Anda di halaman 1dari 9

JURNAL AUSTENIT VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2010

PENGUJIAN REFRIGERAN ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN


PADA MESIN PENDINGIN JENIS KOMPRESI UAP

Tri Widagdo
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya
Jl.Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139
Telp: 0711-353414, Fax: 0711-453211

ABTRACT

The Vapor Compretion Refrigeration Machine is very commonly used, either for
home or industuial scale. The pefomance of machine is depend on the quality of the
fluid (refigerant) that operated. The refrigerant that usally used is R-12 that have
very good thrmoynamic properties. In fact this refrigerant came from the CFC‟s
(Chlorofluoride Carbonate), is the substance which have potency to detruct the
inviromenthal system. From that writer tend to do research that concern with same
alternative refrigrerant. They are R-134, Butana and Petrozon. The perfomance
that result from machine than compared with the perfomance of refrigeration machine
that operatet with R-12 refrigerant. Research activity begun with instaling refigerant
machine complatet with experimanthal divice and control system. Using the R-12
refrigerant, the maximum COP is 2.21. The COP of refrigeration machine that
operated with alteranative refrigerant are:
1. For Butana the maximum COP is 2.1 at low cooling load and evaporator pressure
2.6 bar
2. For R-134a the maximum COP is 2.4 at high cooling load and evaporator
pressure 1.2 bar
3. For Petrozon the maximum COP is 2.2 at high cooling load and evaporator
pressure 2.6 bar

Keyword: Alternative Refrigerant, Refrigeratiom optimation

PENDAHULUAN CFC (Chloro Fluoride Carbonate).


R-12 (orang awam biasa menyebutnya Rowland dan Molina [4] dalam
Freon) ditemukan sekitar tahun 1930- paparannya pada seminar internasional
an, diproduksi oleh Dupont Corporation, di Paris mengemukakan bahwa CFC
merupakan bahan yang sangat ideal yang terkandung pada refrigeran jenis
untuk fluida kerja (refrigeran) mesin R-12 adalah bersifat ODS (Ozone
pendingin jenis kompresi uap. Zat zat Depleting Substance), artinya dapat
ini memiliki sifat fisik dan termal yang merusak lapisan Ozon (O3) di Stratosfir.
sangat baik untuk dioperasikan pada Sejak saat itu banyak diselenggarakan
mesin pendingin, selain itu juga pertemuan internasional yang
memiliki keunggulan lain seperti tidak membuahkan berbagai rekomendasi
beracun, tidak mudah terbakar, sangat untuk mengurangi mekanisme ODS.
stabil dan murah harganya. Hasilnya adalah Konvensi Wina (1985),
Konvensi Geneva (1986) dan Protokol
R-12 dengan rumus kimia Cl2 Fl2 C Montreal (1987) yang diikuti
senyawa kimia yang termasuk jenis amandemen London (1990). Indonesia

