Kelompok 2-Psi Perkembangan II
Kelompok 2-Psi Perkembangan II
Oleh:
Nurrutaqi Kafabihi Sabila G0119091
Rizqi Maisaroh G0119099
Salwa Rizki Nurkhalizah G0119102
Shania Hazizah C. N G0119105
Tarissa Aqilla Yuris G0119114
Tufaila Hafsha G0119118
Ummi Nur Syahdilah G0119119
Wheni Rosita Sari G0119121
3. a.
Dalam masa remaja awal perkembangan kognitif berdasarkan Teori Piaget sudah
mencapai tahap operasional formal, dimana remaja tidak lagi terbatas pada
pengalaman konkretnya namun mampu mengimajinasikannya. Remaja menjadi lebih
abstrak, idealis, dan logis.
Berdasarkan pengalaman yang dialami oleh kedua remaja tersebut (Cinta dan Andi),
Andi akan memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang lebih tinggi dibandingkan
dengan Cinta. Karena dalam hal ini Andi memiliki orang-orang terdekat yaitu
keluarga dan saudaranya yang mampu mendukungnya. Selain itu Andi juga banyak
menuai pujian dari keluarganya.
Komponen utama dalam egosentrisme remaja adalah imaginary audience dan
personal fable. Imaginary audience adalah keyakinan bahwa orang lain berminat dan
tertarik pada dirinya. Personal fable adalah keyakinan bahwa dirinya unik dan tidak
terkalahkan. Andi yang memiliki banyak dukungan dan antusiasme dari keluarganya
akan lebih mudah untuk beradaptasi karena memiliki keyakinan bahwa “aku yang
terbaik dan banyak orang tertarik denganku”. Selain itu kondisi yang tenang akan
lebih mampu mengambil keputusan dengan bijaksana, dan lebih mudah memutuskan
untuk menyesuaikan diri dan bergaul dengan teman sebayanya.
Dibandingkan dengan Cinta yang memiliki prasangka bahwa dia tidak dipedulikan
dan tidak diundang dalam acara buka bersama, egosentrismenya tidak sesuai dengan
yang ia hadapi. Sehingga akan membuat cinta berpikir lebih keras dalam
menyesuaikan diri. Pengambilan keputusan dipengaruhi oleh dua sistem yaitu analitis
dan pengalaman. Sistem pengalaman akan memonitor dan mengelola pengalaman
aktual yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Jika sebelumnya Cinta telah
memiliki pengalaman yang kurang baik dengan teman-temannya, ia akan lebih susah
untuk menyesuaikan diri.
Pada masa remaja perkembangan kognitif menurut teori Piaget adalah pada tahap
operasional formal. Pemikiran remaja lebih bersifat abstrak, idealistik,
mengimajinasikan seakan-akan suatu kondisi benar-benar terjadi, menduga hipotesis-
hipotesis terbaik yang mungkin, dan bernalar logis. Remaja akan memikirkan
karakteristik-karakteristik ideal-kualitas yang mereka inginkan terdapat pada diri
mereka sendiri maupun orang lain. Remaja melakukan penalaran hipotesis deduktif
(hypothetical-deductive reasoning). Mereka memecahkan masalah dengan trial and
error, dan menguji solusi secara sistematis.
Elkind (1976) menyatakan egosentisme remaja sebagai meningkatnya kesadaran-
diri remaja terdiri dari dua bagian : audiens imajiner dan fabel pribadi. Audiens
imajiner adalah keyakinan remaja bahwa orang lain berminat pada dirinya seperti ia
berminat pada dirinya sendiri, ia merasa sebagai aktor dan orang lain penontonnya.
Sedangkan fabl pribadi adalah penghayatan remaja bahwa dirinya unik an tidak
terkalahkan.
Kognitif penting pada remaja adalah peningkatan dalam fungsi eksekutif, yaitu
yang melibatkan aktivitas kognitif yang lebih tinggi seperti penalaran, mengambil
keputusan, memonitor cara berfikir kritis, dan memonitor perkembangan kognitif
seseorang (Kuhn, 2009). Konteks sosial berperan penting dalam pengambilan
keputusan. Remaja mengambil keputusan dengan model proses ganda (dual -process
model), yang menyatakan bahwa pengambilan keputusan dipengaruhi oleh dua sistem
kognitif -analitis dan pengalaman- yang saling berkompetisi (Klacyznski, 2001;
Reyna & Farley, 2006).
