Anda di halaman 1dari 16

khaidar On Jumat, 09 Desember 2011

BAB I
PENDAHULUAN

1.2)  LATAR BELAKANG


Popkrin dan Stroll menguraikan lebih dahulu perbedaan – perbedaan antara etika
metafisika lalu masuk logika sebagai bagian dari pada filsafat. Bila seorang memikirkan
persoalan tingkah laku, maka ia akan masuk filsafat dalam bidang fisika, tetapi jika
memperhatikan tentang cara berpikir itu sendiri maka yang dimasukinya adalah dunia filsafat
dalam bidang logika.
Logika merupakan suatu percobaan pada pertanyaan – pertanyaan. Apakah yang
dimaksud dengan pendapat yang benar?. Apakah metode yang digunakan untuk meneliti
kekeliruan pendapat? Memperhatikan pendapat tersebut popkin dan stroll berkesimpulan bahwa
logika merupakan salah satu cabang filsafat yang renting, semua atau cabang filsafat yang tak
dapat lepas dari pada penggunaan pikiran atau cara berpikir : apakah pikiran itu benar atau
keliruakan tergantung pada azaz – azaz logika.disitulah letak logis diperlukan sebagai dasar
penggunaan pikiran.
Bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu mampu termuat dalam
lapangan pemahaman manusia. Oleh karena itu memahami bahasa akan memungkinkan peneliti
untuk memahami bentuk-bentuk pemahaman manusia.

1.2)  RUMUSAN MASALAH


1.      Bagaimanakah peran dan penggunaan bahasa dan logika dalam berpikir?
2.      Apa keterkaitan bahasan dan pikiran?
3.      Apa saja komponen komponen bahasa ?
4.      Apa kelemahan bahasa ?
5.      Bagaimanakah definisi logika dan manfaatnya ?
6.      Objek apa saja yang ada di dalam logika ?
1.3)  TUJUAN MASALAH
1.      mengetahui apa saja peran bahasa dan logika dalam berfikir serta bagaimana     penerapannya
2.      menjelaskan hubugan antara bahasa dan fikiran
3.      mengetahui struktur dan komponen bahasa
4.      mengidentifikasi kelemahan bahasa
5.      menjabarkan pengertian logika dan manfaatnya secara rinci
6.      memhami seluruh objek yang terdapat dalam logika
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ) DEFINISI BAHASA
Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Mungkin ada yang keberatan dengan mengatakan bahwa
bahasa bukan satu-satunya alat untuk mengadakan komunikasi. Mereka menunjukkan bahwa dua
orang atau pihak yang mengadakan komunikasi dengan mempergunakan cara-cara tertentu yang
telah disepakati bersama.  Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong dan
sebagainya. Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan dengan bahasa,
semua alat komunikasi tadi mengandung banyak segi yang lemah.              Bahasa memberikan
kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks daripada yang dapat diperoleh dengan
mempergunakan media tadi. Bahasa haruslah merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia. Bukannya sembarang bunyi. Dan bunyi itu sendiri haruslah merupakan simbol atau
perlambang.
2.2 )  ASPEK BAHASA                                                                                                       Bahasa
merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran)
yang bersifat arbitrer, yang dapat diperkuat dengan gerak-gerik badaniah yang nyata. Ia
merupakan simbol karena rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia harus
diberikan makna tertentu pula. Simbol adalah tanda yang diberikan makna tertentu, yaitu 
mengacu kepada sesuatu yang dapat diserap oleh panca indra.                       Berarti bahasa
mencakup dua bidang, yaitu vokal yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, dan arti atau makna
yaitu hubungan antara rangkaian bunyi vokal dengan barang atau hal yang diwakilinya,itu. Bunyi
itu juga merupakan getaran yang merangsang alat pendengar kita (=yang diserap oleh panca
indra kita, sedangkan arti adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan
reaksi atau tanggapan dari orang lain). Arti yang terkandung dalam suatu rangkaian bunyi
bersifat arbitrer atau manasuka. Arbitrer atau manasuka berarti tidak terdapat suatu keharusan
bahwa suatu rangkaian bunyi tertentu harus mengandung arti yang tertentu pula. Apakah seekor
hewan dengan ciri-ciri tertentu dinamakan anjing, dog, hund, chien atau canis itu tergantung dari
kesepakatan anggota masyarakat bahasa itu masing-masing.