dq
33
VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2010 JURNAL AUSTENIT

telah meratifikasi melalui KEPRES RI Zat-zat uji yang akan diopersikan pada
No:. 23/1992 yang intinya mesin pendingin antara lain: R-134a,
menghapuskan pengadaan ODS Petrozon dan Butana .
termasuk CFC pada akhir tahun 1997.
Hal lain yang memeberikan motivasi Data hasil pengujian, secara statistik
bagi penulis untuk melakukan kegiatan akan dibandingkan, selanjutnya diambil
penelitian ini adalah sejauh mana zat- kesimpulan menyangkut layak atau
zat alternatif dapat dioperasikan tidaknya penggantian refrigeran
dengan baik di dalam mesin pendingin tersebut. Kontribusi hasil penelitian
jenis kompresi uap, yang kelak akan dalam dunia pendidikan adalah untuk
menggantikan peranan R-12 yang tidak mengembangkan ilmu yang berkaitan
lama lagi akan dihapuskan. dengan Teknik pendingin baik bagi
Karakteristik fisik maupun termodinamik mahasiswa maupun kalangan
serta termofluid zat-zat uji akan sangat akademisi yang concern pada
berperan dalam menentukan kualitas kelestarian lingkungan. Mesin
kinerja mesin pendingin. Kinerja mesin pendingin ini juga dapat diaktifkan
pendingin ditunjukkan oleh harga COP. sebagai paket praktikum pada Jurusan
Semetra itu hal-hal subyektif (misalnya Mesin untuk Mata Kuliah Dasar
getaran dan temeratur kompresor, Keahlian (MKDK) maupun Mata Kuliah
kebisingan suara pada sistem Keahlian (MKK) seperti Teknik
perpipaan, kerataan temperatur pada Pendingin, dan Mesin Konversi Energi.
koil evaporator an kondensor) yang Data hasil pengujian dapat
akan diamati juga tidak kalah dipublikasikan dan disajikan secara
pentingnya., mengingat faktor-faktor kuantitatif sedemikian hingga dapat
subyektif dapat berpengaruh terhadap memberikan bahan pertimbangan bagi
aspek komersial mesin pendingin. konsumen dalam menentukan
refrigeran mesin pendingin yang akan
Penelitian ini bertujuan untuk dipakai pasca penghapusan R-12.
mengetahui respon dari sebuah mesin Mesin pendingin kompresi uap bekerja
pendingin jika dioperasikan atas dasar Siklus Carnot terbalik [2],
menggunakan beberapa refigeran dengan fluida kerja yang bersirkulasi
alternatif yang akan diujicobakan. membentuk siklis tertutup. Untuk
Mesin pendingin yang dipakai adalah memperoleh penyerapan dan
dari jenis kompresi uap dengan daya pembuangan kalor sebanyak mungkin,
kompresor 2 Hp. Respon utama yang maka tingkat keadaan refrigeran baik
akan diteliti adala kinerja mesin yang pada kondensor maupun evaporator
ditunjukkan oleh harga COP(coefosient senantiasa berada pada tingkat
Of Perfomance). Selain itu juga akan keadaan campuran cair-uap.
dipantau beberapa faktor subyektif Komponen utama dan suklus kerja
pada saat mesin dioperasikan mesin pendingin kompresi uap dapat
menggunakan zat uji. Data-data yang dilihat pada gambar berikut
dihasilkan dari masing-masing zat uji
selanjutnya akan dibandingkan dengan
data yanng dihasilkan bagi mesin
pendingin yang dioperasikan
menggunakan refrigeran jenis R-12.

dq
34
JURNAL AUSTENIT VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2010

Qout

3 Kondensor 2

Kompresor
Katup
Ekspansi

Win
Evaporator
4 1
Qin

Gambar 1. Instalasi Mesin Pendingin Kompresi uap

P
(tekanan)

3 2

4 1

h (entalpi)

Gambar 2. Diagram Tekanan (P) vs Entalpi (h)Mesin Pendingin

Keterangan
Proses 12 : Kompresi isentropik oleh kompresor, tujuannya untuk menaikkan
tekanan refrigeran yang diikuti oleh kenaikan temperatur refrigeran.
Di sini terjadi pemasukan energi mekanik (W in).
Proses 23 : Pendinginan kondensor dengan tujuan untuk menurunkan
kandungan kalor refrigeran. Di sini terjadi Pembuanagn kalor (Qout)
Proses 34 : Penurunan tekanan refrigeran oleh katup ekspansi dengan tujuan
untuk menurunkan temperatur refrigeran
Proses 41 : Penyerapanan kalor bagi benda yang akan didinginkan oleh
evaporator. Disini terjado pemsukan kalor (Qin).

