Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PSIKOLOGI PERKEMBANGAN II

Perkembangan Kognitif Remaja

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah: Psikologi Kognitif
Dosen Pengampu: Zahrina Mardhiyah, M.Psi, Psikolog

Oleh:
Nurrutaqi Kafabihi Sabila G0119091
Rizqi Maisaroh G0119099
Salwa Rizki Nurkhalizah G0119102
Shania Hazizah C. N G0119105
Tarissa Aqilla Yuris G0119114
Tufaila Hafsha G0119118
Ummi Nur Syahdilah G0119119
Wheni Rosita Sari G0119121

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
1. Apa yangAnda pahami tentang proses perkembangan kognitif ? Apa yang
menjadi fokusnya ?
Jawaban :
Proses perkembangan kognitif merupakan proses berpikir diantaranya
mengingat, memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan mengenai kecerdasan
individu dari sejak lahir menuju remaja kemudian dewasa. Kemampuan kognitif
mengacu pada bagaimana seseorang mempersepsikan sesuatu, berpikir, dan
memperoleh pemahaman tentang dunianya melalui interaksi yang ada disekitarnya. Di
antara bidang pengembangan kognitif adalah pengolahan informasi, kecerdasan,
penalaran, pengembangan bahasa, dan memori. Perkembangan kognitif lebih fokus
mengenai perubahan dalam cara berpikir, memecahkan masalah, memori dan
intelegensi. Perkembangan kognitif dari lahir akan mengalami peningkatan
kemampuan kognitifnya hingga pada saat tua beberapa kemampuan kognitif akan
menurun. Perubahan tersebut bisa berdasarkan dari fisik individu, keluarga,
lingkungan sosial, dan lingkungan pendidikan.

2. Apa pokok-pokok perkembangan kognitif pada remaja ?


Jawaban :

Pokok-pokok perkembangan kognitif pada remaja


 Teori Piaget
Menurut teori Piaget, perkembangan kognitif pada remaja sudah
mencapai tahap operasional formal. Pada tahap ini, pemikiran remaja lebih
bersifat abstrak dan tidak lagi terbatas pada pengalaman-pengalaman yang
aktual. Remaja memiliki kemampuan mengembangkan hipotesis-hipotesis
abstrak dan mencoba bernalar secara logis terhadapnya.
Kualitas pemikiran abstrak di tahap ini pada remaja dapat terbukti dari
kemampuan mereka untuk memecahkan masalah secara verbal dan dari
meningkatnya tendensi untuk berpikir mengenai pemikiran itu sendiri.
Pemikiran yang banyak mengandung idealisme dan kemungkinan juga
menyertai sifat dasar abstrak pada tahap operasional formal. Remaja mulai
memiliki spekulasi mengenai karakteristik-karakteristik ideal-kualitas yang
mereka inginkan untuk dirinya dan orang lain.
Selain berpikir abstrak dan idealistik, remaja juga berpikir secara logis
pada tahap ini. Remaja cenderung memecahkan masalah melalui trial-and-
error, membuat rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis
menguji solusi. Tipe pemecahan masalah menuntut penalaran hipotesis-
deduktif, mencakup penciptaan sebuah hipotesis dan melakukan deduksi
terhadap implikasinya. Jadi, pemikir formal operasional mengembangkan
hipotesis mengenai cara memecahkan masalah dan secara sistematis
melakukan deduksi terhadap langkah terbaik yang harus diambil untuk
memecahkan masalah.
 Egosentrisme Remaja
Egosentrisme remaja adalah meningkatkanya kesadaran diri pada
remaja. Ada dua komponen utama pada egosentrisme, yaitu audiens
imajiner(Imaginary Audience) dan fable pribadi(Personal Fable). Audiens
imajiner merupakan keyakinan remaja bahwa orang lain berminat pada
dirinya sebagaimana ia berminat pada dirinya sendiri, termasuk tingkahlaku
menarik perhatian. Sementara itu, fabel pribadi ialah bagian dari
egosentrisme remaja yang mengandug penghayatan bahwa dirinya unik dan
tidak terkalahkan.
 Pemrosesan Informasi
Menurut Kuhn(2009), kognitif yang terpenting yang berlangsung pada
remaja adalah peningkatan di dalam fungsi eksekutif yang melibatkan aktivitas
seperti penalaran, mengambil keputusan, memonitor cara berpikir kritis, dan
memonitor perkembangan kognitif seseorang.
Mengambil keputusan. Masa remaja merupakan masa di mana
seseorang dihadapkan pada situasi yang lebih banyak melibatkan pengambilan
keputusan. Sebagian besar orang mengambil keputusan dengan lebih baik
pada saat mereka berada dalam kondisi tenang dibandingkan saat sedang
emosi. Emosi sering kali menghambat kemampuan pengambilan keputusan
karena sebagian besar remaja dapat mengambil keputusan secara lebih
bijaksana ketika tenang . selain itu, konteks sosial juga berperan dalam
pengambilan keputusan remaja.
Model proses ganda(dual-process model), menyatakan bahwa
pengambilan keputusan dipengaruhi oleh dua sistem kognitif, analisis dan
pengalaman, yang saling bersaing. Model proses ganda ini menekankan bahwa
sistem pengamanlah di mana memonitor dan mengelola pengalaman actual
yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan remaja, bukan sistem analitis.
Berpikir kritis. Remaja yang kurang mengembangkan keterampilan
dasar semacaam literasi dan matematika, kurang memiiliki peluang untuk
mengembangkan potensi berpikir kritis. Meskipun demikian, bagi remaja lain
perubahan kognitif yang memungkinkan peningkatan berpikir secara kritis
dapat mencakup:
(a) Meningkatnya kecepatan, otomatisasi, dan kapasitas dalam
memroses informasi
(b) Isi pengetahuan yang lebih luas di berbagai bidang
(c) Meningkatnya kemampuan untuk mengkonstruksikan kombinasi
baru dari pengetahuan
(d) Penggunaan strategi atau prosedur secara lebih luas dan spontan
dalam mengaplikasikan atau memperoleh pengetahuan

