Kelompok 28
Egitaria Widianti Gulo (1848201088)
Wilda Muthmainnah (1848201085)
1
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
yang telah membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah
Penulis
3
Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.2. Tujuan 7
1.3. Prinsip 7
2.1. Tuberkulosis 7
2.1.1. Defenisi8
2.1.3. Penularan 8
2.1.4. Diagnosis 9
2.3. Etiologi 12
2.5. Dampak 14
3.1. Penutup 22
3.2. Kesimpulan 22
DAFTAR PUSTAKA 23
4
BAB I
PENDAHULUAN
dan juga dapat mempengaruhi derah luar paru (TB ekstraparu). Penyakit menular
ini dapat menyebar melalui udara ketika orang-orang yang terinfeksi tuberkolusis
2015).
tahun 1995. Sekitar 75% penyakit tuberkolusis terjadi pada pasien dewasa dengan
retang usia 15-50 tahun. Prevalansi TB cukup tinggi di negara berkembang seperti
Indonesia (Saptawati et al, 2012). Pada tahun 2006 terdapat lebih dari 600.000
kasu baru TB mucul dan angka kematian sekitar 300 orang perhari dan lebih dari
resistensi obat juga sangat penting untuk mengontrol TB sebelum obat yang
pemakaian obat yan ang tidak tepat, tidak teraturnya menjalani pengobatan selama
tahap intensif maupun tahap lanjutan dan terputusnya penggunaan obat (Dipiro et
all.,2008).
5
biaya untuk obat, sarana diagnostik, pengawasan kasus TB dan tatalaksana yang
negara yang sedang berkembang lainnya. Penyakit ini perlu di perhatikan dalam
masalah pada wanita itu sendiri, bayinya dan masyarakat sekitarnya 1,2 karena
TB paru.
makmur dan negara berkembang frekuensinya lebih tinggi 3-5 angka kekerapatan
yang pasti belum ada, tetapi sebagai gambaran bahwa dari 4300 adanya infeksi
menjadi positif. Kelanjutan setalah infeksi primer tergantung kuman dan besarnya
respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya daya tahan reaksi
kuman akan menetap sebagai kuman persisten atau dormant (tidur). Kadang-
6
tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai
mengenai ibu, juga dapat menulari bayi yang dikandung atau dilahirkannya.
maupun pasca natal oleh ibu yang mengidap Tuberkolusis aktif. Kejadian
kongenital hanya tercatat 329 kasus. Gejal klinik Tuberkulosis pada neonatus sulit
dibedakan dengan sepsi bakterial umumnya dan hampir semua kasus meninggal
karena keterlambatan diagnosis Tuberkulosis pada ibu. Oleh karena itu riwayat
keterlambatan diagnosis.
Diagnosis TB dalam kehamilanan sangat penting artinya baik bagi ibu hamil
maupun bagi janin yang di kadungnya. Karena tanpa penanganan yang tepat
penyakit ini dapat menyebabkan resiko yang cukup besar bagi keduanya. TB
masih menjadi masalah kesehatan utama di selutuh dunia. Sepertiga dari seluruh
menggambarkan bahwa insiden infeksi pada wanita hamil juga sama besarnya
dan pengobatan pada ibu hamil yang memiliki penyakit Tuberkulosis (TBC)
secara bersamaan ?
1.3 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tuberkulosis
2.1.1 Defenisi
lainnya (Francis and Micahael, 2014). Bakteri ini mempunyai sifat khusus yakni
tahan terhadap asam pada pengecatan dan termasuk basil gram positif, terbentuk
(wax) yang sulit ditembus zat kimia (Binfar,2005). Bakteri ini bersifat patogen
terhadap manusia dan biasanya didominasi pada pria (agen TB berupa rokok dan
alkohol) dan umumnya terjadi pada usia 25-44 tahun (Dipiro et al.,2004).
