Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

“SIKLUS CARNOT DAN HUKUM II TERMODINAMIKA”

OLEH :

KELOMPOK 1

1. DIFA AULYA SYAHMI (19231114)


2. GITA WIDYA SARI (19231122)
3. ILLYIN BAITANIA (19231124)
4. SALSA BILLA ZAHRA (19231142)

DOSEN PENGAMPU :

JURUSAN PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul “Siklus Carnot dan Hukum II Termodinamika”. Diharapkan
Makalah ini dapat memberikan penjelasan kepada kita semua tentang Kimia Bahan Pangan.

Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
Makalah ini. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita.Aamiin.

Padang, 23 Maret 2020

Kelompok 2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................................

Daftar Isi.................................................................................................................................

Siklus Carnot………………………………………………………………………………..

Hukum II Termodinamika…………..………………………………………………………

Aplikasi siklus carnot dan hukum II Termodinamika ………………………………………


SIKLUS KARNOT DAN HUKUM II TERMODINAMIKA

A. Siklus Carnot

1. Pengertian Siklus Carnot


Proses melingkar adalah suatu proses pada suatu system setelah
mengalami beberapa perubahan keadaan, akhirnya kembali pada keadaan semula.

Siklus Carnot adalah sebuah siklus reversibel, yang pertama kali dikemukakan
oleh Sadi Carnot pada tahun 1824, seorang insinyur Perancis. Mesin teoritis yang
menggunakan siklus Carnot disebut dengan Mesin Kalor Carnot. Siklus Carnot yang
dibalik dinamakan dengan siklus Carnot terbalik dan mesin yang menggunakan siklus
carnot terbalik disebut dengan Mesin refrigerasi Carnot. Siklus Carnot adalah proses
termodinamik yang dialami oleh zat kerja (working substance) pada mesin Carnot. Siklus
ini terdiri atas dua proses isotermal dan dua proses adiabatik. Pada proses isotermal
pertama, yang terjadi pada temperatur lebih tinggi, zat mengalami ekspansi dan menyerap
kalor.

Proses isotermal kedua, yang terjadi pada temperatur rendah, zat mengalami
kompresi dan melepas kalor. Garis isotermal pertama dan kedua dihubungkan oleh dua
proses adibatik. adiabatik pertama zat mengalami ekspansi, sedangkan adibatik kedua zat
mengalami kompresi.
2. Tahapan siklus carnot

Siklus carnot  terdiri dari 4 tahapan proses, sebagai berikut.:

1) Ekspansi isothermal reversible, dimana material ( working substance) menyerap


kalor Q1 dari reservoir kalor pada temperature T1 dan sistem melakukan kerja.
2) Ekspansi adiabatic reversible, dimana working substance berkurang temperaturnya
dari T1 menjadi T2 dan sistem melakukan kerja.
3) Kompresi isothermal reversible, dimana working substance melepaskan kalor Q2 ke
reservoir dingin dengan tempertaur T2 dan kerja dikenakan terhadap sistem.
4) Kompresi adiabatic reversible, dimana working substance dikembalikan ke keadaan
awal (semula), temperature sistem berubah dari T2 menjadi T1 dan kerja dikenakan
terhadap sistem.

Keempat proses di atas dapat dilukiskan dalam bentuk diagram P versus V, seperti di
bawah ini:

3. Mekanisme Kerja Siklus Carnot

Karena sistem dikembalikan ke keadaan semula, maka perubahan besaran


keadaan (besaran termodinamika) seperti energi dalam maupun entalpi sistem proses
adalah nol. Dengan menggunakan hukum  I termodinamika dapat dihitung kalor dan
kerja pada masing-masing tahap proses diatas.

Misalnya substansi melakukan kerja adalah suatu gas ideal.


 Proses Ekspansi Isotermal Reversible

dU = đ Qrev – PdV atau dU = đ Qrev + dW

Proses Isotermal dU = 0, sehingga

đ W = đ Qrev = PdV

W1 = -Q1 = -nRT ln V2/V1

 Proses Ekspansi Adiabatik Reversibel

Pada proses adiabatic Q = 0, sehingga;

dU = đ W = -PdV

đ W = Cv(T2-T1), dimana T1>T2

Cv = kapasitas panas pada volume tetap

 Proses Kompresi Isotermal Reversibel

Dengan menggunakan penjelasan yang mirip dengan proses ekspansi isotermal


reversibel, maka diperoleh kerja pada proses ini adalah:

W3 = -Q2 = -nRT ln V4/V3, dimana V3>V4

 Proses Kompresi Adiabatik Reversibel

Dengan menggunakan penjelasan yang mirip dengan proses ekspansi adiabatik


reversibel. Maka diperoleh kerja untuk proses ini adalah :

W4 = Cv (T1-T2), dimana T1>T2

Total kerja, W yang dilakukan oleh mesin carnot dalam satu siklus adalah
W = W1 + W2 + W3 + W4

W = -nRT ln V2/V1 + Cv (T2-T1) – nRT ln V4/V3 + Cv (T1-T2)

W = -nRT ln V2/V1 – nRT ln V4/V3

W = -Q1 – Q2

Q2 berharga negatif karena V4<V3. Sesuai dengan fakta bahwa kalor ini dilepaskan oleh
sistem. Dengan demikian,

W = – Q1 + Q2  atau –W = Q1 – Q2

Kerja yang dilakukan oleh mesin adalah selisih antara kalor yang diserap, Q 1 dengan
kalor yang dilepaskan Q2.

