Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Listrik merupakan salah satu energi yang sangat penting bagi manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan listrik yang semakin
meningkat akan mendorong perkembangan perusahaan pembangkit daya
untuk memenuhi kebutuhan listrik tersebut dengan memanfaatkan berbagai
sumber energi baik energi konvensional maupun energi alternatif. Alat ukur
listrik merupakan peralatan yang diperlukan oleh manusia. Karena besaran
listrik seperti: tegangan, arus, daya, frekuensi dan sebagainya tidak dapat
secara langsung ditanggapi oleh panca indera manusia. Untuk mengukur
besaran listrik tersebut, diperlukan alat pengubah. Atau besaran
ditransformasikan ke dalam besaran mekanis yang berupa gerak dengan
menggunakan alat ukur.
Pengukuran merupakan bagian yang fundamental dari fisika, dan tidak
sesederhana yang anda pikirkan. Peralatan untuk mengukur tidak selalu dapat
dipercaya, hasilnya tidak sempurna dan perlu diinterpretasikan. Untuk
mengukur diperlukan alat ukur. Alat ukur yang digunakan tergantung pada
besaran ukur yang nilainya ingin diukur. Salah satu alat ukur listrik yang
digunakan untuk mengukur tegangan yaitu voltmeter. Dalam proses
pengukuran akan selalu didapati kesalahan, selain memperkirakan seberapa
hasil yang didapat, juga seberapa kemungkinan kesalahan.
Ketika melakukan pengukuran harus dipilih kemungkinan kesalahan yang
paling kecil. Karena tahanan dalam voltmeter yang besarnya tergantung batas
ukur, akan mengubah rangkaian. Dan akan membebani rangkaian. Voltmeter
untuk menunjukkan nilai yang diukur melakukan pengubahan
(convertion/konversi) dari tegangan/arus menjadi gerakan mekanis jarum
penunjuk. Maka voltmeter memerlukan lililtan yang mengubah arus listrik
menjadi medan magnet yang kemudian menjadi gerakan.Dengan adanya
voltmeter saat pengukuran membuat rangkaian pengukuran berubah,sehingga
tahanan dalam voltmeter akan membebani dan membuat hasil ukur tidak sama
dengan hasil perhitungan. Dengan demikian walau salah, dapat dipahami
seberapa kesalahannya, dan saat pengukuran bisa diupayakan kesalahan
sekecil mungkin.
Jika sebuah voltmeter dihubungkan antara dua titik di dalam sebuah
rangkaian tahanan tinggi, maka voltmeter ini akan bertindak sebagai sebuah
rangkaian shunt (paralel) sehingga akan memperkecil tahanan didalam
rangkaian tersebut. Maka voltmeter akan menghasilkan penunjukkan tegangan
yang lebih rendah dari pada sebenarnya atau sebelum dihubugkan. Efek ini di
sebut efek pembebanan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penyebab dan akibat pembebanan sebuah voltmeter pada
pengukuran tegangan ?
2. Berapa kesalahan dari pegukuran tegangan akibat efek pembebanan sebuah
voltmeter ?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin di capai pada kegiatan III ini agar mahasiswa dapat:
1. Mampu menjelaskan penyebab dan akibat pembebanan sebuah voltmeter
pada pengukuran tegangan.
2. Mampu menghitung kesalahan dari pegukuran tegangan akibat efek
pembebanan sebuah voltmeter.
BAB III
METODE PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan


1. Variabel Power Supply 1 buah
2. Basic Meter 1 buah
3. Digital Multimeter 1 buah
4. Hambatan 100 Ω 2 buah
5. Hambatan 100 KΩ 2 buah
6. Kabel Penghubung 10 buah
B. Identifikasi Variabel
1. Variabel kontrol: arus defleksi penuh basic meter (A), sensitivitas basic
meter (Ω /V), batas ukur basic meter (V), resistansi internal basic meter (Ω),
resistansi internal voltmeter digital (Ω), resistansi resistor R1 (Ω ) dan
resistansi resistor R2 (Ω)
2. Variabel manipulasi: tegangan sumber (V)
3. Variabel respon: tegangan pada R1 (V) dan tegangan pada R2 (V)
C. Defenisi Operasional Variabel
1. Arus defleksi penuh basic meter adalah penyimpangan arus yang terjadi pada
basic meter dan dinyatakan dengan symbol (Ifs) dalam satuan ampere (A).
2. Sensitivitas basic meter adalah kebalikan dari arus skala penuh yang
dinyatakan dengan simbol (S) dan satuan Ω/V.
3. Batas ukur basic meter merupakan batasan yang digunakan saat mengukur
tegangan yang dinyatakan dengan simbol Vfs dan satuan V
4. Resistansi internal basic meter adalah hambatan dalam dari basic meter itu
sendiri yang diperoleh dengan mengalihkan Sensitivitas (S) dan Batas ukur
basic meter (Vfs).
5. Resistansi internal voltmeter digital adalah hambatan dalam dari voltmeter
digital itu sendiri yang nilainya sebesar 10 M Ω
6. Resistansi resistor R1 adalah besarnya nilai hambatan pada resistor yang dapat
dibaca pada badan resistor dengan simbol R1 dan satuan Ω
7. Resistansi resistor R2 adalah besarnya nilai hambatan pada resistor yang dapat
dibaca pada badan resistor dengan simbol R2 dan satuan Ω
8. Tegangan sumber adalah besarnya tegangan yang dihasilkan oleh power
supply dengan simbol Vs dan satuan Volt (V).
9. Tegangan R1 adalah beda potensial yang terukur pada R1 yang diukur
menggunakan basic meter maupun multimeter digital dengan satuan volt
10. Tegangan R2 adalah beda potensial yang terukur pada R2 yang diukur
menggunakan basic meter maupun multimeter digital dengan satuan volt
D. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan 2 (dua) buah hambatan 100 Ω.
2. Merangkai seri kedua hambatan tersebut tanpa power supply seperti pada
gambar