3. a.
Dalam masa remaja awal perkembangan kognitif berdasarkan Teori Piaget sudah
mencapai tahap operasional formal, dimana remaja tidak lagi terbatas pada
pengalaman konkretnya namun mampu mengimajinasikannya. Remaja menjadi lebih
abstrak, idealis, dan logis.
Berdasarkan pengalaman yang dialami oleh kedua remaja tersebut (Cinta dan Andi),
Andi akan memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang lebih tinggi dibandingkan
dengan Cinta. Karena dalam hal ini Andi memiliki orang-orang terdekat yaitu
keluarga dan saudaranya yang mampu mendukungnya. Selain itu Andi juga banyak
menuai pujian dari keluarganya.
Komponen utama dalam egosentrisme remaja adalah imaginary audience dan
personal fable. Imaginary audience adalah keyakinan bahwa orang lain berminat dan
tertarik pada dirinya. Personal fable adalah keyakinan bahwa dirinya unik dan tidak
terkalahkan. Andi yang memiliki banyak dukungan dan antusiasme dari keluarganya
akan lebih mudah untuk beradaptasi karena memiliki keyakinan bahwa “aku yang
terbaik dan banyak orang tertarik denganku”. Selain itu kondisi yang tenang akan
lebih mampu mengambil keputusan dengan bijaksana, dan lebih mudah memutuskan
untuk menyesuaikan diri dan bergaul dengan teman sebayanya.
Dibandingkan dengan Cinta yang memiliki prasangka bahwa dia tidak dipedulikan
dan tidak diundang dalam acara buka bersama, egosentrismenya tidak sesuai dengan
yang ia hadapi. Sehingga akan membuat cinta berpikir lebih keras dalam
menyesuaikan diri. Pengambilan keputusan dipengaruhi oleh dua sistem yaitu analitis
dan pengalaman. Sistem pengalaman akan memonitor dan mengelola pengalaman
aktual yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Jika sebelumnya Cinta telah
memiliki pengalaman yang kurang baik dengan teman-temannya, ia akan lebih susah
untuk menyesuaikan diri.

