Anda di halaman 1dari 14

HAND OUT

Topik : Standar pelayanan Gawat darurat di Indonesia dan aspek etik dan legal
keperawatan gawat darurat beserta Isu etik dan legal
Sub Pokok : Memahami standar Pelayanan gawat darurat dan aspek etik dan legal keperawatan
gawat darurat beeserta isu etik dan legal
Objektif : Setelah Mengikuti pelajaran ini mahasiswa diharapkan dapat :
Perilaku 1. Menjelaskan standar pelayanan gawat darurat di Indonesia
Mahasiswa 2. Memahami aspek etik dan legal di area keperawatn gawat darurat
3. Menjelaskan issue etik dan legal dalam keperawatan
4. Menjelaskan kualitas pengembangan layanan keperawatan gawat darurat

Referensi : 1. Pirton , L; Fitriany, Y; Martina, S E, (2017), BTCLS and Disaster


Management, edisi 2, Medhastama Restyan & Yayasan Pelatihan Ilmu
Keperawatan, Jakarta
2. Hutabarat, R; Syahputra, C, (2016), Asuhan Keperawatan Kegawat daruratan,
InMedia, Jakarta
3. Tim Bantuan Medis panacea, (2016), Basic Life Support, Buku panduan, edisi
13, EGC, Jakarta
4. Langan, J C, James D C,Preparing Nurses for Disaster Management,(2005),
Pearson Prentice Hall, New Jersey
5. Sartono, Masudik, Suhaeni A E, (2016) Modul BTCLS, Gadar Medik
Indonesia, Jakarta
MATERI
A. PENDAHULUAN
Kecelakaan dapat terjadi dimana saja dan terjadinya selalu mendadak. kekagetan yang
ditimbulkan dan rasa takut melihat kejadian dan akibatnya membuat orang yang
menemuinya sering mengalami kepanikan dan justru memnambah penderitaan korban.
Kesiapan IGD serta sistem pelayanan Gawat Darurat yang terpadu antara Fasilitas
kesehatan satu dengan lainnya, akan memberikan nilai tambah dalam upaya peningkatan
mutu pelayanan kesehatan, tidak hanya terhadap kasus Gawat Darurat sehari-hari, tetapi
juga sekaligus kesiapan bila setiap saat terjadi bencana di wilayah Indonesia. (Sumber :
http://buk.depkes.go.id-dalam-sistem-penanggulangan-gawat-darurat-terpadu-spgdt-dan-
bencana,02-10-2012).
Kecelakaan dan musibah serta bencana dapat menimpa siapa saja tidak pandang bulu,
orang kaya, miskin, pejabat, politisi, artis dan lain sebagainya, oleh sebab itu kehadiran
institusi pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit sakit dan LSM LSM yang
peduli terhadap pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan kesehatan gawat darurat dan
bencana mempunyai peran yang penting dan strategis dalam menolong orang orang yang
tertimpa musibah, baik akibat kecelakaan maupun akibat bencana.
Kegawatan suatu yang menimpa seseorang yang dapat menimbulkan proses mengancam
jiwa, dalam arti pertolongan tepat, cermat dan cepat bila tidak dapat menyebabkan
seseorang meninggal atau cacat ( Seri PPGD/GELS, Materi Tekhnis Medis Standar
Depkes 2003).
Sedangkan kedaruratan adalah sebuah tindakan atau aksi secara darurat yang dilakukan
oleh seorang petugas yang mempunyai keterampilan untuk memberikan pertolongan agar
seseorang dapat diselamatkan jiwanya dan terhindar dari kecacatan.
Sejak tahun 2000 Kementerian Kesehatan RI telah mengembangkan konsep Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) memadukan penanganan gawat darurat
mulai dari tingkat pra rumah sakit sampai tingkat rumah sakit dan rujukan antara rumah
sakitdengan pendekatan lintas program dan multisektoral. Penanggulangan gawat darurat
menekankan respon cepat dan tepat dengan prinsip Time Saving is Life and Limb Saving.
Public Safety Care (PSC) sebagai ujung tombak safe community adalah sarana
publik/masyarakat yang merupakan perpaduan dari unsur pelayanan ambulans gawat
darurat, unsur pengamanan (kepolisian) dan unsur penyelamatan. PSC merupakan
penanganan pertama kegawatdaruratan yang membantu memperbaiki pelayanan pra RS
untuk menjamin respons cepat dan tepat untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah
kecacatan, sebelum dirujuk ke Rumah Sakit yang dituju. (Sumber :