3. Mengukur secara langsung tegangan keluaran


power supply sebesar 2 volt.
4. Melepaskan voltmeter baserta kabel penghubungnya dari terminal power
supply tanpa mengubah nilai tegangan yang telah diukur tadi.
5. Menghubungkan rangkaian seri kedua resistor pada sumber tegangan dan
ukur besaran tegangan jepit pada masing masing hambatan dengan basic
meter (BM). Catat hasil pengukuran anda
6. Melakukan langkah (2) sampai (5) dengan Multimeter Digital (DMM).Catat
hasil pengamatan anda.
7. Melakukan langkah (2) sampai (6) untuk tegangan sumber 4V dan 6V.
8. Melakukan langkah (2) hingga (7) untuk 2 (dua) hambatan 100 KΩ.
9. Melakukan langkah (2) hingga (7) untuk hambatan 100Ω sebagai R1 dan
hambatan 100 KΩ sebagai R2.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Arus Defleksi Penuh Basicmeter (Ifs) = 1 X 10-4 A
1
Sensitivitas Basic Meter (S)= = 104 Ω /V
10−4
Batas Ukur Basic Meter (Vfs) = 10 V dan 100 mV
Resistansi Internal Basic Meter (RM)= S X V = 105 Ω dan 103 Ω
Resistansi Internal Voltmeter Digital (RM)= 10 M Ω
1. Untuk R1 = |100 Ω ±5%| dan R2 = |100 Ω ± 5%|
Tabel 1.1 besar tegangan jepit R1 dan R2 pada basicmeter dan multimeter
digital
Tegangan Tegangan R1 (V) Tegangan R2 (V)
R1 R2 sumber Vs
(V) BM DMM BM DMM
100 Ω 100 Ω |2.0±0.1| |1.0±0.1| |1.099±0.001| |0.9±0.01| |0.877±0.001|
100 Ω 100 Ω |4.0±0.1| |2.0±0.1| |2.2±0.1| |1.8±0.1| |1.8±0.1|
100 Ω 100 Ω |6.0±0.1| |3.0±0.1| |3.2±0.1| |2.6±0.1| |2.6±0.1|
2. Untuk R1= |100000 Ω ± 5%| dan R2= |100000 Ω ± 5%|
Tabel 2.1 Besar Tegangan Jepit R1 dan R2 pada Basic Meter dan Multimeter
Digital
Tegangan Tegangan R1 (V) Tegangan R2 (V)
R1 R2 sumber Vs
(s) BM DMM BM DMM
|
100 kΩ 100 kΩ |2.0±0.1| |0.9±0.01| |0.9±0.1| |0.94±0.01|
0.91±0.01|
100 kΩ 100 kΩ |4.0±0.1| |1.9±0.1| |2.0±0.1| |1.9±0.1| |1.9±0.1|
100 kΩ 100 kΩ |6.0±0.1| |2.2±0.1| |2.9±0.1| |2.3±0.1| |3.0±0.1|
3. Untuk R1 = |100 Ω ± 5%| dan R 2 = |100000 Ω ± 5%|
Tabel 1.3 Besar Tegangan Jepit R1 dan R2 pada Basic Meter dan Multimeter
Digital
Tegangan Tegangan R1 (V) Tegangan R2 (V)
R1 R2 sumber
Vs (s) BM DMM BM DMM
|
100 Ω 100 kΩ |2.0±0.1| |1.8±0.1| 10-3 |1.9±0.1| |1.96±0.01|
0.002±0.001|
|
100 Ω 100 kΩ |4.0±0.1| |4.0±0.1| 10-3 |4.0±0.1| |3.96±0.01|
0.004±0.001|
|
100 Ω 100 kΩ |6.0±0.1| |5.9±0.1| 10-3 |5.8±0.1| |5.82±0.01|
0.006±0.001|

B. Analisis Data
Basic Meter
1. Tegangan Ideal
Kegiatan 1, Pengukuran untuk R1 = 100 Ω dan R2 = 100 Ω
a. Untuk R1 = |100 Ω ± 5%| dengan Vs = |2.0 + 0.1| volt
1) Tegangan Ideal (V Ideal ¿
R1
(V Ideal=V s ( R1 + R2 )
(V Ideal=2 Volt ( 100100 Ω
Ω+100 Ω )
(V Ideal=1Volt
2) Ketidakpastian (∆ V Ideal)
d V Ideal dVideal d V Ideal
| | |
d V Ideal =
d R1
d R1 +
d (R1 + R2)−1
|
d ( R1 + R2 )+ | |
dV S
dV S

d (Vs . R1 ( R 1+ R 2)−1 ) d (Vs . R1 ( R 1+ R2 )−1 ) d (Vs . R1 ( R 1+ R2 )−1 )


|
d V Ideal =
d R1 | |
d R 1+
d ( R1 + R2)−1 | d (R1 + R2 )+| dV S | d

d V Ideal =|Vs .(R1 + R2 )−1| d R1 +|Vs . R1 (R1 + R2 )−2¿|d ( R1 + R2)+|R 1( R 1+ R 2)−1|dV S

d V Ideal Vs .( R 1+ R 2)−1 R 1 ( R1
V Ideal
=
|
Vs . R1 (R1 + R2 )−1 | −2 −1
d R1 +|Vs . R1 ( R1 + R2) ¿ ¿ ¿ Vs . R1 ( R1 + R2 ) | d(R 1+ R 2)+
|
Vs . R 1(R
d V Ideal d R 1 d ( R1 + R2 ) dV S
V Ideal
=
| ||
R1
+
R1 + R2
+
|| |
Vs