3Lakukan analisa berdasarkan proses perkembangan remaja.


b. Sandy (15th) dahulu selalu tampil cuek ketika hendak keluar rumah,
namun sekarang untuk keluar umah menuju warung sembako terdekat saja,
Sandy membutuhkan waktu cukup lama untuk bersiap. Ia perlu
membubuhkan wangi-wangian pada tubungnya, menyisir rapi rambutnya,
mengganti celana belelnya. Namun di sisi lain ada yang justru memilih
sebaliknya …tetap tampil cuek dengan sandal jepit dan celana belel untuk
berkeliaran kemana-mana ? bagaimana menurut Anda dari sisi keilmuan
perkembangan psikologis remaja ?
Jawaban :

Pada masa remaja perkembangan kognitif menurut teori Piaget adalah pada tahap
operasional formal. Pemikiran remaja lebih bersifat abstrak, idealistik,
mengimajinasikan seakan-akan suatu kondisi benar-benar terjadi, menduga hipotesis-
hipotesis terbaik yang mungkin, dan bernalar logis. Remaja akan memikirkan
karakteristik-karakteristik ideal-kualitas yang mereka inginkan terdapat pada diri
mereka sendiri maupun orang lain. Remaja melakukan penalaran hipotesis deduktif
(hypothetical-deductive reasoning). Mereka memecahkan masalah dengan trial and
error, dan menguji solusi secara sistematis.
Elkind (1976) menyatakan egosentisme remaja sebagai meningkatnya kesadaran-
diri remaja terdiri dari dua bagian : audiens imajiner dan fabel pribadi. Audiens
imajiner adalah keyakinan remaja bahwa orang lain berminat pada dirinya seperti ia
berminat pada dirinya sendiri, ia merasa sebagai aktor dan orang lain penontonnya.
Sedangkan fabl pribadi adalah penghayatan remaja bahwa dirinya unik an tidak
terkalahkan.
Kognitif penting pada remaja adalah peningkatan dalam fungsi eksekutif, yaitu
yang melibatkan aktivitas kognitif yang lebih tinggi seperti penalaran, mengambil
keputusan, memonitor cara berfikir kritis, dan memonitor perkembangan kognitif
seseorang (Kuhn, 2009). Konteks sosial berperan penting dalam pengambilan
keputusan. Remaja mengambil keputusan dengan model proses ganda (dual -process
model), yang menyatakan bahwa pengambilan keputusan dipengaruhi oleh dua sistem
kognitif -analitis dan pengalaman- yang saling berkompetisi (Klacyznski, 2001;
Reyna & Farley, 2006).
Pada ilustrasi tersebut, Sandy (15) telah melakukan pemikiran operasioanl formal.
Ia mulai mengimajinasikan dan melakukan penalaran kritis dalam mengambil
keputusan untuk memecahkan masalahnya. Ia telah menerima informasi-informasi
dari luar, mungkin dari apa yang ia lihat sehari-hari, kemudian ia merumuskan
karakteristik ideal seperti apa yang ingin ia tampilkan. Awalnya Sandy melakukan
trial and error : mencoba alternatif penampilan seperti itu dan akan mengamati
tanggapan yang ia terima untuk melakukan penalaran hipotesis deduktifnya.
Didukung oleh egosentrisme audiens imajiner : keyakinannya bahwa ia diperhatikan
orang-orang disekitarnya maka Sandy mencoba menampilkan apa yang ia pikir
sebagai penampilan paling ideal atau paling baik.. Mengenai konteks yang memang
sangat mempengaruhi keputusan remaja, di lingkungan Sandy, kemungkinannya
adalah penampilan yang rapi dan wangi mendapat respon positif dari orang lain,
sehingga melalui penalarannya Sandy memutuskan untuk selalu tampil rapi dan wangi
setap keluar rumah. Bahkan untuk ke warung sembako yang terdekat.
Untuk remaja yang memilih sebaliknya hal ini sangat dipengaruhi konteks,
lingkungan remaja ini mungkin amat berbeda dalam memberikan informasi-informasi
dan pandangan mengenai karakteistik ideal. Selain itu egosentrisme personal fable :
merasa dirinya unik dan tidak terkalahkan juga mempengaruhi remaja ini dalam
memutuskan seperti apa ia akan bepenampilan. Memakai sandal dan celana belel
mungkin menurutnya bagian dari keunikan diri dan penampilan ideal yang
menggambarkan penghayatan diri mengenai apa yang dianggap ideal untuk
ditampilkan dan dilihat orang lain.