2.3 )  FUNGSI BAHASA                                                                                                     dalam
berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik
bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu dekatnya kita kepada bahasa, terutama bahasa
Indonesia, sehingga tidak dirasa perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia
secara lebih jauh. Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia tidak terampil
menggunakan bahasa. Suatu kelemahan yang tidak disadari.                                    Komunikasi
lisan atau nonstandar yang sangat praktis menyebabkan kita tidak teliti berbahasa. Akibatnya,
kita mengalami kesulitan pada saat akan menggunakan bahasa tulis atau bahasa yang lebih
standar dan teratur. Pada saat dituntut untuk berbahasa’ bagi kepentingan yang lebih terarah
dengan maksud tertentu, kita cenderung kaku. Kita akan berbahasa secara terbata-bata atau
mencampurkan bahasa standar dengan bahasa nonstandar atau bahkan, mencampurkan bahasa
atau istilah asing ke dalam uraian kita. Padahal, bahasa bersifat sangat luwes, sangat manipulatif.
Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Lihat saja,
bagaimana pandainya orang-orang berpolitik melalui bahasa. Kita selalu dapat memanipulasi
bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Agar dapat memanipulasi bahasa, kita harus
mengetahui fungsi-fungsi bahasa. Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang
digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri,
sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi
sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial
(Keraf, 1997: 3).                                                             
Derasnya arus globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak pula pada perkembangan dan
pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi itu, bangsa Indonesia mau tidak mau harus
ikut berperan di dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun
komunikasi.  Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung memperkaya khasanah bahasa
Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa
Indonesia, yang dalam itu, sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung
pertumbuhan dan perkembangan iptek itu (Sunaryo, 1993, 1995).
Menurut Sunaryo (2000 : 6), tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) iptek tidak dapat
tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata
memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang
sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu
pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan
daya nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika cermat
dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa merupakan
cermin dari daya nalar (pikiran).                                                    Hasil pendayagunaan daya nalar
itu sangat bergantung pada ragam bahasa yang digunakan. Pembiasaan penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar akan menghasilkan buah pemikiran yang baik dan benar pula.
Kenyataan bahwa bahasa Indonesia sebagai wujud identitas bahasa Indonesia menjadi sarana
komunikasi di dalam masyarakat modern. Bahasa Indonesia bersikap luwes sehingga mampu
menjalankan fungsinya sebagai sarana komunikasi masyarakat modern. 
  Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri
Pada awalnya, seorang anak menggunakan bahasa untuk mengekspresikan kehendaknya
atau perasaannya pada sasaran yang tetap, yakni ayah-ibunya. Dalam perkembangannya, seorang
anak tidak lagi menggunakan bahasa hanya untuk mengekspresikan kehendaknya, melainkan
juga untuk berkomunikasi dengan lingkungan di sekitarnya. Setelah kita dewasa, kita
menggunakan bahasa, baik untuk mengekspresikan diri maupun untuk berkomunikasi. Seorang
penulis mengekspresikan dirinya melalui tulisannya. Sebenarnya, sebuah karya ilmiah pun
adalah sarana pengungkapan diri seorang ilmuwan untuk menunjukkan kemampuannya dalam
sebuah bidang ilmu tertentu. Jadi, kita dapat menulis untuk mengekspresikan diri kita atau untuk
mencapai tujuan tertentu.                           Sebagai contoh lainnya, tulisan kita dalam sebuah
buku,  merupakan hasil ekspresi diri kita. Pada saat kita menulis, kita tidak memikirkan siapa
pembaca kita. Kita hanya menuangkan isi hati dan perasaan kita tanpa memikirkan apakah
tulisan itu dipahami orang lain atau tidak. Akan tetapi, pada saat kita menulis surat kepada orang
lain, kita mulai berpikir kepada siapakah surat itu akan ditujukan. Kita memilih cara berbahasa
yang berbeda kepada orang yang kita hormati dibandingkan dengan cara berbahasa kita kepada
teman kita.                       Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan
diri, si pemakai bahasa tidak perlu mempertimbangkan atau memperhatikan siapa yang menjadi
pendengarnya, pembacanya, atau khalayak sasarannya. Ia menggunakan bahasa hanya untuk
kepentingannya pribadi. Fungsi ini berbeda dari fungsi berikutnya, yakni bahasa sebagai alat
untuk berkomunikasi. Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara
terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk
memaklumkan keberadaan kita. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara lain :
a)      agar menarik perhatian orang  lain terhadap kita,

b)      keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi

Pada taraf  permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang  sebagai alat untuk
menyatakan dirinya sendiri (Gorys Keraf, 1997 :4).