Energi mekanik dibutuhkan oleh mesin pendingin [3] dihitung dengan


kompresor untuk mensirkulasikan formulasi:
refrigeran, pembuangan kalor dilakukan Daya ideal kompre sor
pada kondensor dan pengambilan COP 
Energi kalor pada evaporator
kalor(tempat benda akan didinginkan) 
terjadi di evaporator. m(h2  h1 ) (h2  h1 )
Untuk mendapatkan kinerja evaporator  
 (1)
m(h1  h4 ) (h2  h1 )
yang baik, tekanan refrigeran pada
kondensor diturunkan oleh katup
ekspansi. Disini terjadi tawar menawar Dimana m = laju aliran massa
antara rendahnya tekanan refrigeran refrigeran
yang diikuti dengan rendahnya Didalam pengujian data-data mengenai
temperatur dengan laju aliran massa laju aliran massa dan entalpi sangat
refrigeran yang bersirkulasi. COP
dq
35
VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2010 JURNAL AUSTENIT

sulit untuk diukur sehingga perhitungan penurun tekanan (katup ekspansi)


COP dilakukan dengan: untuk proses isi entalpi, diformulasikan:
1. Untuk daya ideal kompresor dihitung
dari pemakaian daya listrik pada  T 
kompresor. Jika V (Volt) adalah   (4)
 P  h
tegangan listrik dan I(Ampere)
adalah inensitas arus, maka daya
Sifat-sifat fisik yang harus dimiliki
listrik yang dipakai oleh kompresor
refirgeran antara lain:
[5] adalah:
1. Tidak Korosif, artinya refrigeran
harus zat yang stabil sehingga tidak
P = V.I (Watt) (2)
akan bereaksi dengan komponenen
mesin pendingin yang akan
2. Untuk Energi kalor yang mampu
dilaluinya pada saat refrigeran
diserap oleh evaporator dihitung atas
dioperasikan.
dasar penurunan kandungan kalor
2. Tidak Erosif, artinya refrigeran tidak
pada udara [1]. Pada pengujian ini
menimbulkan goresan pada saat
beban pendinginan adalah udara
dialirkan di dalam instalasi. Untuk ini
yang dialirkan pada koil evaporator.
refirgeran harus memiliki viskositas
Dan energi kalor yang diserap oleh
yang rendah (maksimum 24 cPc).
udara adalah sebesar:
3. 3.Tidak mangandung racun
 (toksisitas), hal ini berkaitan dengan
Qu  m .C p .Tu
u
keamanan bagi teknisi/operator pada
dan (3) saat refrigeran dievakuasi maupun

m u   . A.V dari daam instalasi mesin pendingin
dan 4. Tidak mudah terbakar, hal ini
 
P berkaitan dengan bahaya kebakaran
RT
jika refrigeran beroperasi pada
temperatuir tinggi yang melalui
dimana: sistem rangkaian listrik yang ada di
mu : Laju aliran massa udara (kg/det) dalam kompresor.
Cp= Panas jenis uadar pada tekanan 5. Mudah bercampur sempurna dengan
konstan = 0,2403 (kJ/kg.K) minyak pelumas, hal ini terkait
T= Beda temperatur udara yang dengan penuruanan gaya gesek
mengalir pada eveporator (K) pada saat refrigeran sedang
 = massa jenis udara (kg/m3) mengalir.
A = Luas penampang aliran udara (m2,
V = Kecepatan aliran udara (m/det) BAHAN DAN METODE
P = Tekanan mutlak udara(N/m2) Kegiatan Penelitian diawali dengan
R = Konstanta gas ideal udara rancang bangun mesin pendingin jenis
= 2,4061 kJ/kg.K kompresi uap sebagai subyek
penelitian, dengan daya kompresor
Refrigeran yang akan dioperasikan maksimum 2 Hp . Instalasi dilelengkapi
pada mesin pendingin harus memenuhi dengan instrumen pengujian antara
sifat fisik maupun sifat termodinamik lain:
Salah satu sifat termodinamika 1. Manometer, yang berfunsi untuk
refrigeran yang mempunyai peran membaca tekanan refrigeran pada
dalam menentukan besar kecilnya COP koil kondensor dan koil evaporator
adalah Koefisien Joule-Thomson. 2. Termokopel, yang berfungsi untk
Koefisien ini deidefinisikan sebagai membaca temperatur udara (sebagai
perbadingan antara beda temperatur beban pendinginan) yang mengalir
terhadap beda tekanan pada saat sebelum dan sesudah evaporator.
refrigeran mengalir melalui katup