menjadi 2, yaitu gelaja umum seperti batuk produktif ≥ 2 minggu, sesak nafas,
nyeri dada, dan batuk darah. Selanjutnya gejala tambahan seperti berat badan
menurun, hilangnya nafsu makan, berkeringat pada malam hari dan mudah lelah
(Kemenkes, 2014)
2.1.3 Penularan
ditularkan melalui partikel udara pada jarak 1-5 meter yang dapat dihasilkan oleh
orang yang memiliki penyakit paru atau penyakit tuberkulosis pada saat batuk,
9
M.tuberculosis akan masuk ke dalam alveoli dan terjadi infeksi lokal diikutin oleh
penyebaran limfatik dan hematogen ke seluruh tubuh selama 2-1 minggu. Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi resiko penularan antara lain: sumber dahak
(dahak positif), lingkungsn (durasi paparan dan udara disekitar paparan), dan
2.1.4 Diagnosis
Pagi-Sewaktu) dan bisa ditetapkan sebagai pasien TB apabila hasil BTA positif
lain: lokasi penyakit (intra atau ekstrapulmonal), usia kehamilan, status gizi ibu
hubungann antara TBC dan meningkatnya resiko berat badan lahir rendah,
pemberian OAT dimulai pada awal kehamilan akan memberikan hasil yang sama
seperti pasien yang tidak hamil, tetapi bila diagnosis dan penangan terlambat
terjadi peningkatan angka morbiditas bayi 4 kali lipat dan peningkatnya kelahiran
perematur sebesar 9 kali lipat. Selama kehamilan dapat terjadi transmisi basil
10
TBC ke janin. Transmisi biasanya terjadi secara limfatik, hematogen atau secara
akan menempel pada plasenta dan membentuk tuberkel. Apabila tuberkel pecah
Selain cara diatas penularan ke paru juga dapat terjadi melalui inhalasi atau
Inhalasi atau tertelannya cairan amnion yang terkontaminasi terjadi jika lesi
kaseosa pada plasenta mengalami ruptur dan masuk kedalam cairan amnion, pada
kasus seperti ini fokus multipel dapat terbentuk pada paru paru, usus, dan telinga
tengah. Sedangkan penularan pasca natal dapat terjadi melalui beberapa cara
antara lain melalui inhalasi droplet yang telah terinfeksi, tertelannya droplet,
melalui ASI yang telah terkontaminasi, atau melalui kontaminasi pada kulit yang
dengan sepsis neonatal dan infeksi konginital lain seperti sifilis, toxoplasmosis
demam. Gejala lain yang sering ditemukan adalah prematuritas, berat lahir rendah,
11
sulit minum, letargi dan kejang. Bisa didapatkan abortus dan IUFD, sekret dari
granuloma kaseosa dan basil tahan asam. Bila perlu dilakukan kuretase
ibu atau keluarga tetapi sering kali penyakit TB pada ibu ditemukan setelah
penyakit pada neonatus dicurigai. Uji tuberculin pada neonatus mulanya akan
memberikan hasil negatif tetapi akan menjadi positif setelah 1-3 bulan. Pewarnaan
tahan asam yang positif dari aspirat lambung yang diambil pada pagi hari akan
memberikan hasil yang positif. Sampel untuk pemeriksaan BTA juga dapat
12
diperoleh dari cairan yang berasal dari telinga tengah, sumsum tulang, aspirat
tinggi selain itu akibat diagnosis yang terlambat angka mortalitas terhadap TB
terutama pada ibu hamil maupun pada bayi yang baru dilahirkannya dan
pada ibu merupakan hal penting untuk pemberian pengobatan adekuat sehingga
risiko serius yang terjadi pada janin dan bayi baru lahir dapat dikurangi
(Meiyanti,2007).
2.3 Etiologi
humanis) di tandai beberapa hal : basil TB mmpunyai dinding sel lipoid sehingga
taham asam, karena pada umumnya mycobacterium taham asam secara teoritis
BTA belum tentu identik dengan hasil TB, kalau bakteri-bakteri lain hanya
waktu 12 sampai 24 jam dan memungkinkan pemberian obat secara intermiten (2-
menit saja akan mati ternyata kerentanan itu terutama terhadap gelombang cahaya
berikut :
b. Jenis kelamin : pada akhir masa kanak –kanak dan remaja ,angka kematian
dan kesakitan lebih banyak dari pada anak perempuan .
d. Pada masa puber dan remaja dimana masa pertumbuhan yang cepat,
kemungkinan infeksi cukup tinggi.
e. Keadaan stres :situasi yang penuh stres ( kurang nutrisi, stres emosional,
kelelahan yang kronik).
tanda.
a. Batuk –batuk terus menerus lebih dari tiga minggu (batuk bercampur
darah)
2.4 Dampak
mengobati TB-nya terlebih dulu sampai tuntas. Namun, bagaimana jika sudah
telanjur hamil? Tetap lanjutkan kehamilan dan tidak perlu melakukan aborsi.
