


terlaksananya proses mendidik minimal terdiri dari 4 komponen, yaitu 1) tujuan pendidikan,
2) peserta didik, 3) pendidik, 4) isi pendidikan dan 5) konteks yang mempengaruhi suasana
pendidikan. Berikut akan diuraikan satu persatu komponen-komponen tersebut.

1.      Tujuan Pendidikan
Sebagai ilmu pengetahuan praktis, tugas pendidikan dan atau pendidik maupun guru
ialah menanamkam sistem-sistem norma tingkah-laku perbuatan yang didasarkan kepada
dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan danpendidik dalam suatu
masyarakat .
Adapun tujuan pendidikan Islam itu sendiri identik dengan tujuan Islam sendiri.
Tujuan pendidikan Islam adalah memebentuk manusia yang berpribadi muslim kamil serta
berdasarkan ajaran Islam. Hal ini dapat dilihat dalam firman Allah QS. Ali Imran ayat 102.
Mengenai tujuan pendidikan, menurut Klaus Mollenhaver yang memunculkan “Teori
Interaksi” menyatakan bahwa “di dalam pendidikan itu selalu ada (dijumpai) mengenai
masalah tujuan pendidikan”.

2.      Peserta Didik
Sehubungan dengan persoalan anak didik disekolah Amstrong 1981 mengemukakan
beberapa persoalan anak didik yang harus dipertimbangkan dalam pendidikan. Persoalan
tersebut mencakup apakah latar belakang budaya masyarakat peserta didik ? bagaimanakah
tingkat kemampuan anak didik ? hambatan-hambatan apakah yang dirasakan oleh anak didik
disekolah ? dan bagaimanakah penguasaan bahasa anak di sekolah ?
Berdasarkan persoalan tersebut perlu diciptakan pendidikan yang memperhatikan
perbedaan individual, perhatian khusus pada anak yang memiliki kelainan, dan penanaman
sikap dan tangggung jawab pada anak dididk.

3.      Pendidik
Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah pendidik. Terdapat beberapa
jenis pendidik dalam konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak terbatas pada
pendidikan sekolah saja.. Guru sebagai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua sebagai
pendidik dalam lingkungan keluarga, dan pimpinan masyarakat baik formal maupun informal
sebagai pendidik dilingkungan masyarakat.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas Syaifullah (1982) mendasarkan pada konsep
pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang termasuk kategori pendidik adalah:
a. Orang Dewasa
Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum kepribadian orang dewasa , yakni:
1).    manusia yang memiliki pandangan hidup prinsip hidup yang pasti dan tetap,
2).    manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita hidup tertentu, termasuk cita-cita
untuk mendidik,
3) .     manusia yang cakap mengambil keputusan batin sendiri atau perbuatannya sendiri dan
yang akan dipertanggungjawabkan sendiri,
4) .     manusia yang telah cakap menjadi anggota masyarakat secara konstruktif dan aktif penuh
inisiatif,
5).      manusia yang telah mencapai umur kronologs paling rendah 18 th, (6) manusia berbudi
luhur dan berbadan sehat,
6).     manusia yang berani dan cakap hidup berkeluarga, dan
7).     manusia yang berkepribadian yang utuh dan bulat.

b.      Orang Tua
Kedudukan orang tua sebgai pendidik, merupakan pendidik yang kodrati dalam lingkungan
keluarga. Artinya orang tua sebagai pedidik utama dan yang pertama dan berlandaskan pada
hubungan cinta-kasih bagi keluarga atau anak yang lahir di lingkungan keluarga mereka.

c.       Guru/Pendidik di Sekolah
Guru sebagai pendidik disekolah yang secara lagsung maupun tidak langsung mendapat tugas
dari orang tua atau masyarakat untuk melaksanakan pendidikan. Karena itu kedudukan guru
sebagai pendidik dituntut memenuhi persyaratan-persyaratan baik persyaratan pribadi
maupun persyaratan jabatan. Persyaratan pribadi didasrkan pada ketentuan yang terkait
dengan nilai dari tingkah laku yang dianut, kemampuan intelektual, sikap dan emosional.
Persyaratan jabatan (profesi) terkait dengan pengetahuan yang dimiliki baik yang
berhubungan dengan pesan yangingin disampaikan maupun cara penyampainannya, dan
memiliki filsafat pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan.

d.      Pemimpin Masyarakat dan Pemimpin Keagamaan


Selain orang dewasa, orang uta dan guru, pemimpin masyarakat dan pemimpin keagamaan
merupakan pendidik juga. Peran pemimpin masyarakat menjadi pendidik didasarkan pada
aktifitas pemimpin dalam mengadakan pembinaan atau bimbingan kepada anggota yang
dipimpin. Pemimpin keagaam sebagai pendidik, tampak pada aktifitas pembinaan atau
pengembangan sifat kerokhanian manusia, yang didasarkan pada nilai-nilai keagamaan.