Pada ilustrasi tersebut, Sandy (15) telah melakukan pemikiran operasioanl formal.
Ia mulai mengimajinasikan dan melakukan penalaran kritis dalam mengambil
keputusan untuk memecahkan masalahnya. Ia telah menerima informasi-informasi
dari luar, mungkin dari apa yang ia lihat sehari-hari, kemudian ia merumuskan
karakteristik ideal seperti apa yang ingin ia tampilkan. Awalnya Sandy melakukan
trial and error : mencoba alternatif penampilan seperti itu dan akan mengamati
tanggapan yang ia terima untuk melakukan penalaran hipotesis deduktifnya.
Didukung oleh egosentrisme audiens imajiner : keyakinannya bahwa ia diperhatikan
orang-orang disekitarnya maka Sandy mencoba menampilkan apa yang ia pikir
sebagai penampilan paling ideal atau paling baik.. Mengenai konteks yang memang
sangat mempengaruhi keputusan remaja, di lingkungan Sandy, kemungkinannya
adalah penampilan yang rapi dan wangi mendapat respon positif dari orang lain,
sehingga melalui penalarannya Sandy memutuskan untuk selalu tampil rapi dan wangi
setap keluar rumah. Bahkan untuk ke warung sembako yang terdekat.
Untuk remaja yang memilih sebaliknya hal ini sangat dipengaruhi konteks,
lingkungan remaja ini mungkin amat berbeda dalam memberikan informasi-informasi
dan pandangan mengenai karakteistik ideal. Selain itu egosentrisme personal fable :
merasa dirinya unik dan tidak terkalahkan juga mempengaruhi remaja ini dalam
memutuskan seperti apa ia akan bepenampilan. Memakai sandal dan celana belel
mungkin menurutnya bagian dari keunikan diri dan penampilan ideal yang
menggambarkan penghayatan diri mengenai apa yang dianggap ideal untuk
ditampilkan dan dilihat orang lain.
5. Pada proses remaja anda, adakah pikiran idealis yang pernah anda yakini?
Ceritakan pengalaman anda. Kaitkan Dengan teori perkembangan kognitif
remaja.
Jawaban :
Tentu dalam proses remaja yang saya lalui, ada pemikiran-pemikiran idealis yang
saya yakini. Saat itu, saya sangat tidak suka dengan pengemis yang sebenarnya masih
mampu untuk berusaha daripada hanya meminta-meminta di pinggir jalan. Saya
meyakini bahwa setiap orang setidaknya harus berusaha, meskipun pada akhirnya
hasilnya tidak sesuai ekspektasi. Dalam kasus pengemis, saya yakin bahwa dengan
kondisi fisik yang masih utuh, ia bisa berusaha bekerja daripada hanya meminta-
meminta. Saya meyakini hal ini karena saya pernah melihat keluarga saya dalam
keadaan ekonomi yang sangat parah. Namun, bapak saya tidak mengeluh, melainkan
terus memutar otak untuk berusaha mengembalikan keadaan dengan segala cara yang
dapat ia lakukan. Dari situ, saya melihat bahwa bapak saya memilih untuk berusaha
lebih keras daripada meminta kepada saudara-saudara kami.
Masa-masa SMA adalah masa seorang remaja menempati posisi sebagai siswa
sekolah menengah atas. Dimana mereka akan di sibuk kan untuk benar-benar belajar
demi cita-cita terutama di kelas 12. Semua orang sibuk menentukan pilihan masing-
masing, kemana mereka akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Begitu juga dengan saya, tidak jauh beda dengan siswa-siswa yang lain, saya sibuk
belajar karena semakin dekat dengan UN. Setelah UN, semua nya sibuk menyiapkan
bekal untuk UTBK. Beruntungnya saya dapat mendapatkan kesempatan untuk siswa
yang terpilih di jalur undangan atau SNMPTN. Saya bingung mau melanjutkan
pendidikan ke jurusan apa, orang tua saya menginginkan saya untuk mencoba jalur
kedokteran, sedangkan saya ingin jurusan arsitektur karena hobi menggambar saya.
Akhirnya setelah saya berunding dengan guru BK saya, guru BK saya menyetujui
saya untuk menempatkan kedokteran dipilihan pertama mengingat nilai yang
tergolong tinggi dalam mata pelajaran biologi, lalu saya mengajukan arsitektur
dipilihan kedua. Guru bk saya menyarankan apa pilihan kedua saya tidak bisa yang
mendekati bidang kesehatan, karena kedokteran dan arsitektur adalah jurusan yang
bertolak belakang. Setelah merenungkan beberapa hari saya kemudian menyetujui
pendapat guru bk saya, karena saya juga tahu saya rendah dalam bidang perhitungan
seperti matematika dan fisika. lalu pada akhirnya saya menempatkan psikologi di
pilihan kedua.
Pada masa SMA, Menurut teori lev vygotsky remaja berpusat pada bagaimana
menekankan proses-proses perkembangan mental, seperti ingatan, perhatian dan
penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti
bahasa, sistem matimatika , dan alat-alat ingatan. Di sini para remaja yang akan
melanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi akan dihadapkan dengan
beberapa pilihan. Pilihan tsb dipertimbangkan dengan berbagai aspek seperti minat,
dan kemampuan dalam setiap mata pelajaran.lalu vygotsky juga menekankan
bagaimana remaja di bantu berkembang dengan bimbingan orang yang sudah terampil
dalam bidang-bidang tsb. Dengan di bantu oleh guru BK remaja akan lebih mudah
menentukan pilihan mana yang akan di ambil berdasarkan dari penalaran nilai,minat
dan bakat
Lalu ada beberapa dasar dalam pengambilan keputusan dalam memilih jurusan
George R. Terry menyebutkan 5 dasar (basis) dalam pengambilan keputusan yaitu:
a. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi
Keputusan memilih jurusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih
bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan
lain. Biasanya seorang remaja ingin membuat keputusan sendiri dan cenderung ingin
mengatur kehidupan mereka sendiri. Seperti memilih jurusan sesuai fikirannya sendiri
tanpa mempertimbangkan kemampuan diri sendiri. Pengambilan keputusan
berdasarkan intuisi ini mengandung beberapa kebaikan dan kelemahan. Kebaikannya
antara lain sebagai berikut.
1) Waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif lebih pendek
2) Untuk masalah yang pengaruhnya terbatas, pengambilan keputusan akan
memberikan keputusan pada umumnya.
3) Kemampuan mengambil keputusan dari pengambilan keputusan akan berperan, dan
itu perlu dimanfaatkan dengan
baik.
Kelemahannya antara lain sebagai berikut.
1) Keputusan yang dihasilkan relatif kurang baik.
2) Sulit mencarai alat pembandingnya, sehingga sulit diukur kebenaran dan
keabsahannya.
3) Dasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan sering kali diabaikan.
b. Pengambilan Keputusan Rasional
Keputusan memilih jurusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna.
Masalah – masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan
rasional. Dalam memilih jurusan remaja akan memperhitungkan positif dan
negatifnya keputusan tersebut bagi dirinya. Keputusan yang dibuat berdasarkan
pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Pada pengambilan keputusan secara
rasional ini terdapat beberapa hal, sebagai berikut.
1. Kejelasan masalah, tidak ada keraguan dan kekaburan masalah
2. Orientasi tujuan, kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai.
3. Pengetahuan alternatif, selaruh alternatif diketahui jenisnya dan konsekuensinya.
4. Preferensi yang jelas, alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria.
5. Hasil maksimal, pemilihan alternatif terbaik didasarkan atas hasil yang maksimal
c. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan memilih jurusan
didukung oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan
dengan istilah data dan informasi. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu
menjadiinformasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam
memilih jurusan.
d. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman
Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan memilih jurusan seseorang
mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Selain belajar
dari pengalaman dirinya sendiri biasanya remaja juga akan belajar dari pengalaman
orang lain yang dijadikan dasar dalam memilih jurusan.
e. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
Remaja Indonesia tidak terdidik untuk mengambil keputusan sendiri. Pada
kenyataannya, masih banyak siswa yang memilih suatu jurusan bukan berdasarkan
potensi, minat, dan bakat yang dimilikinya. Mereka menyerahkan penjurusan
sepenuhnya kepada orang tua. Remaja sering memandang pengambilan keputusan
dengan disertai kebimbangan, ketidakpastian, dan stress. Mereka membutuhkan
nasehat untuk membantu mereka dalam mengambil keputusan dalam hidup mereka,
sehingga orang tua perlu melibatkan anak dalam kegiatan mengambil keputusan yang
tepat.
Sumber :
Santrock, John W. (2012) Perkembngan Masa Hidup Edisi Ketigabelas Jilid 1.
Jakarta : Erlangga