LAPORAN PENDAHULUAN
A. Masalah Utama
Pasien merasa tidak berharga, mengejek dan mengkritik diri, merasa
bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri, sulit bergaul,
menarik diri dari realitas, cemas, panik dan curiga.
1
tinggi sampai rendah. Harga diri tinggi atau positif ditandai dengan
ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok dan diterima oleh orang
lain. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan
secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta
cenderung merasa aman sedangkan individu yang memiliki harga diri
rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap
sebagai ancaman (Yosep, 2009).
Dalam Purba, dkk (2008), ada empat cara dalam meningkatkan
harga diri yaitu:
2
individu, pengalaman seseorang dan adanya perubahan sosial seperti
perasaan dikucilkan, ditolak oleh lingkungan sosial, tidak dihargai akan
menyebabkan stress dan menimbulkan penyimpangan perilaku akibat
harga diri rendah.
2. Tanda dan gejala
Keliat (2009) mengemukakan beberapa tanda dan gejala harga diri
rendah adalah:
a. Mengkritik diri sendiri.
b. Perasaan tidak mampu.
c. Pandangan hidup yang pesimis.
d. Penurunan produktivitas.
e. Penolakan terhadap kemampuan diri.
Selain tanda dan gejala tersebut, penampilan seseorang dengan
harga diri rendah juga tampak kurang memperhatikan perawatan diri,
berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani menatap
lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada
suara lemah.
3. Penyebab
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu
yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya
system pendukung, kemunduran perkembangan ego, pengulangan
umpan balik yang negatif, disfungsi system keluarga serta terfiksasi
pada tahap perkembangan awal (Townsend, 2005).
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan
orangtua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang
lain, ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor presipitasi
Faktor persipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan atau bentuk tubuh,
kegagalan atau produktifitas menurun.
Selain itu, faktor presipitasi dapat pula berupa:
3
1) Ketegangan peran
Stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami dalam
peran atau posisi
2) Konflik peran
Ketidaksesuaian peran dengan apa yang diinginkan
3) Peran yang tidak jelas
Kurangnya pengetahuan individu tentang peran
4) Peran yang berlebihan
Menampilkan seperangkat peran yang konpleks
5) Perkembangn transisi
Perubahan norma dengan nilai yang taksesuai dengan diri
6) Situasi transisi peran
Bertambah atau berkurangnya orang penting dalam kehidupan
individu
7) Transisi peran sehat-sakit
Kehilangan bagian tubuh, prubahan ukuran, fungsi, penampilan,
prosedur pengobatan dan perawatan.
C. Pohon masalah
Risiko perilaku kekerasan
4
D. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
1. Alasan hospitalisasi atau penanganan
2. Usia dan jenis kelamin
3. Tahap perkembangan
4. Sistem keluarga, yang meliputi status perkawinan, peran dalam keluarga,
posisi sibling kandung
5. Persepsi tentang masalah kesehatan
6. Pengalaman masa lalu dengan sistem perawatan kesehatan
7. Status mental, meliputi pemikiran abstrak, penilaian atau daya tilik diri,
memori, alam perasaan, orientasi, persepsi, proses pikir
8. Sistem kepercayaan (norma, agama, nilai)
9. Kemampuan kognitif
10. Pola interaksi sosial
11. Status sosial, meliputi ketrampilan interpersonal, tingkat kepercayaan
terhadap orang lain, hubungan dengan anggota keluarga, tingkat harga
diri, kemampuan berfungsi dalam peran sosial dan pekerjaan.
12. Persepsi diri, meliputi citra tubuh, mekanisme koping, kemampuan
mengatasi masalah, harga diri
13. Pengalaman krisis masa lalu
14. Riwayat penanganan untuk gangguan psikososial, meliputi hospitalisasi,
pengobatan, psikoterapi, ide bunuh diri, rencana bunuh diri, usaha bunuh
diri di masa lalu.
15. Tanda-tanda neurovegetatif, meliputi kemampuan untuk mengalami
kenikmatan, nafsu makan, tingkat energi, tidur.
E. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah kronik
Batasan karakteristik:
1. Pasien menilai diri putus asa
2. Pasien memperlihatkan kecenderungan pasif
3. Pasien mengungkapkan rasa malu dan bersalah
4. Pasien mengalami masalah medis atau mental kronis
5. Pasien kesulitan mengambil keputusan
6. Pasien sangat bergantung pada pendapat orang lain
5
7. Pasien mencari kepastian yang berlebihan
8. Pasien mengungkapkan pikiran penyangkalan diri
F. Rencana Tindakan
1. Untuk Pasien
Tujuan:
Setelah diberi asuhan keperawatan, harga diri pasien meningkat dengan
kriteria:
a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya
b. Pasien dapat mengidentifikasi aspek positif yang dimilikinya
c. Pasien mengungkapkan perasaan yang berkaitan dengan harga diri
d. Pasien mengungkapkan perasaan aman di lingkungan
e. Pasien bekerja sama dalam perawatan diri dan proses pengambilan
keputusan secara bertahap
f. Pasien meningkatkan interaksi sosial dengan orang lain
g. Pasien menunjukkan penurunan perasaan negatif tentang dirinya
h. Pasien mengungkapkan penerimaan umpan balik positif maupun
negatif tanpa melebih- lebihkan
INTERVENSI RASIONAL
a. Bina hubungan saling percaya dengan a. Hubungan saling percaya adalah
pasien dasar bagi intervensi yang lain.
b. Sediakan waktu khusus di luar b. Memberi waktu bagi pasien untuk
perawatan yang tidak terganggu mengeksplorasi diri
dengan aktivitas lain untuk berbicara
secara profesional atau sosial kepada
pasien
c. Diskusikan kemampuan dan aspek c. Mendiskusikan hal- hal tersebut
positif yang dimiliki pasien, bantu membuat pasien menyadari aspek
pasien menilai kemampuan yang masih positif yang dimiliki sehiingga
dapat digunakan, bantu pasien memilih meningkatkan herga diri pasien.
atau menetapkan kemampuan yang
akan dilatih, latih kemampuan yang
sudah dipilih dan susun jadwal
6
pelaksanaan kemampuan yang telah
dilatih dalam rencana harian.
d. Dengarkan pasien, berikan respon d. Meningkatkan kesadaran diri dan
dengan penerimaan yang tidak mengurangi unsur ancaman
menghakimi, perhatian yang sungguh-
sungguh dan ketulusan
e. Kaji status mental pasien melalui e. Ansietas yang tinggi karena
observasi dan wawancara minimal penolakan diri dapat menyebabkan
sekali sehari pasien mengalami gangguan
kognitif, sensori atau persepsi.
f. Kaji risiko bunuh diri dan kemungkinan f. Harga diri yang sangat rendah
perilaku mematikan pada pasien dapat mengarah pada bunuh diri
g. Berikan rutinitas sederhana dan g. Aktivitas terstruktur membatasi
terstruktur setiap hari ansietas pasien
h. Dorong pasien merawat dirinya pada h. Pasien dapat mengabaikan dirinya
tingkat yang memungkinkan karena perasaan benci terhadap
dirinya.
i. Libatkan pasien secara bertahap dalam i. Mengurangi perasaan ambivalen,
pengambilan keputusan penundaan, kurang percaya diri
dalam pengambilan keputusan
j. Atur situasi untuk mendorong interaksi j. Gangguan hubungan interpersonal
sosial atau profesional antara pasien merupakan ungkapan membenci
dan orang lain diri sendiri secara langsung
k. Berikan umpan balik positif kepada k. Tindakan ini mendorong koping
pasien ketika pasien menunjukkan yang efektif di masa datang
peningkatan harga diri
l. Rujuk pasien ke tenaga kesehatan jiwa l. Keparahan gejala yang menyertai
sesuai program. harga diri rendah kronis
memerlukan psikoterapi jangka
panjang
2. Untuk Keluarga
7
Tujuan:
Setelah diberi asuhan keperawatan, pasien dapat memberdayakan
sistem pendukung dan keluarga mampu mengembangkan kemampuan
pasien untuk berhubungan dengan orang lain, dengan kriteria:
a. Keluarga dapatmenjelaskan perasaannya
b. Keluarga dapat memahamimasalah yang dialami pasien
c. Keluarga dapat memahami cara merawat pasien harga diri rendah,
d. Keluarga dapat mendemonstrasikan cara perawatan pasien harga
diri rendah
e. Keluarga berpartisipasi dalam perawatan pasien.
f. Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang
dimiliki pasien
g. Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki
pasien
h. Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien
i. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan
pasien
INTERVENSI RASIONAL
8
pasien membantu proses penyembuhan
2) Pemberian aktivitas yang pasien
terjadwal
d. Beritahu atau ajarkan keluarga d. Apabila gangguan jiwa pasien
sumber-sumber pelayanan kesehatan kambuh, keluarga dapat
yang dapat dijangkau menghubungi sumber pelayanan
kesehatan secepatnya.
e. Dorong anggota keluarga untuk e. Pasien dengan HDR jika sudah
memberikan dukungan kepada mampu berkomunikasi dengan orang
pasien untuk berkomunikasi dengan lain, menunjukkan kemajuan yang
orang lain baik.
f. Anjurkan anggota keluarga secara f. Kunjungan keluarga membuat pasien
rutin dan bergantian menjenguk merasa lebih berharga.
pasien minimal 1 minggu sekali
g. Beri reinforcement atas hal – hal yang g. Reinforcement memberi dukungan
telah dicapai oleh keluarga kepada keluarga untuk merawat
pasien
BAB II
9
ASUHAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Tempat, tanggal lahir : Wali, 07 Mei 1972
Umur : 44 tahun
Alamat : Kel.Waha Kec.Tomia
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin cerai
Nomor RM :
Tanggal masuk RS : 07 Februari 2020
Tanggal Pengkajian : 08 Februari 2020
Diagnosa medis : F 32.3 Depresi Berat dengan gejala
Psikotik
B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. R
Umur : 21 tahun
Pekerjaan : Buruh harian lepas
Pendidikan : SD
Hubungan dengan pasien : Anak kandung
10
D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Pasien mengatakan pernah mengalami sakit typhoid ± sudah sejak 1
tahun yang lalu. Keluarga pasien mengatakan pasien pernah mengalami
kejang dan biasanya kejang timbul pada siang hari. Keluarga pasien
mengatakan pasien pernah dibawa ke dukun karena ada dugaan dari
keluarga adanya guna-guna dari orang yang tidak bertanggung jawab.
Pasien mengatakan sudah berkali-kali kontrol ke Puskesmas Tomia
apabila obat habis.
E. FAKTOR PREDISPOSISI
Pasien pernah mengalami penyakit kejang typhus ± sudah 1 tahun yang
lalu. Pasien pernah dirawat di puskesmas selama hari. Kepribadian pasien
cenderung tertutup. Keluarga pasien tidak ada yang mengalami gangguan
jiwa. Pasien kawin cerai dengan suaminya sejak anak pasien masih kecil.
Pasien mengatakan suaminya mencari uang dan tidak pulang-pulang.
F. FAKTOR PRESIPITASI
Sejak pasien berhenti bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
G. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Compos mentis
1. Tanda-tanda vital
TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 19 x/menit
S : Afebris
2. Status gizi
BB : 41 kg
TB : 148 cm
IMT : 41 kg/2,19 m2 = 18,7 kg/m2 (normal)
3. Keluhan fisik
11
Tidak ada keluhan.
H. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Pasien
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis perkawinan
: Garis keturunan
: Tinggal serumah
: Cerai
: Hamil
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Pasien menyukai semua bagian tubuhnya.
b. Identitas
Pasien menyadari dirinya sebagai seorang ibu, mertua dan anak
perempuan satu-satunya di keluarganya.
c. Peran
Pasien mengatakan dirinya berperan untuk membantu ayah dan
ibunya yang sudah tua. Pasien mengatakan tidak mau merepotkan
kedua orang tuanya.
d. Ideal diri
Pasien mengatakan ingin cepat pulang dan bekerja karena sudah
merasa bosan berada di rumah sakit dan rindu dengan keluarganya.
12
e. Harga diri
Pasien mengatakan dirinya malu dan merasa tidak berguna apabila
tidak bekerja. Pasien mengatakan dirinya merasa sedih dikarenakan
pasien belum mendapatkan pekerjaan. Pasien mengatakan ingin
selalu bekerja dan tidak bermalas-malasan. Pasien mengatakan tidak
berguna, merasakan sudah tidak punya darah dan tidak ada gunanya
lagi untuk hidup
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Pasien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah
anaknya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat
Pasien mengatakan jarang mengikuti kegiatan di kampungnya.