  Bahasa sebagai Alat Komunikasi


Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan
sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan
komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang
kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sezaman dengan kita.                          Sebagai
alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita
dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai
macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys
Keraf, 1997 : 4). Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah
memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan
yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan
kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil
pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi
perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan
kebutuhan khalayak sasaran
kita.                                                                                                                                                    
Pada saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga
mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Oleh karena itu,
seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya
dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau luas lebih
mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Kata griya, misalnya, lebih sulit dipahami
dibandingkan kata rumah atau wisma. Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma,
dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata-kata griya atau makro
akan memberi nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas,
atau nuansa tradisional.                                                                                  Bahasa sebagai alat
ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus pula merupakan alat untuk menunjukkan
identitas diri. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman kita atas
suatu hal, asal usul bangsa dan negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita. Bahasa menjadi
cermin diri kita, baik sebagai bangsa maupun sebagai diri sendiri.
  Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial
Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia
memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam
pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota-anggota
masyarakat  hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat
komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok
sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan
menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-
tingginya. Ia memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan
masyarakatnya (Gorys Keraf, 1997 : 5). Cara berbahasa tertentu selain berfungsi sebagai alat
komunikasi, berfungsi pula sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi
kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan bergantung
pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada
orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-
teman dan menggunakan bahasa standar pada orang tua atau orang yang kita
hormati.                                                                         Pada saat kita mempelajari bahasa asing,
kita juga berusaha mempelajari bagaimana cara menggunakan bahasa tersebut. Misalnya, pada
situasi apakah kita akan menggunakan kata tertentu, kata manakah yang sopan dan tidak sopan.
Bilamanakah kita dalam berbahasa Indonesia boleh menegur orang dengan kata Kamu atau
Saudara atau Bapak atau Anda? Bagi orang asing, pilihan kata itu penting agar ia diterima di
dalam lingkungan pergaulan orang Indonesia. Jangan sampai ia menggunakan kata kamu untuk
menyapa seorang pejabat. Demikian pula jika kita mempelajari bahasa asing. Jangan sampai kita
salah menggunakan tata cara berbahasa dalam budaya bahasa tersebut. Dengan menguasai
bahasa suatu bangsa, kita dengan mudah berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa tersebut.
  Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial
  Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada
diri kita sendiri atau kepada masyarakat. Berbagai penerangan, informasi, maupun pendidikan
disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran dan buku-buku instruksi adalah salah satu
contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial.                          Ceramah agama atau
dakwah merupakan contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Lebih jauh lagi, orasi
ilmiah atau politik merupakan alat kontrol sosial. Kita juga sering mengikuti diskusi atau acara
bincang-bincang (talk show) di televisi dan radio. Iklan layanan masyarakat atau layanan sosial
merupakan salah satu wujud penerapan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Semua itu merupakan
kegiatan berbahasa yang memberikan kepada kita cara untuk memperoleh pandangan baru, sikap
baru, perilaku dan tindakan yang baik. Di samping itu, kita belajar untuk menyimak dan
mendengarkan pandangan orang lain mengenai suatu hal.                                   
Contoh fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kita terapkan adalah sebagai
alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk
meredakan rasa marah kita. Tuangkanlah rasa dongkol dan marah kita ke dalam bentuk tulisan.
Biasanya, pada akhirnya, rasa marah kita berangsur-angsur menghilang dan kita dapat melihat
persoalan secara lebih jelas dan tenang.
2.4 ) KETERKAITAN BAHASA DAN FIKIRAN

Pada hakikatnya dalam kegiatan berkomunikasi terjadi proses memproduksi dan


memahami ucapan.  Dapat dikatakan bahwa psikolinguistik adalah studi tentang mekanisme
mental yang terjadi pada orang yang menggunakan bahasa, baik pada saat memproduksi atau
memahami ujaran .Dengan kata lain, dalam penggunaan bahasa terjadi proses mengubah pikiran
menjadi kode dan mengubah kode menjadi  pikiran. Ucapan merupakan sintesis dari proses
pengubahan konsep menjadi kode, sedangkan pemahaman pesan tersebut hasil analisis kode.