5. Pada proses remaja anda, adakah pikiran idealis yang pernah anda yakini?
Ceritakan pengalaman anda. Kaitkan Dengan teori perkembangan kognitif
remaja.

Jawaban :
Tentu dalam proses remaja yang saya lalui, ada pemikiran-pemikiran idealis yang
saya yakini. Saat itu, saya sangat tidak suka dengan pengemis yang sebenarnya masih
mampu untuk berusaha daripada hanya meminta-meminta di pinggir jalan. Saya
meyakini bahwa setiap orang setidaknya harus berusaha, meskipun pada akhirnya
hasilnya tidak sesuai ekspektasi. Dalam kasus pengemis, saya yakin bahwa dengan
kondisi fisik yang masih utuh, ia bisa berusaha bekerja daripada hanya meminta-
meminta. Saya meyakini hal ini karena saya pernah melihat keluarga saya dalam
keadaan ekonomi yang sangat parah. Namun, bapak saya tidak mengeluh, melainkan
terus memutar otak untuk berusaha mengembalikan keadaan dengan segala cara yang
dapat ia lakukan. Dari situ, saya melihat bahwa bapak saya memilih untuk berusaha
lebih keras daripada meminta kepada saudara-saudara kami.

Pengalaman ini dapat dikaitkan dengan teori kognitif Piaget.


Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu
1) Kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf
2) Pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya
3) Interaksi sosial, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya    dengan
lingkungan sosial 
4)  Ekuilibrasi, yaitu adanya kemampuan atau sistem mengatur dalam diri organisme
agar dia selalu mempau mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri
terhadap lingkungannya.
Ini berkaitan dengan aspek yang kedua, yaitu Pengalaman. Interaksi antara individu d
an dunia luar merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi kontak dengan dunia fisik it
u tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika intelegensi individu da
pat memanfaatkan pengalaman tersebut. Dalam hal ini, idealisme yang saya yakini be
rasal dari pengalaman yang saya saksikan sendiri dalam keluarga saya. Saya mengala
mi keadaan tersebut, kemudian mengembangkan suatu pemikiran yang kemudian me
mbuat saya bersikap idealis terhadap sesuatu.

6. Adakah pengalaman pengambilan keputusan yang anda rasa pelik di masa


remaja anda? Ceritakan dan kaitkan dengan teori!
Jawaban :