Pasien mengatakan selama 1 tahun sebelum masuk RS tidak pernah
mengikuti kegiatan di kampungnya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Sebelum sakit typhus, pasien mengatakan tidak ada hambatan dalam
hubungan dengan teman di bangsal. Pasien mengatakan selama 1
tahun sebelum masuk RS tidak pernah bersosialisasi dengan warga
dan tetangga di kampungnya. Pasien hanya mengurung diri di rumah
dan menonton TV. Keluarga pasien mengatakan kegiatan pasien
selama di rumah hanya menonton televisi dan menangis. Keluarga
pasien mengatakan selama di rumah, apabila ada tetangga yang
menyapa pasien, pasien tidak menjawab sapaan. Selama di bangsal
pasien tidak pernah memulai pembicaraan, pasien lebih banyak
tiduran di tempat tidur daripada mengobrol dan berkumpul dengan
teman satu bangsal. Pasien mengatakan belum mengenal dan hapal
nama semua pasien satu bangsal.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan beragama Islam.
b. Kegiatan ibadah
Pasien mengatakan tidak pernah beribadah shalat.
13
I. STATUS MENTAL.
1. Penampilan
Pasien menggunakan seragam RSJ Grhasia dengan rapi. Penampilan
pasien baik dan bersih. Pakaian sesuai.
2. Pembicaraan
Pasien berbicara dengan lambat. Blocking.
3. Aktivitas motorik
Pasien terlihat lesu. Pasif. Pasien banyak tidur di tempat tidur.
4. Alam perasaan
Pasien mengatakan dirinya merasa sedih dikarenakan pasien belum
mendapatkan pekerjaan. Sedih dirasakan setiap sore hari. Pasien
mengatakan ingin selalu bekerja dan tidak bermalas-malasan karena
sudah terbiasa bekerja keras sejak masih SD.
5. Afek
Tumpul.
6. Interaksi selama wawancara
Pasien kooperatif. Kontak mata selama wawancara kurang. Pasien pergi
menghindar dan menolak secara verbal apabila diajak bercerita mengenai
kehidupan pribadinya (blocking).
7. Persepsi
Selama di rumah, keluarga pasien mengatakan pasien sempat
mengatakan ingin bunuh diri, ingin ditabrak mobil dan truk agar mati.
Keluarga pasien mengatakan pasien juga sempat mendengarkan suara
agar pasien berenang di kolam ikan, tapi keluarga pasien membiarkan
pasien untuk berenang di kolam. Pasien juga sempat mengatakan tidak
berguna, merasakan sudah tidak punya darah dan tidak ada gunanya lagi
untuk hidup.
8. Proses Pikir
Koheren. Tidak ada masalah.
9. Isi pikir
Pasien tidak mengalami disorientasi. Pasien terlihat stabil dan tidak
bingung.
10. Tingkat kesadaran
Orientasi pasien terhadap orang, tempat dan waktu baik.
14
11. Memori
Ingatan jangka pendek dan panjang pasien baik.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi dan berhitung pasien baik.
13. Kemampuan penilaian
Kemampuan penilaian pasien baik.
14. Daya tilik diri
Pasien mengetahui dirinya dirawat di RSJ Grhasia karena saat pertama
kali pasien masuk RSJ Grhasia merasa kebingungan.
15
Pasien pernah terkena typhoid ±1 tahun yang lalu. Pasien pernah
dilakukan rawat inap di puskesmas selama 5 hari. Keluarga pasien
mengatakan pasien pernah dibawa ke dukun karena ada dugaan dari
keluarga adanya guna-guna dari orang yang tidak bertanggung jawab.
Pasien mengatakan sudah berkali-kali kontrol ke Puskesmas Mlati II
apabila obat habis.
K. MEKANISME KOPING
Pasien mengatakan ketika ada masalah sering memendam sendirian dan
menangis. Pasien mengatakan jarang menceritakan permasalahannya
dengan orang lain, orang yang dipercayai untuk bercerita adalah adiknya dan
tantenya. Namun sekarang adiknya tinggal berjauhan dengannya, sehingga
pasien sangat jarang bertemu dan menceritakan permasalahannya. Pasien
mengatakan selama di RSJ Grhasia pasien tidak pernah menceritakan
masalahnya kepada teman-teman satu bangsal.
16
Waktu Efek Samping Obat
Nama Obat Indikasi
Pemberian
KV : takikardia, hiper atau hipotensi,
Haloperidol ½-0-0 Penanganan
aritmia, gelombang T abnormal dengan
schizofrenia,
1,5 mg perpanjangan repolarisasi ventrikel,
sindroma Tourette
torsade de pointes (sekitar 4%).
pada anak dan
dewasa, masalah SSP : gelisah, cemas, reaksi
perilaku yang berat ekstrapiramidal, reaksi distonik, tanda
pada anak. pseudoparkinson, diskinesia tardif,
sindroma neurolepsi malignan,
perubahan pengaturan temperatur
tubuh, akatisia, distonia tardif, insomnia,
eforia, agitasi, pusing, depresi,
lelah,sakit kepala, mengantuk, bingung,
vertigo, kejang.
17
skizofrenia (non sedasi, mulut kering, penglihatan
responsif atau memudar, gangguan pengaturan keringat
intoleransi terhadap dan temperatur, hipersalivasi, takikardia,
neuroleptik klasik) hipotensi postural, hipertensi, depresi
saluran nafas, mual, muntah, konstipasi,
inkontinensia urin dan retensi urin.
Maprotiline 1-0-½ Depresi pada pasien Pusing, sakit kepala, kelelahan, sedasi,
50 mg neurosis, gangguan mengantuk, mulut kering, ruam, urtikaria,
dysthymic, depresi mual, muntah, konstipasi, berkeringat,
manik kenaikan BB, gelisah, hipotensi postural,
jarang, konvulsi, gangguan
ekstrapramidal, gangguan tidur,
penglihatan kabur, retensi urin,
peningkatan serum transaminase
M. ANALISA DATA
DATA MASALAH
DO : Harga diri
1. Kontak mata kurang rendah kronik
2. Pasif
3. Pasien terlihat lesu
4. Afek tumpul
5. Pasien berbicara lambat
DS :
1. Pasien mengatakan dirinya malu dan merasa tidak berguna apabila
tidak bekerja
2. Pasien mengatakan dirinya merasa sedih dikarenakan belum
mendapatkan pekerjaan
18
3. Pasien mengatakan sedih dirasakan setiap sore hari
4. Pasien ingin selalu bekerja dan tidak bermalas-malasan karena sudah
terbiasa bekerja keras sejak masih SD
5. Keluarga pasien mengeluhkan sejak pasien berhenti bekerja sebagai
pembantu rumah tangga karena pasien mengalami sakit typhoid, ±
sudah sejak 1 tahun yang lalu, pasien sering terlihat sedih, sulit tidur,
tidak mau makan, tidak mau mandi, merasa tidak berguna, merasa
tidak bisa berpikir dan tidak bertenaga
DO : Isolasi sosial
1. Pasien pergi menghindar dan menolak secara verbal apabila diajak
bercerita mengenai kehidupan pribadinya
2. Kontak mata kurang
3. Pasif
4. Pasien terlihat lesu
5. Selama di bangsal pasien tidak pernah memulai pembicaraan, pasien
lebih banyak tiduran di tempat tidur daripada mengobrol dan berkumpul
dengan teman satu bangsal.
DS :
1. Pasien mengatakan selama 1 tahun sebelum masuk RS tidak pernah
bersosialisasi dengan warga dan tetangga di kampungnya.
2. Pasien mengatakan selama di rumah hanya mengurung diri di rumah
dan menonton TV
3. Keluarga pasien mengatakan kegiatan pasien selama di rumah hanya
menonton televisi dan menangis
4. Keluarga pasien mengatakan selama di rumah, apabila ada tetangga
yang menyapa pasien, pasien tidak menjawab sapaan
5. Pasien mengatakan selama 1 tahun sebelum masuk RS tidak pernah
mengikuti kegiatan di kampungnya
6. Pasien mengatakan belum mengenal dan hapal nama semua pasien
satu bangsal.
DO : - Ketidakefektifan
DS : manajemen
1. Keluarga pasien mengatakan pasien pernah dibawa ke dukun karena regimen
ada dugaan dari keluarga adanya guna-guna dari orang yang tidak terapeutik
19
bertanggung jawab keluarga
2. Pasien mengatakan sudah berkali-kali kontrol ke Puskesmas Mlati II
apabila obat habis
3. Keluarga pasien mengatakan pasien juga sempat mendengarkan suara
agar pasien berenang di kolam ikan, tapi keluarga pasien membiarkan
pasien untuk berenang di kolam
4. Sejak pasien berhenti bekerja sebagai pembantu rumah tangga karena
pasien mengalami sakit typhoid, ± sudah sejak 1 tahun yang lalu pasien
sering terlihat sedih, sulit tidur, tidak mau makan, tidak mau mandi,
merasa tidak berguna, merasa tidak bisa berpikir dan tidak bertenaga
O. POHON MASALAH
Isolasi sosial
P. DIAGNOSA MEDIS
Aksis 1 : F 32.3 : Depresi berat dengan gejala psikotik
Aksis 2 : Cenderung schizoid
Aksis 3 : Belum ada diagnosa
20
Aksis 4 : Masalah pekerjaan
Aksis 5 : GAF 31-40
21
Q. PERENCANAAN KEPERAWATAN BESERTA RASIONAL
DIAGNOSA PERENCANAAN
No
KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI RASIONAL
1 Harga diri rendah 08 Februari 2020 08 Februari 2020 08 Februari 2020 08 Februari 2020
kronik 09.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB
Tujuan umum : Setelah 2 kali interaksi, Bina hubungan saling percaya dengan Hubungan saling percaya
Pasien memiliki pasien menunjukkan menggunakan prinsip komunikasi merupakan dasar untuk
konsep diri yang eskpresi wajah terapeutik : hubungan interaksi
positif bersahabat, menun- 1. Sapa pasien dengan ramah baik verbal selanjutnya.
jukkan rasa senang, ada maupun non verbal.
Tujuan khusus: kontak mata, mau 2. Perkenalkan diri dengan sopan.
1. Pasien dapat berjabat tangan, mau 3. Tanyakan nama lengkap dan nama
membina menyebutkan nama, panggilan yang disukai pasien.
hubungan mau menjawab salam, 4. Jelaskan tujuan pertemuan.
saling percaya pasien mau duduk 5. Jujur dan menepati janji.
dengan berdampingan dengan 6. Tunjukan sikap empati dan menerima
perawat. perawat, mau pasien apa adanya.
mengutarakan masalah 7. Beri perhatian dan perhatikan
yang dihadapi. kebutuhan dasar pasien.
22
09.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB
Tujuan khusus: Setelah 2 kali interaksi 1. Diskusikan dengan pasien tentang: Menilai realitas, kontrol diri
2. Pasien dapat pasien menyebutkan: a. Aspek positif yang dimiliki pasien, atau integritas ego diperlukan
mengidentifikasi 1. Aspek positif dan keluarga, lingkungan. sebagai dasar asuhan
aspek positif kemampuan yang b. Kemampuan yang dimiliki pasien. keperawatannya,
dan dimiliki pasien. 2. Bersama pasien buat daftar tentang: reinforcement positif akan
kemampuan 2. Aspek positif a. Aspek positif pasien, keluarga, meningkatkan harga diri
yang dimiliki. keluarga. lingkungan. pasien, dan pujian yang
3. Aspek positif b. Kemampuan yang dimiliki pasien. realistik tidak menyebabkan
lingkungan pasien. 3. Beri pujian yang realistis, hindarkan pasien melakukan kegiatan
memberi penilaian negatif. hanya karena ingin
mendapatkan pujian.
23
dilaksanakan penggunaannya
24
pasien. biasa dilakukan
4. Diskusikan dengan pasien
kemungkinan pelaksanaan kegiatan
setelah pulang.
2. Isolasi sosial 08 Februari 2020 08 Februari 2020 08 Februari 2020 08 Februari 2020
09.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB
Tujuan Umum: 1. Setelah 2x interaksi 1. Bina hubungan saling percaya dengan: Dengan terbinanya hubungan
Pasien dapat pasien menunjukkan a. Beri salam setiap interaksi saling percaya merupakan
berinteraksi tanda-tanda percaya b. Perkenalkan nama, nama panggilan dasar untuk interaksi perawat
dengan orang lain. kepada atau terhadap perawat, dan tujuan perawat dengan pasien dan dasar
25
perawat: berkenalan untuk merencanakan
Tujuan Khusus: a. Wajah cerah, c. Tanyakan dan panggil nama perencanakan selanjutnya.
1. Pasien dapat tersenyum kesukaaan pasien
membina b. Mau berkenalan d. Tunjukkan sikap jujur dan menepati
hubungan c. Ada kontak janji
saling percaya mata e. Tanyakan perasaan pasien dan
d. Bersedia masalah yang dihadapi pasien
menceritakan f. Buat kontrak interaksi yang jelas
perasaan 2. Dengarkan dengan penuh perhatian
ekspresi perasaan pasien
26
3. Lingkungan dengan orang tersebut
d. Orang yang tidak dekat dengan
pasien di rumah atau di ruang
perawatan
e. Apa yang membuat pasien tidak
dekat dengan orang tersebut
f. Upaya yang sudah dilakukan agar
dekat dengan orang lain
2. Diskusikan dengan pasien penyebab
menarik diri
3. Beri pujian terhadap kemampuan pasien
mengungkapkan perasaannya
27
kerugian misalnya: kerugian menarik diri
menarik diri. 1. Banyak teman 3. Beri pujian terhadap kamampuan pasien
2. Tidak kesepian mengungkapkan perasaannya
3. Bisa diskusi
4. Saling menolong
Dan kerugian menarik
diri, misalnya:
1. Sendiri
2. Kesepian
3. Tidak bisa diskusi
28
b. Perawat lain b. Pasien lain
c. Pasien lain c. Kelompok
d. Kelompok 3. Libatkan pasien dalam Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi
4. Diskusikan jadwal harian yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan pasien bersosialisasi
5. Beri motivasi pasien untuk melakukan
kegiatan sesuai dengan jadwal yang
telah dibuat
6. Beri pujian terhadap kemampuan
pasien memperluas pergaulannya
melalui aktivitas yang dilaksanakan
29
berhubungan berhubungan sosial b. kelompok
sosial. dengan: 2. Beri pujian terhadap kemampuan
1. Orang lain pasien mengungkapkan perasaannya
2. Kelompok
30
menarik diri 5. Tanyakan perasaan keluarga setelah
mencoba cara yang dilatihkan
6. Beri motivasi keluarga agar membantu
pasien untuk bersosialisasi
7. Beri pujian kepada keluarga atas
keterlibatnnya merawat pasien di rumah
sakit
31
manfaat dan efek 2. Diskusikan dengan pasien tentang 2. Memberikan pengertian
samping dari minum pentingnya minum obat secara teratur, mengenai ketergantungan
obat manfaat dan kerugian tidak minum obat, obat pasien berkaitan
2. Pasien berkomitmen nama, warna, dosis, cara, efek terapi, dengan gangguan jiwa
untuk selalu minum dan efek samping penggunaan obat yang dialami pasien
obat serta cara mengatasi efek samping
3. Pasien mampu 3. Diskusikan dengan pasien efek tidak 3. Mengetahui akibat jika
mengelola obatnya minum obat tanpa konsultasi dengan tidak minum obat yaitu
selama dirumah dokter terjadinya kekambuhan
4. Keluarga mengerti 4. Anjurkan pasien untuk mengatur jadwal 4. Mencegah terjadinya
untuk mencegah minum obat dan rutin kontrol 3 hari kekambuhan akibat putus
terjadinya putus obat sebelum obat habis obat
pada pasien 5. Lakukan kunjungan rumah untuk 5. Menambah pengetahuan
mendiskusikan tentang manajemen dan keikutsertaan
regimen terapeutik keluarga dalam perawatan
pasien
32
R. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
DIAGNOSA
IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
Isolasi sosial Senin, 08 Februari 2020 Senin, 08 Februari 2020
08.00 WIB 08.30 WIB
Mengikut sertakan dan memotivasi S : Pasien mengatakan senang mengikuti TAKS sesi 1, pasien mengatakan makin banyak
pasien untuk mengikuti kegiatan teman
terapi aktivitas kelompok : O : Pasien kooperatif, mampu memperkenalkan diri, pasien aktif dalam terapi TAKS sesi 1
Sosialisasi Sesi 1 A : Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap dengan perawat lain dan
pasien lain
P : N : Bina hubungan saling percaya, ikutsertakan serta motivasi pasien mengikuti TAKS
33
sesi 2
K : Membina hubungan saling percaya dengan perawat, berperan aktif dalam TAKS sesi 2