4.      Isi Pendidikan
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai
tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta didik isi/bahan yang biasanya disebut
kurikulum dalam pendidikan formal. Isi pendidikan berkaitan dengan tujuan pendidikan, dan
berkaitan dengan manusia ideal yang dicita-citakan.
Untuk mencapai manusia yang ideal yang berkembang keseluruhan sosial, susila dan
individu sebagai hakikat manusia perlu diisi dengan bahan pendidikan.
Macam-macam isi pendidikan tersebut terdiri dari pendidikan agama., pendidikan
moril, pendidikan estetis, pendidikan sosial, pendidikan civic, pendidikan intelektual,
pendidikan keterampilan dan peindidikan jasmani.

5.      Konteks yang Memepengaruhi Suasana Pendidikan


Lingkungan Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan.
Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak
membatasi pendidikan pada sekolah saja. Lingkungan pendidikan dapat dikelompokkan
berdasarkan lingkungan kebudayaan yang terdiri dari lingkungan kurtural ideologis,
lingkungan sosial politis, lingkungan sosial.

6.      Sarana
Sarana atau media pendidikan berguna untuk membantu dalam proses pendidikan
sehingga sesuai dengan apa yang diharapkan.

7.      Metode
Metode dimaksudkan sebagai jalan dalam sebuah transfer nilai pendidikan oleh
pendidik kepada peserta didik. Oleh karena itu pemakaian metode dalam pendidikan Islam
mutlak dibutuhkan.

8.      Sistem/Kurikulum
Sistem pembelajaran yang baik akan semakin menambah peluang untuk berhasilnya
sebuah pendidikan.
Keseluruhan komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang saling
berkaitan dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Sumber Pendidikan Islam

Sumber pendidikan Islam yang dimaksudkan di sini adalah semua acuan atau rujukan yang
darinya memancarkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang akan
ditransinternalisasikan dalam pendidikan Islam.

Sa’id Ismail Ali mengatakan, sebagaimana yang dikutib Hasan Langgulung bahwa sumber
pendidikan Islam terdiri dari enam macam yaitu: Al-Qur’an, Assunnah, kata-kata sahabat
(madzhab sahabi), kemaslahatan umat/social (mashalil al-mursalah), tradisi atau adat
kebiasaan masyarakat (uruf), dan hasil pemikiran para ahli dalam Islam (ijtihad). Keenam
sumber pendidikan Islam tersebut didudukkan secara hierarkis. Artinya rujukan pendidikan
Islam di awali dari sumber pertama (Al-Qur’an) untuk kemudian dilanjutkan pada sumber-
sumber berikutnya secara berurutan.
a. Al-Qur’an
Secara etimologi Al-Qur’an berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qira’atan, atau
qur’anan yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-dhammu) huruf- hruf
serta kata-kata dari satu bagian yang lain secara teratur. Muhammad Salim Muhsin
mendefinisikan Al-Qur’an dengan: “Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang tertulis dalam mushaf-mushaf dan dinukil/diriwayatkan kepada kita dengan jalan
yang mutawatir dan pembacanya dipandang ibadah serta sebagai penentang (bagi yang tidak
percaya) walaupun surat terpendek.”24 Sedang Muhammad Abduh mendefinisikannya
dengan: “kalam mulia yang diturunkan oleh Tuhan kepada nabi yang paling sempurna
(Muhammad SAW), ajarannya mencakup keseluruhan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an
merupakan sumber yang mulia yang esensinya tidak dimengerti kecuali bagi yang berjiwa
yang suci dan berakal cerdas.