Bahasa sebagai wujud atau hasil proses dan sebagai sesuatu yang diproses baik berupa  
bahasa  lisan  maupun  bahasa  tulis,  sebagaimana  dikemukakan   oleh  Kempen (Marat, 1983:
5) bahwa Psikolinguistik adalah studi mengenai manusia sebagai pemakai bahasa, yaitu studi
mengenai sistem-sistem bahasa yang  ada pada manusia yang dapat menjelaskan cara manusia
dapat menangkap ide-ide orang lain dan bagaimana ia dapat mengekspresikan ide-idenya sendiri
melalui bahasa, baik secara tertulis ataupun secara lisan. Apabila dikaitkan dengan keterampilan
berbahasa yang harus dikuasai oleh seseorang, hal ini berkaitan dengan keterampilan berbahasa,
yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Semua bahasa yang diperoleh pada hakikatnya dibutuhkan untuk berkomunikasi. Karena
itu,  Slama (Pateda, 1990: 13) mengemukakan bahwa psycholinguistics is the study of relations
between our needs for expression and communications and the means offered to us by a
language learned in one’s childhood and later ‘psikolinguistik adalah telaah tentang hubungan 
antara kebutuhan-kebutuhan kita untuk berekspresi dan berkomunikasi dan benda-benda yang
ditawarkan kepada kita melalui bahasa yang kita pelajari sejak kecil dan tahap-tahap selanjutnya.
Manusia hanya akan dapat berkata dan memahami satu dengan lainnya dalam kata-kata yang
terbahasakan. Bahasa yang dipelajari semenjak anak-anak bukanlah bahasa yang netral dalam
mengkoding realitas objektif. Bahasa memiliki orientasi yang subjektif dalam menggambarkan
dunia pengalaman manusia. Orientasi inilah yang selanjutnya mempengaruhi bagaimana manusia
berpikir dan berkata. Perilaku yang tampak dalam berbahasa adalah perilaku manusia ketika 
berbicara dan menulis atau ketika dia memproduksi  bahasa, sedangkan prilaku yang tidak
tampak adalah perilaku manusia ketika memahami yang  disimak atau dibaca sehingga menjadi
sesuatu yang dimilikinya atau memproses sesuatu yang akan diucapkan atau ditulisnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan ruang lingkup Psikolinguistik yaitu penerolehan
bahasa, pemakaian bahasa, pemproduksian bahasa, pemprosesan bahasa, proses pengkodean, 
hubungan antara bahasa dan prilaku manusia, hubungan antara bahasa dengan otak. Berkaitan
dengan hal ini Yudibrata, (1998:  9) menyatakan bahwa Psikolinguistik meliputi pemerolehan
atau akuaisisi bahasa, hubungan bahasa dengan otak, pengaruh pemerolehan bahasa dan
penguasaan bahasa terhadap kecerdasan cara berpikir, hubungan encoding (proses mengkode)
dengan decoding (penafsiran/pemaknaan kode), hubungan antara pengetahuan bahasa dengan
pemakaian bahasa dan perubahan bahasa).
Manusia sebagai pengguna bahasa dapat dianggap sebagai organisme yang beraktivitas
untuk mencapai ranah-ranah psikologi, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor. Kemampuan
menggunakan bahasa baik secara reseptif (menyimak dan membaca) ataupun produktif
(berbicara dan menulis) melibatkan ketiga ranah tadi. Istilah cognitive berasal dari cognition
yang padanannya knowing berarti mengetahui. Dalam arti yang luas cognition (kognisi) ialah
perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan.. (Neisser dalam Syah, 2004:22). Dalam
perkembangan selanjutnya istilah kognitiflah yang menjadi populer sebagai salah satu domain,
ranah/wilayah/bidang psikologis manusia yang meliputi perilaku mental manusia yang
berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pemecahan masalah, pengolahan informasi,
kesengajaan, dan keyakinan.
Menurut Chaplin (Syah, 2004:22) ranah ini berpusat di otak yang juga berhubungan
dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa. Ranah
kognitif yang berpusat di otak merupakan ranah yang yang terpenting Ranah ini merupakan
sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yaitu ranah efektif (rasa) dan ranah
psikomotor (karsa). Dalam kaitan ini Syah (2004: 22) mengemukakan bahwa tanpa ranah
kognitif sulit dibayangkan seseorang dapat berpikir. Tanpa kemampuan berpikir mustahil
seseorang tersebut dapat memahami dan meyakini faedah materi-materi yang disajikan
kepadanya.                                                                                                                 Afektif adalah
ranah psikologi yang meliputi seluruh fenomena perasaan seperti cinta, sedih, senang, benci,
serta sikap-sikap tertentu terhadap diri sendiri dan lingkungannya. Sedangkan, psikomotor adalah
ranah psikologi yang segala amal jasmaniah yang konkret dan mudah diamati baik kuantitas
maupun kualitasnya karena sifatnya terbuka (Syah, 2004: 52).
