Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM KONVERSI ENERGI

REFRIGRANT TRAINING UNIT (RTU)

Disusun Oleh :

NAMA : GUNTUR SUKMA

NIM : 41317320012

KELOMPOK :V

TANGGAL PRAKTIKUM : 15 Februari 2020

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MERCUBUANA

2020
KARTU PRAKTIKUM
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun laporan ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang
Refrigerant Training Unit

Pada kesempatan ini saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
pihak yang telah membantu menyusun laporan ini. Saya menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam laporan ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca
untuk memberikan saran yang membangun untuk saya.

Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bekasi, 20 Februari 2020

Disusun oleh

(Guntur Sukma)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................................................1
I.1 Latar Belakang Masalah......................................................................................................1
I.2 Tujuan Pengujian.................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................................3
LANDASAN TEORI...............................................................................................................................3
II.1 Teori Refrigrant Training Unit.........................................................................................3
BAB III....................................................................................................................................................10
PRINSIP KERJA....................................................................................................................................10
III.1 Komponen-Komponen Refrigrant Training Unit........................................................10
III.2 Petunjuk Umum Menjalankan Unit..............................................................................17
BAB IV....................................................................................................................................................20
PENGOLAHAN
DATA.......................................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................32

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah


Dalam kehidupan manusia sekarang ini, tidak lepas dari suatu peran
perangkat pendingin udara yang merupakan alat pengkondisian udara (Air
Conditioning), baik itu pada bidang industri, rumah tangga, pertambangan,
komersial. Adanya peningkatan temperatur di bumi (Global Warming) membuat
kenyamanan yang diinginkan manusia tidak terpenuhi, terutama pada daerah
tropis. Kebutuhan akan sistem pendingin juga tidak lepas dalam suatu proses
dalam bidang industri, seperti halnya dalam food processing dan petrochemical
Industry. Dari berbagai macam jenis penggunaan di atas maka sistem pendinginan
sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Semakin berkembangnya teknologi
seharusnya faktor keamanan, kenyaman, dan keselamatan manusia menjadi suatu
prioritas, serta tidak melupakan aspek dari lingkungan yang menjadi sasaran
utamanya.

Pengetahuan dan pengalaman pada sistem pendingin dan pengkondisian


udara dewasa ini sangat dibutuhkan di dunia industri, komersial, pertambangan
dan rumah tangga. Hampir semua pabrik proses (petrochemical dan food
processing) menggunakan sistem pendingin untuk memproses produk mereka.
Misalnya seperti unit freeze drying pada pabrik penghasil susu kaleng tertentu
membutuhkan peralatan pendingin dan system control yang cukup komplek.
Petrochemical industry seperti halnya pabrik pupuk juga membutuhkan proses
cryogenic untuk memcairkan gas amonia sebagai bahan baku pupuk. Gedung–
gedung perkantoran, komersial, supermarket dan rumah tinggal system
pengkondisian udaranya harus dirancang agar mempunyai efisiensi yang tinggi
tetapi tetap menjaga kenyamanan dari para penghuni. Yang agak berbeda adalah
system pengkondisian udara di rumah sakit karena selain faktor kenyamanan,
faktor kesehatan juga harus diperhatikan.

1
Sistem pendinginan pada umumnya dirancang dengan derajat exibilitas
operasional yang tinggi. Hal tersebut untuk memungkinkan suatu sistem
pendingin mengatasi variasi-variasi yang terjadi pada kondisi operasi. Pergantian
refrigeran dari R-12 dan R-22 ke refrigeran lainnya yang lebih ramah lingkungan
sangat mempengaruhi performansi dari alat-alat sistem pendingin. Oleh karena
itu, harus dirancang dengan baik.

Media pendingin dari bahan CFC untuk AC, lemari es, cold storage,
chiller, water dispenser dan mesin pendingin yang lain untuk industri yang selama
ini digunakan harus bersiap-siap untuk tidak dipakai lagi. Penolakan tehadap
penggunaan refrigeran CFC telah tertuang dalam konvensi Wina dan Protokol
Montreal tahun 1987 dengan keharusan menghentikan kegiatan produksi dan
penggunaannya. Pemerintah indonesia sendiri telah memberi batas akhir
pengimporan CFC pada akhir tahun 2007, 2 sehingga perlu dikembangkan
refrigeran yang tidak merusak lapisan ozon.