Efisiensi mesin carnot, η adalah perbandingan antara kerja yang dilakukan mesin dengan
kalor yang diserap, Q1.

η = -W/Q1

η = (Q1-Q2)/Q1 = 1-Q2/Q1

Sejumlah kalor Q1 diserap dari reservoir kalor yang temperaturenya T1, sejumlah
kalor Q2 dilepaskan ke reservoir kalor yang temperaturnya T2 dan kerja dilakukan oleh
sistem, demikian seterusnya. Kalor yang ditransfer tergantung pada beda temperatur
antara dua reservoir tersebut. Temperatur reservoir ini disebut temperatur termodinamika
T. karena Q2/Q1 sebanding dengan temperatur termodinamika dari reservoir, maka
efisiensi mesin Carnot dapat dinyatakan sebagai berikut:

η = 1-T2/T1

Dari hasil yang diperolehnya, Carnot menyampaikan hasil teoremanya bahwa tidak ada
mesin kalor yang bekerja antara dua reservoir kalor mempunyai efisiensi lebih besar dari
mesin Carnot (ideal) yang bekerja pada dua reservoir kalor yang sama. Teorema diatas
menunjukkan bahwa mesin kalor yang irreversibel mempunyai efisiensi lebih rendah dari
mesin reversibel

Simpulan dari rumusan efisiensi mesin carnot:

 Semua mesin carnot yang bekerja pada dua reservoir kalor yang sama
mempunyai efisiensi yang sama
 Efisiensi mesin kalor tidak tergantung pada jenis material (working substance)
yang digunakan
 Temperatur termodinamika tidak tergantung pada jenis material (working
substance)

4. Mesin Kalor Karnot

Ketika system dalam suatu mesin menjalani sebagian daurnya, sejumlah kalor
diserap dari reservoir panas, pada bagian lain dari daur itu kalor yang jumlahnya lebih
sedikit dibuang ke reservoir yang lebih dingin. Jadi boleh dikatakan bahwa mesin bekerja
diantara sepasang reservoir ini. Menurut kenyataannya sejumlah kalor selalu dibuang ke
reservoir yang lebih dingin, sehingga efisiensi mesin tidak akan pernah mencapai 100%.

Ada 3 hal yang penting mengenai mesin :

1) Berapa daya guna maksimum yang dapat dicapai oleh suatu mesin yang bekerja
antara kedua reservoir itu.
2) Bagaimana karakteristik mesin.
3) Apa pengaruh sifat zat kerja.

Untuk menjawab pertnyaan ini Nicelai Leonard Sadi Carnot (1824) seorang insinyur


ulung bangsa Perancis memikirkan sebuah siklis ideal yang sekarang terkenal dengan
siklus Carnot.

Suatu mesin yang menjalani siklus carnot disebut mesin carnot. Sedangkan mesin


kalor carnot adalah suatu mesin yang mengubah energy kalor menjadi energy mekanik.
Karena keempat proses dari siklus tersebut reversible maka siklus carnot adalah siklus
reversible.

Q2= Kalor masuk

W= Usaha yang dihasilkan

Q1= Kalor yang keluar atau energy kalor yang tidak terpakai atau terbuang

Q2 dari reservoir panas, Q1 dari reservoir dingin.

Usaha W = Q2 - Q1

Efisiensi mesin kalor :

5. Grafik Mesin Kalor Carnot


Usaha 1-2 (Ekspansi isothermik)

Usaha 2-3 (Ekspansi adiabatic)

Usaha 3-4 (Kompresi isothermik)


Usaha 4-1 (Kompresi adiabatic)

Usaha total

Kita amati pada proses adiabatic

2        3

4        1
Efisiensi diatas merupakan Effisiensi Mesin Carnot Termik.

Effisiensi mesin secara umum dapat dituliskan sebagai:

η=Q2-Q1Q2

η=WQ2

Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa:

Mesin biasa hanya berlaku persamaan :

η=Q2-Q1Q1

Sedang mesin Carnot dapat berlaku :

η=Q2-Q1Q1  dan  η=T2-T1T2

6. Refrigator Carnot atau Mesin Pendingin Carnot

Mengingat mesin Carnot merupakan mesin kalor reversible, maka mesin tersebut
dapat dibalik. Mesin tersebut merupakan mesin pendingin atau refrigerator Carnot.

Pada refrigerator Carnot berlaku

T2′>T1, W=Q2-Q1

W= kalor yang masuk / diperlukan

Q1= kalor yang dihisap

Perbandingan antara kalor Q1 yang dapat dihisap dengan usaha yang digunakan W
merupakan koefisien performance C.

c=T1’T2′-T1′

c=Q1’W’=Q1’Q2′-Q1′

Theorema Carnot berbunyi : “Tak ada sebuah mesin yang bekerja antara dua reservoir
tertentu dapat lebih effisien daripada mesin Carnot yang bekerja antara kedua
reservoir”.

Bukti:

Misalkan sebuah mesin Carnot (R) dan suatu mesin lain (I) bekerja diantara dua
reservoir yang samadan diatur demikian sehingga keduanya melakukan usaha yang
sama yaitu W.

Mesin Carnot R

1. Menghisap kalor reservoir panas.


2. Melakukan usaha W.
3. Mengeluarkan kalor Q1-W kepada reservoir dingin
4. Daya Guna ηR=WQ1

Mesin Lain I :

1. Menghisap kalor Q, dari reservoir panas.


2. Melakukan usaha W
3. Mengeluarkan kalor Q1′-W kepada reservoir dingin
4. Daya guna η1=WQ’

Misalkan bahwa daya guna mesin I lebih besar dari R

ηI>ηR

WQ,>WQ1

Q1>Q’

Misalkan sekarang bahwa mesin I menjalankan mesin Carnot R yang bekerja sebagai
mesin pendingin. Pada peristiwa ini secara simbolik ditunjukkan sebagai gambar:

Karena seluruh usaha adalah untuk kepentingan bersama maka mesin kalor dan mesin
pendingin ini dapat digabungkan sehingga keseluruhannya merupakan alat yang bekerja
sendiri.