∆ R1 ∆(R1 + R2 ) ∆ V S
∆ V Ideal=
{| | |
R1
+
R1 + R 2
+
VS | | |}
V ideal

5Ω ∆(5 Ω+5 Ω) 0.1Volt


∆ V Ideal= {| | |
+
100Ω 100 Ω+100 Ω
+ ||
2Volt
1 Volt |}
∆ V Ideal=¿ 0.15 Volt
3) Kesalahan Relatif (KR)
∆ V Ideal
KR= X 100 %
V Ideal
0.051 Volt
KR= X 100 %
1 Volt
KR=5.1 % ……………………….. (2AB)
4) Pelaporan Fisika (PF)
PF=|V Ideal ± ∆ V Ideal| Volt
PF=|1.0 ±0.1|Volt
Dengan cara yang sama untuk pengukuran selanjutnya diperoleh dalam bentuk table berikut ini:
Kegiata Pengukuran Tegangan Tegangan ∆V Ideal KR (%) AB Pelaporan Fisika
n Sumber Ideal Vth (Volt) V Ideal (Volt)
Vs (Volt) (Volt)

2 1 0.15 15 2 |1.0 ± 0.1|


R1 = 1 X 10²
4 2 0.25 12.5 2 |2.0 ± 0.3|

6 3 0.35 11.6667 2 |3.0 ± 0.3|
1
2 1 0.15 15 2 |1.0 ± 0.1|
R2 = 1 X 10²
4 2 0.25 12.5 2 |2.0 ± 0.3|

6 3 0.35 11.6667 2 |3.0 ± 0.3|
2 R1 = 1 X 100 2 1 0.15 15 2 |1.0 ± 0.1|
kΩ
4 2 0.25 12.5 2 |2.0 ± 0.3|
6 3 0.35 11.6667 2 |3.0 ± 0.3|
2 1 0.15 15 2 |1.0 ± 0.1|
R2 = 1 X 100
4 2 0.25 12.5 2 |2.0 ± 0.3|
kΩ
6 3 0.35 11.6667 2 |3.0 ± 0.3|
2 0.001998 0.0003 15 2 |1.9 ± 0.3| 10⁻³
R1 = 1 X 10²
4 0.003996 0.0005 12.5 2 |3.9 ± 0.5| 10⁻3

6 0.005994 0.0007 11.6667 2 |5.9 ± 0.7| 10⁻3
3 2 1.998002 2 |2.0 ± 0.3|
0.2997 15
R2 = 1 X 100 4 3.996004 0.4995 12.5 2 |4.0± 0.5|
kΩ 6 5.9940059 2 |6.0 ± 0.7|
9 0.6993 11.6667

2. Tegangan Akibat Pembebanan


Kegiatan 1, Pengukuran untuk R1 = 100 Ω dan R2 = 100 Ω
a. Untuk R1 = |100 Ω ± 5%| dengan Vs = |2.0 + 0.1| volt
a. Tegangan Akibat Pembebanan (VAB)
RM
(V AB )=V Ideal ( R M + RTH )
100000 Ω
(V AB )=1.0 Volt ( 100000Ω+50 Ω)
( V AB ) =0.99950025 Volt
b. Ketidakpastian (∆ V TH )
d V AB d V AB d V AB
d V AB=
| | |
d RM
d R M+
d(R M + RTH )−1
|
d ( R M + R TH )+
| |
dV Ideal
dV Ideal

d (V Ideal . R M ( R M + R TH )−1) d (V Ideal . R M (R M + RTH )−1 ) d (V Ideal . R


d V AB= | d R1 | |
d RM +
d ( R M + RTH )−1 | d (R M + R TH )+|
d V AB=|Vs .(R M + RTH )−1|d R M +|Vs . R M (R M + R TH )−2¿| d (R M + RTH )+|R M ( R M + RTH )−1|dV S

d V AB Vs .(R M + RTH )−1


V AB
=
|
Vs . RM ( R M + RTH )−1 | −2 −1
d R1 +|Vs . R M (RM + R TH ) ¿ ¿ ¿ Vs . RM ( R M + RTH ) |d (R M + RTH )+
d V AB d R M d ( R M + RTH ) dV Ideal
V AB
=
| ||
RM
+
R M + RTH
+
|| |
V Ideal

∆ R M ∆( R M + RTH ) ∆ V Ideal
{| | |
∆ V AB =
RM
+
R M + RTH | | |}
+
V Ideal
V AB