Beberapa ahli mencoba memaparkan bentuk hubungan antara bahasa dan pikiran, atau lebih
disempitkan lagi, bagaimana bahasa mempengaruhi pikiran manusia. Dari banyak tokoh yang
memaparkan hubungan antara bahasa dan pikiran, penulis melihat bahwa paparan Edward Sapir
dan Benyamin Whorf yang banyak dikutip oleh berbagai peneliti dalam meneliti hubungan
bahasa dan pikiran. Sapir dan Worf mengatakan bahwa tidak ada dua bahasa yang memiliki
kesamaan untuk dipertimbangkan sebagai realitas sosial yang sama. Sapir dan Worf
menguraikan dua hipotesis mengenai keterkaitan antara bahasa dan pikiran.
1. Hipotesis pertama adalah lingusitic relativity hypothesis yang menyatakan bahwa perbedaan
struktur bahasa secara umum paralel dengan perbedaan kognitif non bahasa (nonlinguistic
cognitive). Perbedaan bahasa menyebabkan perbedaan pikiran orang yang menggunakan bahasa
tersebut.
2. Hipotesis kedua adalah linguistics determinism yang menyatakan bahwa struktur bahasa
mempengaruhi cara inidvidu mempersepsi dan menalar dunia perseptual. Dengan kata lain,
struktur kognisi manusia ditentukan oleh kategori dan struktur yang sudah ada dalam bahasa.
Pengaruh bahasa terhadap pikiran dapat terjadi melalui habituasi dan beroperasinya aspek formal
bahasa, misalnya gramar dan leksikon. Whorf mengatakan “grammatical and lexical resources of
individual languages heavily constrain the conceptual representations available to their
speakers”. Gramar dan leksikon dalam sebuah bahasa menjadi penentu representasi konseptual
yang ada dalam pengguna bahasa tersebut. Selain habituasi dan aspek formal bahasa, salah satu
aspek yang dominan dalam konsep Whorf dan Sapir adalah masalah bahasa mempengaruhi
kategorisasi dalam persepsi manusia yang akan menjadi premis dalam berpikir, seperti apa yang
dikatakan oleh Whorf berikut ini :
“Kita membelah alam dengan garis yang dibuat oleh bahasa native kita. Kategori dan tipe yang
kita isolasi dari dunia fenomena tidak dapat kita temui karena semua fenomena tersebut
tertangkap oleh majah tiap observer. Secara kontras, dunia mempresentasikan sebuah
kaleidoscopic flux yang penuh impresi yang dikategorikan oleh pikiran kita, dan ini adalah
sistem bahasa yang ada di pikiran kita. Kita membelah alam, mengorganisasikannya ke dalam
konsep, memilah unsur-unsur yang penting.”                                                                        Bahasa
bagi Whorf pemandu realitas sosial dan mengkondisikan pikiran individu tentang sebuah
masalah dan proses sosial. Individu tidak hidup dalam dunia objektif, tidak hanya dalam dunia
kegiatan sosial seperti yang biasa dipahaminya, tetapi sangat ditentukan oleh simbol-simbol
bahasa tertentu yang menjadi medium komunikasi sosial. Tidak ada dua bahasa yang cukup sama
untuk mewakili realitas yang sama. Dunia tempat tinggal berbagai masyarakat dinilai oleh Whorf
sebagai dunia yang sama akan tetapi dengan karakteristik yang berbeda. Singkat kata, dapat
disimpulkan bahwa pandangan manusia tentag dunia dibentuk oleh bahasa sehingga karena
bahasa berbeda maka pandangan tentang dunia pun berbeda. Secara selektif individu menyaring
sensorik yang masuk seperti yang diprogramkan oleh bahasa yang dipakainya. Dengan begitu,
masyarakat yang menggunakan bahasa yang berbeda memiliki perbedaan sensorik pula
(Rakhmat, 1999). Bahasa memiliki tujuh ciri sebagai berikut :
1.      sistematis , yang berarti bahasa mempunyai pola atau sistem
2.      arbiter ( manasuka ) artinya , kata sebagai simbol berhubungan secara tidak logis dengan apa
yang di simbolkan nya
3.      ucapan / vokal. Bahasa berupa bunyi.