I.2 Tujuan Pengujian

a. Untuk mengetahui dan melihat dengan jelas semua jalanya proses-


proses thermodinamis suatu mesin pendingin.

b. Mengetahui hubungan antara tekanan dengan temperature, titik


didih, entalpi, kondensasi, evaporasi, kompresi, ekspansi, dari suatu
sistem refrigerasi.

c. Untuk mengetahui siklus refrigerasi dalam macam penggunaan katup


ekspansi.

d. Mengetahui dan mengatur laju pendinginan, sehingga diketahui kerja


kompresor.

e. Untuk mengetahui penggunaan accumulator, receiver dan pengatur


berbagai katup manual.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

II.1 Teori Refrigrant Training Unit

a. Proses penguapan membutuhkan sejumlah kalor, yang mana udara


tersebut diambil dari udara mengalir melalui pipa dari sirip
evaporator, hal yang mana menyebabkan turunya pendingin.

b. Pada proses kondensasi ada sejumlah udara pendingin pada pipa dan
sirip kondensor. Proses ini terjadi pada tekanan dan temperature yang
cukup tinggi.

c. Proses penuruna tekanan yang lebih tinggi lebih rendah terjadi pada
katup ekspansi dimana refrigerant dalam keadaan cair bertekanan
tinggi diekspansi sedemikian rupa sehingga refrigerant setelah
melalui katup ekspansi akan bertekanan rendah sesuai dengan di
evaporator, katup ekspansi diatur berdasarkan tinggi caiaran pada
kondensor.

3
Rumus yang dipergunakan

Qe = me.Cp.∆ T

Dimana :

me = massa refrigrant yang melalui evaporator

Cp = Kalor jenis R-12 (J/kg℃ ¿

∆T = ti ref . ¿ref

4
Ti ref = Temperature refrigerant dalam kondensor

¿ref = Temperature refrigerant evaporator dan kondensor

Ta = Temperature ruangan

Tiu = Temperature udara masuk pada evaporator dan

kondensor

Tou = Temperature udara keluar pada evaporator dan

kondensor

Qe = Perpindahan kalor evaporator

Qc = Perpindahan kalor kondensor

Qe = me.Cp.∆ T

Hokum Thermodinamika 1

W = Qe+QC

Kerja kompresor

y Po y−1
W= y−1
( Pi . Vs ) . [( )
Pi
y −1
]
5
Dimana :

W = Kerja spesifik

Pi = Tekanan masuk kompresor

Po = Tekanan tekanan keluar kompresor

Perhitungan temperature rata-rata logaritma

Untuk kondensor :

( Trefin−tu ) −( Trefout−ta )
∆ tk = Trefin−tu
ln (
Trefout−Ta )
( Tu−trefin ) −( Ta−trefout )
∆ tk = Trefin−tu
ln (
Ta−Trefout )
Koefesien Perpindahan kalor menyeluruh untuk evaporator dan kondensor

m ref . Cp. ∆ T
U= A.∆T

Dimana untuk kondensor ∆ T =( ti−¿ )

∆ t=∆ tc

Untuk evaporator ∆ T =( ¿−ti )