Kalor bersih yang diserap dari reservoir dingin adalah:

Q1-W-Q1-W=Q1-Q1′

Harga ini adalah positif. Kalor bersih yang dikeluarkan kepada reservoir panas juga
=Q1-Q1′

Jadi kesimpulannya alat yang bekerja sendiri ini memudahkan kalor sebesar Q1-Q1,
dari reservoir dingin ke reservoir panas. Hal ini bertentangan dengan hukum II
Termodinamika (Azas Clausius).

Hal ini berarti bahwa pengandaian ηI>ηR salah. Maka seharusnya adalah:

ηI≤ηR

Dari Theorema Carnot dapat ditarik kesimpulan bahwa:

Semua mesin Carnot yang bekerja antara dua reservoir yang tertentu daya gunanya
sama.

Bukti:

Misalkan ada mesin Carnot R1 dan R2 yang bekerja diantara dua reservoir yang sama.
Apabila R1 menjalankan R2 yang bekerja sebagai mesin pendingin maka theorema
Carnot haruslah :

ηR1≤ηR2

Apabila R2 menjalankan R1 yang bekerja sebagai mesin pendingin maka menurut


theorema Carnot haruslah:

ηR2≤ηR1

Jadi dengan begitu jelaslah bahwa

ηR1=ηR2

Karena dalam pembahasan tadi tidak terdapat syarat-syarat khusus untuk sifat zat kerja
maka, daya guna siklus Carnot tidak dipengaruhi oleh zat kerja.

7. Daya Guna Siklus Carnot


Karena η Carnot tidak tergantung dari zat kerja maka untuk mudahnya perhitungan kita
pakai gas sempurna sebagai gas kerja.

B. Hukum II Termodinamika

Termodinamika (bahasa Yunani: thermos = 'panas' and dynamic = 'perubahan')


adalah fisika energi , panas, kerja, entropi dan kespontanan proses. Hukum kedua
termodinamika mengatakan bahwa aliran kalor memiliki arah. Dengan kata lain, tidak
semua proses di alam adalah reversibel (arahnya dapat dibalik). Hukum kedua
termodinamika menyatakan bahwa kalor mengalir secara spontan dari benda bersuhu
tinggi ke benda bersuhu rendah dan tidak pernah mengalir secara spontan dalam arah
kebalikannya. Misalnya, jika sebuah kubus kecil dicelupkan ke dalam secangkir air
kopi panas, kalor akan mengalir dari air kopi panas ke kubus es sampai suhu keduanya
sama.
Hukum pertama termodinamika tidak dapat menjelaskan apakah suatu proses
mungkin terjadi ataukah tak mungkin terjadi. Oleh karena itu, muncullah hukum kedua
termodinamika yang disusun tidak lepas dari usaha untuk mencari sifat atau besaran
sistem yang merupakan fungsi keadaan. Ternyata orang yang menemukannya adalah
Clausius dan besaran itu disebut entropi. Hukum kedua ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:“Proses suatu sistem terisolasi yang disertai dengan penurunan entropi tidak
mungkin terjadi. Dalam setiap proses yang terjadi pada sistem terisolasi, maka entropi
sistem tersebut selalu naik atau tetap tidak berubah.”

Hukum kedua termodinamika memberikan batasan dasar pada efisiensi sebuah


mesin atau pembangkit daya. Hukum ini juga memberikan batasan energi masukan
minimum yang dibutuhkan untuk menjalankan sebuah sistem pendingin. Hukum kedua
termodinamika juga dapat dinyatakan dalam konsep entropi yaitu sebuah ukuran
kuantitatif derajat ketidakaturan atau keacakan sebuah sistem.

Dari hasil percobaan para ahli menyimpulkan bahwa mustahil untuk membuat
sebuah mesin kalor yang mengubah panas seluruhnya menjadi kerja, yaitu mesin
dengan efisiensi termal 100%. Kemustahilan ini adalah dasar dari satu pernyataan
hukum kedua termodinamika sebagai berikut: “Adalah mustahil bagi sistem manapun
untuk mengaalami sebuah proses di mana sistem menyerap panas dari reservoir pada
suhu tunggal dan mengubah panas seluruhnya menjadi kerja mekanik, dengan sistem
berakhir pada keadaan yang sama seperti keadaan awalnya”. Pernyataan ini dikenal
dengan sebutan pernyataan “mesin” dari hukum kedua termodinamika.

Dasar dari hukum kedua termodinamika terletak pada perbedaaan antara sifat
alami energi dalam dan energi mekanik makroskopik. Dalam benda yang bergerak,
molekul memiliki gerakan acak, tetapi diatas semua itu terdapat gerakan terkoordinasi
dari setiap molekul pada arah yang sesuai dengan kecepatan benda tersebut. Energi
kinetik dan energi potensial yang berkaitan dengan gerakan acak menghasilkan energi
dalam.