4.      Bahasa itu simbol. Kata sebagai simbol itu mengacu pada objeknya
5.      Bahasa , selain mengacu pada objek , juga mengacu pada dirinya sendiri. Artinya , bahasa dapat
untuk menganalisis bahasa itu sendiri
6.      Manusiawi , yakni bahasa hanya di miliki oleh manusia
7.      Bahasa itu komunikasi. Fungsi terpenting dari bahasa dalah menjadi lat komunikasi dan interaksi
Fungsi fungsi bahasa di kelompokkan jadi ekspresif, konatif , dan representasional.
Dengan fungsi ekspresifnya, bahasa terarah pada si pembicara. Dalam fungsi konatifnya bahasa ,
terarah pada lawan bicara, dan dengan fungsi representasionalnya bahasa terarah pada objek lain
di luar pembicara dan lawan bicara. Fungsi fungsi bhasa juga dibedakan jadi simbolik , emotif
dan efektif.
2.5 ) STRUKTUR BAHASA DAN KOSAKATA                                                                       
Saking pentingnya struktur atau tata bahasa bagi kegiatan ilmiah , suryasumantri mengajukan
pertanyaan teoritis : bagaimana mungkin seseorang dapat melakukan penalaran yang cermat
tanpa menguasai struktur bahasa yang tepat ? penguasaan tata bahasa secara pasif dan aktif
memungkinkannya menyusun pernyataan pernyataan dengan baik dan juga menarik kesimpulan
dengan betul. Tata bahasa ialah kumpulan kaidah tentang struktur gramatikal bahasa. Lebih
lanjut , charlton laird memberikan tata bahasa sebagai alat dalam mempergunakan aspek logis
dan kreatif dari pikiran untukn mengungkapkan makna dan emosi dengan memakai aturan aturan
tertentu                                                                          Selain struktur atau tata bahasa , yang
penting pila di kuasai oleh ilmuwan adalah kosakata dan maknannya. Sebab, yang disampaikan
pembicaraatau penulis kepada lawan bicaranya atau pembacanya sejatinya ialah makna
( informasi , pengetahuan ). Dan makna ini di wadahio dalam kosakata. Yang dalam khazanah
ilmiah di namakan dengan istilah atau terminologi. Tata bahasa, kosakata dan makna inilah yang
kerap menimbulkan persoalan dalam kegiatan ilmiah lantaran kelemahan inheren bahasa. Maka ,
sekali lagi andaikata ilmiuwan ridak cukup menguasai tata bahasa , kosakata dan makna ,
persoalan persoalan dalam kegitan ilmiah akan semakin rumit.
2.6 ) KELEMAHAN BAHASA                                                                                           Sampai
disini, kiranya sudah dapat di pahami bahwa bahasa sangat vital bagi manusia dalam
menjalankan aktivitas sehari hari. Pun bahasa memperjelas cara berfikir manusia, maka orang
yang terbiasa menulis dengan bahasa yang baik akan mempunyai xcara berfikir yang sistematis.
Lebih jauh sesungguhnya bahasa menstrukturkan pengalaman manusia, dan begitu pula
sebaliknya.                                                                                                                       Namun
bahasa pun tak luput dari sejumlah kelemahan inheren yang bisa menghambat komunikasi. 
Pertama, bahasa memiliki multifungsi (ekspresif, konatif, representasional, informatif, deskriptif,
simbolik, emotif, afektif ) yang dalam praktiknya sukar untuk di pisah pisahkan. Akibatnya,
ilmuwan sukar untuk membuang faktor emotif dan afektifnyaketika mengkomunikasikan
pengetahuan informatifnya. Syahdan, pengetahuan yang di utarakan tak sepenuhnya kalis dari
emosi dan afeksidan karenanya tak seutuhnya objektif ; konotasinya bersifat
emosional.                                                                                                                Kedua, kata
kata mengandung makna atau arti yang tidak seutuhnya jelas dan eksak. Misalnya, kata “cinta”
di pakai dalam lingkup yang luas dalam berhubungan antara ibu dan anak , ayah dan anak, sumi
dan istri, kakek dan nenek, sepasang kekasih. Banyaknya makna yang termuat dalam arti kata
“cinta” menyulitkan kita untuk membuat bahasa yang tepat dan menyeluruh. Sebaliknya,
beberapa kata yang merujuk pada sebuah makna – bersifat majemuk atau plural , kerap kali
memantik apa yang di istilahkan sebagai kekacauan semantik, yakni dua orang yang
berkomunikasi menggunakan sebuah kata dengan makna makna yang berlainan, atau mereka
menggunakan dua kata yang berbeda untuk sebuah makna yang sama.       Ketiga, bahasa acap
kali bersifat sirkular ( berputar putar ). Jujun mencontohkan kata “pengelolaan” yang di
definisikan sebagai “kegiatan yang di lakukan dalam sebuah organisasi” , sedangkan organisai di
definisikan sebagai “suatu bentuk kerja sama yang merupakan wadah dari kegiatan pengelolaan”.