Masa-masa SMA adalah masa seorang remaja menempati posisi sebagai siswa
sekolah menengah atas. Dimana mereka akan di sibuk kan untuk benar-benar belajar
demi cita-cita terutama di kelas 12. Semua orang sibuk menentukan pilihan masing-
masing, kemana mereka akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Begitu juga dengan saya, tidak jauh beda dengan siswa-siswa yang lain, saya sibuk
belajar karena semakin dekat dengan UN. Setelah UN, semua nya sibuk menyiapkan
bekal untuk UTBK. Beruntungnya saya dapat mendapatkan kesempatan untuk siswa
yang terpilih di jalur undangan atau SNMPTN. Saya bingung mau melanjutkan
pendidikan ke jurusan apa, orang tua saya menginginkan saya untuk mencoba jalur
kedokteran, sedangkan saya ingin jurusan arsitektur karena hobi menggambar saya.
Akhirnya setelah saya berunding dengan guru BK saya, guru BK saya menyetujui
saya untuk menempatkan kedokteran dipilihan pertama mengingat nilai yang
tergolong tinggi dalam mata pelajaran biologi, lalu saya mengajukan arsitektur
dipilihan kedua. Guru bk saya menyarankan apa pilihan kedua saya tidak bisa yang
mendekati bidang kesehatan, karena kedokteran dan arsitektur adalah jurusan yang
bertolak belakang. Setelah merenungkan beberapa hari saya kemudian menyetujui
pendapat guru bk saya, karena saya juga tahu saya rendah dalam bidang perhitungan
seperti matematika dan fisika. lalu pada akhirnya saya menempatkan psikologi di
pilihan kedua.
Pada masa SMA, Menurut teori lev vygotsky remaja berpusat pada bagaimana
menekankan proses-proses perkembangan mental, seperti ingatan, perhatian dan
penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti
bahasa, sistem matimatika , dan alat-alat ingatan. Di sini para remaja yang akan
melanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi akan dihadapkan dengan
beberapa pilihan. Pilihan tsb dipertimbangkan dengan berbagai aspek seperti minat,
dan kemampuan dalam setiap mata pelajaran.lalu vygotsky juga menekankan
bagaimana remaja di bantu berkembang dengan bimbingan orang yang sudah terampil
dalam bidang-bidang tsb. Dengan di bantu oleh guru BK remaja akan lebih mudah
menentukan pilihan mana yang akan di ambil berdasarkan dari penalaran nilai,minat
dan bakat
Lalu ada beberapa dasar dalam pengambilan keputusan dalam memilih jurusan
George R. Terry menyebutkan 5 dasar (basis) dalam pengambilan keputusan yaitu:
a. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi
Keputusan memilih jurusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih
bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan
lain. Biasanya seorang remaja ingin membuat keputusan sendiri dan cenderung ingin
mengatur kehidupan mereka sendiri. Seperti memilih jurusan sesuai fikirannya sendiri
tanpa mempertimbangkan kemampuan diri sendiri. Pengambilan keputusan
berdasarkan intuisi ini mengandung beberapa kebaikan dan kelemahan. Kebaikannya
antara lain sebagai berikut.
1) Waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif lebih pendek
2) Untuk masalah yang pengaruhnya terbatas, pengambilan keputusan akan
memberikan keputusan pada umumnya.
3) Kemampuan mengambil keputusan dari pengambilan keputusan akan berperan, dan
itu perlu dimanfaatkan dengan
baik.
Kelemahannya antara lain sebagai berikut.
1) Keputusan yang dihasilkan relatif kurang baik.
2) Sulit mencarai alat pembandingnya, sehingga sulit diukur kebenaran dan
keabsahannya.
3) Dasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan sering kali diabaikan.
b. Pengambilan Keputusan Rasional
Keputusan memilih jurusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna.
Masalah – masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan
rasional. Dalam memilih jurusan remaja akan memperhitungkan positif dan
negatifnya keputusan tersebut bagi dirinya. Keputusan yang dibuat berdasarkan
pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Pada pengambilan keputusan secara
rasional ini terdapat beberapa hal, sebagai berikut.
1. Kejelasan masalah, tidak ada keraguan dan kekaburan masalah
2. Orientasi tujuan, kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai.
3. Pengetahuan alternatif, selaruh alternatif diketahui jenisnya dan konsekuensinya.
4. Preferensi yang jelas, alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria.
5. Hasil maksimal, pemilihan alternatif terbaik didasarkan atas hasil yang maksimal
c. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan memilih jurusan
didukung oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan
dengan istilah data dan informasi. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu
menjadiinformasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam
memilih jurusan.
d. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman
Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan memilih jurusan seseorang
mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Selain belajar
dari pengalaman dirinya sendiri biasanya remaja juga akan belajar dari pengalaman
orang lain yang dijadikan dasar dalam memilih jurusan.
e. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
Remaja Indonesia tidak terdidik untuk mengambil keputusan sendiri. Pada
kenyataannya, masih banyak siswa yang memilih suatu jurusan bukan berdasarkan
potensi, minat, dan bakat yang dimilikinya. Mereka menyerahkan penjurusan
sepenuhnya kepada orang tua. Remaja sering memandang pengambilan keputusan
dengan disertai kebimbangan, ketidakpastian, dan stress. Mereka membutuhkan
nasehat untuk membantu mereka dalam mengambil keputusan dalam hidup mereka,
sehingga orang tua perlu melibatkan anak dalam kegiatan mengambil keputusan yang
tepat.