Jika kuman TB hanya menyerang paru, maka akan ada sedikit risiko
yang aman bagi kehamilan seperti Rifampisin, INH dan Etambutol. Kasusnya
akan berbeda jika TB juga menginvasi organ lain di luar paru dan jaringan limfa,
TB paru yang tidak diobati bisa membuat penyakit makin memburuk, serta
komplikasi kehamilan dan persalinan. Risiko ini meningkat pada wanita dengan
anemia, gizi kurang, kontraksi dini, perdarahan, setelah melahirkan dan sesak
sehingga tidak kuat mengedan. Sekitar satu juta wanita TB meninggal tiap tahun
saat kehamilan atau persalinan. Risiko juga meningkat pada janin, seperti abortus,
tanpa kehamilan. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah pemberian OAT yang
terbagi atas penderita dengan TBC aktif dan TBC laten. Wanita hamil dengan
kehamilan. OAT yang digunakan tidak berbeda dengan wanitayang tidak hamil.
luas pada wanita hamil. Obat-obat tersebut dapat melalui plasenta dalam dosis
rendah dan tidak menimbulkan efek teratogenik pada janin. Pada pemberian
ketiga kehamilan dan bayi yang baru lahir. Pada kasus multidrug resistant (MDR)
digunakan pirazinamid, akan tetapi pirazinamid tidak digunakan secara rutin pada
digunakan secara amanpada wanita hamil akan tetapi obat tersebut ditoleransi
16
tubuh secara buruk. Tuberkulosis laten adalah pasien dengan uji tuberkulin positif
dan secara klinis tidak ada tanda-tanda terjadi tuberkulosis aktif. Terapi pada TBC
laten tergantung faktor risiko dan hasil konversi uji tuberkulin. Pemberian terapi
pada TBC laten biasanya ditunda sampai 2-3 bulan setelah kelahiran. Pada pasien
yang mempunyai risiko kontak dengan individu BTA positif dan infeksi HIV,
terapi diberikan setelah trisemester pertama pada kehamilan dengan konversi uji
tuberkulin positif dalam 2 tahun terakhir. Sedangkan pada wanita hamil dengan
TBC laten yang sebelumnya telah diterapi secara adekuat tidak memerlukan terapi
wanita hamil harus diberikan secara tepat dan adekuat, serta mencegah timbulnya
efek samping teratogenik pada janin. Pasien TBC aktif dengan sputum BTA
pada populasi risiko TBC rendah. Pada populasi dengan risiko TBC tinggi dan
adanya resisten obat anti TBC tinggi perlu penambahan pirazinamid. Pasien
dengan uji tuberkulin positif, sputum BTA negatif, biakan negatif dan fototoraks
selama 9 bulan.
Sedangkan bila pada foto toraks terlihat proses penyakit yang telah
menyembuh (terdapat kalsifikasi pada kelenjar getah bening dan lesi parenkim),
konversi uji tuberkulin terbaru positif, foto toraks normal serta pemeriksaan
17
pirazinamid sesuai dengan uji sensitivitas. Pada pasien dengan ketidak mampuan
mentoleransi isoniazid dan rifampisin, maka diberikan etambutol atau obat lain
OAT yang diberikan dibagi atas 2 golongan yaitu obat lini pertama (first
line) dan obat lini kedua (second line). Rifampisin merupakan obat lini pertama
yang terutama bekerja pada sel yang sedang tumbuh, tetapi juga memperlihatkan
efek pada sel yang sedang tidak aktif (resting cell). Bekerja dengan menghambat
dalam sintesa RNA. Obat ini juga menghambat beberapa Mycobacterium atipikal,
bakteri gram negatif dan gram positif. Secarain vitro, rifampisin dapat
juga mempunyai mekanisme post antibiotic effect terhadap bakteri gram negatif.
serebrospinal dan cairan tubuh lainnya termasuk eksudat tuberkulosis paru. Obat
18
ini menimbulkan warna orange sampai merah bata pada urin, saliva, feses,
sputum, air mata dan keringat. Metabolisme terjadi melalui deasetilasi dan
melewati plasenta dengan kadar yang sama dengan ibu. Efek samping pada bayi
unsur penting dinding sel Mycobacterium. Menghilangkan sifat tahan asam dan
Hanya kuman yang peka yang menyerap obat ke dalam selnya dan proses ini
dalam beberapa hari pertama pengobatan. INH mudah diabsorpsi pada pemberian
oral maupun parenteral. Kelarutan INH dalam lemak tinggi, berat molekul rendah
dan melalui plasenta serta mudah mencapai janin dengan kadar hampir sama
dengan ibu. setelah pemberian INH dosis 100 mg jangka pendek Kadar puncak
dicapai dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian oral di hati. INH terutama
kadar obat dalam plasma dan masa paruhnya. Waktu paruh berkisar 1-3 jam.