Karena ∆RM dan ∆RTH = 0


∆V Ideal
∆ V AB =
{| |}V Ideal
V AB

0.051 Volt
∆ V AB = {| 1.0 Volt |}
0.99950025 Volt

∆ V AB =0.050974513 Volt
c. Kesalahan Relatif (KR)
ΔV AB
KR=
{| |}V AB
× 100 %

0.050974513Volt
KR= {| 0.99950025Volt |}
× 100 %

KR = 5.1 % ……………………… (2 AB)


d. Pelaporan Fisika (PF)
PF = │VAB ± ΔVAB│satuan
PF = │1.0 ± 0.1 │volt
Dengan cara yang sama untuk pengukuran selanjutnya diperoleh dalam bentuk table berikut ini:
Kegiata Pelaporan
Pengukuran VAB ∆VAB KR (%) AB
n Fisika (Volt)
0.99950025 0.050974513 5.1 2 |1.0 ± 0.1|
R1 = 1 X 10² 1.9990005 0.051974013 2.6 3 |1.99 ± 0.05|
Ω 1.7666666
2.99850075 0.052973513 3 |2.99 ± 0.05|
7
1
0.99950025 0.050974513 5.1 2 |1.0 ± 0.1|
R2 = 1 X 10² 1.9990005 0.051974013 2.6 3 |1.99 ± 0.05|
Ω 1.7666666
2.99850075 0.052973513 3 |2.99 ± 0.05|
7
2 R1 = 1 X 100 0.666666667 0.033334 5.0001 2 |6.6 ± 0.3| 10-1
kΩ
1.333333333 0.033334667 2.5001 3 |1.33 ± 0.03|
1.6667666
2 3 |2.00 ± 0.03|
0.033335333 7

0.666666667 0.033334 5.0001 2 |6.6 ± 0.3| 10-1


R2 = 1 X 100 1.333333333 0.033334667 2.5001 3 |1.3 ± 0.03|
kΩ 1.6667666
2 3 |2.00 ± 0.03|
0.033335333 7

5.0550550
0.001816529 2 |1.8 ± 0.1|10-3
0.000091827 6

R1 = 1 X 10² 2.5525525
0.003633057 3 |0.36 ± 0.01|10-2
Ω 0.000092736 5

1.7183850
0.005449586 3 |0.54 ± 0.01|10-2
0.000093645 5
3
5.0001451
1.816530429 2 |1.8 ± 0.1|
0.090829158 4

R2 = 1 X 100 3.633060857 2.5001476


0.090831886 5 3 |3.63±0.09|
kΩ
1.6668151
5.449591286 3 |5.44±0.09|
0.090834613 5

3. Persentase Kesalahan
Kegiatan 1, Pengukuran untuk R1 = 100 Ω dan R2 = 100 Ω
a. Untuk R1 = |100 Ω ± 5%| dengan Vs = |2.0 + 0.1| volt
V ideal −V BM
% Error= | V ideal| ×100 %

% Error= |1 volt1 volt


−1 volt
|× 100 %
% Error=0 %
Dengan cara yang sama untuk pengukuran selanjutnya diperoleh dalam bentuk
table berikut ini:
Kegiata
Pengukuran
n V Ideal VBM % Error
1 1 0
R1 = 1 X 10²
1 2 2 0

3 3 0
R2 = 1 X 10² 1 0.9 10
2 1.8 10
Ω 3 2.6 13.33333333
1 0.9 10
R1 = 1 X 100
2 1.9 5
kΩ
3 2.2 26.66666667
2
R2 = 1 X 100 1 0.9 10
2 1.9 5
kΩ 3 2.3 23.33333333
0.001998 0.002 0.1001001
R1 = 1 X 10²
0.003996 0.004 0.1001001

0.005994 0.006 0.1001001
3
R2 = 1 X 100 1.998002 1.9 4.905000095
3.996004 4 0.0999999
kΩ 5.994006 5.8 3.236666763
4. Presentase Perbedaan
Kegiatan 1. Pengukuran untuk R1 = 100 Ω dan R2 =100 Ω
a. Pengukuran R1 = 100 Ω dengan VS = │2.0 ± 0.1│volt
V AB−V BM
% Diff = | V́ |
×100 %

% Diff =|0.99950025−1
0.999750125 |
×100 %

% Diff =0.04998741 %
Dengan cara yang sama untuk pengukuran selanjutnya diperoleh dalam bentuk
table berikut ini:
Kegiata Pengukura
VAB VBM V́ % Diff
n n
1 0.99975012
0.99950025 1 5 0.049987491
R1 = 1 X 10² 1.9990005 1.99950025 0.049987491
2

2.99925037
2.99850075 3 5 0.049987491

R2 = 1 X 10² 0.94975012
0.99950025 0.9
Ω 5 10.47646611

1.9990005 1.8 1.89950025 10.47646611

2.99850075 2.6 2.79925037 14.23598095


5

0.78333333
0.666666667 0.9 4 29.78723399
R1 = 1 X 100 1.61666666
kΩ 1.333333333 1.9 7 35.05154642

2 2.2 2.1 9.523809524


2
0.78333333
0.666666667 0.9 4 29.78723399
R2 = 1 X 100 1.61666666
1.333333333 1.9
kΩ 7 35.05154642

2 2.3 2.15 13.95348837

0.00190826
0.001816529 0.002
5 9.614547669

R1 = 1 X 10² 0.00381652
0.003633057 0.004
Ω 9 9.61457513

0.00572479
0.005449586 0.006
3 9.614565976
3
1.85826521
1.816530429 1.9 5 4.491800759