http://buk.depkes.go.id-dalam-sistem-penanggulangan-gawat-darurat-terpadu-spgdt-dan-
bencana,02-10-2012).
Undang undang penanggulangan bencana nomor 24 tahun 2007 dalam Bab I Tentang
ketentuan umum Pasal 1 Ayat (10),”Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk
yang ditimbulkan yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan pengurusan pengungsi, serta pemulihan sarana
dan pra sarana”.
Undang undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 Pasal 32 Ayat (1) Dalam keadaan darurat
fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta wajib memberikan
pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih
dahulu. Ayat (2) Dalam keadaan darurat Fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah
dan swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam Bab II Pasal 4, setiap
orang berhak atas kesehatan, dalam penjelasannya hak untuk memperoleh kesehatan dari
fasilitas pelayanan kesehatan, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya. Pasal ini mengatakan setiap individu dan masyarakat berhak atas nilai nilai
kesehatan serta mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal dan paripurna.
Dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pembukaan poin
(b) bahwa “setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip prinsip
non diskriminatif,partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya
manusia Indonesia serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan
nasional”.
Profesi kesehatan (tenaga kesehatan) seperti perawat dan dokter dan profesi kesehatan
lainnya mempunyai tanggung jawab moral untuk memberikan pertolongan pada kasus
kasus kegawatan darurat dan bencana, Yang disebut Tenaga Kesehatan dalam Undang-
undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat (6) :
“Setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan”. Pasal ini mempertegas
bahwa petugas kesehatan wajib melakukan upaya kesehatan termasuk dalam pelayanan
gawat darurat yang terjadi baik dalam keadaan sehari hari maupun dalam kedaaan
bencana.
Orang yang tiba tiba menjadi gawat baik akibat penyakit atau trauma kecelakaan tentu saja
memerlukan tindakan darurat agar terhindar dari kematian dan kecacatan serta dapat
dirujuk untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan secara definitif, apabila tidak atau
terlambat mendapatkan tindakan darurat atau pertolongan akan dapat menimbulkan
kematian dan kecacatan, oleh sebab itu peran tenaga kesehatan khusus perawat dan dokter
mempunyai peran penting dalam memberikan pelayanan gawat darurat secara holistik.
Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia , Nomor 36 Tahun 1996 tentang
TENAGA KESEHATAN dalam Bab II Pasal 2 :
1. Tenaga medis (dokter, dokter gigi)
2. Tenaga keperawatan (Perawat, Bidan)
3. Tenaga kefarmasian ( Apoteker, analis farmasi)
4. Tenaga kesehatan masyarakat ( Epidomologi, Entomolog Kesehatan, Mikrobilogi
Kesehatan, Penyuluh kesehatan, administrasi kesehatan, sanitarian.
5. Tenaga gizi (nutrisionist)
6. Tenaga kesehatan keterapian fisik ( fisio terapis )
7. Tekhnisi elektromedis.
Dalam pelayanan gawat darurat dikenal prinsip cepat dan tepat, khususnya dalam kasus
gawat darurat dalam proses tindakan ini aspek hukum bagi tenaga kesehatan dan penderita
sangat penting untuk dipahami, untuk menghindari konflik dan kesalah pahaman yang
dapat berakibat terjadinya tuntutan hukum bagi pihak yang dirugikan.
B.Landasan Hukum Pelayanan Gawat Darurat
a) UU NO 9 Tahun 1960 Pokok Kesehatan
b) UU NO 6 Tahun 1963 Tenaga Kesehatan
c) UU NO 29 Tahun 2004 Praktik Kedokteran
d) UU NO 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
e) UU NO 36 Tahun 2009 Kesehatan
f) UU NO 44 TAHUN 2009 Rumah sakit
g) PP NO 32 TAHUN 1996 Tenaga Kesehatan
h) PP NO 51 Tahun 2009 Pekerjaan Kefarmasian
i) Berbagai Peraturan Menteri Kesehatan