dq
36
JURNAL AUSTENIT VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2010

3. Anemometer, berfungsi untuk perlahan-lahan) katup ekspansi yang


mengukur kecepatan aliran udara tersedia.
yang mengalir melalui koil 4. Setelah mencapai keadaan Steady
evaporator. state dilakukan bembacaan secara
4. Volt meter, berfungsi untuk serentak terhadap : Tekanan
mengatahui besarnya tegangan kondensor, tekanan evaporator,
listrik (arus AC 50 Hz) yang temperatur udara masuk dan keluar
dikonsumsi oleh kompresor. serta kecepatan udara yang mengalir
5. Ampermeter, berfungsi untuk pada evaporator.
mengukur besarnya intensitas arus 5. Prosedur 1 s/d 4 dilakukan untuk
yang dikonsumsi oleh kompresor. variasi tekanan evaporator yang
dianggap representatif dengan cara
Sistem keamanan yang dirangkaikan mengeset pembukaan katup
pada instalasi pengujian antara lain: ekaspansi. serta beban pendinginan
1. Timer, berfungsi untuk memberikan yang sudah ditetapkan
dellay time jika instalasi harus 6. Langkah-langkah pengujian 1 hingga
dihidupkan secara mendadak. 5 dilakukan untuk refrigeran uji lainnya
2. Over load, berfungsi jika terjadi arus selanjutnya data yang dihasilkan
lebih yang dipakai pada kompresor. dibandingkan menggunakan formulasi
Arus maksimum di set pada 8 statistik yang sidah ditetapkan.
Amper.
3. Over heated, berfungsi untuk Data mentah dari hasil pengujian
memutuskan arus yang mengalir ke selanjutnya dianalisis menggunakan
dalam kompresor jika kompresor formulasi yang sudah ditetapkan,
mengalami kenaikan tempertir terlalu terutama untuk perhitungan COP.
tinggi. Over heated diset pada
temperatur 150 0C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah mesin uji dipoersiapkan Pengujian mesin pendingin dilakukan di
dengan baik maka dilakukan pengujian laboratorium Perawatan & Perbaikan
dengan langkah-langkah: Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri
1. Instalai mesin pendingin diisi dengan Sriwijaya dengan melibatkan seluruh
refrigeran R-12 serta minyak anggota tim penelitian. Untuk menjamin
pelumas „secukupnya‟ dengan keakuratan data pengujian maka kodisi
indikator tingkat keadaan refrigeran udara yang akan diperlakukan sebagai
yang terlihat dari sightglass. beban pendinginan di ukur secara
2. Mesin dihidupkan dengan cara cermat baik temperatur maupun
menyambung kabel listrik ke kelembabannya.
kompresor diikuti oleh fan pada Sesuai dengan rencana kegiatan yang
kondensor maupun pada evaporator. sudah dibuat yang berakhir pada
Pada kegiatan ini katup ekspansi pengujian mesin, dengan melibatkan
dalam keadaan tertup rapat. persamaan-persamaan dasar untuk
3. Setelah mesin bekerja dengan baik menghitung COP, maka data hasil
proses ekspansi refrigeran dilakukan pengujian dapat dilihat pada tabel
dengan cara membuka (secara berikut untuk dua jenis pembebanan.

dq
37
VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2010 JURNAL AUSTENIT

Tabel 1. Data Hasil pengujian untuk beban ringan


Pe (bar) 1,2 1,5 1,8 2,2 2,6
R-12 COP 1,34 1,77 2,25 2.12 1,81
Pe (bar) 0,2 0,5 1,9 2,3 2,7
Butana COP 0,42 0,94 1,43 1,82 1,47
R-134a Pe(bar) 1,3 1,6 1,9 2,1 2,5
COP 1,64 1,13 2,63 3,24 3,16
Petrozon Pe(bar) 2,5 2,9 3,7 4,3 4,8
COP 1,04 1,43 1,69 1,21 0,78