R2 = 1 X 100 3.633060857 3.81653042


4 9 9.614469212
kΩ
5.62479564
5.449591286 5.8 3 6.229714575

Multimeter Digital
1. Tegangan Ideal
Kegiatan 1, Pengukuran untuk R1 = 100 Ω dan R2 = 100 Ω
Kegiatan 1, Pengukuran untuk R1 = 100 Ω dan R2 = 100 Ω
b. Untuk R1 = |100 Ω ± 5%| dengan Vs = |2.0 + 0.1| volt
5) Tegangan Ideal (V Ideal ¿
R1
(V Ideal=V s ( R1 + R2 )
(V Ideal=2 Volt ( 100100 Ω
Ω+100 Ω )
(V Ideal=1Volt
6) Ketidakpastian (∆ V Ideal)
d V Ideal dVideal d V Ideal
| | |
d V Ideal =
d R1
d R1 +
d (R1 + R2)−1
|
d ( R1 + R2 )+ | |
dV S
dV S

d (Vs . R1 ( R 1+ R 2)−1 ) d (Vs . R1 ( R 1+ R2 )−1 ) d (Vs . R1 ( R 1+ R2 )−1 )


|
d V Ideal =
d R1 | |
d R 1+
d ( R1 + R2)−1 |d (R 1 + R 2 |
)+
dV S | d

d V Ideal =|Vs .(R1 + R2 )−1| d R1 +|Vs . R1 (R1 + R2 )−2¿|d ( R1 + R2)+|R 1( R 1+ R 2)−1|dV S

d V Ideal Vs .( R 1+ R 2)−1 R 1 ( R1
V Ideal
=
|
Vs . R1 (R1 + R2 )−1 | −2 −1
d R1 +|Vs . R1 ( R1 + R2) ¿ ¿ ¿ Vs . R1 ( R1 + R2 ) | d(R 1+ R 2)+
|
Vs . R 1(R

d V Ideal d R 1 d ( R1 + R2 ) dV S
V Ideal
=
R1| ||
+
R1 + R2
+
Vs || |
∆ R1 ∆(R1 + R2 ) ∆ V S
∆ V Ideal=
{| | |
R1
+
R1 + R 2
+ | | |}
VS
V ideal

5Ω ∆(5 Ω+5 Ω) 0.1Volt


∆ V Ideal= {| | | +
100Ω 100 Ω+100 Ω
+
2Volt||1 Volt |}
∆ V Ideal=¿ 0.15 Volt
7) Kesalahan Relatif (KR)
∆ V Ideal
KR= X 100 %
V Ideal
0.051 Volt
KR= X 100 %
1 Volt
KR=5.1 % ……………………….. (2AB)
8) Pelaporan Fisika (PF)
PF=|V Ideal ± ∆ V Ideal| Volt
PF=|1.0 ±0.1|Volt
Dengan cara yang sama untuk pengukuran selanjutnya diperoleh dalam bentuk table berikut ini:
Kegiata Pengukuran Tegangan Tegangan ∆V Ideal KR (%) AB Pelaporan Fisika
n Sumber Ideal Vth (Volt) V Ideal (Volt)
Vs (Volt) (Volt)
2 1 0.15 15 2 |1.0 ± 0.1|
R1 = 1 X 10²
4 2 0.25 12,5 2 |2.0 ± 0.3|

6 3 0.35 11,6667 2 |3.0 ± 0.3|
1
2 1 0.15 15 2 |1.0 ± 0.1|
R2 = 1 X 10²
4 2 0.25 12,5 2 |2.0 ± 0.3|

6 3 0.35 11,6667 2 |3.0 ± 0.3|
2 1 0.15 15 2 |1.0 ± 0.1|
R1 = 1 X 100
4 2 0.25 12,5 2 |2.0 ± 0.3|
kΩ
6 3 0.35 11,6667 2 |3.0 ± 0.3|
2
2 1 0.15 15 2 |1.0 ± 0.1|
R2 = 1 X 100
4 2 0.25 12,5 2 |2.0 ± 0.3|
kΩ
6 3 0.35 11,6667 2 |3.0 ± 0.3|
2 0.001998 0.0003 15 2 |1.9 ± 0.3| 10⁻³
R1 = 1 X 10²
4 0.003996 0.0005 12,5 2 |3.9 ± 0.5| 10⁻3

6 0.005994 0.0007 11,6667 2 |5.9 ± 0.7| 10⁻3
3 2 1.998002 2 |2.0 ± 0.3|
0.2997 15
R2 = 1 X 100 4 3.996004 0.4995 12,5 2 |4.0± 0.5|
kΩ 6 5.9940059 2 |6.0 ± 0.7|
9 0.6993 11,6667

2. Tegangan Akibat Pembebanan


Kegiatan 1, Pengukuran untuk R1 = 100 Ω dan R2 = 100 Ω
b. Untuk R1 = |100 Ω ± 5%| dengan Vs = |2.0 + 0.1| volt
1) Tegangan Akibat Pembebanan (VAB)
RM
(V AB )=V Ideal ( R M + RTH )
10000000 Ω
(V AB )=1.0 Volt ( 10000000Ω+50 Ω )
(V AB )=0.999995 Volt
2) Ketidakpastian (∆ V TH )
d V AB d V AB d V AB
d V AB=
| | |
d RM
d R M+
d(R M + RTH )−1
|
d ( R M + R TH )+
| |
dV Ideal
dV Ideal

d (V Ideal . R M ( R M + R TH )−1) d (V Ideal . R M ( R M + RTH )−1 ) d (V Ideal . R


d V AB= | d R1 | |d RM +
d ( R M + RTH )−1 | d (R M + R TH )+| d

d V AB=|Vs .(R M + RTH )−1|d R M +|Vs . R M (R M + R TH )−2¿| d (R M + RTH )+|R M ( R M + RTH )−1|dV S

d V AB Vs .(R M + RTH )−1


V AB
=
|
Vs . RM ( R M + RTH )−1 | −2 −1
d R1 +|Vs . R M (RM + R TH ) ¿ ¿ ¿ Vs . RM ( R M + RTH ) |d (R M + RTH )+

d V AB d R M d ( R M + RTH ) dV Ideal
V AB
=
RM | ||
+
R M + RTH
+
V Ideal || |
∆ R M ∆( R M + RTH ) ∆ V Ideal
∆ V AB =
{| | |RM
+
R M + RTH
+ | | |}
V Ideal
V AB