B. PENGORGANISASIAN PELAYANAN GAWAT DARURAT


Pengorganisasian pelayanan keperawatan gawat darurat di IGD harus memberikan
pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu. Pengorganisasian
pelayanan keperawatan gawat darurat didasarkan pada organisasi fungsional yang terdiri
dari unsur pimpinan dan unsur pelaksana yang beertanggung jawab dalam pelaksanaan
pelayanan terhadap pasien gawat darurat dengan tujuan tercapainya mutu pelayanan IGD
RS yang optimal.

C. LANDASAN HUKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DI INDONESIA


1. UU RI No.39 tahun 2014 tentang Kesehatan
a. Pasal 11 berisi bahwa kelompok tenaga keperawatan dibagi atas beberpa jenis,
yaitu vokasional, professional
b. Pasal 49 dan Pasal 57 berisi mengenai penegakan disiplin dan hak perlindungan
hukum sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan profesi dan SOP
c. Pasal 7 berisi bahwa setiap tenaga kesehatan yang melaksanakan pelayanan
kesehatan perorangan wajib membuat rekam medis Penerima Pelayanan Kesehatan
2. UU RI no 38 tahun 2014 tentang Keperawatan
a. Pasal 28 menyatakan Praktik Keperawatan harus didasarkan pada kode etik,
standar pelayanan, standar profesi dan standar prosedur operasional
b. Pasal 58 berisi mengenai pelayanan praktik keperawatan. Ada 4 jenis sanksi
administrative yang dominan mengenai penyelenggaraan asuhan keperawatan
(teguran lisan, peringatan tertulis, denda administrative, dan/atau pencabutan izin)
3. UU RI no 36 tahun 2000 tentang Kesehatan Masyarakat
a. Pasal 23 berisi mengenai tenaga kesehatan berwenang menyelenggrakan yankes
sesuai bidang keahliannya
b. Pasal 24 mengatakan bahwa yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan harus
memenuhi standar pelayanan, SPO, kode etik
c. Pasal 51 menunjukkan bahwa tujuan dari pelayanan kesehatan adalah mewujudkan
derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi individu dan manyarakat