Tabel 2. Data Hasil pengujian untuk beban berat


Pe (bar) 1,3 1,5 2,0 2,5 2,9
R-12 COP 1,24 1,67 2,35 2.26 1,82
Pe (bar) 0,8 1,2 1,7 2,2 2,7
Butana COP 0,92 1,28 1,63 1,83 1,67
R-134a Pe(bar) 1,2 1,5 1,9 2,4 2,9
COP 1,45 2,05 2,67 3,04 2,87
Petrozon Pe(bar) 2,6 3,2 3,8 4,3 4,9
COP 0,76 1,14 1,53 1,73 1,51

Analisis dari data pengujian di tuangkan 4

dalam bentuk grafik fungsi dimana COP R-12


Butana
sebagai vaiabel terikat sedangkan Pe 3
R-134a
sebagai variabel bebas. Selanjutnya Petrozon
Untuk satu henis pembebanan keempat
COP

refrigeran disusun dalam satu kurva


Cartesian. Garis kecenderungan (trend 1

line) ditetapkan untuk polinomial ordo 2,


dengan alasan mengacu pada „Power 0

Law‟ bagi karakteristik optimmasi 0 1 2 P e (b a r) 3 4 5

sistem konversi energi. Gambar 4.


Kurva COP Vs Pe gabungan untuk
4 beban berat
R-12
Butana
3
R-134a Untuk menentukan tekanan refrigeran
Petrozon pada evaporator yang optimum, dimana
COP

2 akan diperoleh harga COP yang


maksimum dipergunakan metode
1
turunan pertama. Hasil pendekatan
menggunakan program Excel untuk
0
0 1 2 P e (b a r) 3 4 5
fungsi kuadrat (polinom ordo 2) dengan
vareivbel y untuk COP dan variabel x
Gambar 3.
untuk Pe adalah:
Kurva COP Vs Pe gabungan untuk
beban ringan
a. Untuk Beban Ringan
1. Refeigeran R-12.
Tekanan optimum refrigeran pada
evaporator, Pe(opt) = 2,03 bar. Jika
harga ini disubstitusikan pada
persamaan semula diperoleh harga
dq
38
JURNAL AUSTENIT VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2010

Perfomansi maksimum untuk refrigeran harga perfomansi maksimum untuk


R-12, COP(maks) = 2,21 refrigeran Butana, COP(maks) = 1,77

2. Refrigeran Butana (C4 H10) 3. Refrigeran R-134a


Tekanan optimum refrigeran pada Tekanan optimum refrigeran pada
evaporator, Pe(opt) = 2,13 bar. Jika evaporator, Pe(opt) = 2,51 bar. Jika
harga ini disubstitusikan pada harga ini disubstitusikan pada
persamaan semula diperoleh persamaan semula diperoleh harga
perfomansi maksimum untuk refrigeran perfomansi maksimum untuk refrigeran
butana, COP(maks) = 1,63 R-134a, COP(maks) = 3.02

3. Refrigeran R-134a 4. Refrigeran Petrozon


Tekanan optimum refrigeran pada Tekanan optimum refrigeran pada
evaporator, Pe(opt) = 2,59 bar. Jika evaporator, Pe(opt) = 4,37 bar. Jika
harga ini disubstitusikan pada harga ini disubstitusikan pada
persamaan semula perfomansi persamaan semula diperoleh harga
maksimum untuk refrigeran R-134a, perfomansi maksimum untuk refrigeran
COP(maks) = 3,25 Petrozon, COP(maks) = 1,63
Dari rencana awal karakteristik mesin
4. Refrigeran Petrozon pendingin yang menggunakan
Tekanan optimum refrigeran pada refrigeran alternatif akan dibandingkan
evaporator, Pe(opt) = 3,53 bar. Jika dengan karakteritik mesin pendingin
harga ini disubstitusikan pada yang dioperasikan menggunakan R-12,
persamaan semula diperoleh harga sehingga nilai yuang dimiliki pada R-12
perfomansi maksimum untuk refrigeran dianggap sebagai referensi (standar
Petrozon, COP(maks) = 1,67 perbandingan). Harga tekanan optimum
pada penoperasian refrigeran alternatif
b. Untuk Pembeban berat masih dianggap „aman‟ sedangkan
1. Refeigeran R-12. karakter mesin utama yang akan
Tekanan optimum refrigeran pada dibandingkan adalah nilai dari COP.
evaporator, Pe(opt) = 2,26 bar. Jika Penyimpangan terhadap COP R-12
harga ini disubstitusikan pada berharga negatif artinya lebih buruk
persamaan semula diperoleh hargap sedangkan harga positif berarti lebih
perfomansi maksimum untuk refrigeran baik. Peyimpangan harga COP
R-12, COP(maks) = 2,35 mengacu pada formulasi statistik:

2. Refrigeran Butana (C4 H10) COP  COPR 12


Pemebbanan ini tekanan optimum Penyimpangan  x 100%
COPR 12
refrigeran pada evaporator, Pe(opt) =
2,26 bar. Jika harga ini disubstitusikan
pada persamaan semula diperoleh

Tabel 3. Nilai Tekanan Optimum dan COP maksimum beberapa refigeran uji pada
beban ringan
Refrigeran Tekanan optimum Perfomansi Penyimpangan Keterangan
evaporator, Pe(opt) maksimum, COPmaks terhadap R-12
R-12 2,03 2,21 0 Pembanding
Butana 2,13 1,63 - 26,24% lebih buruk
R-134a 2,55 3,25 + 47,05% lebih baik
Perozon 3,53 1,67 - 24,43 % lebih buruk

dq
39
VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2010 JURNAL AUSTENIT

Tabel 4. Nilai Tekanan Optimum dan COP maksimum beberapa refigeran uji pada
beban berat
Refrigeran Tekanan optimum Perfomansi Penyimpangan Keterangan
evaporator, Pe(opt) maksimum, COPmaks terhadap R-12
R-12 2,26 2,35 0 Pembanding
Butana 2,26 1,77 - 24,68% lebih buruk
R-134a 2,51 4,38 + 86,38 % lebih baik
Perozon 4,37 1,63 - 30,63 lebih buruk

Sementara itu beberapa karakteristik komponen mesin yang diamati, walaupun


masih bersifat subyektif akan tetapi sebagai bahan pertima\bangan penulis
menganggap perlu untuk disampikan pada tulisan ini. Durasi yang diberikan kepada
mesin pendingin untuk Setiap perlakuan yang diberikan rata -rata adalah 1 jam dan
ini dianggap waktu yang cukup bagi mesin untuk mencapai tahap steady. Nilai dari
masing masing subyek penelitian diberi indeks S (sedang) jika dianggap „sama‟
dengan subyek pada R-12, indeks T (tinggi) jika dianggap „lebih tinggi‟ dengan
subyek pada R-12 serta indeks R (rendah) jika dianggap „lebih rendah‟ dengan
subyek pada R-12. Subyek pengamatan dapat dilihat pada matrik berikut.

Tabel 5 . Hasil Pengamatan terhadap faktor subyektif pada pengoperasianrefrigeran


alternatif

No Subyek-Subyektif pengamatan Butana R-134a Petrozon


1 Temperatur operasi kompresor R S T
2 Getaran Kompresor T S S
3 Keseragaman temperatur T S R
kondensor
4 Keseragaman temperatur S S R
evaporator
5 Getaran pada sistem perpipaan T R S
6 Intensitas arus listrik pada start up R S S
7 Tekanan refigeran pada R S T
kondensor

KESIMPULAN pendingin uji, akan tetapi yang terbaik


Dari analisis sebelumnya yang diantara ketiganya adalah refrigeran R-
melibatkan teori dasar serta 1354a. Refrigeran ini mempunyai nilai
perhitungan statsistika, maka lebih baik dari segi perfomansi mesin
pengoperasian beberapa refrigeran pendingin maupun faktor-faktor
alternatif akan menghasilkan karakter subyektif yang diakibatkan oleh
mesin pendingin yang berbeda pula pemakaian refrigeran jenis ini.
prestasi mesin pendingin yang Refrigeran Butana walaupun
ditunjukkan oleh harga COP adalah menghasilkan perfomansi yang rendah
faktor utama yang harus akan tetapi harganya murah .
dipertimbangkan untuk mengatakan Sedangkan refrigeran Petrozon lebih
baik atau tidaknya refrigeran alternatif sesuai untuk pengoperasian mesin
jika dibandingkan dengan refrigeran R- pendingin dengan beban pendinginan
12. Kesimpulan singkat yang dapat yang berat. Untuk mesin pendingin
ditarik yaitu bahwa pada prinsipnya skala sedang dan kecil (< 2 Hp),
ketiga refrigeran alternatif yang dipilih pengoperasian ketiga refrigeran
dapat dioperasikan pada mesin alternatif tidak memerlukan modifikasi

dq
40
JURNAL AUSTENIT VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2010

bagi mesin pendingin yang 3. Holman,J.P.,alih bahasa Suprapto,


bersangkutan. Sistem ini dikenal 1990, „Perrpindahan
sebagai Retrofitting. Panas’.,edisi 4, Pradnya
Paramita, Jakarta
SARAN 4. Reynolds and Perkins, alih bahasa
Di penghujung tulisan ini penulis Harahap.P., dan Silaban P.,
memberikan bebarap saran antara lain: 1992, „Termodinamika Teknik”,
1. Berkaitan dengan pengoperasian Penerbit Airlangga, Jakarta
mesin uji yang sudah dibuat, jika 5. Stocker,W., 1995, „Refrigeration and
hendak melakukan pengujian Air Conditioning‟, 4th edition,
hendaklah senanti asa mengkuti Pantice-Hall, Washington DC
prosedur pengujian yang sudah 6. Suwono A., Pasek A.D. dan Tandian
dibuat, atau menggunakan buku N.P., 1996, „Mencari Refrigeran
petunjuk pengoperasian dan Ramah Lingkungan‟,
perawatan mesin pendingin yang Republika, 5 Juuni 1996
juga sudah ada. 7. Tandian N.P., Suwono A, Sylvia C.A.
2. Berkaitan dengan penggunaan data dan Psaek A.D.,1997,
hasil pengujian. Bagi para pembaca „Application of Prophane-
yang hendak menadopsi/menyadur Buthane Mixture As Refrigeran
data hasil pengujian ini hendakalh in a Milk Cooling Unit’.,
meminta izin dahulu kepada Prosseding of Fluid and
penulis. Thermal Energy Concersion.
8. Walker & Marry, 1988, „Hydrocarbon,
DAFTAR PUSTAKA Mixing & Handling’., 3rd ,Pradt
1. Charles, N., 1988., „Trancience of & Whitney book Co, Singapore
Refrigeration Proccess’.,
ASHRAE Journal of ACKNOWLADGEMENT
Refrigeration 243, Paris Kegiatan penelitian dibiayai
2. Damitri N.,Soekardi C., Suwono A., sepenuhnya oleh ADB-LOAN melalui
dan Tandian N.P.,1999, program TPSDP PSTM Batch 2 tahun I
„Perfomance Comparison of Politeknik Negeri Sriwijaya pada
CFC-12, HVR-12 and HCR+LFS kegiatan Staff Research Grant
as Refrigerant’, Seminar on
ODS Phase-out: Solution for
the Refrigeration Sector, Kuta.

dq
41

Anda mungkin juga menyukai