Jika hukum kedua tidak berlaku, seseorang dapat menggerakkan mobil atau
pembangkit daya dengan mendinginkan udara sekitarnya. Kedua kemustahilan ini tidak
melanggar hukum pertama termodinamika. Oleh karena itu, hukum kedua
termodinamika bukanlah penyimpulan dari hukum pertama, tetapi berdiri sendiri
sebagai hukum alam yang terpisah. Hukum pertama mengabaikan kemungkinan
penciptaan atau pemusnahan energi. Sedangkan hukum kedua termodinamika
membatasi ketersediaan energi dan cara penggunaan serta pengubahannya.

Panas mengalir secara spontan dari benda panas ke benda yang lebih dingin,
tidak pernah sebaliknya. Sebuah pendingin mengambil panas dari benda dingin ke
benda yang lebih panas, tetapi operasinya membutuhkan masukan energi mekanik atau
kerja. Hal umum mengenai pengamatan ini dinyatakan sebagai berikut :“Adalah
mustahil bagi proses mana pun untuk bekerja sendiri dan menghasilkan perpindahan
panas dari benda dingin ke benda yang lebih panas.” Pernyataan ini dikenal dengan
sebutan pernyataan “pendingin” dari hukum kedua termodinamika.

Pernyataan “pendingin” ini mungkin tidak tampak berkaitan sangat dekat


dengan pernyataan “mesin”. Tetapi pada kenyataannya, kedua pernyataan ini seutuhnya
setara. Sebagai contoh, jika seseorang dapat membuat pendingin tanpa kerja, yang
melanggar pernyataan “pendingin” dari hukum kedua, seseorang dapat
mengabungkannya dengan sebuah mesin kalor, memompa kalor yang terbuang oleh
mesin kembali ke reservoir panas untuk dipakai kembali. Meski gabungan ini akan
melanggar pernyataan “mesin” dari hukum kedua, karena selisih efeknya akan menarik
selisih panas sejumlah  dari reservoir panas dan mengubah seutuhnya menjadi kerja W.

Perubahan kerja menjadi panas, seperti pada gesekan atau aliran fluida kental
(viskos) dan aliran panas dari panas ke dingin melewati sejumlah gradien suhu, adalah
suatu proses ireversibel. Pernyataan “mesin” dan “pendingin” dari hukum kedua
menyatakan bahwa proses ini hanya dapat dibalik sebagian saja. Misalnya, gas selalu
mengalami kebocoran secara spontan melalui suatu celah dari daerah bertekanan tinggi
ke daerah bertekanan rendah. Gas-gas dan cairan-cairan yang dapat bercampur bila
dibiarkan akan selalu tercampur dengan sendirinya dan bukannya terpisah. Hukum
kedua termodinamika adalah sebuah pernyataan dari aspek sifat searah dari proses-
proses tersebut dan banyak proses ireversibel lainnya. Perubahan energi adalah aspek
utama dari seluruh kehidupan tanaman dan hewan serta teknologi manusia, maka
hukum kedua termodinamika adalah dasar terpenting dari dunia tempat makhluk hidup
tumbuh dan berkembang.

Dua formulasi dari hukum kedua termodinamika yang berguna untuk


memahami konversi energi panas ke energi mekanik, yaitu formulasi yang
dikemukakan oleh Kelvin-Planck dan Rudolf Clausius. Adapun hukum kedua
termodinamika dapat dinyatakan sebagai berikut :

1.      Formulasi Kelvin-Planck

“Tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang bekerja dalam suatu
siklus yang semata-mata mengubah energi panas yang diperoleh dari suatu sumber
pada suhu tertentu seluruhnya menjadi usaha mekanik.” Dengan kata lain, formulasi
kelvin-planck menyatakan bahwa tidak ada cara untuk mengambil energi panas dari
lautan dan menggunakan energi ini untuk menjalankan generator listrik tanpa efek lebih
lanjut, misalnya pemanasan atmosfer. Oleh karena itu, pada setiap alat atau mesin
memiliki nilai efisiensi tertentu. Efisiensi menyatakan nilai perbandingan dari usaha
mekanik yang diperoleh dengan energi panas yang diserap dari sumber suhu tinggi.

2.      Formulasi Clausius

“Tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang bekerja dalam suatu
siklus yang semata-mata memindahkan energi panas dari suatu benda dingin ke benda
panas”. Dengan kata lain, seseorang tidak dapat mengambil energi dari sumber dingin
(suhu rendah) dan memindahkan seluruhnya ke sumber panas (suhu tinggi) tanpa
memberikan energi pada pompa untuk melakukan usaha.  (Marthen Kanginan, 2007:
249-250)

Berbeda dari hukum pertama, hukum kedua ini mempunyai berbagai


perumusan. Kelvin mengetengahkan suatu permasalahan dan Planck mengetengahkan
perumusan lain. Karena pada hakekatnya perumusan kedua orang ini mengenai hal
yang sama maka perumusan itu digabung dan disebut perumusan Kelvin-Planck bagi
hukum kedua termodinamika. Perumusan ini diungkapkan demikian :“Tidak mungkin
membuat pesawat yang kerjanya semata-mata menyerap kalor dari sebuah reservoir
dan mengubahnya menjadi usaha”. Oleh Clausius, hukum kedua termodinamika
dirumuskan dengan ungkapan : “Tidak mungkin membuat pesawat yang kerjanya
hanya menyerap kalor dari reservoir bertemperatur rendah dan memindahkan kalor ini
ke reservoir yang bertemperatur tinggi, tanpa disertai perubahan lain”.