Mudah berdifusi ke dalam sel dan semua cairan tubuh. Antara 75-95%
diekskresikan melalui urin dalam waktu 24 jam dan seluruhnya dalam bentuk
melewati plasenta cukup besar. Efek samping berat berupa hepatitis dapat timbul
pada kurang lebih 0,5 % penderita. Bila terjadi ikterus, hentikan pengobatan
sampai ikterus hilang. Efek samping yang ringan dapat berupa: tanda keracunan
pada saraf tepi, kesemutan, nyeri otot atau gangguan kesadaran. Efek ini dapat
dikurangi dengan pemberian piridoksin dengan dosis 5-10 mg per hari atau
dengan vitamin B kompleks). Efek samping pada bayi baru lahir dilaporkan
mengubah barier sel, lipofilik meningkatkan aktivitas obat yang bersifat seperti
dan M. kansasii sensitif terhadap etambutol. Etambutol tidak efektif untuk kuman
Etambutoldosis 15 mg/kg BB ini hanya aktif terhadap sel yang bertumbuh dengan
negatif dalam 3 bulan, Resistensi bakteri terhadap etambutol terjadi akibat mutasi
embB, embA dan embC, kode untuk arabinosyl transferase. Resistensi ini timbul
bila etambutol diberikan tunggal. Pada pemberian oral sekitar 75-80% etambutol
puncak plasma dicapai dalam waktu 2-4 jam setelah pemberian. Etambutol secara
bentuk aktif asam pirazinoat (POA). PZA lebih aktif terhadap basil tuberkel
semidorman karena sistem pompa efluks yang lemah dibandingkan dengan basil
sedang bertumbuh cepat, di mana pompa efluks lebih aktif. Peradangan akut akan
menurunkan pH akibat produksi asam laktat oleh sel-sel inflamasi, hal ini
minimal PZA. Kuman dalam keadaan dorman tidak dapat dipengaruhi karena
pada saat itu ambilan PZA tidak terjadi. Banyak penelitian menyatakan daya
sterilisasi obat ini dalam makrofag. Efek bakteriostatik atau bakterisidal terhadap
laporan tidak ditemukan efek teratogenik yang bermakna pada hewan dan
malformasi janin pada pasien yang telah diterapi. Penggunaan PZA pada wanita
Lung Diseas. Efek samping utama dari penggunaan obat ini adalah hepatitis, juga
dapat terjadi nyeri sendi dan kadang-kadang dapat menyebabkan serangan arthritis
urat. Pemberian intermiten dapat mengurangi kejadian tersebut. Efek samping lain
cairan amnion serta mencapai kadar kurang dari 50% dibandingkan kadar ibu.
Telah diketahui secara luas menyangkut efek samping teratogeniknya yang berupa
pendengaran dari gangguan pendengaran ringan sampai tuli bilateral karena dapat
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
sama seperti wanita yang tidak hamil. Namun, yang harus diperhatikan adalah
pemberian OAT yang dapat menimbulkan efek teratogenik terhadap janin. OAT
seperti isoniazid, rifampisin, etambutol digunakan secara luas pada wanita hamil.
Seksio sesaria tidak dilakukan atas indikasi tuberkulosis paru, kecuali apabila ada
indikasi obstetrik.
3.2 Saran
sesuai prosedur agar dapat segera dilakukan terapi. Tuberkulin skin test dilakukan
pada wanita hamil yang mempunyai riwayat kontak dengan dengan penderita
sang ibu. Tuberkulosis kongenital yang terjadi secara hematogen yang disebabkan
oleh infeksi pada plasenta yang didapat dari ibu yang menderita tuberkulosis.
Penanganan pasien pada pasien hamil dengan TB paru adalah sama dengan pasien
nonTB yaitu menggunakan obat lebih dari satu dan dalam waktu yang lama.
23
DAFTAR PUSTAKA
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Tuberculosis Dalam Kehamilan, Jilid II, edisi
ketiga, 2001: 830-3
Sudoyo AW. Tuberkulosis paru. Dalam: Sudoyo AW, editor. Ilmu penyakit
dalam. Jilid III. Jakarta: Interna Publishing; 2009. hlm. 243-45.
Rahajoe NN. Tatalaksana Bayi dari Ibu Pengidap Tuberkulosis. Dalam: Marwoto
W, Rachimhadhi T, Pusponegoro TS. Penyunting. Penanganan terpadu
Infeksi Perinatal. Jakarta Balai Penerbit FKUI.1996:12-6.
24