∆ t=∆ te

SCHEMATIC REFRIGRANT TRAINING UNIT

6
7
SCHEMATIC REFRIGRANT TRAINING UNIT

8
Keterangan Gambar

TSC : Thermo Stat Switch Control

9
CTV : Capilary Tube Valve

AXV : Thermal Expansion Valve

Pg : Pressure Gauge

Tin : Temperature Input

To : Temperature Output

FMB : Flow Sight Glass

EV : Expansion Float Valve

RCB : Receiver Control Bypass

RCV : Receiver Control Valve

HP 1 : High Pressure first

HP 2 : High Pressure Second

HP 3 : High Pressure Third

HP 4 : High Pressure Fourth

ACB : Accumulator Control Bypass

ACI : Accumulator Control In

ACO : Accumulator Control Out

BAB III
PRINSIP KERJA

10
III.1 Komponen-Komponen Refrigrant Training Unit
1. Kompresor

Kompresor adalah bagian yang terpenting dari suatu proses refrigerasi,


tidak hanya melakukan kompresi yang masuk pada tekanan gas yang
tinggi tapi juga menimbulkan tekanan rendah yang masuk ke kompresor
atau bekerja membuat perbedaan tekanan. Sehingga bahan pendingin dapat
mengalir dari satu bagian kelain bagian dari sistem. Karena adanya
perbedaan tekanan antara sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah, maka
bahan pendingin cair dapat mengalir melalui alat pengantur bahan
pendingin ke evaporator.

Kompresor pada sistem refrigerasi gunanya untuk :

1. Menurunkan tekanan di dalam evaporator, sehingga bahan pendingin


cair di evaporator dapat menguap pada suhu yang lebih rendah dan
menyerap kalor lebih banyak dari ruang di dekat evaporator.

2. Menghisap bahan pendingin gas dari evaporator dengan evaporator


dengan suhu rendah dan tekan rendah lalu memampatkan gas
tersebut sehingga menjadi gas suhu tinggi dan tekanan tinggi.
Kemudian mengalirkan ke kondensor, sehingga gas tersebut dapat
memberikan kalornya terhadap zat yang mendinginkan, maka di
dalam kondensor terjadi pengembunan.

Sistem refrigerasi ini memakai kompresor hermati, dimana motor dan


kompresor menjadi satu kesatuan.

Kelebihan kompresor hematik :

1. Tidak memakai seal pada porosnya, sehingga jarang terjadi


kebocoran bahan pendingin.

2. Bentuk kecil, kompak dan harganya lebih murah.

11
3. Tidak memakai tenaga penggerak dari luar, suara lebih tenang,
getaranya kecil.

2. Kondensor

Kondensor gunanya untuk membuang kalor dan mengubah wujud bahan


pendinginya dari gas menjadi cair, dan juga suatu alat untuk membuat
kondensasi bahan pendingin di dalam dapat mengeluarkan kalor yang
diserap dari evaporator dan panas yang ditambahkan oleh kompresor dan
alat pengatur bahan pendingin. Jadi pada sisi tekanan dari sistem unit
tersebut memakai udara yang didinginkan kondensor dengan memakai fan
motor yang dapat meniupkan udara kearah kondensor dalam jumlah yang
lebih besar, sehingga kapasitas kondensor bertambah, bentuk kondensor
ini disebut Air Cooled Condensor, serta dengan memakai sistem pipa
dengan sirip-sirip (Tube and fan condenser) sebagai pendinginan dengan
luas permukaan untuk terjadinya perpindahan kalor yang baik.

Kondensor ini juga dilengkapi dengan alat pengukuran temperature


(thermometer) dan tekanan (pressure gauge).

DATA–DATA : Proses aliran refrigrant dalam pipa kondensor adalah


single series refrigrat circuit

Diameter luar pipa : 60 mm

Panjang pipa : 432 mm

Luas permukaan perpindahan kalor : 2,83 . 10−5 . m 2

12
3. Evaporator

Mempunyai kontruksi sama dengan kondensor, yang mana fungsinya


kebalikan dari kondensor, tidak untuk membuang kalor pada udara
sekitarnya tetapi untuk mengambil kalor dari udara sekitarnya. Evaporator
tempatnya diantara katup ekspansi dan kompresor, jadi sisi tekanan rendah
dari sistem.

Evaporator merupakan ruangan atau tempat bahan pendingin cair


menguap, bahan pendingin gas ditampung di accumulator lalu mengalir ke
kompresor, evaporator memberikan kalor kepada bahan pendingin cair
sebagai kalor paten penguapan, sehingga bahan pendingin menguap.
Berdasarkan prinsip kerjanya, evaporator di unit ini memakai evaporator
kering (Dry or Direct expansion evaporator).

4. Katup Ekspansi

Di dalam percobaan ini memakai tiga percobaan :

1. AXV (Automatic Expansion Valve)

2. TXV (Thermal Expansion Valve)

3. CTV (Capilary Tube Valve)

4.1 AXV (Automatic Expansion Valve)

Disebut juga katup ekspansi tekanan konstan yang mana dapat


mempertahankan tekanan evaporator konstan pada beban evaporator yang
berubah-ubah. Katup ekspansi ini dapat mengatur jumlah refrigrant yang
masuk dalam evaporator dalam batas yang sama dengan kapasitas hisap
kompresor. Selama sistem sedang bekerja, katup tersebut dapat
mempertahankan tekanan evaporator dan tekanan saluran hisap tetap
konstan, sehingga beban kompresor juga menjadi konstan. Jadi katup tesebut
akan membuat kapasitas yang konstan pada beban berubah-ubah, katup
hanya bekerja dipengaruhi oleh tekanan refrigrant di evaporator 0,7 bar,

13
dengan kapasitas katup tersebut direncanakan untuk temperature 5 derajat
dan temperature cairan masuk ke evaporator 40℃.

4.2 TXV (Thermal Expansion Valve)

Katup ekspansi tersebut dapat mengatur jumlah refrigrant yang mengalir


ke evaporator sesuai dengan beban evaporator dan mempertahankan
effesiensi evaporator yang maximal pada setiap keadaan beban evaporator
yang berubah-ubah, serta dapat mempertahankan gas panas lanjut yang
konstan yang tidak mengatur tekanan dengan temperature dalam evaporator,
tetapi jumlah refrigrant yang mengalir masuk ke evaporator, selain dikontrol
oleh tekanan rendah dalam evaporator juga dalam temperature dan tekanan
akhir evaporator. Katup ekspansi ini mempunyai batas temperature
evaporator yang besar dan superheat yang mudah disetting. Waktu
kompresor yang sedang bekerja menghisap refrigrant dari evaporator, maka
tekanan evaporator menjadi lebih rendah, waktu kompresor berhenti tekanan
evaporator menjadi tinggi dan lubang saluran refrigrant tertutup rapat. Katup
ekspansi diatur oleh pabrik dengan superheat 5-7 ℃ dengan tekanan kerja
maximal pada temperature tinggi 3,4 bar dan tekanan temperature rendah
0,82 bar.

4.3 CTV (Capilary Tube Valve)

Pipa kapiler dibuat dari pipa tembaga dengan lubang dalam yang sangat
kecil, panjang dan lubang pipa kapiler dapat mengontrol jumlah bahan
pendingin yang mengalir ke evaporator. Gunanya untuk menurunkan
tekanan bahan pendingin cair yang mengalir melaluinya dan membangkitkan
tekanan bahan pendingin di kompresor.

5. Saklar Pemutus Tekanan

Beberapa komponen saklar pemutus tekanan :

14
1. HPC (High Pressure Control)

2. LPC (Low Pressure Control)

3. TSC (Thermostat Switch Control)

4. Accumulator

5. FMB (Flow Meter Bulb)

6. Receiver

7. Refrigrant 12 cc 2 F2

5.1 HPC (High Pressure Control)

Saklar pemutus tekanan tinggi merupakan alat kontrol tekanan dan


berfungsi sebagai alat kontrol keamanan untuk tekanan keluar kompresor
yang terlalu tinggi, alat ini dapat melindungi sistem dari tekanan yang terlalu
tinggi dengan memutuskan rangkaian listrik, sehingga kompresor terhenti.
Saklar pemutus tekanan tinggi dilengkapi dengan tombol riset akan bekerja
kembali secara automatic apabila tekananya telah turun sampai mencapai
differensial yang telah ditentukan. Pada umumnya saklar pemutus tekanan
diatur agar membuka pada tekanan 20 % di atas tekanan keluar kompresor,
R-12 adalah 10,34 – 11,17 bar. Saklar pemutus tekanan tinggi mempunyai
batas pengaturan (range) atau dapat diatur untuk dapat membuka adalah 8-
17 bar, atau differensial yang dapat diatur adalah 3 bar sedangkan batas
maximal adalah 23,5 bar.

5.2 LPC (Low Pressure Control)

Saklar pemutus tekanan dapat mencegah terjadinya pembekuan pada


evaporator, juga dapat mencegah udara dan uap air masuk ke dalam sistem
apabila terjadi kebocoran pada sisi tekanan rendah. Saklar ini pipanya harus
dihubungkan dengan saluran hisap kompresor. Saklar pemutus tekanan

15
rendah mempunyai batas pengaturan tekanan atau dapat untuk menutup 300
mmHg – 4 bar dan differensial tekanan rendah 0,7 bar – 2,5 bar.

5.3 TSC (Thermostat Switch Control)

Suatu alat mengontrol temperature atau mempertahankan temperature


konstan, alat ini dilengkapi pula dengan pipa yang terdiri dari tiga bagian :

a. Bulb (Tabung Sensor Thermal)

b. Pipa Kapiler (Penghubung)

c. Below dan saklar listrik (Penggerak Mekanik)

Jadi tepatnya TSC ini adalah sautu alat yang menunjukan keadaan
temperature pada saat itu yang mengatur temperature udara dalam keadaan
temperature tertentu dengan membuka dan menutup kontak listrik.

5.4 Accumulator

Berguna untuk sementara menampung bahan pendingin cair dan bahan


pendingin gas yang bersifat sebagai separator (alat pemisah) yang
menghasilkan antara gas dan cair, karana yang masuk ke kompresor harus
berupa gas, karena sifatnya compressible.

5.5 FMB (Flow Meter Bulb)

Suatu alat indikator untuk menunjukan berapa banyak refrigrant cair


yang mengalir ke dalam evaporator (0-150 kg/menit)

5.6 Receiver

Fungsinya sama dengan accumulator, yang mana untuk memisahkan


dengan bahan pendingin gas dan bahan pelumas kompresor agar tidak
tercampur sebelum masuk ke evaporator, karena akan menghambat jalanya
proses pendinginan di dalam evaporator.

16
5.7 Refrigrant 12 cc 2 F2

Pemakaian (40-10℃), dengan titik didih 29,8℃ pada 1 atm, tekanan


penguapan 0,8 bar pada 15 C dan tekanan kondensi 6,5 bar pada 30 C. kalor
laten uap 167 kj/kg pada titik didih. Bahan pendingin R-12 sangat aman,
tidak korosip, tidak beracun, tidak dapat terbakar atau meledak dalam bentuk
gas maupun cair, juga bila bercampur dengan udara R-12 tidak berwarna,
bahkan transparan, tidak berbau dan tidak ada rasanya pada konsentrasi
dibawah 20 % dari volume.

Simbol-simbol yang digunakan :

me = massa refrigrant yang melalui evaporator

Cp = Kalor jenis R-12 (J/kg℃ ¿

∆T = ti ref . ¿ref

Ti ref = Temperature refrigerant dalam kondensor

¿ref = Temperature refrigerant evaporator dan kondensor

Ta = Temperature ruangan

Tiu = Temperature udara masuk pada evaporator dan

kondensor

Tou = Temperature udara keluar pada evaporator dan

kondensor

17
Qe = Perpindahan kalor evaporator

Qc = Perpindahan kalor kondensor

Pe = Tekanan yang masuk evaporator (bar)

Pc = Tekanan yang keluar dari kondensor (bar)

Pa = Tekanan di dalam ruangan (bar)

Pi = Tekanan yang masuk kompresor (bar)

Po = Tekanan yang keluar kompresor (bar)

T ik = Temperature yang masuk kompresor

T ok = Temperature yang keluar kompresor

III.2 Petunjuk Umum Menjalankan Unit

a. Pasang thermometer di evaporator, kondensor, dan kompresor balik


itu temperature masuk, keluar maupun temperature udara luar.

b. Periksa katup-katup yang tersedia, lalu buka katup.

c. Buak katup FMB, serta buak salah satu ekspansi yang akan
dipergunakan yaitu, CTV, AXV, dan TXV.

d. Set tsc yang akan dipergunakan dalam percobaan.

18
e. Periksa sambungan kabel arus daya serta transmomator, karena unit
tersebut memakai tegangan 110 volt.

f. Jalankan arus, set tegangan 200 ditransformator, jalankan arus panel


unit RTU, serta jalankan fan di evaporator dan kondensor, lalu
jalankan kompresor selama 10 menit.

g. Selama unit berjalan, periksa alat pengukur, tekana, ISG, FMG, dan
lihat siklus refrigrant yang mengalir melalui evaporator dan
kondensor.

h. Setelah unit berjalan dengan baik, ukur setting semua alat ukur dan
setting sesuai yang diinginkan dalam percobaan tersebut.

i. Periksa dan ukur tegangan arus yan mengalir dengan memakai tank
empere meter.

Diagram Alir (Flow Chart)

Mulai

Praktikum RTU

Input nilai
percobaan

Pembekalan
pembuatan laporan

Pembuatan
laporan

Selesai
19
TUGAS RTU

1. Buatlah satu perhitungan dari masing-masing percobaan.

2. Buatlah grafik entalphi /n atau terhadap tekanan /p dari masing-


masing percobaan.

3. Buatlah grafik hasil perhitungan.

No h1 h2 h3 h4 Nk Nm Nc Mtcf Qc Qe COP COPnp


Ref

1                        
2                        
3                        
4                        

20
BAB IV
PENGOLAHAN DATA

Penghitungan masing masing percobaan

Percobaan I
Dari percobaan diketahui

T1 T2 T3 T4 P1 P2 P3 P4 V

36 5 0 0 0 5 5 0 200

Dari tabel entalpi diketahui

h1 = 108,33

h2 = 109.98

21
h3 = 113.07

h4 = 107.55

Nm = Vx1

= 200 x 1

= 20 0 Nm

Daya kompresor yang dibutuhkan

Nk = Ƞm . Ƞc . Nm

= 0,0075 . 37420.47 . 200

= 61743.78

Ƞm = Wka / Nm

= 1,65 / 200

= 0,0075
k−1
k P2
Ƞc = 0,037 . P1 . V 1 .
k−1 {( ) }
P1
k
−1

1,4−1
1.4 38
=0,037 . 18 .200 .
1,4−1 {( ) }
18
1,4
−1

= 0,037 . 18 .200 . 3,5 { 73,97−1 }

= 0,037 . 18 .200. 3,5 .72,97

= 37420.47

Wka = h 2 - h1

= 109,98 - 108,33

= 1,65

22
Laju aliran masa refrigerant ; mref

mref = Nk / Wka

= 61743,78 / 1,65

= 37420,47

Laju pelepasan kalor kondensor Qc

Qc = mref ( h2 - h3 )

= 37420,47 ( 109.98 – 113.07 )

= 37420,47 ( -3.09 )

= -4231022,563

Laju pelepasan kalor evaporator Qe

Qe = mref ( h1 - h4 )

= -4231022,563 (108,33 – 107,55 )

= -4231022,563 ( 0.78 )

= -3300197.59

Koefisien performance COP

COP = Qe / Nk

= -3300197,59 / 61743,78

= -53,44

23
Percobaan II

Dari percobaan diketahui

T1 T2 T3 T4 P1 P2 P3 P4 V

-2 21 7 7 52 60 50 68 220

Dari tabel diketahui

h1 = 107.94

h2 = 110.71

h3 = 108.99

h4 = 107.53

Nm = Vx1

= 220 x 1

= 220 Nm

Daya kompresor yang dibutuhkan

Nk = Ƞm . Ƞc . Nm

= -0,001259 . 35,081 . 220

= -9.716

Ƞm = Wka / Nm

= -2,77 / 220

= -0,001259
k−1
k P2
Ƞc = 0,037 . P1 . V 1 .
k−1 {( ) }
P1
k
−1

24
1,4−1
1.4 55
=0,037 . 63 .220 .
1,4−1 {( )
63
1,4
−1 }
= 0,037 . 63 .220. 3,5 { 1,43−1 }

= 0,037 . 63 .35 . 0,43

= 35.081

Wka = h 1 - h2

= 107.94 - 110,71

= -2,77

Laju aliran masa refrigerant ; mref

mref = Nk / Wka

= -9,716 / -2,77

= 3,50

Laju pelepasan kalor kondensor Qc

Qc = mref ( h2 - h3 )

= 3,50 ( 110.7 – 108.95 )

= 3,50 ( 1,75 )

= 6,125

Laju pelepasan kalor evaporator Qe

Qe = mref ( h1 - h4 )

= 3,50 (107,94 – 107,53 )

= 3,50 ( 0,51)

25
= 1,785

Koefisien performance COP

COP = Qe / Nk

= 1,785 / -9,716

= -5,4431

26
Percobaan III

Dari percobaan diketahui

T1 T2 T3 T4 P1 P2 P3 P4 V

-3 23 7 7 55 63 50 69 220

Dari tabel diketahui

h1 = 108,3

h2 = 111,35

h3 = 108.99

h4 = 107.43

Nm = Vx1

= 220 x 1

= 220 Nm

Daya kompresor yang dibutuhkan

Nk = Ƞm . Ƞc . Nm

= -0,013 . 1294,129 . 220

= -370,120

Ƞm = Wka / Nm

= -3,05 / 220

= -0,0013
k−1
k P2
Ƞc = 0,037 . P1 . V 1 .
k−1 {( ) }
P1
k
−1

27
1,4−1
1.4 57
=0,037 . 68 .220 .
1,4−1 {( )
47
1,4
−1 }
= 0,037 . 68 .220 . 3,5 { 1,668−1 }

= 0,037 . 68 .220 . 3,5 { 0,668 }

= 1294.129

Wka = h 1 - h2

= 108,3 - 111,35

= -3.05

Laju aliran masa refrigerant ; mref

mref = Nk / Wka

= -370,120 / -3,05

= 1128.866

Laju pelepasan kalor kondensor Qc

Qc = mref ( h2 - h3 )

= 1128,866 ( 111.35 – 108,99 )

= 1128,866 ( 2,36 )

= 2664,1237

Laju pelepasan kalor evaporator Qe

Qe = mref ( h1 - h4 )

= 2664.1237 (108.3 – 107.43 )

28
= 2664,1237 ( 0.87 )

= 2317,7876

Koefisien performance COP

COP = Qe / Nk

= 2317.7876 / -370,120

= -6,262

29
Grafik entalpi terhadap tekanan dari masing masing
percobaan.

Percobaan I
160

140

120

100

80
Axis Title
60

40

20

0
107 108 109 110 111 112 113 114
Axis Title

30
Percobaan II
180
160
140
120
p (pressure )

100
80
60
40
20
0
107 107.5 108 108.5 109 109.5 110 110.5 111
h ( entalpy )

Percobaan III
180

160

140

120
p ( pressure )

100

80

60

40

20

0
107 107.5 108 108.5 109 109.5 110 110.5 111 111.5 112
h ( entalpy )

31
No h1 h2 h3 h4 Nk Nm Nc Mref Qc Qe COPref

1 108.31 109.98 113.0 107.55 61743.78 0.00 37420.47 37420.47 - - -53.44


7 75 432102.59 3300197.5
1 9

2 107.94 110.71 108.9 107.53 -9.716 - 35.081 3.50 6.125 1.785 -5.4431
9 0.00
125

3 108.3 111.35 107.4 18,8 -370.120 0.00 1294.129 1128.866 2664.1234 2317.7876 -6.262
3 13

Tabel hasil perhitungan

DATA PENGUJIAN

32
DAFTAR PUSTAKA
http://metalindoengineering.com/products-air-cooled-he.html

33
http://www.prodit.com/wp-content/uploads/Refrigeration-and-Air-Conditioning-
Educational-and-Training-Equipment.pdf

http://www.astrascientific.com/category/Refrigeration-/-Air-Condition-
Equipment-1-54.html

http://www.labtech.org/education/air-conditioning-refrigeration/basic-
refrigeration/

34

Anda mungkin juga menyukai