7. Bagaimana saran anda untuk mengatasi pergolakan dalam perkembangan


kognitif remaja? Kaitkam dengan sisi negatif pada perkembangan kognitif
remaja!
Masa perkembangan kognitif pada remaja merupakan masa dimana seorang remaja
mulai berpikir secara idealis (berpikir sesuatu yang bersifat mungkin, mereka berpikir
tentang ciri ideal mereka sendiri, orang lain dan dunia), abstrak (berpikir seperti
bagaimana memecahkan persamanan aljabar yang bersifat tidak jelas) dan
logis( berpikir seperti seorang ilmuwan, yang menyusun rencana untuk memecahkan
masalah – masalah dan mengujinya secara sistematis pemecahan – pemecahan
masalah tersebut), dalam tahapan ini merupakan tahapan dimana juga remaja dapat
menentukan atau mengambil keputusan atas pilihan hidupnya,
Dari bagaimana cara mereka berpikir, hal tersebut dapat mempengaruhi keputusan-
keputusan yang mereka ambil entah itu pilihan yang tepat atau justru menjadi masalah
bagi mereka sendiri. Ketidakmampuan mereka untuk mengatasi sendiri masalahnya
menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya menemukan bahwa
penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka yang dapat membuat
mereka kecewa dan menjadi suatu permasalahan bagi mereka. Pergolakan pada
remaja akan berdampak kepada diri remaja itu sendiri, keluarga, dan lingkungan
masyarakat.
Solusi dalam menanggulangi masalah gejolak pada remaja dapat dilakukan dengan
berbagai tidakan seperti ke dalam tindakan preventif, tindakan represif, dan juga
solusi internal remaja sendiri.
1. Tindakan preventif
 Usaha pencegahan timbulnya pergolakan secara umum dapat dilakukan melalui
cara berikut :
-Mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja bahkan sifat dan
pemikirannya.
-Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para remaja.
Kesulitan-kesulitan mana saja yang biasanya menjadi sebab timbulnya masalah
mereka.
 Usaha pembinaan remaja dapat dilakukan melalui:
-Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan persoalan yang
dihadapi tidak pantang menyerah
-Memberikan wejangan secara umum dengan harapan dapat bermanfaat.
-Memperkuat motivasi atau dorongan untuk bertingkah laku baik dan mengambil
keputusan dengan baik.
2. Tindakan Represif
Usaha menindak pelanggaran norma- norma sosial dan moral dapat dilakukan dengan
mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran. Dengan adanya sanksi
tegas, diharapkan agar nantinya si pelaku tersebut “jera” dan tidak berbuat hal yang
menyimpang lagi. Agar mereka tidak berpusat hanya pada pemikiran idealis mereka
namun juga menerima masukan dari orang lain.
3. Solusi internal bagi seorang itu sendiri dengan menanamkan hal-hal berikut
:
-Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau
diatasi dengan prinsip keteladanan
-Terima pendapat dari keluarga, guru, teman sebaya dan orang-orang yang lebih tua
atau berpengalaman
-Remaja menyalurkan energinya dalam berbagai kegiatan positif
-Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi
arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul sebagai bentuk
pengaruh sosial
-Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman
sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
Dalam perkembangan remaja yang penuh gejolak, peranan keluarga,sekolah,
masyarakat dan juga kebijakan pemerintah dalam dunia pendidikan ikut andil besar.
Peranan media massa seperti televisi, internet, tabloid, koran dan majalah juga
mempunyai kekuatan yang besar bagi kepentingan yang dominan dalam masyarakat,
ia memerankan peran utama dalam kehidupan dan juga merupakan sumber informasi
yang utma. Pendidikan karakter tetap harus ditingkatkan penerapan kualitasnya baik
itu di lingkungan keluarga maupun di sekolah, karena sisi negatif dari perkembangan
kognitif remaja ketika mereka terlalu mengidealiskan pemikiran mereka sendiri dan
melakukan apa yang menurut mereka benar tanpa menerima masukan dari orang lain
ataupun lingkungan sekitar mereka,

Sumber :
Santrock, John W. (2012) Perkembngan Masa Hidup Edisi Ketigabelas Jilid 1.
Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai