Anda di halaman 1dari 5

1.

Pembukaan : om swastyastu, kami dari kelompok 10 akan mempersentasikan mengenai


materi pre-test konseling.
Kami dari kelompok 10, beranggotak 4 orang, yaitu :
1. Ni Putu Pipin Nopita Sari. (17089014064)
2. Ni Ketut Rina Okawa. (17089014073)
3. Komang Parta Yasa (17089014061)
4. Ni Komang Sri Meliani (17089014106)

2. Adapun inti dari materi yang akan di bahas, yitu

1. Definisi konseling
2. Tahapan konseling pre test
3. Persiapan dalam konseling pre test
4. Kesimpulan

3. Konsep materi

1. Defenisi konseling dan konseling vct

Konseling merupakan bagian dari bimbingan baik sebagai pelayanan maupun

sebagai teknik. Konseling merupakan inti kegiatan bimbingan secara keseluruhan dan

lebih berkenaan dengan masalah individu secara pribadi. Konseling dimaksudkan

sebagai pemberian bantuan kepada individu dalam memecahkan masalahnya secara

perorangan dalam suatu pertalian hubungan tatap muka.

Definisi Voluntary Counseling Test (VCT) adalah proses konseling pra testing,

konseling post testing, dan testing HIV secara sukarela yang bersifat confidential dan

secara lebih dini membantu orang mengetahui status HIV. Konseling pra testing

memberikan pengetahuan tentang HIV & manfaat testing, pengambilan keputusan untuk

testing, dan perencanaan atas issue HIV yang akan dihadapi. Konseling post testing

membantu seseorang untuk mengerti & menerima status (HIV+) dan merujuk pada

layanan dukungan. Konseling dalam VCT adalah kegiatan konseling yang menyediakan
dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan HIV/AIDS, mencegah penularan HIV,

mempromosikan perubahan perilaku yang bertanggungjawab, pengobatan ARV dan

memastikan pemecahan berbagai masalah terkait dengan HIV/AIDS (Pedoman

Pelayanan VCT, 2016:1).

2. Tahapan konseling post test


Proses konseling pre tes dimulai dengan membina hubungan saling percaya antara
konselor dan klien. Secara garis besar teknik dan cara yang dilakukan oleh konselor
adalah
1) membina hubungan yang baik dan saling percaya dengan klien. Pada tahap ini
konselor mengidentifikasi dan mengkarifikasi perannya serta menekankan pada
klien bahwa konfidensialitas dan kerahasiaan klien akan tetap terjaga;
2) indentifikasi latar belakang dan alasan untuk melakukan tes termasuk perilaku
berisiko klien dan riwayat medis klien yang dulu dan sekarang;
3) mengidentifikasi pemahaman klien tentang HIV/AIDS dan tes HIV;
4) menyediakan informasi tentang hubungan sex yang aman dan pola hidup sehat
(safe sex practices dan healthy lifestyle practices)

3. Persiapan konseling pre test

Dalam proses konseling pra tes konselor dituntut mampu menyiapkan diri klien

untuk pemeriksaan HIV, memberikan pengetahuan akan implikasi terinfeksi atau tidak

terinfeksi HIV dan memfasilitasi diskusi tentang cara menyesuaikan diri dengan status

HIV. Dalam konseling didiskusikan juga soal seksualitas, hubungan relasi, perilaku

seksual, suntikan berisiko dan membantu klien melindungi diri dari infeksi. Konseling

dimaksud juga untuk meluruskan pemahaman yang salah tentang AIDS.


4. Jurnal : Dalam menyusun makalah ini kami menggunakan 2 jurnal

1. IMPLEMENTASI PROGRAM LAYANAN VOLUNTARY COUNSELING AND


TESTING (VCT) HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ ACQUIRED IMMUNO
DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) DI PUSKESMAS SUMBERPUCUNG
KABUPATEN MALANG
Yang terdiri dari bagian abstrak, pendahuluan , metode penelitian, hasil, autput,
pembahasan, penutup kesimpulan.
2. PELAKSANAAN PROGRAM VOLOUNTARY COUNSELING TEST MOBILE
DALAM RANGKA PENANGGULANGAN HIV/AIDS OLEH KOMISI
PENANGGULANGAN AIDS KOTA BONTANG
Yang terdiri dari abstak, pendahuluan, kerangka dasar teori, metode penelitian, sumber
data,, teknik kesimpulan data, hasil penelitian, pembahasan, penutup

5. Kaitannya dua jurnal tersebut dengan materi yang kami bahas yaitu sebagai berikut :

Dari materi yang kami bahas yaitu Konseling pra tes individual dilaksanakan
untuk membantu seseorang dalam membuat keputusan yang baik tentang apakah akan
menjalani tes HIV atau tidak. Konseling pra tes HIV membantu klien menyiapkan diri
untuk pemeriksaan darah HIV, memberikan pengetahuan akan implikasi terinfeksi atau
tidak terinfeksi HIV dan memfasilitasi diskusi tentang cara menyesuaikan diri dengan
status HIV. Konseling pra tes menantang konselor untuk dapat membuat keseimbangan
antara pemberian informasi, penilaian risiko dan merespon kebutuhan emosi klien.
Menurut Jurnal yang berjudul IMPLEMENTASI PROGRAM LAYANAN
VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) HUMAN
IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME
(HIV/AIDS) DI PUSKESMAS SUMBERPUCUNG KABUPATEN MALANG
menjelaskan bahwa pada Subvariabel tahapan konseling Pra-Testing masih terdapat satu
tahapan yang ketercapaiannya masih kurang dari 80% tergolong kurang baik
Menurut Jurnal yang berjudul PELAKSANAAN PROGRAM VOLOUNTARY
COUNSELING TEST MOBILE DALAM RANGKA PENANGGULANGAN
HIV/AIDS OLEH KOMISI PENANGGULANGAN AIDS KOTA BONTANG dalam
konseling pra tes HIV konselor menjelaskan kepada klien seputar infromasi yang benar
tentang penyakit HIV/AIDS mulai dari penjelasan secara medis hingga penyakit
HIV/AIDS sebagai salah satu penyakit masyarakat yang memberikan banyak mitos di
masyarakat, selain itu dalam konseling pra tes HIV ini konselor juga membantu para
klien untuk lebih mengenali status mereka sebagai orang dengan perilaku beresiko
bagaimana aktivitas atau pekerjaan mereka sehari-hari dapat menimbulkan resiko tertular
dan menularkan HIV/AIDS kepada orang lain, serta mendiskusikan apa yang menjadi
alasan atau latar belakang klien untuk mau mengikuti tes HIV yang diadakan oleh Komisi
Penanggulangan AIDS Kota Bontang, dan juga konselor menjelaskan tentang bagaimana
prosedural pengambilan darah hingga pembacaan hasil tes HIV. Berkaitan dengan hal
tersebut dan berdasrkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis di lapangan
seperti hasil wawancara diatas mengenai faktor penghambat dalam tahapan layanan
konseling pra tes HIV ditemukan dari sisi klien. Seperti yang dijelaskan sebelumnya
bahwa teknik konseling sudah cukup baik dilakukan oleh konselor dalam memberikan
konseling. Hal ini karena KPA telah memberika pelatihan khusus kepada konselor
dengan standar nasional. Kurangnya perhatian dan partisipasi klien dalam mengikuti sesi
konseling membuat klien atau para WTS tidak mempunyai pemahaman yang begitu luas
tentang penyakit HIV/AIDS ini.

6. Kesimpulan

Konseling merupakan bagian dari bimbingan baik sebagai pelayanan maupun sebagai
teknik. Konseling merupakan inti kegiatan bimbingan secara keseluruhan dan lebih
berkenaandengan masalah individu secara pribadi. Konseling dimaksudkan sebagai
pemberian bantuan kepada individu dalam memecahkan masalahnya secara perorangan
dalam suatu pertalian hubungan tatap muka.

Konseling dalam VCT adalah kegiatan konseling yang menyediakan dukungan


psikologis, informasi dan pengetahuan HIV/AIDS, mencegah penularan HIV,
mempromosikan perubahan perilaku yang bertanggung jawab, pengobatan antiretroviral
(ARV) dan memastikan pemecahan berbagai masalah terkait dengan HIV/AIDS yang
bertujuan untuk perubahan perilaku ke arah perilaku yang lebih sehat dan lebih aman. AIDS
( Depkes, 2008 ).
Tes HIV senantiasa didahului oleh konseling pra tes. Konseling pra tes individual
dilaksanakan untuk membantu seseorang dalam membuat keputusan yang baik tentang
apakah akan menjalani tes HIV atau tidak. Konseling pra tes HIV membantu klien
menyiapkan diri untuk pemeriksaan darah HIV, memberikan pengetahuan akan implikasi
terinfeksi atau tidak terinfeksi HIV dan memfasilitasi diskusi tentang cara menyesuaikan
diri dengan status HIV. Konseling juga dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan yang
benar dan meluruskan pemahaman yang keliru tentang HIV/AIDS dan berbagai mitosnya.

7. Penutup : Demikian akhir presentasi saya dari kelompok 10. Terimakasi atas perhatiannya,
saya tutup dengan Om santi santi santi om

Anda mungkin juga menyukai