b. Al-sunnah
As-sunnah menurut pengertian bahasa berarti tradisi yang bisa dilakukan, atau jalan
yang dilalui (al-thariqah al-maslukah) baik yang terpuji maupun yang tercela. As-sunnah
adalah: “segala sesuatu yang dinukilkan kepada Nabi saw berikut berupa perkataan,
perbuatan, taqrir-nya, ataupun selain dari itu.” Termasuk ‘selain itu’ (perkataan, perbuatan,
dan ketetapannya) adalah sifat-sifat, keadaan, dan cita-cita (himmah) Nabi saw. Yang belum
kesampaian. Misalnya, sifat-sifat baik beliau, silsilah (nasab), nama-nama dan tahun
kelahirannya yang ditetapkan oleh para ahli sejarah, dan cita-cita beliau.

c. Kata-kata Sahabat (Madzhab Shahabi)


Sahabat adalah orang yang berjumpa dengan Nabi saw. Dalam keadaan beriman dan
mati dalam keadaan beriman juga. Para sahabat Nabi saw. Memiliki karakteristik yang unik
dibanding kebanyakan orang.

d. Kemaslahatan Ummat/ sosial


Mashalil al-mursalah adalah menetapkan undang-undang, peraturan dan hukum
tentang pendidikan dalam hal-hal yang sama sekali tidak disebutkan dalam nash, dengan
pertimbangan kemaslahatan hidup bersama, dengan bersendikan asas menarik kemaslahatan
dan menolak kemudaratan. Mashalil al-mursalah dapat diterapkan jika benar-benar dapat
menarik mashlahat dan menolak mudharat melalui penyelidikan terlebih dahulu.
Ketetapannya bersifat umum bukan untuk kepentingan perseorangan serta tidak bertentangan
dengan nash.
e. Tradisi dan Adat Kabiasaan Masyarakat (Uruf)
Tradisi (uruf/adat ) adalah kebiasaan masyarakat baik berupa perkataan maupun
perbuatan yang dilakukan secara kontinu dan seakan-akan merupakan hukum tersendiri,
sehingga jiwa merasa tenang dalam melakukannya karena sejalan dengan akal dan diterima
oleh tabiat yang sejahtera. Nilai tradisi setiap masyarakat merupakan realitas yang multi
kompleks. Nilai-nilai itu mencerminkan kekhasan masyarakat sekaligus sebagai
pengejewantahan nilai-nilai universal manusia. Nilai-nilai tradisi dapat mempertahankan diri
sejauh didalam mereka terdapat nilai-nilai kemanusian. Nilai-nilai tradisi yang tidak lagi
mencerminkan nilai-nilai kemanusian, maka manusia akan kehilangan martabatnya.

f. Hasil Pemikiran para Ahli dalam Islam (Ijtihad)


Ijtihad berakar dari kata jahda yang berarti al-masyaqqah (yang sulit) dan badzl al-
wus’I wa thaqati (pengerahan kesanggupan dan kekuatan). Sa’id al-Tahtani memberikan arti
ijtihad dengan tahmil al-juhdi (kearah yang membutuhkan kesungguhan), yaitu pengerahan
segala kesanggupan dan kekuatan untuk memperoleh apa yang dituju sampai pada batas
puncaknya.
Ijtihad menjadi penting dalam pendidikan Islam ketika suasana pendidikan
mengalami status quo jumud dan stagnan. Tujuan dilakukan ijtihad dalam pendidikan adalah
untuk dinamisasi, inovasi, dan modernisasi pendidikan agar diperoleh masa depan pendidikan
yang lebih berkualitas. Ijtihad tidak berarti merombak tatanan yang lama secara besar-besaran
dan mencampakkan begitu saja apa yang selama ini dirintis melainkan memelihara tatanan
lama yang baik dan mengambil tatanan yang baru yang lebih baik. Begitu penting upaya
ijtihad ini sehingga Rasulullah memberikan apresiasi yang baik terhadap pelakunya bila
mereka benar melakukannya.

REFERENSI
Udin Syaefudin dan Abin Syamsudin Makmun. 2005. Perencanaan Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Pidarta, Made. 2000. Landasan Kependidikan. Jakarta: aneka Cipta. UU SISDIKNAS 1989
UU No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS Nur Uhbiyati., Ilmu Pendidikan Islam., CV.
Pustaka Setia., Bandung, 1998
Arifin. HM. Kapita Selekta Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 1991.
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahannya.Jakarta: Fajar Mulia,
2007.
Edward,Paul. The Encyclopedia of Philosophy. New York: Macmillan Publishing, 1972.
Fadhil, Muhammad al-Jamali. Falsafah Pendidikan dalam Al-Qur’an. Surabaya: Bina Ilmu,
1986.

Anda mungkin juga menyukai