Karena ∆RM dan ∆RTH = 0,maka


∆V Ideal
∆ V AB =
{| |}V Ideal
V AB

0.051 Volt
∆ V AB = {| 1.0 Volt |}
0.999995 Volt

∆ V AB =0.050999745 Volt
3) Kesalahan Relatif (KR)
ΔV AB
KR=
{| |}V AB
× 100 %

0.050999745Volt
KR= {| 0.999995 Volt
× 100 % |}
KR = 5.1 % ……………………… (2 AB)
4) Pelaporan Fisika (PF)
PF = │VAB ± ΔVAB│satuan
PF = │1.0 ± 0.1 │volt
Dengan cara yang sama untuk pengukuran selanjutnya diperoleh dalam bentuk table berikut ini:
Kegiata Pelaporan Fisika
Pengukuran VAB ∆VAB KR (%) AB
n (Volt)
0.999995 0.050999745 5.1 2 |1.0±0.1|
R1 = 1 X 10² 1.99999 0.05199974 2.6 3 |1.99±0.05|

2.999985 0.052999735 1.766666667 3 |2.99±0.05|
1
0.999995 0.050999745 5.1 2 |1.0±0.1|
R2 = 1 X 10² 1.99999 0.05199974 2.6 3 |1.99±0.05|

2.999985 0.052999735 1.766666667 3 |2.99±0.05|
0.99502487
0.049752239 5.0001 2 |9.9±0.5| 10-1
6

R1 = 1 X 100 1.99004975
0.049753234 2.5001 3 |1.99±0.05|
kΩ 1

2.98507462
0.049754229 1.666766667 3 |2.99±00.05|
7
2
0.99502487
0.049752239 5.0001 2 |9.9±0.5| 10-1
6

1.99004975
R2 = 1 X 100 0.049753234 2.5001
1 3 |1.99±0.05|
kΩ
2.98507462
0.049754229 1.666766667 3 |2.99±00.05|
7

0.00199798 0.000100999 5.055055055 2 |1.9±0.1|10-3


R1 = 1 X 10² 0.00399596 0.000101999 2.552552553 3 |0.39±0.1|10-2

0.00599394 0.000102999 1.718385052 3 |0.59±0.1|10-2
3
1.99798204 0.099902002 5.000145145 2 |2.0±0.1|
R2 = 1 X 100 3.99596408 0.099905002 2.500147647 3 |3.99±0.09|
kΩ
5.99394612 0.099908002 1.666815148 3 |5.99±0.09|
3. Persentase Kesalahan
Kegiatan 1, Pengukuran untuk R1 = 100 Ω dan R2 = 100 Ω
a. Untuk R1 = |100 Ω ± 5%| dengan Vs = |2.0 + 0.1| Volt
V ideal −V DMM
% Error= | V ideal |×100 %

1 Volt−1.099 Volt
% Error= | 1Volt |
× 100 %

% Error=9.9 %
Dengan cara yang sama untuk pengukuran selanjutnya diperoleh dalam bentuk
table berikut ini:
Kegiata Pengukura
V Ideal VDMM % Error
n n
1 1.099 9.9
R1 = 1 X 10²
2 2.2 10

3 3.2 6.666666667
1
1 0.877 12.3
R2 = 1 X 10²
2 1.8 10

3 2.6 13.33333333
1 0.91 9
R1 = 1 X 100
2 2 0
kΩ
3 2.9 3.333333333
2
1 0.94 6
R2 = 1 X 100
2 1.9 5
kΩ
3 3 0
0.001998 0.0018 9.90990991
R1 = 1 X 10²
0.003996 0.004 0.1001001

0.005994 0.0059 1.568234902
3
1.998002 1.96 1.902000098
R2 = 1 X 100
3.996004 3.96 0.901000099
kΩ
5.994006 5.82 2.903000097
4. Presentase Perbedaan
Kegiatan 1. Pengukuran untuk R1 = 100 Ω dan R2 =100 Ω
a. Pengukuran R1 = 100 Ω dengan VS = │2.0 ± 0.1│volt
V AB−V DMM
% Diff = | V́ |
× 100 %

% Diff = |0.999995−1,099
1.0494975 |
× 100 %

% Diff =9.433562252%
Dengan cara yang sama untuk pengukuran selanjutnya diperoleh dalam bentuk
table berikut ini:
Kegiatan Pengukuran VAB VDMM V́ % Diff
0.999995 1.099 1.0494975 9.43356225

R1 = 1 X 10² Ω 1.99999 2.2 2.099995 10.0005

2.999985 3.2 3.0999925 10.00075


1
0.999995 0.877 0.9384975 6.14975

R2 = 1 X 10² Ω 1.99999 1.8 1.899995 9.9995

2.999985 2.6 2.7999925 19.99925

0.995024876 0.91 0.952512438 4.2512438


R1 = 1 X 100 1.990049751 2 1.995024876 0.49751245
kΩ
2.985074627 2.9 2.942537314 4.25373135
2
0.995024876 0.94 0.967512438 2.7512438
R2 = 1 X 100 1.990049751 1.9 1.945024876 4.50248755
kΩ
2.985074627 3 2.992537314 0.74626865