34
Isolasi sosial Senin, 08 Februari 2020 Senin, 08 Februari 2020
10.00 WIB 10.10 WIB
1. Membina hubungan saling S : Pasien mengatakan “Kula Minarni”, pasien mengatakan senang dijenguk anaknya, ketika
percaya dengan menggunakan diajak ngobrol pasien mengatakan “Mboten, kula kesel, pengen turu mawon”, pasien
prinsip komunikasi terapeutik mengatakan tidak ada keluhan fisik, pasien mengatakan kadang-kadang masih merasa sedih
2. Dengarkan dengan penuh O : Pembicaraan koheren, kontak mata kurang, mau berjabat tangan, pasien mau menjawab
perhatian ekspresi perasaan salam, pasien terlihat berpaling dan menolak ketika diajak duduk berdampingan, pasien tidak
pasien mau mengutarakan masalah yang dihadapi, anak pasien datang menjenguk dan
3. Tanyakan pada pasien tentang: membawakan barang kebutuhan pasien
a. Orang yang tinggal serumah A : Pasien belum menunjukkan tanda-tanda percaya kepada atau terhadap perawat
atau teman sekamar pasien P : N : Lanjutkan TUK 1 dan 2
b. Orang yang paling dekat K : Membina hubungan saling percaya dengan perawat, mengidentifikasi dan menguraikan
dengan pasien di rumah atau perasaan
di ruang perawatan
c. Apa yang membuat pasien
dekat dengan orang tersebut
d. Orang yang tidak dekat
dengan pasien di rumah atau
di ruang perawatan
e. Apa yang membuat pasien
35
tidak dekat dengan orang
tersebut
f. Upaya yang sudah dilakukan
agar dekat dengan orang lain
4. Diskusikan dengan pasien
penyebab menarik diri
5. Beri pujian terhadap kemampuan
pasien mengungkapkan
perasaannya
36
K : Mengidentifikasi kemampuan yang dapat dilaksanakan dan dilanjutkan
37
penyebab menarik diri
3. Beri pujian terhadap kemampuan
pasien mengungkapkan
perasaannya
38
saat berhubungan sosial teman
2. Memberi motivasi dan membantu O : Pasien kooperatif, mampu bercakap-cakap dengan teman sebelahnya, pasien aktif dalam
pasien untuk berkenalan atau terapi TAKS sesi 3
berkomunikasi dengan: A : Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap dengan perawat, perawat
a. Perawat lain lain, pasien lain da kelompok
b. Pasien lain P : N :Ikut sertakan dan motivasi pasien mengikuti TAKS sesi 4
c. Kelompok K : Berperan aktif dalam TAKS sesi 4
3. Melibatkan pasien untuk
mengikuti kegiatan terapi
aktivitas kelompok : Sosialisasi
Sesi 3
4. Memberi pujian terhadap
kemampuan pasien memperluas
pergaulannya melalui aktivitas
yang dilaksanakan
39
P : N : Ikut sertakan dan motivasi pasien mengikuti rehabilitasi
K : Mengikuti rehabilitasi
40
A : Pasien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
P : N : Diskusikan dengan pasien kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang
K : Memanfaatkan support sistem di keluarga
41
keluarga secara teratur, manfaat dan ingin tidur, pasien mengatakan mengatasi perasaan mengantuk dengan tidur maupun tiduran,
kerugian tidak minum obat, pasien mengatakan apabila tidak minum obat secara teratur akan kambuh, pasien
nama, warna, dosis, cara, efek mengatakan akan rajin kontrol 3 hari sebelum obat habis dan teratur mium obat
terapi, dan efek samping O : Pasien terlihat antusias, banyak bertanya, kooperatif, memperhatikan
penggunaan obat serta cara A : Pasien mengetahui manfaat dan efek samping dari minum obat, pasien berkomitmen
mengatasi efek samping untuk selalu minum obat
2. Mendiskusikan dengan pasien P : N : Pasien BLPL
efek tidak minum obat tanpa K : Mempertahankan keteraturan dan kedisiplinan minum obat selama di rumah
konsultasi dengan dokter
3. Menganjurkan pasien untuk
mengatur jadwal minum obat dan
rutin kontrol 3 hari sebelum obat
habis
42
DAFTAR PUSTAKA
43