D. ASPEK HUKUM DAN PERLINDUNGAN HUKUM DI KEPERAWATAN GAWAT


DARURAT
Dalam Undang undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 Bab I Ketentuan Umum Pasal
1 Ayat (1) Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat Inap, Rawat Jalan dan Rawat Darurat. Ini
membuktikan bahwa rumah sakit wajib memberikan pelayanan gawat darurat kepada
pasien atau penderita dengan arti kata setiap rumah sakit wajib memiliki sarana, pra sarana
dan SDM dalam pengelolaan pelayanan gawat darurat, ini membuktikan adanya kepastian
hukum dalam pelayanan gawat darurat di rumah sakit”.
Gawat darurat adalah suatu kondisi klinik yang memerlukan pelayanan medis. Gawat
Darurat medis adalah suatu kondisi dalam pandangan penderita, keluarga, atau siapapun
yang bertanggung jawab dalam membawa penderita ke rumah sakit memerlukan
pelayanan medis segera. Penderita gawat darurat memerlukan pelayanan yang cepat, tepat,
bermutu dan terjangkau. (Etika dan Hukum Kesehatan, Prof.Dr.Soekijo Notoatmojo
2010).
Kepmenkes RI Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001 Tentang Registrasi dan Praktik
Keperawatan, Pasal 20, Dalam darurat yang mengancam jiwa seseorang/pasien, perawat
berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangannya sebagaimana
dimaksud dalam pasal 15, Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam
ayat 1 ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
Permenkes Nomor RI HK.02.02.MENKES/148/2010, tentang regitrasi dn izin
praktik keperawatan Pasal 10 Ayat (1), Dalam darurat yang mengancam jiwa
seseorang/pasien, perawat berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar
kewenangannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 8, Pasal 11 poin (a) Perawat berhak
Memperoleh perlindungan hukum.
Permenkes Nomor 152/Menkes/Per/IV/2007 Tentang Izin dan penyelenggaran
Praktik Kedokteraan dan kedokteran Gigi, BAB III Pasal 15 Ayat (I), Dokter dan dokter
Gigi dapat memberilan pelimpahan suatu tindakan kedokteran dan tindakan kedokteran
gigi , kepada perawat, bidan atau tenaga kesehatn lainnya secara tertulis.
Tingkat pasien gawat darurat :
1. Kelompok dengan cedera ringan yang tanpa pelayanan medis tidak akan
mengancam nyawanya.
2. Kelompok dengan cedera sedang/berat yang jika diberi pertolongan akan dapat
menyelamatkan jiwanya.
3. Kelompok dengan cedera sangat berat atau parah yang walau diberi pertolongan
tidak akan menyelamatkan jiwanya (Etika dan Hukum Kesehatan, Prof.Dr.Soekijo
Notoatmojo 2010).
C.1. Definisi Pelayanan Gawat Darurat
1. Pasien gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan
secepatnya.
2. Pasien gawat tidak darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat, misalnya
kanker stadium lanjut.
3. Pasien darurat tidak gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam jiwa dan anggota
badannya, misal : luka sayat dangkal.
4. Pasien tidak gawat tidak darurat
Misalnya pasien TBC kulit
5. Kecelakaan (accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak, tidak
dikehendaki sehingga menimbulkan cedera (fisik, mental, sosial)
6. Cedera
Masalah kesehatan yang didapat/dialami sebagai akibat kecelakaan.
7. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderita manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap
tata kehidupan dan penghidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan
pertolongan dan bantuan.(http://nurse-carewithlove.blogspot.com/2011/08/konsep-
pelayanan-gawat-darurat.html )
C.2. Dalam undang undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 Pasal 27 :
1. Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan pelindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
2. Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban mengembangkan
dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
3. Ketentuan mengenai hak dan kewajiban tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Disamping wajib dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi profesi kesehatan juga
mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan profesinya, dan diwajibkan juga
untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam meningkatkan
profesionalisme dalam melaksanakan pelayanan kesehatan secara maksimal, bagi perawat
tanggap darurat tentu saja diharuskan memiliki keterampilan kegawat-daruratan,
semisalnya pelatihan bantuan hidup dasar (BHD), pelatihan Penanggulangan Penderita
Gawat Darurat, Nursing Emergency, General Emergency Life Support dan lain
sebagainya, sebagai bagian dari kompetensi perawat tanggap darurat.
Bayangkan apabila perawat tidak pernah dinas di Instalasi Gawat Darurat, dan juga tidak
pernah mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan gawat darurat, apabila ditugaskan
sebagai tim tanggap darurat kemungkinan tidak akan maksimal dalam memberikan
pelayanan tanggap gawat darurat bersifat khusus dan spesifik dan memerlukan
keterampilan khusus di samping itu juga waktu tindakan juga sangat penting dalam
penyelamatan pasien gawat darurat.
Di sisi lain dari aspek hukum pelayanan gawat darurat seperti standar operasi prosedur,
petunjuk pelaksanaaan, kebijakan dan aturan aturan dalam sistem pelayanan gawat darurat
harus dijadikan pedoman, sertifikat atau kompetensi petugas sangat penting dimiliki dan
dipahami oleh tim tanggap darurat agar pelayanan gawat darurat mempunyai kepastian
hukum, sehingga sinkronisasi dan koordinasi yang bersifat holistik dalam pelayanan gawat
darurat akan mampu melahirkan sikap profesional dan bertanggung jawab sebagai bentuk
kepedulian terhadap keselamatan umat manusia
Bagi profesi keperawatan pelatihan kegawatan daruratan, dapat juga dijadikan sebagai
aspek legalitas dan kompetensi dalam melaksanakan pelayanan keperawatan gawat
daruratan yang tujuannya antara lain :
 Memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan keperawatan
gawat darurat yang diberikan
 Menginformasikan kepada masyarakat tentang pelayanan keperawatan gawat
daruratyang diberikan dan tanggung jawab secara profesional
 Memelihara kualitas / mutu pelayanan keperawatan yang diberikan
 Menjamin adanya perlindungan hukum bagi perawat
 Memotivasi pengembangan profesi
 Meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan.
Undang undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pelayanan kesehatan,Pelayanan
Kesehatan Pada Bencana :
Pasal 82
1. Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas
ketersediaan sumber daya, fasilitas, dan pelaksanaan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan berkesinambungan pada bencana.
2. Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan
kesehatan pada tanggap darurat dan pascabencana.
3. Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup pelayanan
kegawatdaruratan yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan
lebih lanjut.
4. Pemerintah menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
5. Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja Negara (APBN), anggaran pendapatan dan belanja daerah
(APBD), atau bantuan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 83
(1) Setiap orang yang memberikan pelayanan kesehatan pada bencana harus ditujukan
untuk penyelamatan nyawa, pencegahan kecacatan lebih lanjut, dan kepentingan terbaik
bagi pasien.
(2) Pemerintah menjamin perlindungan hukum bagi setiap orang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
C.3.Fungsi aspek hukum dan legalitas pelayanan gawat darurat bagi perawat :
1. Hukum Menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan tindakan asuhan
keperawatan gawat darurat agar diterima oleh etik dan hukum, sehingga menimbulkan
adanya kepastian hukum.
2. Hukum juga memberikan penjelasan tentang tanggung jawab perawat gawat
darurat yang berbeda dari tanggung jawab tenaga kesehatan lainnya
3. Hukum dapat membantu perawat gawat darurat menetapkan batas batas
tindakankeperawatan mandiri (otonomi profesi)
4. Hukum membantu keperawatan dalam menjaga standar asuhan keperawatan yang
dibuat oleh profesi keperawatan.
Aspek etika dan hukum dalam pelayanan gawat darurat sangat penting dilaksanakan
sebagai pedoman agar pelayanan yang diberikan tidak melanggar norma atau hukum yang
dapat merugikan profesi keperawatan atau masyarakat yang berakibat pada konflik.
D.Kesimpulan
Dalam kegiatan kegawatan daruratan sehari hari dan bencana peran perawat sangat
signifikan oleh sebab itu pengembangan pengetahuan dan keterampilan keperawatan
khususnya tentang gawat darurat dan bencana harus terus menerus dikembangkan, disisi
lain tuntutan akan kepastian hukum legalitas perawat profesional juga harus ditempatkan
secara proporsional dengan arti kata adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Disamping wajib dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi profesi kesehatan juga
mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan profesinya, dan diwajibkan juga
untukmengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam meningkatkan
profesionalisme dalam melaksanakan pelayanan kesehatan secara maksimal, bagi perawat
tanggap darurat tentu saja diharuskan memiliki keterampilan kegawat-daruratan,
semisalnya pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD), pelatihan Penanggulangan Penderita
Gawat Darurat, Nursing Emergency, General Emergency Life Support, Manajemen
Bencana, simulasi tanggap darurat dan lain sebagainya, sebagai bagian dari kompetensi
perawat tanggap darurat

E. ISU ETIK DALAM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


Tuntutan hukum dalam praktek KGD biasanya berasal dari :
1. Kegagalan komunikasi
2. Ketidakmampuan mengatasi dillema dalam profesi
Permasalahan etik dan hukum KGD merupakan isu yang juga terjadi pada etika dan
hukum dalam kegawatdaruratan medik yaitu :
1. Diagnosis keadaan gawat darurat
2. Standar Operating Procedure
3. Kualifikasi tenaga medis
4. Hak otonomi pasien : informed consent (dewasa, anak)
5. Kewajiban untuk mencegah cedera atau bahaya pada pasien
6. Kewajiban untuk memberikan kebaikan pada pasien (rasa sakit, menyelamatkan)
7. Kewajiban untuk merahasiakan (etika >< hukum)
8. Prinsip keadilan dan fairness
9. Kelalaian
10. Malpraktek akibat salah diagnosis, tulisan yang buruk dan kesalahan terapi : salah
obat, salah dosis
11. Diagnosis kematian
12. Surat Keterangan Kematian
13. Penyidikan medikolegal untuk forensik klinik : kejahatan susila, child abuse, aborsi
dan kerahasiaan informasi pasien
F. EVALUASI
TES AKHIR :
berbagai informasi dari pemberi pelayanan khususnya dalam pengambilan persetujuan atas
tindakan keperawatan.” merupakan definisi peran perawat sebagai...
a. Kolaborator
b. Coordinator
c. Educator
d. Advokat klien
e. pemberi asuhan keperawatan
2. Fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari
perawat lain sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan adalah fungsi perawat
secara . . . ?
a. Fungsi Independen
b. Fungsi Dependen
c. Fungsi Interdependen
d. Fungsi Advokasi
e. Fungsi Koordinator
3. Salah satu kiat seorang perawat agar dapat membuat klien nyaman adalah accepting,
yang artinya ?
a. perawat harus dapat menerima dirinya sendiri sebelum menerima orang lain
b. perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan duka , senang, frustasi
dan rasa puas klien
c. mau mendengar keluhan kliennya
d. memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang lain dengan menjaga
kerahasiaan klien kepada yang tidak berhak mengetahuinya.
e. perawat selalu belajar dan mengembangkan diri dan keterampilannya
4. Tujuan dari perawatan kegawatdaruratan adalah sebagai berikutkecuali...?
a. Mencegah kematian dan kecacatan (to save life and limb) pada penderita gawat
darurat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana
mestinya.
b. Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh
penanganan yang Iebih memadai.
c. Menanggulangi korban bencana.
d. Semua benar
e. Semua salah
5. Salah satu dari tiga filosofi dasar perawatan kegawat daruratan adalah .. ?
a. Universal
b. Tranfersal
c. Mengkhusus
d. Sebagian
e. Unitranversal
6. “Caring memiliki sepuluh faktor dalam unsur – unsur karatif yaitu : nilai – nilai
humanistic – altruistik, menanamkan semangat dan harapan, menumbuhkan kepekaan
terhadap diri dan orang lain, mengembangkan ikap saling tolong menolong, mendorong
dan menerima pengalaman ataupun perasaan baik atau buruk, mampu memecahkan
masalah dan mandiri dalam pengambilan keputusan, prinsip belajar – mengajar,
mendorong melindungi dan memperbaiki kondisi baik fisik, mental , sosiokultural dan
spiritual, memenuhi kebutuhan dasar manusia, dan tanggap dalam menghadapi setiap
perubahan yang terjadi”. Merupakan pernyataan dari siapa . . ?
a. Watson (1979)
b. Leninger (1977)
c. Roger (1979)
d. Virginia (1982)
e. Darmawan (1984)
7. Apa saja kah prinsip keperawatan kegawatdaruratan ?
a. Kuat dan cepat
b. Cepat dan terarah
c. Cepat, tepat, dan siapa saja boleh menolong
d. Cepat, tepat, dan hanya tim medis yang dapat menolong
e. Terarah
8. Apa tujuan dari memahami aspek hukum dan etika dalam keperawatan
kegawatdaruratan ?
a. Meningkatkan kualitas penanganan pasien dan menjamin keamanan serta
keselamatan pasien.
b. Memudahkan dalam penanganan pasien yang kritis
c. Meningkatkan kemampuan tenaga medis dalam menangani kasus
d. Menguatkan tubuh pasien
e. Semua salah
9. Permasalahan etik dan hukum KGD merupakan isu yang juga terjadi pada etika dan
hukum dalam kegawatdaruratan medik yaitu, kecuali ?
a. Diagnosis keadaan gawat darurat
b. Standar Operating Procedure
c. Kualifikasi tenaga medis
d. Semua benar
e. Semua salah
10. Saat perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya dimanapun dan
kapanpun, berarti perawat telah menerapkan prinsip perawat sebagai apa ?
a. Helping
b. Touching
c. Laughing
d. Crying
e. Believing in others.

KUNCI JAWABAN:
. D
2. B
3. A
4. E
5. A
6. A
7. C
8. A
9. E
10. A

Anda mungkin juga menyukai