Faktor Fisika adalah faktor didalam tempat kerja yang bersifat fisika yang dalam hal
ini termasuk iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro, sinar ultra ungu dan
medan magnet
Faktor Kimia adalah faktor didalam tempat kerja yang bersifat kimia yang melitupi
bentuk padatan (partikulat), cairan, gas, kabut, aerosol dan uap yang berasal dari
bahan-bahan atau limbah kimia.
Faktor Biologi juga merupakan salah satu faktor yang dapat mengakibatkan
timbulnya penyakit akibat kerja. Yang termasuk golongan hayati ini meliputi kuman,
visus, jamur, cendawan, cacing, serangga, tumbuh-tumbuhan yang berasal dari
bahan proses produksi lingkungan kerja misalnya pada pabrik-pabrik bir, roti yang
menggunakan proses peragian, pabrik textile yang menggunakan bulu domba dan
sebagainya.
Faktor Ergonomi panyakit akibat kerja dapat ditimbulkan karena faktor ergoomik
(faal kerja) yaitu penyakit karena cara kerja yang salah ataupun penggunaan alat-
alat kerja yang tidak sesuai dengan kondisi fisik.
Faktor Psikologi penyakit akibat kerja yang disebabkan karena faktor kejiwaan dapat
disebabkan oleh pandangan seseorang terhadap pekerjaannya maupun hubungan
kerja dengan orang lain seperti atasan kelompok kerja atau bawahan, atau pekerjaan
yang diluar batas kemampuannya.
4. lingkup pengawasan kesehatan kerja dan lingkungan kerja dari ketentuan peraturan
perundang-undangan bidang kesehatan kerja dan lingkungan kerja
6. Secara Filosofi : adalah pemikiran dan upayah serta penerapannya yang ditunjukan
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani dan rohani setiap tenaga kerja
pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja
Secara Keilmuan : K3 berarti suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam
usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
AUDIT
Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah suatu penyakit atau keadaan kesehatan yang
diakibatkan oleh rutinitas pekerjaan atau lingkungan kerja. PAK dapat ditimbulkan
dari berbagai faktor contohnya dari faktor pekerjaan itu sendiri, proses kerja, alat
kerja yang dipakai, lingkungan kerja dan juga bahan yang dipakai untuk bekerja.
Sehingga dengan adanya pemeriksaan penyakit akibat kerja dapat diketahui sakit
apa yang diderita oleh pekerja dan apa yang menyebabkan sakitnya si pekerja, dan
sehingga dapat dilakukan pecegahan agar tidak berimbas kepada pekerja yang
lainnya.
-Memberikan laporan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk sesuai keputusan
penunjukannya yaitu tiap 3 bulan atau ditentukan lain bagi Ahli K3 Umum serta
setiap selesai memberikan jasa bagi Ahli K3 yang berada pada perusahaan jasa.
9. Tujuan dari Ergonomi dan apa yang dimaksud dengan B3 berdasarkan Kepmen
No. 187/1999
Tujuan dari ergonomi untuk mencegah dan atau mengurangi risiko akibat penggunaan
bahan kimia berbahaya di tempat kerja terhadap tenaga kerja, alat-alat kerja dan
lingkungan.
B3 (Bahan, Berbahaya dan Beracun), Bahan Kimia Berbahaya adalah bahan kimia
dalam bentuk tunggal atau campuran yang berdasarkan sifat kimia atau fisika dan atau
toksikologi berbahaya terhadap tenaga kerja, instalasi dan lingkungan.
10. Tujuan pengujian kualitas APAR yaitu untuk mengetahui kondisi tabung APAR dan
kualitas bahan pemadamnya apakah masih layak digunakan atau tidak.
1. Smoke Detector 2 Wire Alat ini memiliki sistem kerja 2 kabel, sensor ini dapat
diintegrasikan dengan fire alarm panel.
2. Smoke Detector 4 Wire Alat ini menggunakan sistem kerja 4 kabel dan dapat
dengan mudah diintegrasikan dengan berbagai jenis (security) alarm panel
ataupun automation panel.
3. Smoke Detector Multi Yaitu alat pendeteksi asap yang dapat bekerja dengan
sistem 4 kabel ataupun 2 kabel, hal ini memungkinkan sensor ini untuk
diintegrasikan dengan Security Alarm dan juga Conventional Fire Alarm.
4. Stand alone Smoke Detector Yaitu sensor deteksi asap yang berdiri sendiri tanpa
memerlukan koneksi ke panel controller.[2] Smoke Detector ini dapat dengan
mudah ditempatkan dan dioperasikan pada berbagai ruang.
11. Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah untuk menciptakan suatu sistem
keselamatan dan kesehatan di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen,
tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi untuk mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif.
12. a. Keselamatan adalah suatu keadaan aman, dalam suatu kondisi yang aman secara
fisik, sosial, spiritual, finansial, politis, emosional, pekerjaan, psikologis, ataupun
pendidikan dan terhindar dari ancaman terhadap faktor-faktor tersebut.
b. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan
kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang
memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan, dan
persalinan.
c. Aman atau selamat (safe) adalah suatu kondisi dimana atau kapan munculnya
sumber bahaya telah dapat dikendalikan ke tingkat yang memadai yang sudah
dipastikan potensi bahaya sudah dikendalikan. Aman adalah lawan dari kata tingakat
bahaya (danger)
14. kelompok penyakit yang dapat timbul dalam hubungan kerja sesuai Kepres No.22/1993
Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja. Setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang
timbul karena hubungan kerja berhak mendapat jaminan Kecelakaan Kerja baik pada
saat masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir.
Menolong nyawa
Dapat meringankan penderitaan korban secara cepat.
Untuk mencegah cedera atau penyakit agar tidak bertambah parah,
seperti adanya pendarahan.
Untuk mempertahankan daya tahan korban
Sebagai usaha untuk menyembuhkan
Untuk mencari pertolongan lebih lengkap