Kelemahan kelemahan bahasa tersebut sebenernya telah menjadi kajian keilmuwan tersendiri
dalam, misalnya, filsafat, analitik, linguistik, psikolinguistik, sosiolinguistik.
Jelaslah bagi kita bahwa bahasa menjadikan manusia sebagai makhluk yang lebih maju
ketimbang makhluk makhluk lainnya. Jelaslah pula bahwa, di satu sisi, bahasa sebagai sarana
berfikir ilmiah  mempunyai fungsi fungsi yang sangat bermanfaat bagi aktivitas aktivitas ilmiah .
Di sisi lain , bahasa tidak lepas dari kelemahan kelemahan yang merintangi pencapain tujuan dari
aktivitas aktivitas ilmiah. Kelemahan kelemahan bahasa ini barangkali akan di tutupi oleh
kelebihan kelebihan  dari dua sarana berfikir ilmiah lainnya, yaitu matematika dan statitiska .
2.7 ) DEFINISI LOGIKA                                                                                                        
    Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan
karena itu , berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah
tidak boleh lebih besar daripada satu.
1.      Aturan cara berpikir yang benar
Kondisi adalah hal-hal yang harus ada supaya sesuatu dapat terwujud, dapat terlaksana. Untuk
berpikir baik , benar,logis dialektis, juga dibutuhkan kondisi-kondisi tertentu :
a.       Mencintai kebenaran
Sikap ini sangat fundamental untuk berpikir yang baik, sebab sikap ini senatiasa menggerakkan
si pemikir untuk mencari,mengusut, meningkatkan mutu berpikir dan penalarannya.
Menggerakkan si pemikir untuk senantiasa mewaspadai ruh – ruh yang akan
menyelewengkannya dari yang benar. Minsalnya menyederhanakan kenyataan, menyempitkan
cakrawala/ perspektif, berpikir terkotak-kotak,memutlakkan titik berdiri atau suatu profil dan
sebagainya.
b.      Ketahuilah dengan sadar apa yang sedang anda kerjakan
Kegiatan yang sedang dikerjakan adalah kegiatan berpikir. Seluruh aktivitas intelek kita adalah
suatu usaha terus menerus mengerjakan kebenaran yang diselingi dengan diperolehnya
pengetahuan tentang kebenaran tetapi bersifat parsial.
c.       Ketahuilah dengan sadar apa yang sedang anda katakan
Pikiran diungkapkan kedalam kata-kata. kecermatan pikiran terungkap kedalam kecermatan
kata-kata, karenanya kecermatan ungkapan pikiran kedalam kata merupakan sesuatu yang tidak
boleh ditawar lagi.
d.      Buatlah distingsi (pembeda) dan pembagian (klasifikasi) yang semestinya Jika ada dua hal yang
tidak memiliki bentuk yang sama , hal itu jelas berbeda .tetapi banyak kejadian di mana dua hal
atau lebih menpunyai bentuk sama, namun tidak identik. Disinilah perlunya membuat distingsi,
suatu berbedaan.
e.       Cintailah definisi yang tepat
Penggunaan bahasa sebagai ungkapan sesuatu kemungkinan tidak ditangkap sebagaimana yang
di ungkapkan atau yang dimaksud. Karenanya jangan segan membuat definisi. Definisi harus
diburu hingga tertangkap. Definisi adalah pembatasan yakni membuat jelas batas-batas sesuatu.
f.       Ketahuilah dengan sadar mengapa anda menyimpulkan begini atau begitu Ketahuilah mengapa
anda berkata begini atau begitu. Anda harus bisa dan biasa melihat asumsi – asumsi. imflikasi-
imflikasi,dan dan konsekkuensi-konsekuensi dari suatu penuturan. Pernyatan atau kesimpulan
yang dibuat.
g.      Hindarilah kesalahan kesalahan dengan segala usaha dan tenaga,serta sangguplah mengenali
jenis, macam dan nama kesalahan, demikian juga mengenali sebab-sebab kesalahan
pemikiran(penalaran).
Menurut irving yang dimaksud dengan logika ialah suatu studi sistematis mengenai
metode dan dasar-dasar yang digunakan untuk memberi perbedaan antara pendapat yang benar
dengan pendapat yang salah. Logisian melakukan penelitian mengenai hubungan nyata yang
terjadi antara premis dan konklusi di dalam suatu argumentasi jalan dengan premis atau
tercantum di dalam premis maka pendapat adalah benar.
Bila suatu premis dianggap benar, tidak meragukan dan bersifat demonstratif sebagai
dasar konklusi yang benar, pendapat demikian disebut logika deduktif. Logika deduktif erat
kaitannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan
yang bersifat umum.
Menurut popkrin dan stroll, logika deduktif adalah hubungan dengan usaha untuk
menetapkan suatu pendapat yang tidak diragukan..misalnya: pada dasarnya semua manusia akan
mati, maka kita sebagai manusiapun akan mati juga dan kebalikan dari deduktif adalah logika
induktif. Logika induktif adalah suatu kesimpulan yang diambil dari hal-hal yang khusus dan
diarahkan pada masalah yang umum, misalnya ; saya pasti akan mati sebab semua manusia harus
mati.
Dalam hubungan itu popkrin dan stroll menjelaskan dengan menggunakan contoh sebagai
berikut.
1.      Semua orang amerika adalah manusia
2.       Semua manusia harus mati
3.      Metode yang digunakan pada contoh diatas disebut pendapat deduktif, mungkin ada yang
meragukan kebenarannya itu ”semua manusia harus mati” maka untuk membenarkan kalimat
“semua orang amerika harus mati, untuk menentukan kebenarannya harus menggunakan jalan
lain yaitu .
A)  semua orang amerika yang lahir pada tahun 1830 telah mati
B)  Orang-orang amerika akan mati.
C)  Kebenaran kalimat (1) dan (2) merupakan suatu kemungkinan, bahwa kalimat tersebut benar
atau salah, penalaran seperti ini memungkinkan disusunnya pengetahuan secara sistematis yang
mengarah pada pernyataan-pernyataan yang makin lama makin bersifat fundamental.
D)  Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya penalaran induktif . penarikan
kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berfikir yang dinamakan silogisme.
Silogisme disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan, minsalnya :
1. semua mahluk mempunyai mata ( premis 1 )
2. si fulan adalah seorang mahluk ( premis 2 )
3. jadi si fulan mempunyai mata ( premis 3 )
Kesimpulan yang diambil bahwa si fulan mempunyai mata adalah sah, sebab kesimpulan
ditarik secara logis dari kedua premis yang mendukung, ketetapan penarikan kesimpulan
tergantung dari 3 hal yaitu, kebenaran premis mayor, dan premis minor serta keabsahan
pengambilan kesimpulan. Sekiranya salah satu unsur tersebut persyaratan tidak memenuhi maka
kesimpulan yang ditarik akan salah maka logika induktif tidak ada. Induksi merupakan cara
berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari dari berbagai kasus yang
bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan
pernyataan yang mempunyai ruang yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang
diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Umpamanya kita mempunyai fakta bahwa
kambing, gajah mempunyai mata, demikian juga dengan singa, kucing dan binatang lainya. dari
pernyataan –pernyataan ini kita dapat menarik kesimpulan yang sifatnya umum yaitu semua
binatang mempunyai mata.
Menurut popklin dan stroll, memiliki suatu hal yang sangat rentang dalam hubungan
dengan ilmu pengetahuan. Bila kita berpaling dari didalam isi buku klauser dan kunez didalam
bukunya philosofhy the study of alternative beliefs. maka dalam menjawab pertanyaan” what is
logika? Sebagai berikut: logika adalah suatu study mengenai kebenaran atau kekeliruan suatu
pendapat dalam hubungan kebenaran dan kekeliruan pendapat yang lain. Oleh karena itu
penalaran adalah suatu proses berfikir yang membuahkan pengetahuan.
Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran, maka proses
berfikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu.
2.8 ) MANFAAT LOGIKA
1.      Untuk memberikan pedoman cara berpikir yang benar atau tepat dan cara berpikir yang tidak
tepat.
2.       Untuk dapat menganalisa pikiran kita, dapat membedakan dengan tepat antara bukti dan
kesimpulan.
3.       Memiliki tujuan praktis yaitu membantu kita berpikir secara teratur mudah dan tanpa kesalahan.
4.      Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus,
tetap, tertib, metodis dan koheren.
5.       Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
Terima kasih atas kunjungan anda, semoga postingan saya bermanfaat. Tolong berikan pendapat
anda tentang postingan saya.

Anda mungkin juga menyukai