0.001
0.00199798 0.00189899 0.009899
8

R1 = 1 X 10² Ω 0.00399596 0.004 0.00399798 0.000202

0.005
0.00599394 0.00594697 0.004697
3 9

1.99798204 1.96 1.97899102 1.899102


R2 = 1 X 100 3.99596408 3.96 3.97798204 1.798204
kΩ
5.99394612 5.82 5.90697306 8.697306

A. Pembahasan
Efek pembebanan merupakan tegangan dalam rangkaian listrik yang
disebabkan oleh tahanan dalam meter. Adapun tujuan dari percobaan efek
pembebanan ini yaitu agar mahasiswa dapat menjelaskan penyebab dan
akibat pembebanan sebuah voltmeter pada pengukuran tegangan dan
mahasiswa dapat menghitung kesalahan dari pegukuran tegangan akibat efek
pembebanan sebuah voltmeter.
Berdasarkan kegiatan praktikum yang dilakukan pada unit III kita
melakukan 3 kegiatan yang pertama mengukur tegangan jepit R1 dan R2
menggunakan basic meter dan multimeter digital dengan R1 = |100 Ω ± 5 % |
dan R2 = |100 Ω ± 5 %|. Kegiatan kedua yaitu mengukur tegangan jepit R 1
dan R2 menggunakan basic meter dan multimeter digital dengan R1 = |100
KΩ ± 5 % | dan R2 = |100 KΩ ± 5 %|. Dan kegiatan ketiga yaitu mengukur
tegangan jepit R1 dan R2 menggunakan basic meter dan multimeter digital
dengan R1 = |100 Ω ± 5 % | dan R2 = |100 KΩ ± 5 %|. Dimana dalam
pengukuran tegangan sumber yang digunakan yaitu 2V, 4V, dan 6V.
Berdasarkan hasil praktikum untuk kegiatan pertama diperoleh tegangan
jepit R1 dengan menggunakan basic meter untuk tegangan sumber 2V, 4V,
dan 6V berturut turut yakni |1.0±0.1|V, |2.0±0.1|V, |3.0±0.1|V sedangkan
dengan menggunakan multimeter digital diperoleh tegangan jepit R 1 yakni
1.099±0.001|V, |2.2±0.1|V, |3.2±0.1|V. Untuk R2 diperoleh tegangan jepit
dengan menggunakan basic meter yakni: |0.9±0.01|V, |1.8±0.1|V, |2.6±0.1|V
dan tegangan jepit dengan menggunakan multimeter digital yakni: |
0.877±0.001|V, |1.8±0.1|V dan |2.6±0.1|V. Dari data ini dapat dikatakan
bahwa semakin meningkat tegangan sumbernya maka nilai tegangan yang
terukur pada R1 maupun R2 baik menggunakan basicmeter maupun
multimeter mengalami meningkatan. Tegangan ideal yang diperoleh.
Berdasarkan hasil praktikum untuk kegiatan kedua diperoleh tegangan
jepit R1 dengan menggunakan basic meter untuk tegangan sumber 2V, 4V,
dan 6V berturut turut yakni |0.9±0.01|V, |1.9±0.1|V, |2.2±0.1|V sedangkan
dengan menggunakan multimeter digital diperoleh tegangan jepit R1 yakni |
0.91±0.01|V, |2.0±0.1|V, |2.9±0.1|V. Untuk R2 diperoleh tegangan jepit
dengan menggunakan basic meter yakni: |0.9±0.1|V, |1.9±0.1|V, |2.3±0.1|V
dan tegangan jepit dengan menggunakan multimeter digital yakni: |0.94±0.01|
V, |1.9±0.1|V dan |3.0±0.1|V. Dari data ini dapat dikatakan bahwa semakin
meningkat tegangan sumbernya maka nilai tegangan yang terukur pada R 1
maupun R2 baik menggunakan basicmeter maupun multimeter mengalami
meningkatan.
Berdasarkan hasil praktikum untuk kegiatan kedua diperoleh tegangan
jepit R1 dengan menggunakan basic meter untuk tegangan sumber 2V, 4V,
dan 6V berturut turut yakni |0.002±0.001|V, |0.004±0.001|V, |0.006±0.001|V
sedangkan dengan menggunakan multimeter digital diperoleh tegangan jepit
R1 yakni |1.8±0.1| 10-3V, |4.0±0.1| 10-3V, |5.9±0.1| 10-3V. Untuk R2 diperoleh
tegangan jepit dengan menggunakan basic meter yakni: |1.9±0.1|V, |4.0±0.1|
V, |5.8±0.1|V dan tegangan jepit dengan menggunakan multimeter digital
yakni: |1.96±0.01|V, |3.96±0.01|V dan |5.82±0.01|V. Dari data ini dapat
dikatakan bahwa semakin meningkat tegangan sumbernya maka nilai
tegangan yang terukur pada R1 maupun R2 baik menggunakan basicmeter
maupun multimeter mengalami meningkatan.
Berdasarkan analisis data tegangan ideal (tegangan sebenarnya) pada
kegiatan 1 dan kegiatan 2 baik untuk R1 maupun R2 dengan tegangan sumber
2V, 4V, dan 6V secara berturut-turut adalah 1V, 2V dan 3V sedangkan pada
kegiatan 3, untuk R1 dengan tegangan sumber 2V, 4V, dan 6V tegangan
sebenarnya 0.001998V, 0.003996V dan 0.005994V. untuk R2 dengan
tegangan sumber 2V, 4V, dan 6V tegangan sebenarnya 1.998002V,
3.996004V dan 5.99400599V. Secara teori bila sebuah voltmeter
dihubungkan antara dua titik di dalam sebuah rangkaian tahanan tinggi maka
voltmeter bertindak sebagai shunt bagi bagian rangkaian sehingga
memperkecil tahanan ekivalen dalam bagian rangkaian tersebut. Berarti
voltmeter akan menghasilkan penunjukan tegangan yang lebih rendah dari
yang sebenarnya sebelum dihubungkan. Efek ini disebut dengan efek
pembebanan instrument. Sedangkan berdasarkan hasil pengamatan untuk
ketiga kegiatan diperoleh besar nilai tegangan yang terukur baik pada R1
maupun pada R2 lebih besar dari tegangan sebenarnya. Perbedaan ini dapat
terjadi karena kurangnya ketelitiannya pada saat pengambilan data seperti
kesalahan pembacaan skala pada basic meter dan ada beberapa alat praktikum
yang tidak berfungsi dengan baik sehingga dapat mempengaruhi data
praktikum.
Berdasarkan analisis data diperoleh % kesalahan dengan menggunakan
basic meter digital untuk kegiatan pertama untuk R1 dengan Vs 2V, 4V, 6V
yaitu 0, untuk R2 dengan Vs 2V ,4V, 6V secara berturut-turut 10, 10, 13.33.
Untuk kegiatan kedua untuk R1 dengan Vs 2V, 4V, 6V yaitu 10, 5, 26.67
untuk R2 dengan Vs 2V, 4V, 6V secara berturut-turut 10, 5, 23.33. Untuk
kegiatan kedua untuk R1 dengan Vs 2V, 4V, 6V yaitu 0,1, 0.1, 0,1 untuk R 2
dengan Vs 2V, 4V, 6V secara berturut-turut 4.9, 0.09, dan 3.23.
Berdasarkan analisis data diperoleh % kesalahan dengan menggunakan
multimeter digital untuk kegiatan pertama untuk R1 dengan Vs 2V, 4V, 6V
yaitu 9.9, 10, 6.67 untuk R2 dengan Vs 2V ,4V, 6V secara berturut-turut 12.3,
10, 13.33. Untuk kegiatan kedua untuk R1 dengan Vs 2V, 4V, 6V yaitu 9, 0,
3.33 untuk R2 dengan Vs 2V, 4V, 6V secara berturut-turut 6, 5, 10. Untuk
kegiatan kedua untuk R1 dengan Vs 2V, 4V, 6V yaitu 9.9, 0.1, 1.5 untuk R 2
dengan Vs 2V, 4V, 6V secara berturut-turut 1.9, 0.9, dan 2.9.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Penyebab pembebanan pada pengukuran tegangan adalah pemberian
hambatan pada alat ukur yakni voltmeter yang menyebabkan berkurangnya
nilai tegangan yang mengalir pada sebuah rangkaian tersebut . Adapun akibat
pembebanan pada pengukuran tegangan adalah ketepatan pengukuran
tegangan berkurang.
2. Kesalahan pengukuran tegangan akibat efek pembebanan dinyataka dalam (%
error). Dimana % kesalahan untuk basic meter digital untuk kegiatan pertama
untuk R1 dengan Vs 2V, 4V, 6V yaitu 0, untuk R 2 dengan Vs 2V ,4V, 6V
secara berturut-turut 10, 10, 13.33. Untuk kegiatan kedua untuk R1 dengan
Vs 2V, 4V, 6V yaitu 10, 5, 26.67 untuk R2 dengan Vs 2V, 4V, 6V secara
berturut-turut 10, 5, 23.33. Untuk kegiatan kedua untuk R 1 dengan Vs 2V,
4V, 6V yaitu 0,1, 0.1, 0,1 untuk R2 dengan Vs 2V, 4V, 6V secara berturut-
turut 4.9, 0.09, dan 3.23. Sedangkan % kesalahan untuk multimeter digital
untuk kegiatan pertama untuk R1 dengan Vs 2V, 4V, 6V yaitu 9.9, 10, 6.67
untuk R2 dengan Vs 2V ,4V, 6V secara berturut-turut 12.3, 10, 13.33. Untuk
kegiatan kedua untuk R1 dengan Vs 2V, 4V, 6V yaitu 9, 0, 3.33 untuk R 2
dengan Vs 2V, 4V, 6V secara berturut-turut 6, 5, 10. Untuk kegiatan kedua
untuk R1 dengan Vs 2V, 4V, 6V yaitu 9.9, 0.1, 1.5 untuk R2 dengan Vs 2V,
4V, 6V secara berturut-turut 1.9, 0.9, dan 2.9.
B. Saran
1. Untuk praktikan sebaiknya teliti dalam membaca hasil pengukuran tegangan
terutama skala pada basicmeter.
2. Untuk asisten, pertahankan cara membimbingnya di laboratorium agar
kegiatan praktikum tetap berjalan lancar dan sebaiknya memjelaskan cara
menganalisis data kepada praktikan dengan memperhatikan variabel-variabel
yang diguunakan.
3. Untuk laboran, sebaiknya memeriksa beberapa alat dan bahan yang
digunakan dalam kegiatab praktikum dan segera mengganti alat dan bahan
tersebut yang sudah tidak layak dipakai, seperti beberapa kabel penghubung
yang sudah rusak.

Anda mungkin juga menyukai