Hukum kedua termodinamika berkaitan dengan apakah proses-proses yang


dianggap taat azas dengan hukum pertama, terjadi atau tidak terjadi di alam. Hukum
kedua termodinamika seperti yang diungkapkan oleh Clausius mengatakan, “Untuk
suatu mesin siklis maka tidak mungkin untuk menghasilkan efek lain, selain dari
menyampaikan kalor secara kontinu dari sebuah benda ke benda lain pada temperatur
yang lebih tinggi".

Bila ditinjau siklus Carnot, yakni siklus hipotesis yang terdiri dari empat proses
terbalikkan: pemuaian isotermal dengan penambahan kalor, pemuaian adiabatik,
pemampatan isotermal dengan pelepasan kalor dan pemampatan adiabatik; jika integral
sebuah kuantitas mengitari setiap lintasan tertutup adalah nol, maka kuantitas tersebut
yakni variabel keadaan, mempunyai sebuah nilai yang hanya merupakan ciri dari
keadaan sistem tersebut, tak peduli bagaimana keadaan tersebut dicapai. Variabel
keadaan dalam hal ini adalah entropi. Perubahan entropi hanya gayut keadaan awal dan
keadaan akhir dan tak gayut proses yang menghubungkan keadaan awal dan keadaan
akhir sistem tersebut.

Hukum kedua termodinamika dalam konsep entropi mengatakan, "Sebuah


proses alami yang bermula di dalam satu keadaan kesetimbangan dan berakhir di
dalam satu keadaan kesetimbangan lain akan bergerak di dalam arah yang
menyebabkan entropi dari sistem dan lingkungannya semakin besar".

Jika entropi diasosiasikan dengan kekacauan maka pernyataan hukum kedua


termodinamika di dalam proses-proses alami cenderung bertambah ekivalen dengan
menyatakan, kekacauan dari sistem dan lingkungan cenderung semakin besar.

Di dalam ekspansi bebas, molekul-molekul gas yang menempati keseluruhan


ruang kotak adalah lebih kacau dibandingkan bila molekul-molekul gas tersebut
menempati setengah ruang kotak. Jika dua benda yang memiliki temperatur berbeda
T1 dan T2 berinteraksi, sehingga mencapai temperatur yang serba sama T, maka dapat
dikatakan bahwa sistem tersebut menjadi lebih kacau, dalam arti, pernyataan "semua
molekul dalam sistem tersebut bersesuaian dengan temperatur T adalah lebih lemah bila
dibandingkan dengan pernyataan semua molekul di dalam benda A bersesuaian dengan
temperatur T1 dan benda B bersesuaian dengan temperatur T2". Di dalam mekanika
statistik, hubungan antara entropi dan parameter kekacauan adalah : 

                                                                         S = k log
w   .............................................  (2.6)

dimana k adalah konstanta Boltzmann, S adalah entropi sistem, w adalah


parameter kekacauan, yakni kemungkinan beradanya sistem tersebut relatif terhadap
semua keadaan yang mungkin ditempati.
Jika ditinjau perubahan entropi suatu gas ideal di dalam ekspansi isotermal,
dimana banyaknya molekul dan temperatur tak berubah sedangkan volumenya semakin
besar, maka kemungkinan sebuah molekul dapat ditemukan dalam suatu daerah
bervolume V adalah sebanding dengan V; yakni semakin besar V maka semakin besar
pula peluang untuk menemukan molekul tersebut di dalam V. Kemungkinan untuk
menemukan sebuah molekul tunggal di dalam V adalah:

                                                                     W1 = c


V ................................................ (2.7)

dimana c adalah konstanta. Kemungkinan menemukan N molekul secara


serempak di dalam volume V adalah hasil kali lipat N dari w. Yakni, kemungkinan dari
sebuah keadaan yang terdiri dari N molekul berada di dalam volume V adalah :

                                                                w = w1N =
(cV)N ........................................... (2.8)

Jika persamaan (2.8) disubstitusikan ke (2.6), maka perbedaan entropi gas ideal
dalam proses ekspansi isotermal dimana temperatur dan banyaknya molekul tak
berubah, adalah bernilai positip. Ini berarti entropi gas ideal dalam proses ekspansi
isotermal tersebut bertambah besar.

Definisi statistik mengenai entropi, yakni persamaan (2.6), menghubungkan


gambaran termodinamika dan gambaran mekanika statistik yang memungkinkan untuk
meletakkan hukum kedua termodinamika pada landasan statistik. Arah dimana proses
alami akan terjadi menuju entropi yang lebih tinggi ditentukan oleh hukum
kemungkinan, yakni menuju sebuah keadaan yang lebih mungkin. Dalam hal
ini, keadaan kesetimbangan adalah keadaan dimana entropi maksimum secara
termodinamika dan keadaan yang paling mungkin secara statistik. Akan
tetapi fluktuasi, misal gerak Brown, dapat terjadi di sekitar distribusi kesetimbangan.

Dari sudut pandang ini, tidaklah mutlak bahwa entropi akan semakin besar di
dalam tiap-tiap proses spontan. Entropi kadang-kadang dapat berkurang. Jika cukup
lama ditunggu, keadaan yang paling tidak mungkin sekali pun dapat terjadi: air di
dalam kolam tiba-tiba membeku pada suatu hari musim panas yang panas atau suatu
vakum setempat terjadi secara tiba-tiba dalam suatu ruangan.
Reservoir Energi Panas (Thermal Energy Reservoir)           

Thermal Energy Reservoir atau lebih umum disebut dengan reservoir energi
panas adalah suatu benda atau zat yang mempunyai kapasitas energi panas yang besar.
Artinya reservoir dapat menyerap atau menyuplai sejumlah energi panas yang tidak
terbatas tanpa mengalami perubahan temperatur. Contoh dari benda atau zay besar yang
disebut reservoir adalah samudera, danau, dan sungai untuk benda besar yang berwujud
air dan atmosfer untuk benda berwujud besar di udara. Sistem dua fasa juga dapat
dimodelkan sebagau suatu reservoir, karena sistem dua fasa dapat menyerap dan
melepaskan panas tanpa mengalami perubahan temperatur. Dalam prakteknya, ukuran
sebuah reservoir menjadi relatif. Misalnya sebuah ruangan dapat disebut sebagai sebuah
reservoir dalam suatu analisa panas yang dilepaskan oleh sebuah televisi. Reservoir
yang menyuplai energi disebut dengan saurce dan reservoir yang menyerap energi
disebut dengan sink.
Mesin Kalor (Heat Engines)

Mesin kalor adalah sebutan untuk alat yang berfungsi mengubah energi


panas menjadi energi mekanik. Sebuah mesin kalor dapat di karakteristikkan sebagai
berikut:
1.    Mesin kalor menerima panas dari source bertemperatur tinggi (energi
matahari, bahan bakar, reaktor nuklir, dll)
2.    Mesin kalor mengkonvensi sebagian panas menjadi kerja (umumnya dalam
bentuk poros yang berputar)
3.    Mesin kalor membuang sisa panas ke sink bertemperatur rendah.
4.    Mesin kalor beroperasi dalam sebuah siklus.

Sebuah alat produksi kerja yang paling tepat mewakili definisi dari mesin kalor
adalah pembangkit listrik tenaga air, yang merupakan mesin pembakaran luar dimana
fluida kerja mengalami siklus termodinamika yang lengkap.
Efisiensi termal (thermal efficiencies)

Efisiensi termal sebenarnya digunakan untuk mengukur unjuk kerja dari suatu
mesin kalor, yaitu berapa bagian dari input panas yang diubah menjadi output kerja
bersih.
Unjuk kerja = Output yang diinginkan .......................... (2.9)
Input yang diperlukan

Untuk mesin kalor, output yang diinginkan adalah output kerja bersih. Dan input
yang diperlukan adalah jumlah panas yang disuplai ke fluida kerja. Kemudian efisiensi
termal dari sebuah mesin kalor dapat diekspresikan sebagai:

Efisiensi termal = Output kerja bersih ......................... (2.10)


Input yang diinginkan

Atau

nth= 1 –    Q  out .......................................................... (2.11)

Atau

Q  in      Dimana W  bersih out = Qout-Qin ................................... (2.12)

Melihat karaktristik dari sebuah mesin kalor, maka tidak ada sebuah mesin kalor
yang dapat mengubah semua panas yang diterima kemudian mengubahnya semua
menjadi kerja. Pernyataan tersebut dimuat sebuah pernyataan oleh Kelvin-Plank yang
berbunyi : “Adalah tidak mungkin untuk sebuah alat atau mesin yang beroperasi dalam
sebuah siklus yang menerima panas dari sebuah reservoir tunggal dan memproduksi
sejumlah kerja bersih.”

Pernyataan diatas hanya diperuntukkan pada mesin kalor, dapat diartikan


sebagai tidak ada sebuah mesin/alat yang bekerja dalam sebuah siklus menerima panas
dari reservoir bertemperatur tinggi dan mengubah panas tersebut seluruhnya menjadi
kerja bersih. Atau dengan kata lain tidak ada sebuah mesin kalor yang mempunyai
efisiensi 100%.
Mesin Pendingin

Mesin pendingin, sama seperti mesin kalor, adalah sebuah alat siklus. Fluida
kerjanya disebut dengan refrigerant. Siklus refrigerasi yang paling banyak digunakan
adalah daur refrigerasi kompresi-uap yang melibatkan empat komponen : kompresor,
kondensor, katup ekspansi dan evaporator

Refrigerant memasuki kompresor sebagai sebuah uap dan di kompres ketekanan


kondensor. Refrugerant meninggalkan kompresor pada temperatur yang relatif tinggi
dan kemudian didinginkan dan mengalami kondensasi di kondensor yng membuang
panasnya ke lingkungan. Refrigent kemudian memasuki tabung kapilar dimana tekanan
refrigerant turun drastis karena efek throttling. Refrigerant bertemperatur rendah
kemudian memasuki evaporator, dimana disini refrigent menyerap panas dari ruang
refrigerasi dan kemudian refriferant kembali memasuki kompresor. Efisiensi
refrigerator disebut dengan istilah coefficient of performance (COP), dinotasikan
dengan COPR.

Perlu dicatat bahwa harga dari COPR dapat berharga lebih dari satu, karena
jumlah panas yang diserap dari ruang refrigerasi dapat lebih besar dari jumlah input
kerja. Hal tersebut kontras dengan efisiensi termal yang selalu kurang dari satu. Salah
satu alasan penggunaan istilahcoefficient of performance-lebih disukai untuk
menghindari kerancuan dengan istilah efisiensi, karena COP dari mesin pendingin lebih
besar dari satu.
Pompa Kalor

Pompa kalor adalah mesin yang memindahkan panas dari satu lokasi (atau


sumber) ke lokasi lainnya menggunakan kerja mekanis. Sebagian besar teknologi
pompa kalor memindahkan panas dari sumber panas yang bertemperatur rendah ke
lokasi bertemperatur lebih tinggi. Contoh yang paling umum adalah lemari
es, freezer, pendingin ruangan, dan sebagainya. Tujuan dari mesin pendingin adalah
untuk menjaga ruang refrigerasi tetap dingin dengan meyerap panas dari ruang tersebut.
Tujuan pompa kalor adalah menjaga ruangan tetap bertemperatur tinggi. Proses
pemberian panas ruangan tersebut disertai dengan menyerap panas dari sumber
bertemperatur rendah.

Perbandingan antara COPR dan COPHP adalah sebagai berikut :

Mesin kalor membuat energi mengalir dari lokasi yang lebih panas ke lokasi
yang lebih dingin, menghasilkan fraksi dari proses tersebut sebagai kerja.
Kebalikannya, pompa kalor membutuhkan kerja untuk memindahkan energi termal dari
lokasi yang lebih dingin ke lokasi yang lebih panas.Air condtioner pada dasarnya
adalah sebuah mesin pendingin tetapi yang didinginkan disini bukan ruang refrigerasi
melainkan sebuah ruangan/gedung atau yang lain.

Hukum Termodinamika II Pernyataan Clausius

Terdapat dua pernyataan dari hukum termodinamika kedua - - pernyataan


kelvin-plank yang diperuntukkan untuk mesin kalor, dan pernyataan clausius yang
diperuntukkan untuk mesin pendingin/pompa kalor. Pernyataan clausis dapat
diungkapkan sebagai berikut: “Adalah tidak mungkin membuat sebuah alat yang
beroprasi dalam sebuah siklus tanpa adanya efek dari luar untuk mentransfer panas
dari media bertemperatur rendah kemedia bertemperatur tinggi.”

Telah kita ketahui bahwa panas akan berpindah dari media bertemperatur tinggi
kemedia bertemperatur rendah. Pernyataan clausis tidak mengimplikasikan bahwa
membuat sebuah alat siklus yang dapat memindahkan panas dari terperatur rendah ke
media bertemperatur tinggi adalah tidak mungkin dibuat. Hal tersebut dapat terjadi
asalkan ada efek luar yang dalam kasus tersebut dilakukan kompresor yang mendapat
energi dari energi listrik.

Mesin Gerak –Abadi (Perpetual-Motion Machines)

Kita mempunyai pernyataan yang berulang-ulang, bahwa sebuah proses tidak


akan dapat berlangsung jika tidak memenuhi hukum termodinamika pertama dan kedua.
Semua alat yang melanggar baik hukum pertama dan kedua termodinamika disebut
dengan mesin gerak abadi (Perpetual-Motion Machines).

Sebuah alat yang melanggar hukum termodinamika yang pertama disebut mesin
gerak abadi tipe pertama (Perpetual-Motion Machines of the first kind) atau
PMMI, sedangkan alat yang melanggar hukum termodinamika kedua disebut mesin
gerak abadi tipe kedua  (Perpetual-Motion Machines of the second kind)atau KMM2.

C. Aplikasi Siklus Carnot dan Hukum II Termodinamika


Keempat proses yang menyusun siklus adalah:

Proses 1-2: Gas dikompresi secara adiabatik ke keadaan 2 dengan temperature TH.

Proses 2-3: Rangkaian ditempatkan hingga besentuhan dengan reservoir pada TH. Gas
berekspansi secara isotermal serta menerima energi QH dari reservoir panas melalui
perpindahan kalor.

Proses 3-4: Sistem kembali ditempatkan di atas dudukan berisolasi dan gas dibiarkan
untuk terus berekspansi secara adiabatik hingga temperature menurun ke TC.

Proses 4-1: Sistem ditempatkan hingga bersentuhan dengan reservoir pada TC. Gas
dikompresi secara isotermal ke keadaan awalnya sementara terjadi pelepasan kalor
QC ke reservoir dingin melalui perpindahan kalor.

Agar memahami lebih mendalam tentang siklus Carnot, maka kami berikan contoh
aplikasi dari siklus Carnot dan bagimana sistem kerjanya adalah sebagai berikut:

1. Mesin uap

Diagram skematik mesin uap dasar diperlihatkan dalam gambar 1.2a.


Bekerjanya mesin seperti itu dapat dipahami dari perubahan tekanan dan volume
sejumlah kecil air bermassa tetap ketika berjalan dari pengembun, melalui ketel uap,
masuk ke kamar pemuaian, dan kembali lagi ke pengembun. Air dalam pengembun
bertekanan kurang dari tekanan atmosfer dan bertemperatur kurang dari temperatur
didih normal. Dengan memakai pompa, air dimasukkan ke dalam ketel yang tekanan
dan temperaturnya jauh lebih tinggi. Di dalam ketel mula-mula air dipanaskan sampai
mencapai titik didihnya, kemudian diuapkan. Kedua proses ini berlangsung kira-kira
pada tekanan yang tetap.

Selanjutnya, uap disangatpanaskan pada tekanan yang sama. Kemudian


dibiarkan mengalir ke dalam silinder; dan disini uap memuai dengan proses yang
mendekati proses adiabatik untuk mendorong piston atau suhu turbin, dan ini
berlangsung smapai tekanan dan temperaturnya menurun mendekati tekanan dan
temperatur pengembun. Di dalam pengembun, akhirnya uap mengembun menjadi air
dengan tekanan dan temperatur yang sama dengan semula, dan daur itu pun telah
lengkap.

Dalam operasi sebenarnya dari mesin uap, terdapat beberapa proses yang menyebutkan
analisis yang tepat sukar dilakukan. Proses tersebut ialah

a) Percepatan  dan turbulensi yang ditimbulkan oleh perbedaaan tekanan yang dipakai
untuk mengalirkan uap dari satu bagian radas ke bagian lainnya
b) Gesekan
c) Hantaran kalor melalui dinding ketika pemuaian uap
d) Pemindahan kalor yang timbul karena perbedaan temperatur yang berhingga antara
tungku dan ketel.

Hampiran pertama pada pemecahan persoalan mesin uap dapat dibuat dengan
memasukkan andaian penyederhanaan yang walaupun tidak dapat dilaksanakan
dalam praktek, tetapi paling tidak dapat memberikan batas atas efisiensi mesin
seperti itu dan dapat menetapkan suatu daur yang disebut daur Rankine.
Berdasarkan daur ini kelakuan sebenarnya dari mesin uap dapat dibahas.

Dalam gambar diatas digambarkan tiga isotherm air dalam diagram PV:


yang satu pada θC yang bersesuaian dengan temperatur pengembun, yang lain pada
θB yang bersesuaian dengan temperatur ketel uap, dan yang ketiga pada temperatur
yang lebih tinggi lagi, θH. kurva ririt (putus-putus) berturut-turut menunjukkan
kurva jenuh cairan dan uap. Dalam daur Rankine semua proses dianggap
berlangsung baik; gangguan yang timbul dari percepatan, golakan, gesekan, dan
kerugian kalor dengan demikian tersingkirkan. Mulai dari titik 1 yang
menunjukkan keadaan air berbentuk cairan jenuh sebanyak 1 lb pada tekanan dan
temperatur apengembun, daur Rankine terdiri atas enam proses berikut ini:

1 → 2 penempatan air secara adiabat sampai pada tekanan yang sama dengan
tekanan pada ketel uap (dalam proses ini hanya terjadi perubahan
temperatur yang kecil sekali);

2 → 3 pemanasan ar secara isobar hingga mencapai titik didihnya;

3 → 4 penguapan air secara isobar dan isotherm sehingga menjadi uap jenuh

4 → 5 uap air disangatpanaskan secara isobar menjadi uap sangat panas pada
temperatur θH;

5 → 6 pemuaian uap air secara adiabat menjadi uap basah;

6 → 1 pengembunan uap air secara isobar dan isotherm menjadi air jenuh pada
temperatur θC.
Selama proses 2 → 3, 3 → 4, dan 4 → 5, kalor |Q H| masuk ke dalam sistem
dari tandon panas, sedangkan selama proses pengembunan 6 → 1, kalor |Q C|
dibuang oleh sistem ke tandon pada temperatur θC. proses pengembunan
ini harus  ada supaya sistem dapat kembali ke keadaan awal 1. Karena kalor selalu
harus dibuang ketika pengembunan air terjadi, |QC| tidak bisa dibuat sama dengan
nol, sehingga masukan |QH| tidak bisa seluruhnya dikonversikan menjadi kerja.

2. Pompa Kalor

Tujuan pompa kalor adalah untuk menjaga temperatur dalam sebuah tempat tinggal
atau bangunan lainnya di atas temperatur sekelilingnya atau untuk menyediakan
perpindahan kalor untuk beberapa proses industri tertentu yang terjadi pada
temperatur tinggi. Pendinginan berhubungan dekat dengan operasi pompa kalor,
dimana kerja dilakukan untuk memompa kalor dari reservoir dingin (seperti sungai
atau tanah sekitar) ke dalam wadah panas (seperti sebuah rumah). Pompa kalor
merupakan pendingin yang beroperasi sebaliknya.

3. Siklus Pompa Kalor Carnot

Hanya dengan mengubah sudut pandang kita, kita dapat menganggap siklus
pada gambar diatas. Akan tetapi, tujuan siklus ini sekarang, adalah untuk
menghantarkan perpindahan kalor Qout ke daerah hangat, yang merupakan ruangan yang
akan dipanaskan. Pada kondisi tunak, laju dimana energi dipasok ke daerah hangat
melalui perpindahan kalor adalah jumlah energi yang diberikan pada fluida kerja dari
daerah dingin, Qin, dan laju masukan kerja netto ke dalam siklus, Wnet. Berarti pada
fluida kerja dari daerah dinjgin, Qin, dan laju masukan kerja netto ke dalam siklus, Wnet.
Berarti

Qout = Qin + Wnet                                                          (1.1)

Koefisien kinerja semua siklus pompa kalor di definiskan sebagai rasio antara


efek pemanasan terhaadp kerja netto yang dibutuhkan untuk mencapai efek tersebut.
Untuk siklus pompa kalor Carnot pada Gambar 1.3.

Persamaan ini, menggambarkan koefisien kinerja teoritis maksimum untuk


semua pengoperasian siklus pompa kalor di antara dua daerah pada
temperatur TC dan TH. Sistem pompa kalor actual memiliki kinerja yang lebih rendah
dibandingkan yang dihitung dengan persamaan diatas.

Pengamatan akan Persamaan diatas, menunjukkan bahwa jika


temperatur TC pada daerah dingin berkurang, maka koefisien kinerja pompa kalor
Carnot juga berkurag. Sifat ini juga ditunjukkan oleh sistem pompa kalor aktual dan
memberikan gambaran mengapa pompa kalor di mana peran daerah dingin dimainkan
oleh atmosfer lokal (pompa kalor tenaga udara) biasanya membutuhkan sistem
cadangan untuk memberikan pemanasan pada hari-hari ketika temperatur ambien
sangat rendah. Jika sumber seperti air sumur atau tanah digunakan, koefisien kkinerja
yang relative tinggi akan didapatkan meskipun temperatur udara ambien rendah, dan
sistem cadangan mungkin tidak dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai