Anda di halaman 1dari 64

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2

c. bahwa Rencana Induk Kota (RIK)


Kotamadya Daerah Tingkat II Cirebon
1984-2004 sebagaimana ditetapkan
NOMOR 8 TAHUN 2012 SERI E dalam Peraturan Daerah Kotamadya
Daerah Tingkat II Cirebon Nomor 3
Tahun 1986 merupakan piranti rencana
PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON yang perlu disesuaikan dengan
perkembangan keadaan dan ketentuan
NOMOR 8 TAHUN 2012
peraturan perundang-undangan;
TENTANG
d. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada huruf a,
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
huruf b, dan huruf c maka Rencana Tata
KOTA CIREBON TAHUN 2011- 2031
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Cirebon
2011-2031 perlu ditetapkan dengan
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Peraturan Daerah;
WALIKOTA CIREBON,
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945;
Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, maka 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950
pengembangan dan pembangunan Kota tentang Pembentukkan Provinsi Jawa
Cirebon harus lebih mengoptimalkan Barat (Berita Negara Republik Indonesia
pengaturan dan pemanfaatan ruang di tanggal 4 Juli 1950) jo. Undang-Undang
Kota Cirebon sehingga pembangunan Nomor 20 Tahun 1950 tentang
dapat dilaksanakan secara efisien dan Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran
efektif; Negara Republik Indonesia Tahun 1950
Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara
b. bahwa pembangunan sebagaimana Republik Indonesia Nomor 15)
dimaksud pada huruf a harus sebagaimana telah diubah beberapa kali,
mampu mengakomodir keterpaduan terakhir dengan Undang-Undang Nomor
pembangunan antar sektor, antar 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan
wilayah, dan antar pelaku Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
pembangunan; sebagai Ibukota Negara Kesatuan
Republik Indonesia (Lembaran Negara
3 4

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984


93, Tambahan Lembaran Negara tentang Perindustrian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4744) dan Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 22, Tambahan Lembaran Negara
tentang Pembentukan Provinsi Banten Republik Indonesia Nomor 3274);
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan 6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990
Lembaran Negara Republik Indonesia tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Nomor 4010); Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1990
3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
tentang Pembentukan Daerah-daerah Republik Indonesia Nomor 3419);
Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi
Djawa Timur, Djawa Tengah, Djawa 7. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
Barat dan dalam Daerah Istimewa tentang Kehutanan (Lembaran Negara
Yogyakarta (Berita Negara Republik Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
Indonesia Tahun 1950 Nomor 45) 167, Tambahan Lembaran Negara
sebagaimana telah beberapakali diubah Republik Indonesia Nomor 3888)
terakhir dengan Undang-Undang Nomor sebagaimana telah diubah dengan
13 Tahun 1954 tentang Pengubahan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004
Undang-Undang Nomor 16 dan Nomor tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
17 Tahun 1950 (Republik Indonesia Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Dahulu) tentang Pembentukan Kota- Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Kota Besar dan Kota-Kota Kecil di Djawa Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
(Lembaran Negara Republik Indonesia tentang Kehutanan menjadi Undang-
Tahun 1954 Nomor 40, Tambahan Undang (Lembaran Negara Republik
Lembaran Negara Republik Indonesia Indonesia Tahun 2004 Nomor 86,
Nomor 551); Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4412);
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Pokok-pokok Agraria (Lembaran 8. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001
Negara Republik Indonesia Tahun 1960 tentang Minyak dan Gas Bumi
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Republik Indonesia Nomor 2043); Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4152);
5 6

9. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 14. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004


tentang Pertahanan Negara (Lembaran tentang Perimbangan Keuangan Antara
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Daerah (Lembaran Negara Republik
Republik Indonesia Nomor 4169); Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
10. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tambahan Lembaran Negara Republik
tentang Bangunan Gedung (Lembaran Indonesia Nomor 4438);
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 15. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004
Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara tentang Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4247); Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
11. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 132, Tambahan Lembaran Negara
tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4441);
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, 16. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007
Tambahan Lembaran Negara Republik tentang Rencana Pembangunan Jangka
Indonesia Nomor 4377); Panjang Nasional Tahun 2005 sampai
12. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 2025 (Lembaran Negara Republik
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,
Nasional (Lembaran Negara Republik Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Indonesia Nomor 4700);
Tambahan Lembaran Negara Republik 17. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007
Indonesia Nomor 4421); tentang Perkeretaapian (Lembaran
13. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Negara Republik Indonesia Tahun 2007
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Republik Indonesia Nomor 4722);
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara 18. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
Republik Indonesia Nomor 4437), tentang Penanggulangan Bencana
sebagaimana telah beberapa kali diubah (Lembaran Negara Republik Indonesia
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Lembaran Negara Republik Indonesia
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Nomor 4723);
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
7 8

19. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 25. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Penataaan Ruang (Lembaran tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Republik Indonesia Nomor 4725); Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059);
20. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007
tentang Energi (Lembaran Negara 26. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010
Republik Indonesia Tahun 2007 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran
Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Republik Indonesia Nomor 4746); Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5164);
21. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran 27. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 tentang Perumahan dan Permukiman
Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Republik Indonesia Nomor 4851); Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
22. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009
Nomor 5188);
tentang Penerbangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 28. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara tentang Pembentukan Peraturan
Republik Indonesia Nomor 4956); Perundang-undangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
23. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
82, Tambahan Lembaran Negara
tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan
Republik Indonesia Nomor 5234);
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan 29. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012
Lembaran Negara Republik Indonesia tentang Pengadaan Tanah Bagi
Nomor 5025); Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum (Lembaran Negara Republik
24. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009
Indonesia Tahun 2012 Nomor 22,
tentang Ketenagalistrikan (Lembaran
Tambahan Lembaran Negara Republik
Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Indonesia Nomor 5280);
Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5052);
9 10

30. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 35. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun
1987 tentang Penyerahan Sebagian 2004 tentang Penatagunaan Tanah
Urusan Pemerintah di Bidang Pekerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Umum Kepada Daerah (Lembaran Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan
Negara Republik Indonesia Tahun 1987 Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4385);
Republik Indonesia Nomor 3353); 36. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun
31. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2005 tentang Jalan Tol (Lembaran
1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Lingkungan (Lembaran Negara Republik Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara
Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Republik Indonesia Nomor 4489)
Tambahan Lembaran Negara Republik sebagaimana telah diubah dengan
Indonesia Nomor 3838); Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun
2009 tentang Perubahan Peraturan
32. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun
Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005
2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta
tentang Jalan Tol (Lembaran Negara
Untuk Penataan Ruang Wilayah
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
(Lembaran Negara Republik Indonesia
88, Tambahan Lembaran Negara
Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan
Republik Indonesia Nomor 5019);
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3934); 37. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun
2005 tentang Pedoman Pembinaan dan
33. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
Pengawasan Penyelenggaraan
2001 tentang Pengelolaan Air dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
Negara Republik Indonesia Tahun 2001
165, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
Republik Indonesia Nomor 4161);
38. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun
34. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun
2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara
2002 tentang Hutan Kota (Lembaran
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor
Negara Republik Indonesia Tahun 2002
16, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4624);
Republik Indonesia Nomor 4242);
11 12

39. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 44. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2006 tentang Jalan (Lembaran Negara 2008 tentang Air Tanah (Lembaran
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor Negara Republik Indonesia Tahun 2008
86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4655); Republik Indonesia Nomor 4859);
40. Peraturan Pemerintah Nomor 38 45. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan 2009 tentang Kawasan Industri
Pemerintahan Antara Pemerintah, (Lembaran Negara Republik Indonesia
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Lembaran Negara Republik Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
46. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun
Lembaran Negara Republik Indonesia
2009 tentang Pedoman Pengelolaan
Nomor 4737);
Kawasan Perkotaan (Lembaran Negara
41. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun Republik Indonesia Tahun 2009
2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Penghapusan, dan Penggabungan Republik Indonesia Nomor 5004);
Daerah (Lembaran Negara Republik
47. Peraturan Pemerintah Nomor 56
Indonesia Tahun 2007 Nomor 162,
Tahun 2009 tentang Peyelenggaraan
Tambahan Lembaran Negara Republik
Perkeretaapian (Lembaran Negara
Indonesia Nomor 4791);
Republik Indonesia Tahun 2009 No 129,
42. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun Tambahan Lembaran Negara Republik
2008 tentang Rencana Tata Ruang Indonesia Nomor 5048);
Wilayah Nasional (Lembaran Negara
48. Peraturan Pemerintah Nomor 15
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
48, Tambahan Lembaran Negara
Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5004);
Republik Indonesia Tahun 2010
43. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Republik Indonesia Nomor 5103);
Air (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858);
13 14

49. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 55. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2009
2010 tentang Bentuk dan Tata Cara tentang Badan Koordinasi Penataan
Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang Nasional;
Ruang (Lembaran Negara Republik 56. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
Indonesia Tahun 2009 Nomor 118, 59 Tahun 1988 tentang Petunjuk
Tambahan Lembaran Negara Republik Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2
Indonesia Nomor 5160); Tahun 1987 tentang Pedoman
50. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun Penyusunan Rencana Kota ;
2010 tentang Pelaksanaan Hak dan
57. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
Kewajiban Serta Bentuk dan Tata Cara 50 Tahun 2009 tentang Pedoman
Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Koordinasi Penataan Ruang Daerah;
Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, 58. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor 20 Tahun 2007 tentang Pedoman
Indonesia Nomor 5161); Teknis Analisis Aspek Fisik dan
Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial
51. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun Budaya Dalam Penyusunan Rencana
2011 tentang Kawasan Suaka Alam dan Tata Ruang;
Pelestarian Alam (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 59. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1
58, Tambahan Lembaran Negara Tahun 2008 tentang Pedoman
Republik Indonesia Nomor 5217); Perencanaan Kawasan Perkotaan;
52. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 60. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
2011 tentang Sungai (Lembaran Negara Nomor 05/PRT/M/2008 tentang
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor Pedoman Penyedian dan Pemanfaatan
74, Tambahan Lembaran Negara Ruang Terbuka Hijau Kawasan
Republik Indonesia Nomor 5230); Perkotaan;
53. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 61. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
1990 tentang Pengelolaan Kawasan Nomor 11/PRT/M/ 2009 tentang
Lindung; Pedoman Persetujuan Substansi Dalam
54. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun Penetapan Rancangan Peraturan Daerah
2007 tentang Penataan dan Pembinaan Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, Provinsi dan Rencana Tata Ruang
dan Toko Modern; Wilayah Kabupaten/ Kota Beserta
Rencana Rincinya;
15 16

62. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


Nomor 17/PRT/M/2009 tentang 68. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008
Pedoman Penyusunan Rencana Tata tentang Rencana Pembangunan Jangka
Ruang Wilayah Kota; Panjang Daerah (RPJPD) Kota Cirebon
Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah
63. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor Kota Cirebon Tahun 2008 Nomor 9
28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Seri E, Tambahan Lembaran Daerah
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 17);
tentang Rencana Tata Ruang Daerah;
69. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2010
64. Peraturan Daerah Provinsi Nomor 3 tentang Bangunan Gedung (Lembaran
Tahun 2001 tentang Pola Induk Daerah Kota Cirebon Tahun 2010
Pengelolaan Sumber Daya Air di Provinsi Nomor 4 Seri E);
Jawa Barat (Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Barat Tahun 2001 Nomor 1 Dengan Persetujuan Bersama
Seri C); DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA CIREBON
dan
65. Peraturan Daerah Provinsi Nomor 3 WALIKOTA CIREBON
Tahun 2005 tentang Pembentukan
Peraturan Daerah (Lembaran Daerah MEMUTUSKAN :
Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 Nomor
13 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA
Provinsi Jawa Barat Nomor 15); TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA
66. Peraturan Daerah Provinsi Nomor 8 CIREBON TAHUN 2011 - 2031.
Tahun 2005 tentang Sempadan Sungai
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat BAB I
Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan KETENTUAN UMUM
Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Pasal 1
Nomor 4548);
67. Peraturan Daerah Provinsi Nomor 22 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
Tahun 2010 tentang Rencana Tata 1. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Cirebon yang
Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat selanjutnya disebut RTRWK adalah hasil perencanaan
Tahun 2009 Sampai 2029 (Lembaran tata ruang berupa tujuan, kebijakan, strategi
Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 penataan ruang wilayah kota, rencana struktur ruang
Nomor 22 Seri E, Tambahan Lembaran wilayah kota, rencana pola ruang wilayah kota,
Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 86);
17 18

penetapan kawasan strategis kota, arahan 12. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
pemanfaatan ruang wilayah kota, dan ketentuan disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota. Daerah Kota Cirebon.
2. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, 13. Walikota adalah Walikota Cirebon.
ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang
di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat 14. Daerah Kecamatan adalah Kecamatan yang berada
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan di Kota Cirebon.
kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. 15. Provinsi adalah Provinsi Jawa Barat.
3. Tata ruang adalah wujud struktural dan pola 16. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat
pemanfaatan ruang. permukiman dan sistem jaringan prasarana dan
4. Penataan ruang adalah suatu sistem proses sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis
pengendalian pemanfaatan ruang. memiliki hubungan fungsional.

5. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk 17. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam
menentukan struktur ruang dan pola ruang yang suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk
meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi
ruang. budi daya.

6. Pemanfaatan ruang adalah rangkaian program 18. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya dapat
kegiatan pelaksanaan pembangunan yang disebut RDTR adalah rencana pemanfaatan ruang
memanfaatkan ruang menurut jangka waktu yang secara terinci yang disusun untuk penyiapan
ditetapkan dalam rencana tata ruang. perwujudan ruang dalam rangka pelaksanaan
program-program pembangunan.
7. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah kegiatan
pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan 19. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan
ruang. geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang
batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
8. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata administratif dan/atau aspek fungsional.
ruang.
20. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama
9. Kota adalah Kota Cirebon. lindung atau budidaya.
10. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.
11. Pemerintah Kota adalah Pemerintah Kota Cirebon.
19 20

21. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan 27. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya dapat
dengan fungsi utama melindungi kelestarian disebut PKN adalah kawasan perkotaan yang
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam berfungsi untuk melayani kegiatan skala
dan sumber daya buatan. internasional, nasional, atau beberapa provinsi.
22. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan 28. Pusat Pelayanan Kota yang selanjutnya dapat disebut
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas PPK adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/
dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber atau administrasi yang melayani seluruh sub wilayah
daya manusia, dan sumber daya buatan. kota.
23. Kawasan Strategis Provinsi yang selanjutnya dapat
disebut KSP adalah wilayah yang penataan ruangnya 29. Sub Pusat Pelayanan Kota yang selanjutnya dapat
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat disebut SPPK adalah pusat pelayanan ekonomi,
penting secara regional dalam aspek pertahanan sosial, dan/atau administrasi yang melayani seluruh
keamanan negara, ekonomi, sosial budaya, sub wilayah kota.
lingkungan, dan/atau pendayagunaan sumberdaya
alam dan teknologi tinggi. 30. Pusat Lingkungan yang selanjutnya dapt disebut PL
adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau
24. Kawasan Strategis Kota yang selanjutnya dapat adminstrasi lingkungan kota.
disebut KSK adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat 31. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya dapat disebut
penting dalam lingkup kota terhadap ekonomi, sosial, RTH adalah area memanjang/jalur dan/atau
budaya, dan/atau lingkungan. mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
25. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan yang secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
selanjutnya disebut KKOP adalah wilayah daratan
dan/atau perairan serta ruang udara disekitar bandar 32. Ruang Terbuka Non Hijau yang selanjutnya dapat
udara yang digunakan untuk kegiatan operasi disebut RTNH adalah ruang terbuka di bagian wilayah
penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH,
penerbangan. berupa lahan yang diperkeras atau yang berupa
26. Kawasan Pertahanan Negara adalah wilayah yang badan air, maupun kondisi permukaan tertentu yang
ditetapkan secara nasional yang digunakan untuk tidak dapat ditumbuhi tanaman atau berpori (cadas,
kepentingan pertahanan. pasir, kapur, dan lain sebagainya).
21 22

33. Sub Wilayah Kota yang selanjutnya dapat disebut 40. KLB rata-rata adalah besaran ruang yang dihitung
SWK adalah unit wilayah dalam struktur tata ruang dari nilai KLB rata-rata pada suatu kawasan
yang memiliki fungsi tertentu sesuai arahan berdasarkan ketetapan nilai KLB menurut
kebijakan penataan ruang. pemanfaatan ruang yang sejenis.

34. Peraturan Zonasi adalah ketentuan yang mengatur 41. Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya disebut KDH
tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan adalah angka prosentase berdasarkan perbandingan
ketentuan pengendaliannya serta disusun untuk jumlah luas lahan terbuka untuk penanaman
setiap blok/zona peruntukan yang penetapan tanaman dan atau peresapan air terhadap luas tanah
zonanya dalam perencanaan rinci tata ruang. perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai
rencana kota.
35. Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang
pantai yang mempunyai manfaat penting untuk 42. Ketinggian Bangunan yang selanjutnya disebut KB
mempertahankan kelestarian fungsi pantai. adalah ketinggian penuh suatu bangunan dihitung
mulai dari lantai dasar sampai atap tertinggi.
36. Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri dan
kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/ 43. Insentif adalah perangkat atau upaya untuk
saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat memberikan rangsangan terhadap pelaksanaan
penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang.
sungai.
44. Disinsentif adalah perangkat untuk mencegah,
37. Daya dukung lingkungan adalah kemampuan membatasi pertumbuhan, atau mengurangi
lingkungan untuk mendukung perikehidupan pelaksanaan kegiatan yang tidak sejalan dengan
manusia dan makhluk lainnya. rencana tata ruang.

38. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disebut 45. Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya
KDB adalah perbandingan antara luas tanah yang pangan bagi setiap rumah tangga, yang tercermin dari
tertutup lantai bangunan dengan luas tanah tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun
keseluruhan dikalikan seratus persen. mutunya, aman, merata, dan terjangkau.

39. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disebut


KLB adalah angka perbandingan antara jumlah
seluruh luas lantai seluruh bangunan terhadap luas
tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai
sesuai dengan rencana kota.
23 24

46. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan 51. Peran Masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat
dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat
kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau 52. Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Kota Cirebon pada
bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat Bank Jabar Banten Cabang Cirebon.
berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan BAB II
penunjang pelabuhan serta sebagai tempat TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
perpindahan intra-dan antar moda transportasi. WILAYAH
47. Pelabuhan Utama adalah pelabuhan yang fungsi Bagian Kesatu
pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam Tujuan Penataan Ruang dan Wilayah Kota
negeri dan internasional, alih muat angkutan laut
dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar, Pasal 2
dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau
barang, serta angkutan penyeberangan dengan Penataan Ruang Wilayah Kota bertujuan mewujudkan
jangkauan pelayanan antar provinsi. Kota sebagai PKN dan pusat pelayanan regional berbasis
48. Prinsip-prinsip Mitigasi Bencana adalah serangkaian perdagangan dan jasa didukung sektor pariwisata,
upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik pendidikan dan budaya yang berlandaskan nilai-nilai
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan religius.
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana. Pasal 3

49. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang (1) Lingkup wilayah RTRWK adalah daerah dengan batas
selanjutnya disebut BKPRD adalah badan bersifat berdasarkan aspek administratif dengan dan
adhoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan fungsional mencakup seluruh wilayah daratan seluas
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang 3.810 hektar, wilayah udara, dan wilayah dalam
Penataan Ruang di Kota dan mempunyai fungsi bumi.
membantu tugas Walikota dalam koordinasi penataan
ruang di Kota. (2) Batas koordinat Kota adalah 108° 33´ Bujur Timur
dan 6° 42´ Lintang Selatan dan fungsional mencakup
50. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok seluruh wilayah beserta ruang udara di atasnya dan
orang termasuk masyarakat hukum adat, korporasi, ruang bawah tanah.
dan/atau pemangku kepentingan non pemerintah
lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.
25 26

(3) Batas wilayah daerah meliputi : Bagian Kedua


a. sebelah utara, berbatasan dengan Laut Jawa; Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kota
b. sebelah timur, berbatasan dengan Kabupaten
Cirebon; Pasal 5
c. sebelah selatan, berbatasan dengan Kabupaten
Cirebon; dan Kebijakan penataan ruang wilayah Kota meliputi :
d. sebelah barat, berbatasan dengan Kabupaten a. pemantapan sebagai PKN;
Cirebon. b. pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Berskala
Regional (Wilayah Pengembangan Ciayumajakuning);
Pasal 4 c. pengembangan Sistem Pusat Pelayanan Kota;
d. pengembangan prasarana wilayah dengan peningkatan
(1) RTRWK merupakan matra spasial dari Rencana kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang transportasi;
berfungsi sebagai : e. pengembangan prasarana wilayah dengan peningkatan
a. dasar bagi kebijakan penataan ruang kota; kualitas dan jangkauan pelayanan telekomunikasi;
b. penyelaras strategi serta arahan kebijakan f. pengembangan prasarana wilayah dengan peningkatan
penataan ruang wilayah provinsi dengan kualitas dan jangkauan pelayanan energi;
kebijakan penataan ruang wilayah kota ke dalam g. pengembangan prasarana wilayah dengan peningkatan
struktur dan pola tata ruang wilayah kota; kualitas dan jangkauan pelayanan sumber daya air;
c. pedoman bagi kebijakan penataan ruang di h. pengembangan prasarana perkotaan yang terpadu dan
Kawasan dan wilayah pelayanan; dan merata di seluruh wilayah kota;
d. dasar pertimbangan dalam penyelarasan penataan i. pengembangan kawasan lindung diarahkan pada
ruang dengan kabupaten/kota lain yang kelestarian fungsi lingkungan hidup dan pencegahan
berbatasan. timbulnya kerusakan lingkungan hidup untuk
mendukung pembangunan kota yang berkelanjutan;
(2) Kedudukan RTRWK adalah pedoman dalam : j. pengembangan dan pengendalian kawasan budidaya
a. penyusunan Rencana Rinci Kawasan dan Wilayah diarahkan pada alokasi ruang untuk kegiatan sosial,
Pelayanan; budaya, dan ekonomi masyarakat kota;
b. penyusunan Rencana Khusus Sektoral; k. pengembangan kawasan peruntukan perdagangan dan
c. penyusunan rencana pembangunan jangka jasa yang terpadu dan terstruktur; dan
menengah daerah; l. penetapan, pengelolaan dan pengendalian kawasan
d. penyusunan rencana dan alokasi pembangunan strategis kota.
kota;
e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;
dan
f. penataan ruang kawasan strategis kota.
27 28

Bagian Ketiga Pasal 8


Strategi Penataan Ruang
Kebijakan pengembangan Sistem Pusat Pelayanan Kota
Pasal 6 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c, dilakukan
dengan strategi :
Kebijakan pemantapan sebagai PKN sebagaimana a. mengembangkan struktur dan hirarki perkotaan yang
dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dilakukan dengan terintegrasi dengan pengembangan kota-kota lainnya
strategi : di Ciayumajakuning sebagai kawasan perkotaan yang
a. mendorong kemudahan aksesibilitas terhadap kegiatan cepat tumbuh;
skala nasional; b. mengembangkan kota bagian selatan;
b. mengembangkan sektor perdagangan dan jasa yang c. menetapkan pembagian wilayah kota menjadi 4 (empat)
siap melayani kegiatan nasional; dan Sub Wilayah Kota dengan 5 (lima) Sub Pusat Kota;
c. menciptakan pelayanan kegiatan nasional yang aman d. mengembangkan jaringan pusat kota, sub pusat kota,
dan nyaman. dan pusat lingkungan yang berhierarki dan tersebar
secara berimbang dan saling terkait menjadi satu
Pasal 7 kesatuan sistem kota menuju pusat kota; dan
e. mengembangkan kegiatan pelayanan sosial, budaya,
Kebijakan pengembangan sebagai Pusat Pelayanan ekonomi dan atau administrasi masyarakat pada bagian
Berskala Regional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 wilayah kota dan SWK secara merata.
huruf b, dilakukan dengan strategi :
a. mendorong kemudahan aksesibilitas pelayanan skala Pasal 9
regional;
b. mengembangkan transportasi massal pada skala Kebijakan pengembangan prasarana wilayah dengan
regional; peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan
c. mengarahkan kegiatan pelayanan sosial, budaya, prasarana transportasi sebagaimana dimaksud dalam
ekonomi dan atau administrasi masyarakat pada skala Pasal 5 huruf d, dilakukan dengan strategi :
regional; a. mengembangkan sistem jaringan transportasi jalan
d. mengembangkan perdagangan dan jasa pada jalur untuk mendorong interaksi kegiatan antar bagian
utama yang mudah terjangkau oleh pangsa regional; wilayah kota, pembangunan, dan memudahkan
dan pergerakan serta distribusi barang dan jasa;
e. menumbuhkan sektor-sektor strategis yang menarik b. menetapkan jalan sesuai dengan fungsi, kapasitas dan
pangsa regional dengan mengutamakan pengembangan tingkat pelayanannya;
ekonomi lokal. c. meningkatkan kapasitas jaringan jalan;
d. mengembangkan jalan lingkar selatan untuk
mempermudah akses ke wilayah selatan;
29 30

e. meningkatkan aksesibilitas untuk mendukung Pasal 11


pengembangan jalan tol Kanci-Pejagan;
f. menyediakan fasilitas parkir yang memadai dan Kebijakan pengembangan prasarana wilayah dengan
terintegrasi dengan pusat-pusat kegiatan; peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan energi
g. mengembangkan sistem transportasi yang baru pada sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f, dilakukan
wilayah yang mempunyai tingkat perkembangan dengan strategi :
kegiatan fungsional sangat tinggi dan pada ruas-ruas a. meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan
jalan yang sering terjadi kemacetan lalu lintas; listrik;
h. meningkatkan pelayanan rute angkutan umum; dan b. mengembangkan instalasi baru, pengoperasian instalasi
i. peningkatkan aksesibiltas pelabuhan dengan penyaluran dan peningkatan jaringan distribusi; dan
pengembangan jalur kereta api. c. mengembangkan penggunaan sumberdaya energi
lainnya secara optimal dan efisien.
Pasal 10
Pasal 12
Kebijakan peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan
jaringan prasarana telekomunikasi sebagaimana dimaksud Kebijakan peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan
dalam Pasal 5 huruf e, dilakukan dengan strategi : dan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam
a. menata pengembangan fasilitas sistem jaringan Pasal 5 huruf g, dilakukan dengan strategi :
distribusi telekomunikasi secara merata; a. meningkatkan kapasitas dan kualitas dalam
b. mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi pada penyediaan air baku;
wilayah yang memiliki potensi tumbuhnya kegiatan b. mewujudkan keseimbangan ketersediaan air;
ekonomi baru; dan c. mengembangkan wilayah pelayanan; dan
c. mengembangkan teknologi modern (pengembangan d. melestarikan daerah resapan air untuk menjaga
sambungan tanpa kabel) untuk meningkatkan luas ketersediaan sumber daya air.
daerah pelayanan telekomunikasi, khususnya wilayah
yang secara geografis memiliki lokasi yang sulit
terlayani. Pasal 13

Kebijakan pengembangan prasarana perkotaan yang


terpadu dan merata di seluruh wilayah kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf h, dilakukan dengan
strategi :
a. meningkatkan pemerataan pelayanan air minum
di wilayah kota;
b. mengembangkan prasana pengolahan air bersih;
31 32

c. meningkatkan efisiensi kualitas dan kuantitas Pasal 15


pelayanan air bersih;
d. meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan Kebijakan pengembangan dan pengendalian kawasan
sarana pengelolaan sampah; budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf j,
e. mengendalikan pencemaran lingkungan; dilakukan dengan strategi :
f. meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan a. mengembangkan kawasan perumahan dengan
prasarana air limbah; menerapkan pola pembangunan hunian berimbang;
g. menata jaringan drainase yang terpadu dan saling b. mengembangkan perumahan secara vertikal pada
terkoneksi; kawasan perumahan kepadatan tinggi;
h. mengembangkan jalur pejalan kaki; dan c. mengembangkan komplek perkantoran pemerintah
i. mengembangkan jalur evakuasi bencana dan ruang maupun swasta secara vertikal;
evakuasi bencana. d. mengembangkan dan mengendalikan kawasan
pergudangan pada perbatasan kota dengan
Pasal 14 mempertimbangkan aspek ekologis;
e. mengembangkan akomodasi wisata beserta fasilitas
Kebijakan penetapan dan pengembangan kawasan lindung penunjang pariwisata;
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf i, dilakukan f. mengarahkan terbentuknya kawasan ruang terbuka
dengan strategi : non hijau untuk menampung kegiatan sosial, budaya,
a. memantapkan kawasan lindung dengan menjaga dan dan ekonomi masyarakat, secara merata pada sub
mengembalikan fungsi kawasan; wilayah kota;
b. mengarahkan pemanfaatan kawasan lindung wilayah g. mengarahkan dan menata kawasan bagi kegiatan
kota untuk kegiatan jalur hijau dan ruang terbuka sektor informal;
hijau kota; h. menetapkan kawasan ruang evakuasi bencana;
c. menyediakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota i. meningkatkan skala pelayanan fasilitas yang memenuhi
minimal 30% (tiga puluh per seratus) dari luas wilayah arahan untuk fasilitas dengan skala pelayanan regional,
kota; kota serta lokal yang menciptakan fungsi kegiatan
d. meningkatkan kerja sama antar intansi pemerintah primer, sekunder dan tersier;
yang berwenang dalam penyelenggaraan kegiatan yang j. mendukung pemanfaatan fasilitas penunjang militer;
bertujuan kelestarian dan keberlanjutan kawasan k. mengembangkan kawasan pendidikan di bagian selatan
lindung; kota sebagai kawasan strategis sosial budaya dengan
e. meningkatkan kerja sama antar daerah otonom yang ditunjang sarana dan prasarana pendukung kegiatan;
berbatasan, khususnya terkait Daerah Aliran Sungai; dan
dan l. mengembangkan kawasan wisata bersejarah dan
f. mendorong dan meningkatkan peran serta dan kawasan wisata alam.
kepedulian masyarakat terhadap kelestarian kawasan
lindung.
33 34

Pasal 16 BAB III


RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KOTA
Kebijakan pengembangan kawasan peruntukan
perdagangan dan jasa yang terpadu dan terstruktur Bagian Kesatu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf k, dilakukan Umum
dengan strategi :
a. mengatur hirarki dan distribusí wilayah pelayanan Pasal 18
kegiatan perdagangan dan jasa;
b. mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa (1) Rencana struktur ruang wilayah Kota diarahkan pada
secara merata sesuai skala pelayanan; tujuan keseimbangan pembangunan antara pusat
c. mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa kota yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau
secara vertikal yang memperhatikan aspek ekologis; regional, sub pusat kota yang melayani sub wilayah
d. merevitalisasi atau meremajakan kawasan pasar kota, dan pusat lingkungan yang melayani skala
tradisional yang tidak tertata dan/atau menurun lingkungan wilayah kota.
kualitas pelayanannya tanpa mengubah kelas
dan/atau skala pelayanan yang telah ditetapkan; dan (2) Rencana Struktur Ruang Kota meliputi :
e. mengatur dan mengendalikan kawasan usaha sektor a. Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kota; dan
informal. b. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Kota.

Pasal 17 (3) Rencana struktur ruang wilayah kota digambarkan


dalam peta sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
Kebijakan penetapan, pengelolaan dan pengendalian yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
kawasan strategis kota sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini.
Pasal 5 huruf l, dilakukan dengan strategi :
a. menetapkan kawasan strategis berdasarkan sudut Bagian Kedua
kepentingan sosial budaya; Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kota
b. menetapkan kawasan strategis kota berdasarkan sudut
kepentingan ekonomi dan sudut kepentingan fungsi Pasal 19
dan daya dukung lingkungan hidup;
c. mengelola dan mengendalikan kawasan strategis (1) Pengembangan Sistem Pusat Pelayanan Kota
melalui kerjasama pemerintah dan swasta; sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf
d. menetapkan bangunan-bangunan yang memiliki nilai a, meliputi :
sejarah dan kriteria benda cagar budaya yang a. Pusat Pelayanan Kota (PPK);
menunjukkan penanda kota dan aset wisata budaya; b. Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub PPK); dan
dan c. Pusat Lingkungan (PL).
e. memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan/TNI.
35 36

(2) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a e. Sub Pusat Pelayanan Kota Argasunya berada
melayani seluruh wilayah kota dan atau regional, di Kelurahan Argasunya, melayani Kelurahan
terdapat di sebagian Kelurahan Kejaksan, dengan Argasunya dengan fungsi pusat pertanian.
fungsi pusat pemerintahan skala kota, pusat
perdagangan dan jasa skala kota, pusat pelayanan (4) Pusat Lingkungan sebagaimana dimaksud pada
pendidikan skala kota dan pusat peribadatan skala ayat (1) huruf c melayani skala lingkungan wilayah
kota. kota dan berkembang pada masing-masing yaitu :
a. sebagian Kelurahan Argasunya dengan fungsi
(3) Sub PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelayanan pertanian skala kecamatan;
huruf b terdiri atas : b. Kelurahan Kalijaga dengan fungsi pusat pelayanan
a. Sub Pusat Pelayanan Kota Kawasan Pelabuhan skala kecamatan;
Cirebon berada di Kelurahan Panjunan, melayani c. Kelurahan Harjamukti dengan fungsi pusat
Kelurahan Kesenden, Kelurahan Kebon Baru, pelayanan perumahan skala kecamatan;
Kelurahan Lemahwungkuk, Kelurahan Kasepuhan d. Kelurahan Kecapi dengan fungsi pusat pelayanan
dan Kelurahan Pegambiran dengan fungsi pusat perumahan skala kecamatan;
pelayanan transportasi; e. Kelurahan Larangan dengan fungsi pusat
b. Sub Pusat Pelayanan Kota Gunung Sari - Cipto perumahan skala kecamatan;
berada di Kelurahan Pekiringan, melayani f. Kelurahan Pegambiran dengan fungsi pusat
Kelurahan Sukapura, Kelurahan Kejaksan, perdagangan dan jasa skala kecamatan;
Kelurahan Pekalangan, Kelurahan Pekalipan, g. Kelurahan Kesepuhan dengan fungsi pusat
Kelurahan Jagastru, Kelurahan Lemahwungkuk, pariwisata budaya skala kecamatan;
Kelurahan Pegambiran, Kelurahan Kesambi, dan h. Kelurahan Lemahwungkuk dengan fungsi pusat
Kelurahan Drajat dengan fungsi perdagangan dan pariwisata skala kecamatan;
jasa skala kota; i. Kelurahan Panjunan dengan fungsi pusat
c. Sub Pusat Pelayanan Kota Ciremai Raya berada perdagangan skala kecamatan;
di sebagian Kelurahan Larangan dan Kelurahan j. Kelurahan Pekalipan dengan fungsi pusat
Kecapi, melayani Kelurahan Pegambiran dan perdagangan dan jasa skala kecamatan;
Kelurahan Kalijaga dengan fungsi pusat k. Kelurahan Pulasaren dengan fungsi pusat
pelayanan umum skala kecamatan; perdagangan dan jasa skala Kecamatan;
d. Sub Pusat Pelayanan Kota Majasem berada l. Kelurahan Jagasatru dengan fungsi pusat
di sebagian Kelurahan Karyamulya, melayani pariwisata budaya skala kecamatan;
Kelurahan Sunyaragi, dan Kelurahan Harjamukti m. Kelurahan Pekalangan dengan fungsi pusat
dengan fungsi pusat pelayanan pendidikan skala perdagangan dan jasa skala Kecamatan;
kota; dan n. Kelurahan Karyamulya dengan fungsi perumahan
skala kecamatan;
37 38

o. Kelurahan Sunyaragi dengan fungsi dan pusat (2) Penjabaran lebih rinci dalam Rencana Detail Tata
pariwisata budaya skala kecamatan; Ruang Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
p. Kelurahan Drajat dengan fungsi perumahan skala meliputi :
kecamatan; a. penyusunan Rencana Detail Tata Ruang SWK I
q. Kelurahan Kesambi dengan fungsi perumahan, meliputi sebagian Kelurahan Kesenden, Kelurahan
pendidikan dan kesehatan skala kecamatan; Kebonbaru, Kelurahan Panjunan, Kelurahan
r. Kelurahan Pekiringan dengan fungsi pusat Lemahwungkuk dan Kelurahan Pegambiran;
perdagangan dan jasa skala kecamatan; b. penyusunan Rencana Detail Tata Ruang SWK II
s. Kelurahan Kejaksan dengan fungsi pusat meliputi sebagian Kelurahan Kesenden, Kelurahan
pemerintahan, peribadatan, dan perdagangan Kebonbaru, Kelurahan Pekiringan, Kelurahan
serta jasa skala kecamatan; Kesambi, Kelurahan Kesenden, Kelurahan
t. Kelurahan Sukapura dengan fungsi pusat Panjunan Kelurahan Pekalangan, Kelurahan
perkantoran, perdagangan dan jasa skala Jagasatru, Kelurahan Pulasaren, Kelurahan
kecamatan; Kesambi, Kelurahan Sunyaragi, Kelurahan
u. Kelurahan Kebonbaru dengan fungsi pusat Pekiringan, Kelurahan Pekalipan, Kelurahan
perdagangan dan jasa skala kecamatan; dan Lemahwungkuk, Kelurahan Kasepuhan,
v. Kelurahan Kesenden dengan fungsi pusat Kelurahan Pegambiran dan Kelurahan Kecapi;
perdagangan dan jasa skala kecamatan. c. penyusunan Rencana Detail Tata Ruang SWK III
meliputi sebagian Kelurahan Sunyaragi,
Pasal 20 Kelurahan Karyamulya, Kelurahan Harjamukti,
Kelurahan Larangan, Kelurahan Kecapi, dan
(1) Rencana distribusi pemanfaatan ruang dan bangunan Kelurahan Pegambiran; dan
serta bukan bangunan dalam Rencana Tata Ruang d. penyusunan Rencana Detail Tata Ruang SWK IV
Wilayah Kota akan dijabarkan lebih rinci dalam meliputi Kelurahan Argasunya.
Rencana Detail Tata Ruang Kota yang berfungsi
untuk mengatur dan menata kegiatan fungsional Bagian Ketiga
yang direncanakan oleh perencanaan ruang Rencana Sistem Jaringan Prasarana Kota
di atasnya, dalam mewujudkan ruang yang serasi,
seimbang, aman, nyaman dan produktif. Pasal 21

Rencana Sistem Jaringan Prasarana Kota sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf b terdiri atas :
a. rencana sistem jaringan prasarana utama; dan
b. rencana sistem jaringan prasarana lainnya.
39 40

Paragraf 1 Pasal 23
Rencana Sistem Jaringan Prasarana Utama Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 ayat (2) huruf a terdiri atas :
Pasal 22 a. jaringan jalan;
b. jaringan prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
(1) Rencana Sistem Jaringan Prasarana Utama (LLAJ); dan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a c. jaringan pelayanan Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ).
merupakan sistem jaringan transportasi yang terdiri
atas : Pasal 24
a. sistem jaringan transportasi darat;
b. sistem jaringan transportasi laut; dan
(1) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
c. sistem jaringan transportasi udara.
huruf a terdiri atas :
a. jaringan jalan arteri primer;
(2) Rencana sistem transportasi darat sebagaimana
b. jaringan jalan arteri sekunder;
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
c. jaringan jalan kolektor primer;
a. sistem jaringan jalan; dan
d. jaringan jalan kolektor sekunder; dan
b. sistem jaringan perkereta apian.
e. jalan lingkungan.
(3) Rencana sistem jaringan transportasi laut (2) Jalan Arteri Primer sebagaimana dimaksud pada
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ayat (1) huruf a meliputi Jalan By Pass, Jalan Slamet
meliputi: Riyadi, Jalan Siliwangi, Jalan Diponegoro, Jalan
a. tatanan kepelabuhanan; dan Samadikun, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Benteng,
b. alur pelayaran. Jalan Yos Sudarso, Jalan Kesunean, dan Jalan
Kalijaga.
(4) Rencana sistem jaringan transportasi udara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c (3) Jalan Arteri Sekunder sebagaimana dimaksud pada
meliputi: ayat (1) huruf b meliputi Jalan Tuparev, Jalan RA.
a. tatanan kebandar udaraan; dan Kartini, Jalan Veteran, Jalan Ariodinoto, Jalan
b. KKOP. Pulasaren, Jalan Lawanggada, Jalan Kesambi, Jalan
Sudirman, dan Jalan Penggung Raya.
(5) Rencana sistem jaringan prasarana kota
digambarkan dalam peta sebagaimana tercantum (4) Jalan Kolektor Primer sebagaimana dimaksud pada
dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak ayat (1) huruf c meliputi Jalan Kanggraksan,
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Jalan Kalitanjung, Jalan Kesambi, Jalan Dr. Cipto
Mangunkusumo, dan Jalan dr.Wahidin Sudirohusodo.
41 42

(5) Jalan Kolektor Sekunder sebagaimana dimaksud pada Pasal 26


ayat (1) huruf d meliputi Jalan Ciremai Raya, Jalan
Permata Harjamukti, Jalan Pramuka, Jalan Penggung (1) Jaringan pelayanan LLAJ sebagaimana dimaksud
Raya, Jalan Argasunya, Jalan Kopiluhur, Jalan Cadas dalam Pasal 23 huruf c terdiri atas :
Ngampar, Jalan Cibogo, dan Jalan Kedung Mendeng. a. jaringan trayek angkutan orang; dan
b. jaringan lintas angkutan barang.
(6) Jaringan jalan lingkungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf e meliputi semua jalan (2) Jaringan trayek angkutan orang sebagaimana
penghubung antara jalan kolektor sekunder dengan dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
pusat-pusat permukiman. a. rute bus pemandu moda meliputi Terminal
Harjamukti - Stasiun Kejaksan - Stasiun
(7) Rencana pengembangan jalan meliputi pengembangan Parujakan; dan
jalan dengan jalur Kawasan Pelandakan - Wanacala - b. rute angkutan massal yang menghubungkan
Argasunya - Larangan. Kelurahan Argasunya dengan Kecamatan
Harjamukti.
Pasal 25
(3) Jaringan lintas angkutan barang sebagaimana
(1) Jaringan prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi
(LLAJ) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf Sisingamangaraja - Samadikun - Pangeran
b meliputi : Diponegoro - Slamet Riyadi - Pilang dan Yos Sudarso -
a. terminal penumpang; dan Kesunean - Kalijaga - By Pass.
b. terminal barang.
Pasal 27
(2) Terminal penumpang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a meliputi : (1) Jaringan perkereta apian sebagaimana dimaksud
a. Terminal tipe A Harjamukti di Kecamatan dalam Pasal 22 ayat (2) huruf b meliputi :
Harjamukti; dan a. jaringan jalur kereta api umum; dan
b. Terminal tipe C Dukuh Semar di Kelurahan b. stasiun kereta api.
Kecapi.
(2) Jaringan jalur kereta api umum sebagaimana
(3) Terminal barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
huruf b meliputi Terminal Cirebon di Kelurahan a. pengembangan kereta api komuter dan reaktivasi
Panjunan Kecamatan Lemahwungkuk. jalur KA antar Kota Cirebon - Kadipaten - Kertajati
dengan jalur pada Kota Cirebon melewati
Kelurahan Kejaksan;
43 44

b. pengembangan reaktivasi jalur KA Stasiun (3) Pengembangan kapasitas layanan Pelabuhan Cirebon
Cangkring - Stasiun Pelabuhan Cirebon; sebagai pelabuhan utama dan penyediaan fasilitas-
c. jalur KA lintas utara yang menghubungkan kota fasilitas pendukungnya dengan tahapan sebagai
Cikampek - Jatibarang - Cirebon dengan jalur berikut :
pada Kota Cirebon melewati Kelurahan Kejaksan; a. mengoptimalkan fungsi Pelabuhan Cirebon; dan
d. jalur kereta api Cirebon - Kroya dengan jalur pada b. pembangunan fasilitas-fasilitas penunjang yang
Kota Cirebon melewati Kelurahan Pekalangan - mampu mendukung peningkatan kapasitas
Kelurahan Pekalipan - Kelurahan Pulasaren - pelayanan Pelabuhan Cirebon.
Kelurahan Jagasatru - Kelurahan Lemahwungkuk
- Kelurahan Pegambiran; dan Pasal 29
e. jalur Kereta Api Stasiun Cangkring - Stasiun
Pelabuhan Cirebon dengan jalur pada Kota (1) Tatanan kebandarudaraan sebagaimana dimaksud
Cirebon melewati Kelurahan Kesenden. dalam Pasal 22 ayat (4) huruf a meliputi Bandar
(3) Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud pada Udara Cakrabhuwana di Kelurahan Harjamukti
ayat (1) huruf b meliputi : Kecamatan Harjamukti sebagai bandara pengumpan.
a. Stasiun Kejaksan di Kelurahan Kejaksan
Kecamatan Kejaksan; dan (2) KKOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
b. Stasiun Parujakan di Kelurahan Pekalangan wilayah daratan dan/atau perairan serta ruang udara
Kecamatan Pekalipan. di sekitar bandar udara yang digunakan untuk
kegiatan operasi penerbangan dalam rangka
Pasal 28 menjamin keselamatan penerbangan.

(1) Tatanan kepelabuhanan sebagaimana dimaksud (3) KKOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
dalam Pasal 22 ayat (3) huruf a terdiri atas: atas :
a. pelabuhan utama yaitu Pelabuhan Cirebon di a. kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas;
Kelurahan Panjunan Kecamatan Lemahwungkuk; b. kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan;
dan c. kawasan di bawah permukaan transisi;
b. terminal khusus perikanan di Kelurahan d. kawasan di bawah permukaan horizontal-dalam;
Pegambiran Kecamatan Lemahwungkuk. e. kawasan di bawah permukaan kerucut;
f. kawasan di bawah permukaan horizontal-luar;
(2) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud dalam dan
Pasal 22 ayat (3) huruf b berada pada wilayah laut di g. kawasan di sekitar penempatan alat bantu
Kelurahan Panjunan dan Kelurahan Lemahwungkuk, navigasi.
terutama pada perairan dengan kedalaman sedang
dan dalam dengan rute perjalanan Banjarmasin,
Palembang, Selat Panjang dan Thailand.
45 46

(4) Batas ketinggian bangunan dan benda tumbuh di (3) Rencana jaringan transmisi listrik sebagaimana
dalam KKOP diatur sesuai peraturan dan ketentuan dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas :
teknis yang berlaku. a. jaringan distribusi tenaga listrik melalui Saluran
Udara Tegangan Tinggi (SUTT) terletak di
Paragraf 2 Kelurahan Pekiringan, Kelurahan Sunyaragi,
Rencana Sistem Prasarana Lainnya Kelurahan Kesambi, Kelurahan Karyamulya,
Kelurahan Harjamukti, Kelurahan Kecapi,
Pasal 30 Kelurahan Larangan, dan Kelurahan Pegambiran;
b. jaringan distribusi tenaga listrik melalui Saluran
Rencana sistem prasarana lainnya sebagaimana dimaksud Udara Tegangan Menengah terletak menyebar
dalam Pasal 21 huruf b merupakan sistem jaringan terdapat di Kecamatan Kejaksan, Kecamatan
prasarana pelengkap yang mengintegrasikan dan Kesambi, Kecamatan Harjamukti dan Kecamatan
memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada Lemahwungkuk;
di wilayah daerah, meliputi : c. jaringan distribusi tenaga listrik melalui Saluran
a. sistem jaringan energi; Udara Tegangan Rendah tersebar di seluruh Kota
b. sistem jaringan telekomunikasi; Cirebon; dan pengembangan dan peningkatan
c. sistem jaringan sumber daya air; dan jaringan listrik melalui Saluran Udara Tegangan
d infrastruktur perkotaan. Menengah terletak menyebar di Kecamatan
Harjamukti.
Pasal 31 d. gardu Induk meliputi:
1. gardu Induk di Kelurahan Sukapura
(1) Rencana sistem jaringan energi sebagaimana Kecamatan Kejaksan dengan kapasitas kurang
dimaksud dalam Pasal 30 huruf a, terdiri atas : lebih 250 MW; dan
a. jaringan pipa minyak dan gas bumi; 2. gardu Induk di Kelurahan Sunyaragi
b. jaringan transmisi listrik; dan Kecamatan Sunyaragi dengan kapasitas
c. pembangkit tenaga listrik. kurang lebih 200 MW.
(2) Rencana jaringan pipa minyak dan gas bumi (4) Rencana pembangkit tenaga listrik sebagaimana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, yaitu dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas :
pengembangan jalur gas di Kota Cirebon meliputi a. sumber energi listrik berasal dari Sistem Tenaga
Kecamatan Kejaksan, Kecamatan Kesambi, Listrik Jawa Bali (STLJB); dan
Kecamatan Pekalipan, Kecamatan Lemahwungkuk b. pengembangan PLTG Sunyaragi di Kecamatan
dan sebagian Kecamatan Harjamukti. Sunyaragi dengan kapasitas kurang lebih 600
MW.
47 48

Pasal 32 e. peningkatan pelayanan di fasilitas pendidikan di


Kelurahan Karyamulya, Kelurahan Kalijaga dan
(1) Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi Kelurahan Argasunya; dan
sebagaimana dimaksud dalam pada Pasal 30 huruf b f. peningkatan pelayanan di fasilitas kesehatan di
meliputi : Kelurahan Kesambi.
a. pengembangan infrastruktur dasar
telekomunikasi; Pasal 33
b. jaringan telekomunikasi nirkabel; dan
c. peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi. (1) Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf b
(2) Rencana pengembangan infrastruktur dasar meliputi :
telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) a. Wilayah Sungai (WS);
huruf a berupa jaringan telepon fixed line atau sistem b. jaringan dan prasarana air baku untuk air bersih;
kabel yang merata di semua kecamatan terutama di dan
Kecamatan Harjamukti. c. sistem pengendalian daya rusak air.

(3) Jaringan telekomunikasi nirkabel sebagaimana (2) WS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa menara merupakan Wilayah Sungai (WS) Strategis Nasional
telekomunikasi yang berupa penggunaan tower Cimanuk-Cisanggarung, terdiri atas:
bersama untuk penempatan beberapa antena dari a. DAS, meliputi :
beberapa penyelenggara telekomunikasi di Kecamatan 1. DAS Kaliwedi;
Kejaksan, Kecamatan Kesambi, Kecamatan 2. DAS Ciwaringin;
Lemahwungkuk, Kecamatan Pekalipan, dan 3. DAS Kalianyar;
Kecamatan Harjamukti. 4. DAS Jatiroke;
5. DAS Karanganyar;
(4) Rencana peningkatan pelayanan jaringan 6. DAS Cipager;
telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 7. DAS Kedungpane;
huruf c meliputi : 8. DAS Grenjeng;
a. penetapan radius lokasi dan pemanfaatan menara 9. DAS Kalijaga;
telekomunikasi atau tower bersama; 10. DAS Kenari; dan
b. pembatasan terhadap pembangunan menara 11. DAS Cikanci.
telekomunikasi atau tower baru;
c. peningkatan pelayanan di fasilitas umum di
Kelurahan Kejaksan dan Kelurahan Kalijaga;
d. peningkatan pelayanan di fasilitas kebudayaan di
Kelurahan Sunyaragi;
49 50

b. Embung meliputi : Pasal 34


1. Embung di Kelurahan Larangan Kecamatan
Harjamukti dengan kapasitas kurang lebih Infrastruktur perkotaan sebagaimana dimaksud dalam
5000 (lima ribu) meter kubik; dan Pasal 30 huruf d meliputi :
2. Embung Kalijaga di Kelurahan Kalijaga a. sistem penyediaan air minum;
Kecamatan Harjamukti dengan kapasitas b. sistem pengelolaan air limbah;
kurang lebih 7000 (tujuh ribu) meter kubik. c. sistem pengelolaan persampahan;
d. sistem drainase;
(3) Jaringan dan prasarana air baku untuk air bersih e. prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki; dan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi f. jalur evakuasi bencana.
pemanfaatan sumber air baku yang berasal dari Mata
Air Cipaniis Kabupaten Kuningan.
Pasal 35
(4) Rencana pengembangan sistem pengendalian daya (1) Rencana sistem penyediaan air minum Kota
rusak air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf a
c terdiri atas : meliputi :
a. pembangunan DAM/waduk Benda di Kelurahan a. sistem penyediaan air minum dengan jaringan
Argasunya; perpipaan; dan
b. pembuatan sumur resapan di kawasan b. sistem penyediaan air minum dengan bukan
peruntukan perumahan, industri, serta jaringan perpipaan.
perdagangan dan jasa;
c. pengendalian dan penertiban bangunan pada (2) Sistem penyediaan air minum dengan jaringan
Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ada; perpipaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
d. pembangunan embung di Kelurahan Larangan a meliputi :
dan Kelurahan Kalijaga Kecamatan Harjamukti; a. sistem produksi;
dan b. sistem transmisi; dan
e. pembuatan sistem kolam tunggu di sepanjang c. sistem distribusi.
saluran primer dan sekunder di daerah pesisir
pantai Kota Cirebon yang sering terjadi air (3) Sistem produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tertahan. huruf a meliputi :
a. sumber air dari mata air Cipaniis Kabupaten
Kuningan dengan kapasitas produksi 860 (delapan
ratus enam puluh) liter/detik;
51 52

b. instalasi pengolahan air I terletak di Cipaniis c. mata air Cipadung terdiri dari 2 (dua) kelompok
Kabupaten Kuningan dengan debit produksi ± 107 mata air yaitu kelompok mata air Cipadung dan
(seratus tujuh) liter/detik; dan mata air objek wisata Hutan Lindung Prabu
c. instalasi pengolahan air II terletak di Plangon Siliwangi Kabupaten Majalengka.
Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon dengan
kapasitas terpasang ± 760 (tujuh ratus enam Pasal 36
puluh) liter/detik.
(4) Sistem transmisi sebagaimana dimaksud pada (1) Rencana pengembangan sistem pengelolaan air
ayat (2) huruf b yaitu dilakukan secara gravitasi limbah Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34
dengan 3 (tiga) jalur pipa transmisi dengan kapasitas huruf b meliputi :
debit pipa transmisi I sebesar ± 33 (tiga puluh tiga) a. sistem pembuangan air limbah termasuk sistem
liter/detik, pipa transmisi II sebesar ± 70 (tujuh pengolahan berupa Instalasi Pengolahan Air
puluh) liter/detik dan pipa transmisi III sebesar Limbah (IPAL);
± 760 (tujuh ratus enam puluh) liter/detik. b. sistem pembuangan air limbah rumah tangga baik
individual maupun komunal; dan
(5) Sistem distribusi sebagaimana dimaksud pada c. sistem pembuangan air limbah rumah tangga baik
ayat (2) huruf c yaitu meliputi sistem perpipaan industri kecil, mikro dan industri menengah
distribusi untuk Kecamatan Kejaksan, Kecamatan (tambahan).
Kesambi, Kecamatan Lemahwungkuk, Kecamatan
Pekalipan, dan Kecamatan Harjamukti. (2) Sistem pembuangan air limbah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a termasuk sistem
(6) Sistem penyediaan air minum dengan bukan jaringan pengolahan berupa Instalasi Pengolahan Air Limbah
perpipaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (IPAL) meliputi sistem pengolahan limbah secara Off
huruf b meliputi sistem perpipaan distribusi untuk Site yaitu sistem pengolahan dari persil ke saluran
Kelurahan Argasunya, Kelurahan Kalijaga, Kelurahan menuju ke :
Harjamukti di Kecamatan Harjamukti. a. IPAL Kesenden di Kelurahan Kesenden Kecamatan
(7) Peningkatan kapasitas sistem penyediaan air minum Kejaksan;
dengan pemanfaatan sumber air alternatif dari : b. IPAL Ade Irma Suryani di Kelurahan Panjunan
a. mata air Cigorowong terletak di tepi Sungai Kecamatan Lemahwungkuk;
Cipager Kecamatan Mandirancan Kabupaten c. IPAL Gelatik di Kelurahan Larangan Kecamatan
Kuningan; Harjamukti; dan
b. mata air Talaga Herang terdiri dari 3 (tiga) d. IPAL Rinjani di Kelurahan Larangan Kecamatan
kelompok mata air yaitu kelompok mata air Talaga Harjamukti.
Herang, mata air Cileles dan mata air Cikuda
Kabupaten Majalengka; dan
53 54

(3) Sistem pembuangan air limbah rumah tangga baik c. TPS di Kelurahan Kesambi Kecamatan Kesambi
individual maupun komunal sebagaimana dimaksud dengan kapasitas kurang lebih 52 (lima puluh
pada ayat (1) huruf b meliputi sistem pengolahan dua) m3;
limbah secara On Site yaitu dengan cara septic tank d. TPS di Kelurahan Sunyaragi Kecamatan Kesambi
individu, melalui : dengan kapasitas kurang lebih 40 (empat puluh)
a. pelayanan mobil sedot tinja; dan m3;
b. Sistem Johkasau yaitu sistem pengolahan di e. TPS di Kelurahan Karyamulya Kecamatan
tempat tanpa melakukan pengurasan, terletak di Kesambi dengan kapasitas kurang lebih 32 (tiga
Kelurahan Pekiringan Kecamatan Kesambi dan di puluh dua) m3;
Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) f. TPS di Kelurahan Panjunan Kecamatan
di Kelurahan Kecapi Kecamatan Harjamukti. Lemahwungkuk dengan kapasitas kurang lebih 30
(tiga puluh) m3;
(4) Peningkatan kualitas pengelolaan terhadap limbah g. TPS di Kelurahan Pegambiran Kecamatan Kesambi
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) termasuk limbah dengan kapasitas kurang lebih 24 (dua puluh
medis diarahkan di Kopiluhur dan dilaksanakan empat) m3;
berdasarkan ketentuan yang berlaku. h. TPS di Kelurahan Pekalangan Kecamatan
Pekalipan dengan kapasitas kurang lebih 20 (dua
Pasal 37 puluh) m3;
i. TPS di Kelurahan Jagasatru Kecamatan Pekalipan
(1) Rencana sistem persampahan Kota sebagaimana dengan kapasitas kurang lebih 16 (enam belas)
dimaksud dalam Pasal 34 huruf c meliputi : m3;
a. pengelolaan di Tempat Penampungan Sementara j. TPS di Kelurahan Harjamukti Kecamatan
(TPS) Sampah; dan Harjamukti dengan kapasitas kurang lebih 56
b. pengelolaan di Tempat Pengelolaan dan (lima puluh enam) m3;
Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS). k. TPS di Kelurahan Larangan Kecamatan Pekalipan
dengan kapasitas kurang lebih 80 (delapan puluh)
(2) Rencana pengelolaan di TPS Sampah sebagaimana m3; dan
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi : l. penyediaan TPS pada wilayah yang tidak memiliki
a. TPS di Kelurahan Kejaksan Kecamatan Kejaksan TPS yaitu di Kelurahan Argasunya atau wilayah
dengan kapasitas kurang lebih 52 (lima puluh yang jarak ke TPS terdekat yaitu di Kelurahan
dua) m3; Kalijaga dan Kelurahan Harjamukti.
b. TPS di Kelurahan Sukapura Kecamatan Kejaksan
dengan kapasitas kurang lebih 64 (enam puluh
empat) m3;
55 56

(3) Rencana pengelolaan di TPPAS sebagaimana (2) Jaringan drainase primer sebagaimana dimaksud
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi : pada ayat (1) huruf a meliputi 4 (empat) sistem
a. TPPAS Kopi Luhur di Kelurahan Argasunya drainase makro yaitu Sungai Kedung Pane, Drainase
Kecamatan Harjamukti dengan kapasitas kurang Sukalila, Sungai Kasunean dan Sungai Kalijaga.
lebih 645 (enam ratus empat puluh lima) m3;
b. pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (3) Jaringan drainase sekunder sebagaimana dimaksud
Regional di Kabupaten sekurang-kurangnya yang pada ayat (1) huruf b terdiri atas :
dapat menampung sampah kurang lebih 222.077 a. jaringan drainase sekunder eksisting meliputi Kali
(dua ratus dua puluh dua ribu tujuh puluh tujuh) Tangkil, Kali Kemlaka, Kali Cideng, Kedung Bima,
liter/hari. Kedung Pane, Banjir Kanal, Kali Kijing, Kali
Kramat, Kali Kayu Walang, Kali Sukalila, Kali
(4) Rencana pengembangan sistem pengelolaan Sigujeg, Kali Bedeng, Kali Sijarak I, Kali Sijarak II,
persampahan meliputi : Kali Langensari, Kali Sirabun, Kali Penyuken, Kali
a. TPPAS Kopi Luhur menggunakan sistem sanitary Seladara, Kali Kesunean, Kali Suba, Kali Cikijing
landfill dengan integrasi 3R; dan Kali Sigemplo, Kali Lunyu, Kali Cikalong, Kali
b. penyediaan infrastruktur yang menunjang sistem Cikenis, Kedung Menjangan, Kedung Jumbleng,
sanitary landfill seperti: drainase, kolam resapan, Kedung Mendeng, Surapandan dan Cadas
jembatan penimbang, pagar pembatas, area Ngampar; dan
pembakar sampah, area pemulihan gas dan air b. rencana jaringan drainase sekunder di lokasi yang
limbah; berpotensi menimbulkan genangan banjir meliputi
c. penyediaan infrastruktur khusus yang menunjang kawasan Majasem, kawasan Cipto, kawasan
pengelolaan sampah yang tergolong Bahan Pemuda, kawasan Sukapura dan kawasan
Beracun dan Berbahaya (B3) termasuk limbah Perumnas.
medis diarahkan di Kopi Luhur; dan
d. pengelolaan sampah di sumber berbasis (4) Jaringan drainase tersier sebagaimana dimaksud
masyarakat yang mandiri/partisipatif dan pada ayat (1) huruf c meliputi saluran drainase yang
berkelanjutan dengan prinsip tuntas di tempat berasal dari blok bangunan fungsional mengarah
melalui integrasi 3R. pada saluran drainase sekunder tersebar di
permukiman.
Pasal 38
(5) perbaikan dan peningkatan fungsi pelayanan sistem
(1) Rencana sistem drainase sebagaimana dimaksud drainase kota yang ada dengan rehabilitasi dan
dalam Pasal 34 huruf d meliputi : pemeliharan saluran di Kawasan Kota Lama meliputi
a. jaringan drainase primer; Kelurahan Pulasaren, Kelurahan Lemahwungkuk,
b. jaringan drainase sekunder; dan Kelurahan Pekalipan, Kelurahan Pekalangan,
c. jaringan drainase tersier. Kelurahan Panjunan dan Kelurahan Kasepuhan.
57 58

Pasal 39 (2) Rencana pola ruang wilayah kota digambarkan dalam


Rencana jaringan pejalan kaki sebagaimana dimaksud peta sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang
dalam Pasal 34 huruf e meliputi penyediaan dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
pemanfaatan jaringan pejalan kaki pada koridor Daerah ini.
perdagangan dan jasa serta fasilitas umum di Jalan
Siliwangi-Karanggetas. Bagian Kedua
Kawasan Lindung
Pasal 40
Pasal 42
Rencana jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 34 huruf f meliputi : (1) Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam
a. jalur evakuasi bencana untuk ruang evakuasi bencana Pasal 41 ayat (1) huruf a meliputi :
di Kawasan Stadion Bima melalui Jalan Kartini, Jalan a. kawasan perlindungan setempat;
Dr. Cipto Mangunkusumo, Jalan Pemuda dan Jalan b. kawasan rawan bencana;
Terusan Pemuda; c. kawasan suaka dan cagar budaya; dan
b. jalur evakuasi bencana untuk ruang evakuasi bencana d. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota;
di Kawasan Lapangan Kebon Pelok melalui Jalan
Kartini, Jalan Dr. Cipto Mangunkusumo, Jalan (2) Pengembangan kawasan lindung dititikberatkan
Kesambi, Jalan Kanggraksan, Jalan Jendral Sudirman pada penetapan fungsi kawasan dalam upaya
dan Jalan Angkasa; dan mempertahankan kawasan yang memiliki fungsi
c. jalur evakuasi bencana untuk ruang evakuasi bencana lindung.
di Kawasan Masjid Raya Attaqwa melalui Jalan
Kalijaga, Jalan Kesunean, Jalan Yos Sudarso, Jalan Pasal 43
Benteng, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Veteran dan
Jalan Kartini. (1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42 ayat 1 huruf a adalah
BAB IV meliputi :
RENCANA POLA RUANG a. daerah sempadan sungai meliputi 4 (empat)
sistem sungai yaitu Kali Kedungpane, Kali
Bagian Kesatu Sukalila, Kali Kesunean dan Kali Kalijaga;
Umum b. sempadan pantai di sepanjang pantai Cirebon,
Pasal 41 meliputi wilayah Kelurahan Kesenden, Kelurahan
Panjunan, Kelurahan Kebon Baru, Kelurahan
(1) Rencana pola ruang wilayah kota meliputi : Lemahwungkuk dan Kelurahan Pegambiran;
a. kawasan lindung; dan c. sempadan embung di Kelurahan Kalijaga dan
b. kawasan budidaya. Kelurahan Larangan; dan
59 60

d. sempadan rel kereta api meliputi Kelurahan e. sungai bertanggul di kawasan perkotaan yang
Kesenden, Kelurahan Kejaksan, Kelurahan berbatasan dengan jalan, garis sempadannya
Pekiringan, Kelurahan Kesambi, Kelurahan adalah tepi bahu jalan yang bersangkutan yaitu
Drajat, Kelurahan Lemahwungkuk dan Kelurahan Kali Sukalila.
Pegambiran.
(3) Kawasan sempadan pantai yang merupakan bagian
(2) Kawasan sempadan sungai yang merupakan bagian dari kawasan perlindungan setempat seluas ± 68
dari kawasan perlindungan setempat seluas ± 193 (enam puluh delapan) hektar terdiri dari :
(seratus sembilan puluh tiga) hektar terdiri dari : a. sempadan pantai Kesenden mulai dari Sungai
a. sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan, Kedung Pane sampai Sungai Sukalila lebar
ditetapkan sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sempadan adalah 50 (lima puluh) - 100 (seratus)
sebelah luar sepanjang kaki tanggul meliputi Kali meter;
Tangkil, Kali Kemlaka, Kali Cideng, Kali Kedung b. sempadan pantai Pelabuhan Cirebon mulai dari
Bima, Kali Kedung Pane dan Kali Kijing; Sungai Sukalila sampai Taman Ade Irma Suryani
b. sungai bertanggul di kawasan perkotaan yang lebar sempadan adalah 0 (nol) - 50 (lima puluh)
mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter;
meter, garis sempadan ditetapkan sekurang- c. sempadan pantai Cangkol mulai dari Taman Ade
kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi Irma Suryani sampai Cangkol lebar sempadan
sungai meliputi Kali Sigujeg, Kali Bedeng, Kali adalah 10 (sepuluh) – 50 (lima puluh) meter;
Sijarak I, Kali Sijarak II, Kali Langensari, Kali d. sempadan pantai Kesunean mulai dari Cangkol
Sirabun, Kali Penyuken, dan Kali Saladara; sampai Sungai Kesunean lebar sempadan adalah
c. sungai tak bertanggul di kawasan perkotaan yang 10 (sepuluh) - 50 (lima puluh) meter;
mempunyai kedalaman tidak lebih lebih dari 3 e. sempadan pantai Pelabuhan Perikanan Kejawanan
(tiga) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang- mulai dari Sungai Kesunean sampai Pegambiran
kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi Estate lebar sempadan adalah 50 (lima puluh) -
sungai meliputi Kali Kayu Walang, Kali Cikijing, 100 (seratus) meter; dan
Kali Sigemplo dan Kali Cikenis; f. sempadan pantai Kalijaga mulai dari Pegambiran
d. sungai tak bertanggul di kawasan perkotaan yang Estate sampai Sungai Kalijaga lebar sempadan
mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter adalah 50 (lima puluh) - 100 (seratus) meter.
sampai dengan 20 (dua puluh) meter, garis
sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 (4) Kawasan sempadan embung yang merupakan bagian
(lima belas) meter dihitung dari tepi sungai dari kawasan perlindungan setempat adalah kawasan
meliputi Kali Suba, Kali Kesunean, Kali Lunyu, perlindungan terhadap rencana pembuatan embung
Kali Cikalong, Kali Kedung Menjangan, Kali di lokasi Kelurahan Kalijaga dan Kelurahan Larangan
Kedung Jumbleng, Kali Kedung Mendeng, Kali dengan lebar sempadan sebesar 5 (lima) - 10 (sepuluh)
Surapandan, dan Kali Cadas Ngampar; dan meter seluas ±1 (satu) hektar.
61 62

(5) Kawasan sempadan rel kereta api yang merupakan (4) Kawasan rawan kebakaran sebagaimana dimaksud
bagian dari kawasan perlindungan setempat adalah pada ayat (1) huruf c seluas kurang lebih 47,37
kawasan sempadan yang berada di sepanjang jalur rel (empat puluh tujuh koma tiga puluh tujuh) Hektar
yang melewatinya dengan lebar sempadan sebesar 10 meliputi kawasan perumahan kepadatan tinggi
(sepuluh) m dari as rel seluas ± 24 (dua puluh empat) di Kelurahan Pekalipan, Kelurahan Jagasatru,
hektar yang meliputi lokasi Kelurahan Sukapura, Kelurahan Panjunan, Kelurahan Kasepuhan dan
Kelurahan Kejaksan, Kelurahan Pekalangan, Kelurahan Kecapi.
Kelurahan Pekalipan, Kelurahan Kesambi, Kelurahan
Pulasaren, Kelurahan Jagasatru, Kelurahan Drajat, Pasal 45
Kelurahan Larangan dan Kelurahan Pegambiran.
Kawasan suaka alam dan cagar budaya sebagaimana
Pasal 44 dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) huruf c meliputi :
a. Kawasan Keraton Kasepuhan di Kelurahan Kasepuhan
(1) Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud Kecamatan Lemahwungkuk seluas kurang lebih 19
dalam Pasal 42 ayat (1) huruf b adalah kawasan yang (sembilan belas) hektar;
memiliki kecenderungan terjadi rawan gelombang b. Kawasan Keraton Kanoman di Kelurahan
pasang, genangan banjir dan rawan kebakaran. Lemahwungkuk Kecamatan Lemahwungkuk seluas
kurang lebih 18 (delapan belas) hektar;
(2) Kawasan rawan gelombang pasang meliputi wilayah c. Kawasan Keraton Kacerbonan di Kelurahan Pulasaren
seluas ± 4 (empat) hektar berada di Kelurahan Kecamatan Pekalipan seluas kurang lebih 5 (lima)
Kesenden, Kelurahan Panjunan, Kelurahan hektar;
Lemahwungkuk dan Kelurahan Pegambiran. d. Kawasan Gua Sunyaragi di Kelurahan Sunyaragi
Kecamatan Kesambi seluas kurang lebih 2 (dua)
(3) Kawasan rawan genangan banjir meliputi wilayah hektar;
seluas ± 3 (tiga) hektar berada di kawasan Jalan e. Kawasan Etnis Arab di Kelurahan Panjunan
Pemuda dan Jalan Terusan Pemuda, kawasan Kecamatan Lemahwungkuk seluas kurang lebih 10
Kampung Sukasari, Kawasan Jl. Dr. Cipto (sepuluh) hektar; dan
mangunkusumo, kawasan Gunung Sari - Jl. Ampera, f. Kawasan Etnis Cina di Kelurahan Lemahwungkuk
kawasan Perumnas Burung, kawasan Perumnas Kecamatan Lemahwungkuk seluas kurang lebih 14
Gunung, kawasan Kali Tanjung dan Kawasan (empat belas) hektar.
Majasem.
63 64

Pasal 46 b. di Kecamatan Lemahwungkuk, dengan luas


kurang lebih 126,36 (seratus dua puluh enam
(1) Kawasan RTH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 koma tiga puluh enam) hektar yang terdiri atas :
ayat (1) huruf d, memiliki proporsi paling sedikit 30% 1. RTH taman kota seluas kurang lebih 10,86
(tiga puluh persen) dari luas wilayah kota, terdiri (sepuluh koma delapan puluh enam) hektar;
atas : 2. RTH taman pemakaman seluas kurang lebih
a. RTH publik dengan proporsi paling sedikit 20% 5,61(lima koma enam puluh satu) hektar;
(dua puluh persen) dari luas wilayah kota; dan 3. RTH jalur hijau jalan seluas kurang lebih
b. RTH privat dengan proporsi paling sedikit 10% 45,96 (empat puluh lima koma sembilan puluh
(sepuluh persen) dari luas wilayah kota. enam) hektar;
4. RTH sempadan jalan KA seluas kurang lebih
(2) RTH publik eksisting sebagaimana dimaksud pada 21,52 (dua puluh satu koma lima puluh dua)
ayat (1) huruf a meliputi kawasan seluas kurang hektar;
lebih 341,46 (tiga ratus empat puluh satu koma 5. RTH sempadan pantai seluas kurang lebih
empat enam) hektar atau sekitar kurang lebih 8,96 25,70 (dua puluh lima koma tujuh puluh)
(delapan koma sembilan puluh enam) persen dari hektar;
luas wilayah kota yang meliputi : 6. RTH sempadan sungai seluas kurang lebih
a. di Kecamatan Harjamukti, dengan luas kurang 12,39 (dua belas koma tiga puluh sembilan)
lebih 93,85 (sembilan puluh tiga koma delapan hektar; dan
lima) hektar yang terdiri atas : 7. RTH lapangan olah raga seluas kurang lebih
1. RTH taman pemakaman seluas 46,16 (empat 4,32 (empat koma tiga puluh dua ) hektar.
puluh enam koma enam belas) hektar;
2. RTH jalur hijau jalan seluas 8,88 (delapan c. di Kecamatan Pekalipan, dengan luas kurang
koma delapan puluh delapan) hektar; lebih 15,76 (lima belas koma tujuh puluh enam)
3. RTH sempadan jalan KA seluas 4,26 (empat hektar yang terdiri atas :
koma dua puluh enam) hektar; 1. RTH taman kota seluas kurang lebih 0,84 (nol
4. RTH Sempadan sungai seluas 15,84 (lima koma delapan puluh empat) hektar;
belas koma delapan puluh empat) hektar; 2. RTH sempadan jalan KA seluas kurang lebih
5. RTH hutan kota seluas 14,47 (empat belas 13,46 (tiga belas koma empat puluh enam
koma empat puluh tujuh) hektar; dan )hektar; dan
6. RTH lapangan olah raga seluas 4,24 (empat 3. RTH sempadan sungai seluas kurang
koma dua puluh empat) hektar. lebih 1,46 (satu koma empat puluh enam)
hektar.
65 66

d. di Kecamatan Kesambi dengan luas kurang lebih (3) RTH privat eksisting sebagaimana dimaksud pada
76,01 (tujuh puluh enam koma nol satu) hektar ayat (1) huruf b seluas kurang lebih 563,61 (lima
yang terdiri atas : ratus enam puluh tiga koma enam puluh satu) hektar
1. RTH taman pemakaman seluas kurang lebih atau sekitar kurang lebih 14,79 (empat belas koma
8,41 (delapan koma empat puluh satu) hektar; tujuh puluh sembilan) persen dari luas wilayah kota
2. RTH jalur hijau jalan seluas kurang lebih yang meliputi :
20,72 (dua puluh koma tujuh puluh dua) a. di Kecamatan Harjamukti, RTH pekarangan
hektar; dengan luas kurang lebih 380 (tiga ratus delapan
3. RTH sempadan jalan KA seluas kurang lebih puluh) hektar;
21,36 (dua puluh satu koma tiga puluh enam) b. di Kecamatan Lemahwungkuk, RTH pekarangan
hektar; dengan luas kurang lebih 86 (enam puluh enam)
4. RTH sempadan sungai seluas kurang lebih hektar;
15,56 (lima belas koma lima puluh enam ) c. di Kecamatan Pekalipan, RTH Pekarangan dengan
hektar; dan luas kurang lebih 15 (lima belas) hektar;
5. RTH lapangan olah raga seluas kurang lebih d. di Kecamatan Kesambi, RTH pekarangan dengan
9,96 (sembilan koma sembilan puluh enam) luas kurang lebih 75 (tujuh puluh lima) hektar;
hektar. dan
e. di Kecamatan Kejaksan, RTH pekarangan dengan
e. di Kecamatan Kejaksan dengan luas kurang lebih luas kurang lebih 10 (sepuluh) hektar.
29,48 (dua puluh sembilan koma empat puluh
delapan) hektar yang terdiri atas : (4) Rencana pengembangan RTH publik Kota seluas
1. RTH taman kota seluas kurang lebih 2,94 (dua 421,31 (empat ratus dua puluh satu koma tiga puluh
koma sembilan puluh empat) hektar; satu) hektar atau sekitar kurang lebih 11,06 %
2. RTH jalur hijau jalan seluas kurang lebih 6,48 (sebelas koma nol enam persen) dari luas wilayah
(enam koma empat puluh delapan) hektar; kota, meliputi :
3. RTH taman pemakaman seluas kurang lebih a. di Kecamatan Harjamukti, dengan luas kurang
2,75 (dua koma tujuh puluh lima) hektar; lebih 226,30 (dua ratus dua puluh enam koma
4. RTH sempadan jalan KA seluas kurang lebih tiga puluh) hektar yang terdiri atas :
9,07 (sembilan koma nol tujuh) hektar; 1. RTH taman RT kurang lebih seluas 11,23
5. RTH sempadan sungai seluas kurang lebih (sebelas koma dua puluh tiga) hektar;
4,26 (empat koma dua puluh enam) hektar; 2. RTH taman RW kurang lebih seluas 9,50
dan (sembilan koma lima puluh) hektar;
6. RTH lapangan olah raga seluas kurang lebih 3. RTH taman Kelurahan seluas kurang lebih
3,98 (tiga koma sembilan puluh delapan) 4,50 (empat koma lima puluh) hektar;
hektar.
67 68

4. RTH taman Kecamatan seluas kurang lebih 9. RTH sabuk hijau seluas kurang lebih 0,99 (nol
2,4 (dua koma empat) hektar; koma sembilan puluh sembilan) hektar;
5. RTH taman Kota seluas kurang lebih 43,20 10. RTH hutan kota seluas kurang lebih 10
(empat puluh tiga koma dua puluh) hektar; (sepuluh) hektar;
6. RTH taman pemakaman seluas kurang lebih 11. RTH hutan mangrove seluas kurang lebih 3,60
10 (sepuluh) hektar; (tiga koma enam puluh) hektar; dan
7. RTH jalur hijau jalan seluas kurang lebih 20 12. RTH lapangan olah raga seluas kurang lebih 5
(dua puluh) hektar; (lima) hektar.
8. RTH hutan kota seluas kurang lebih 114,47
(seratus empat belas koma empat puluh tujuh) c. di Kecamatan Pekalipan, dengan luas kurang
hektar; lebih 42,03 (empat puluh dua koma nol tiga)
9. RTH sumber air baku seluas kurang lebih 1 hektar yang terdiri atas :
(satu) hektar; dan 1. RTH taman RT kurang lebih seluas 4,65
10. RTH lapangan olah raga seluas kurang (empat koma enam puluh lima) hektar;
lebih 10 (sepuluih) hektar. 2. RTH taman RW kurang lebih seluas 4,88
(empat koma delapan puluh delapan) hektar;
b. di Kecamatan Lemahwungkuk, dengan luas 3. RTH taman Kelurahan seluas kurang lebih
kurang lebih 70,25 (tujuh puluh koma dua puluh 3,60 (tiga koma enam puluh) hektar;
lima) hektar yang terdiri atas : 4. RTH taman Kecamatan seluas kurang lebih
1. RTH taman RT kurang lebih seluas 5,75 (lima 2,40 (dua koma empat puluh) hektar;
koma tujuh puluh lima) hektar; 5. RTH taman kota seluas kurang lebih 3,00 (tiga
2. RTH taman RW kurang lebih seluas 5,25 (lima koma nol nol) hektar;
koma dua puluh lima) hektar; 6. RTH taman pemakaman seluas kurang lebih 8
3. RTH taman Kelurahan seluas kurang lebih (delapan) hektar;
3,60 (tiga koma enam puluh) hektar; 7. RTH jalur hijau Jalan seluas kurang lebih 0,50
4. RTH taman Kecamatan seluas kurang lebih (nol koma lima puluh) hektar;
2,30 (dua koma tiga puluh) hektar; 8. RTH hutan kota seluas kurang lebih 10,00
5. RTH taman Kota seluas kurang lebih 5,17 (sepuluh koma nol nol) hektar; dan
(lima koma tujuh belas) hektar; 9. RTH lapangan olah raga seluas kurang lebih
6. RTH taman pemakaman seluas kurang lebih 5,00 (lima koma nol nol) hektar.
15 (lima belas) hektar;
7. RTH jalur hijau jalan seluas kurang lebih 10
(sepuluh) hektar;
8. RTH sempadan pantai seluas kurang lebih
3,60 (tiga koma enam puluh) hektar;
69 70

d. di Kecamatan Kesambi dengan luas kurang lebih 5. RTH taman kota seluas kurang lebih 4,41
46,38 (empat puluh enam koma tiga puluh (empat koma empat puluh satu) hektar;
delapan) hektar yang terdiri atas : 6. RTH taman pemakaman seluas kurang lebih
1. RTH taman RT kurang lebih seluas 7,63 (tujuh 3,00 (tiga koma nol nol) hektar;
koma enam puluh tiga) hektar; 7. RTH jalur hijau jalan seluas kurang lebih 4,00
2. RTH taman RW kurang lebih seluas 6,88 (empat koma nol nol) hektar;
(enam koma delapan puluh delapan) hektar; 8. RTH hutan kota seluas kurang lebih 5,00 (lima
3. RTH taman Kelurahan seluas kurang lebih koma nol nol) hektar; dan
4,50 (empat koma lima puluh) hektar; 9. RTH lapangan olah raga seluas kurang lebih
4. RTH taman Kecamatan seluas kurang lebih 5,00 (lima koma nol nol) hektar.
2,40 (dua koma empat puluh) hektar;
5. RTH taman Kota seluas kurang lebih 3,00 (tiga (5) Upaya mencapai 30% (tiga puluh persen) luas RTH
koma nol nol) hektar; Kota Cirebon dilakukan dengan :
6. RTH taman pemakaman seluas kurang lebih a. mempertahankan luas RTH kota eksisting yaitu
2,00 (dua koma nol nol) hektar; kurang lebih 905,06 (sembilan ratus lima koma
7. RTH jalur hijau jalan seluas kurang lebih 5,00 nol enam) hektar atau kurang lebih 23,75% (dua
(lima koma nol nol) hektar; puluh tiga koma tujuh puluh lima persen), yang
8. RTH hutan kota seluas kurang lebih 10,00 terdiri dari Ruang Terbuka Hijau Publik seluas
(sepuluh koma nol nol) hektar; dan kurang lebih 341,46 (tiga ratus empat puluh satu
9. RTH lapangan olah raga seluas kurang lebih koma empat puluh enam) hektar atau kurang
4,98 (empat koma sembilan puluh delapan) lebih 8,96% (delapan koma sembilan puluh enam
hektar. persen) dan Ruang Terbuka Hijau Privat seluas
kurang lebih 563,61 (lima ratus enam puluh tiga
e. di Kecamatan Kejaksan dengan luas kurang lebih koma enam puluh satu) hektar atau kurang lebih
36,36 (tiga puluh enam koma tiga puluh enam) 14,79% (empat belas koma tujuh puluh sembilan
hektar yang terdiri atas : persen);
1. RTH taman RT kurang lebih seluas 4,58 b. rencana penambahan luas Ruang Terbuka Hijau
(empat koma lima puluh delapan) hektar; Publik kurang lebih seluas 421,31 (empat ratus
2. RTH taman RW kurang lebih seluas 4,38 dua puluh satu koma tiga puluh satu) hektar atau
(empat koma tiga puluh delapan) hektar; kurang lebih 11,06 % (sebelas koma nol enam
3. RTH taman Kelurahan seluas kurang lebih persen).
3,60 (tiga koma enam puluh) hektar;
4. RTH taman Kecamatan seluas kurang lebih
2,40 (dua koma empat puluh) hektar;
71 72

c. pada akhir tahun perencanaan RTH Publik Kota Pasal 48


Cirebon akan mencapai kurang lebih 762,77
(tujuh ratus enam puluh dua koma tujuh puluh (1) Kawasan peruntukan perumahan sebagaimana
tujuh) Ha atau kurang lebih 20,02% (dua puluh dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf a meliputi :
koma nol dua persen). a. kawasan peruntukan perumahan kepadatan
tinggi;
(6) Rincian luasan sebaran eksisting dapat dilihat pada b. kawasan peruntukan perumahan kepadatan
lampiran IV. sedang; dan
c. kawasan peruntukan perumahan kepadatan
Bagian Ketiga rendah.
Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya
(2) Kawasan perumahan kepadatan tinggi sebagaimana
Pasal 47 dimaksud pada ayat (1) huruf a seluas kurang lebih
869 (delapan ratus enam puluh sembilan) hektar
(1) Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam dengan KDB 60-75% (enam puluh sampai dengan
Pasal 41 ayat (1) huruf b meliputi : tujuh puluh lima persen), KLB maksimum 1,2 (satu
a. kawasan peruntukan perumahan; koma dua) diarahkan di SWK I meliputi Kelurahan
b. kawasan peruntukan perdagangan dan jasa; Kesenden, Kelurahan Kebon Baru, Kelurahan
c. kawasan peruntukan perkantoran; Panjunan, Kelurahan Lemahwungkuk, Kelurahan
d. kawasan peruntukan industri; Pegambiran, Kelurahan Pekiringan, Kelurahan
e. kawasan peruntukan pariwisata; Kesambi, Kelurahan Pekalangan, Kelurahan
f. kawasan peruntukan pertanian; Jagasatru, Kelurahan Pulasaren, Kelurahan Kesambi,
g. kawasan peruntukan perikanan; Kelurahan Drajat, Kelurahan Sunyaragi, Kelurahan
h. kawasan peruntukan evakuasi bencana; Pekiringan, Kelurahan Pekalipan, Kelurahan
i. ruang bagi kegiatan sektor informal; Kasepuhan, dan Kelurahan Kecapi.
j. ruang terbuka non hijau;
k. kawasan peruntukan pendidikan tinggi; (3) Kawasan peruntukan perumahan kepadatan sedang
l. kawasan peruntukan fasilitas kesehatan; sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b seluas
m. kawasan peruntukan fasilitas peribadatan; dan kurang lebih 848 (delapan ratus empat puluh
n. kawasan pertahanan dan keamanan negara; delapan) hektar dengan KDB 45-60% (empat puluh
lima sampai dengan enam puluh persen), KLB
(2) Rencana kawasan budidaya dititikberatkan pada maksimum 1 diarahkan di Kelurahan Sunyaragi,
pengembangan dan keserasian masing-masing Kelurahan Karyamulya, Kelurahan Harjamukti,
kawasan bagi kegiatan sosial ekonomi Kelurahan Larangan, Kelurahan Kecapi, dan
kemasyarakatan. Kelurahan Pegambiran.
73 74

(4) Kawasan peruntukan perumahan kepadatan rendah (2) Pengembangan pasar tradisional sebagaimana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c seluas dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas :
kurang lebih 217 (dua ratus tujuh belas) hektar a. pengembangan kegiatan perdagangan skala besar
dengan KDB 30-45% (tiga puluh sampai dengan untuk jenis sayuran, ikan dan sejenisnya terdapat
empat puluh lima persen), KLB maksimum 0,6 (nol di Pasar Kanoman Kelurahan Lemahwungkuk,
koma enam) diarahkan di Kelurahan Argasunya. Pasar Pagi Kelurahan Kejaksan, dan Pasar
Jagastru Kelurahan Jagasatru; dan
(5) Pengelolaan kawasan peruntukan perumahan antara
lain : b. pengembangan kegiatan perdagangan kebutuhan
a. setiap kawasan perumahan dilengkapi dengan sehari-hari untuk skala kecil dan menengah
sarana dan prasarana permukiman sesuai hirarki terdapat di Pasar Kramat di Kelurahan Kesenden,
dan tingkat pelayanan masing-masing; Pasar Drajat di Kelurahan Drajat, Pasar Perumnas
b. perumahan pusat kota diarahkan pada penyediaan di Kelurahan Kecapi, Pasar Kalitanjung di
hunian yang layak dan dilayani oleh sarana dan Kelurahan Harjamukti, Pasar Balong di Kelurahan
prasarana permukiman yang memadai; Pekalipan, dan Pasar Gunung Sari di Kelurahan
c. pengembangan hunian vertikal layak huni di Pekiringan.
kawasan permukiman kepadatan tinggi;
d. pengembangan kawasan perumahan berdasarkan (3) Pengembangan pusat perbelanjaan sebagaimana
ketentuan luasan kapling rumah; dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas :
e. pengembangan kawasan siap bangun dan a. pengembangan pasar swalayan atau plaza
lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri; dan diarahkan pada kawasan yang baru berkembang
f. pembangunan kawasan olah raga terpadu di pusat khususnya pada Sub Pusat Pelayanan Kota
pelayanan kota dan pembangunan sarana olah di kawasan Ciremai Raya terletak di Kelurahan
raga di sub pusat pelayanan kota. Kecapi dan kawasan Majasem, terletak di
Kelurahan Karyamulya; dan
Pasal 49 b. pengembangan kegiatan perdagangan skala besar
(grosir) di sekitar pusat kota yaitu di sekitar
(1) Rencana kawasan peruntukan perdagangan dan jasa Jl. Karanggetas, Jl. Pasuketan dan Jl. Pekiringan.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf
b dikembangkan seluas ± 568 (lima ratus enam puluh
delapan) hektar meliputi :
a. pasar tradisional;
b. pusat perbelanjaan; dan
c. toko modern.
75 76

(4) Pengembangan toko modern sebagaimana tercantum Pasal 50


pada ayat (1) huruf c terdiri atas : (1) Rencana kawasan peruntukan perkantoran
a. pengembangan toko modern (mini market) di sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2)
Jalan Kesunean, Jalan Jendral Sudirman, Jalan huruf c dikembangkan seluas ± 11 (sebelas) hektar
Jendral Ahmad Yani, Jalan Rajawali Raya, Jalan meliputi :
Tentara Pelajar, Jalan Kapten Samadikun, Jalan a. perkantoran pemerintahan; dan
DR Wahidin, Jalan Pemuda, Jalan Nyi Mas b. perkantoran swasta.
Gandasari, Jalan Sunyaragi, Jalan Gunung
Galunggung, Pelabuhan, Jalan Pangeran (2) Pengembangan perkantoran pemerintahan
Diponegoro, Jalan Pekalipan, Jalan Kalitanjung, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
Jalan Kalijaga, Jalan Perjuangan, Jalan meliputi :
Evakuasi, Pegambiran Residence, Jalan Kartini, a. penataan perkantoran pemerintah terutama
Jalan Kesambi, Jalan Ciremai Raya; dan yang terletak di Jl. Siliwangi, diperuntukan
b. perdagangan modern (supermarket) lokasinya mempertahankan fungsi dan bentuk penampilan
tersebar di Pusat dan Sub Pusat Pelayanan Kota bangunan; dan
meliputi Jalan Kartini, Jalan Siliwangi, Jalan b. pengembangan perkantoran pemerintah dengan
Cipto, Jalan Rajawali, Jalan Ciremai Raya, Jl. By skala pelayanan kota di kawasan Bima Kelurahan
Pass Brigjen Dharsono, Jl. By Pass Ahmad Yani. Sunyaragi dan kawasan Kebon Pelok di Kelurahan
Kalijaga.
(5) Rencana pengelolaan kawasan peruntukan
perdagangan dan jasa meliputi : (3) Pengembangan perkantoran swasta sebagaimana
a. mengutamakan aspek fungsi, estetika dan dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi Jalan
kebersihan lingkungan; Siliwangi di Kelurahan Kejaksan, Jalan Kartini, Jalan
b. mengakomodasikan ketersediaan lahan untuk Pemuda dan Jalan Dr Cipto Mangunkusumo di
kegiatan sektor informal; Kelurahan Pekiringan, Jalan Wahidin di Kelurahan
c. mengakomodasikan ketersediaan lahan untuk Sukapura, dan Jalan Yos Sudarso di Kelurahan
ruang terbuka hijau dan sarana sosialisasi Lemahwungkuk.
masyarakat;
d. membentuk citra kawasan sebagai kawasan bisnis Pasal 51
yang maju dan berwawasan global dengan tidak
meninggalkan karakter lokal; dan (1) Rencana kawasan peruntukan industri sebagaimana
e. menyediakan lahan parkir untuk mengakomodasi dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf d
kegiatan perdagangan dan jasa. dikembangkan seluas ± 68 (enam puluh delapan)
hektar meliputi :
a. industri kecil dan mikro; dan
b. industri menengah.
77 78

(2) Pengembangan industri kecil dan mikro sebagaimana Pasal 52


dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. industri makanan dan minuman diarahkan di (1) Rencana kawasan peruntukan pariwisata
Kelurahan Drajat, Kelurahan Pekiringan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1)
Kelurahan Pekalipan, Kelurahan Jagasatru, dan huruf e dikembangkan seluas ± 23 (dua puluh tiga)
Kelurahan Pekalangan; hektar meliputi :
b. industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki a. pariwisata alam;
diarahkan di Kelurahan Harjamukti; b. pariwisata budaya; dan
dan c. pariwisata buatan.
c. industri kayu, barang-barang dari kayu (tidak
termasuk mebeller), dan barang-barang anyaman (2) Pengembangan pariwisata alam sebagaimana
dari rotan, bambu dan sejenisnya diarahkan di dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi obyek wisata
Kelurahan Harjamukti, Kelurahan Argasunya, Pantai Kejawanan di Kelurahan Pegambiran dan
Kelurahan Sunyaragi, Kelurahan Kalijaga. Taman Kera di Kelurahan Kalijaga.

(3) Pengembangan wisata budaya sebagaimana dimaksud


(3) Pengembangan industri menengah sebagaimana
pada ayat (1) huruf b meliputi obyek wisata Keraton
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi : Kesepuhan di Kelurahan Kasepuhan, Keraton
a. industri pengolahan tembakau diarahkan di Kanoman di Kelurahan Lemahwungkuk, Keraton
Kelurahan Panjunan; Kacirebonan di Kelurahan Pulasaren, dan Taman Gua
b. industri tekstil diarahkan di Kelurahan Sunyaragi di Kelurahan Sunyaragi.
Pegambiran;
c. industri pakaian jadi diarahkan di Kelurahan (4) Pembangunan wisata buatan sebagaimana dimaksud
Pekalangan; dan pada ayat (1) huruf c di Kelurahan Pegambiran,
d. industri penerbitan, percetakan dan reproduksi Kelurahan Kesenden, dan Taman Ade Irma Suryani
media rekaman diarahkan di Kelurahan di Kelurahan Lemahwungkuk.
Harjamukti.
Pasal 53
(4) Rencana pengelolaan kawasan peruntukan industri
meliputi : (1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana
a. pembatasan pengembangan peruntukan industri dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf f
dan pergudangan di kawasan Pegambiran; dan dikembangkan seluas kurang lebih 367 (tiga ratus
b. pemindahan kawasan pergudangan di Jalan enam puluh tujuh) hektar meliputi :
Pekalipan dan Parujakan diarahkan ke kawasan a. tanaman pangan;
Harjamukti. b. hortikultura; dan
c. peternakan.
79 80

(2) Kawasan tanaman pangan sebagaimana dimaksud b. kawasan perikanan tangkap di perairan umum
pada ayat (1) huruf a dengan luas keseluruhan di Kelurahan Kesenden dan Kelurahan Kebonbaru
kurang lebih 345 (tiga ratus empat puluh lima) hektar Kecamatan Kejaksan; dan
terdapat di Kecamatan Kesambi, Kecamatan c. sarana dan prasaranan penunjang kegiatan
Lemahwungkuk dan Kecamatan Harjamukti. perikanan tangkap meliputi Pelabuhan Perikanan
(3) Kawasan hortikultura sebagaimana dimaksud pada Nusantara Kejawanan di Kelurahan Pegambiran
ayat (1) huruf b tersebar di semua Kecamatan dengan Kecamatan Lemahwungkuk, Tempat Pelelangan
luas kurang lebih 119 (seratus sembilan belas) Ikan Kebon Melati di Kelurahan Kesenden
hektar. Kecamatan Kejaksan, Tempat Pelelangan Ikan
Pesisir di Kelurahan Panjunan Kecamatan
(4) Kawasan peternakan sebagaimana dimaksud pada Lemahwungkuk, Tempat Pelelangan Ikan Cangkol
ayat (1) huruf c dengan komoditas utama sapi potong, di Kelurahan Lemahwungkuk Kecamatan
domba dan kambing di Kelurahan Argasunya dan Lemahwungkuk, dan Tempat Pelelangan Ikan PPN
Kelurahan Pegambiran Kecamatan Harjamukti Kejawanan di Kelurahan Pegambiran Kecamatan
dengan luas keseluruhan kurang lebih 5 (lima) Lemahwungkuk.
hektar.
(3) Kawasan peruntukan perikanan budi daya
Pasal 54 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b seluas
kurang lebih 97 (sembilan puluh tujuh) hektar terdiri
(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana
atas :
dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf g adalah :
a. kawasan perikanan budi daya air tawar terletak di
a. perikanan tangkap;
Kelurahan Kalijaga Kecamatan Harjamukti dan
b. kawasan peruntukan perikanan budi daya; dan
Kelurahan Kesambi Kecamatan Kesambi;
c. kawasan peruntukan pengolahan dan pemasaran
b. kawasan perikanan budi daya air payau di
hasil perikanan.
Kelurahan Kesenden, Kelurahan Kebon Baru
Kecamatan Kejaksan dan Kelurahan
(2) Kawasan peruntukan perikanan tangkap
Lemahwungkuk Kecamatan Lemahwungkuk;
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
c. kawasan perikanan budi daya air laut di
atas :
Kelurahan Kesenden Kecamatan Kejaksan; dan
a. kawasan perikanan tangkap di laut , selanjutnya
d. sarana dan prasarana perikanan budi daya
disebut perikanan laut, dengan jalur penangkapan
meliputi pusat benih UPTB Balai Pengembangan
ikan dengan batas 0 (nol) sampai 4 (empat) mil
Budidaya Ikan Air/Balai Budidaya Tawar (UPTD-
laut di Kelurahan Kesenden, Kelurahan
BPBIAT) di Kelurahan Harjamukti Kecamatan
Kebonbaru Kecamatan Kejaksan, Kelurahan
Harjamukti, laboratorium uji mutu.
Panjunan, Kelurahan Lemahwungkuk, Kelurahan
Pegambiran Kecamatan Lemahwungkuk;
81 82

(4) Kawasan peruntukan pengolahan dan pemasaran (3) Ruang evakuasi bencana banjir sebagaimana
hasil perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di Stadion
huruf c seluas kurang lebih 10 (sepuluh) hektar Bima Kelurahan Sunyaragi Kecamatan Kesambi.
terdiri atas :
a. pengolahan hasil perikanan meliputi supplier ikan (4) Ruang evakuasi bencana gelombang pasang
dan udang, pengolahan ikan asin, di Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terletak
Panjunan Kecamatan Lemahwungkuk; di Alun-Alun Kejaksan di Kelurahan Kebonbaru,
b. kawasan pemasaran hasil perikanan yaitu Kelurahan Panjunan, Kelurahan Lemahwungkuk dan
Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan Kelurahan Pegambiran.
di Kelurahan Pegambiran Kecamatan
Lemahwungkuk, Tempat Pelelangan Ikan Kebon (5) Ruang evakuasi bencana kebakaran sebagaimana
Melati di Kelurahan Kesenden Kecamatan dimaksud pada ayat (1) huruf c terdapat di Kelurahan
Kejaksan, Tempat Pelelangan Ikan Pesisir di Pekalipan, Kelurahan Jagasatru, Kelurahan
Kelurahan Panjunan Kecamatan Lemahwungkuk, Panjunan, Kelurahan Kasepuhan dan Kelurahan
Tempat Pelelangan Ikan Cangkol di Kelurahan Kecapi, diarahkan di Kantor Pemerintahan dengan
Lemahwungkuk Kecamatan Lemahwungkuk, memanfaatkan bangunan publik sebagai posko-posko
Tempat Pelelangan Ikan PPN Kejawanan evakuasi bencana serta memanfaatkan ruang terbuka
di Kelurahan Pegambiran Kecamatan dalam bentuk lapangan olahraga.
Lemahwungkuk; dan
c. pemasaran ikan hias di Kelurahan Harjamukti Pasal 56
Kecamatan Harjamukti.
(1) Rencana peruntukan ruang bagi kegiatan sektor
Pasal 55 informal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47
huruf i meliputi :
(1) Penyediaan ruang evakuasi bencana sebagaimana a. penyediaan kawasan peruntukan ruang bagi
dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf h meliputi : kegiatan sektor informal pada setiap
a. ruang evakuasi bencana skala kota; pengembangan pusat-pusat pelayanan di pusat
b. ruang evakuasi bencana banjir; kota yaitu di Jalan Siliwangi, Jalan Kartini dan
c. ruang evakuasi bencana gelombang pasang; dan Jalan Karanggetas;
d. ruang evakuasi bencana kebakaran.

(2) Ruang evakuasi bencana skala kota sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a terletak di Stadion
Bima Kelurahan Sunyaragi dan Lapangan Kebon
Pelok Kelurahan Kalijaga.
83 84

b. pengembangan kawasan peruntukan ruang bagi Pasal 58


kegiatan sektor informal pada pusat-pusat
perbelanjaan dan perkantoran yaitu di Jalan Kawasan peruntukan pendidikan tinggi sebagaimana
Kartini, Jalan Tentara Pelajar, Jalan Siliwangi, dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf k, terdiri atas :
Jalan Karanggetas, Jalan Pekiringan, Jalan a. pengembangan kawasan pendidikan tinggi seluas
Pasuketan, Jalan Brigjen Dharsono, Jalan Dr. kurang lebih 34 (tiga puluh empat) hektar di sekitar
Cipto Mangunkusumo, Jalan Ciremai Raya, Jalan Majasem Kelurahan Karyamulya di Kecamatan
Kalijaga Permai, Jalan Rajawali; dan Kesambi; dan
c. penyediaan kawasan peruntukan ruang bagi b. pengembangan perguruan tinggi seluas kurang lebih 30
kegiatan sektor informal di Kelurahan Kesenden (tiga puluh) hektar di Kelurahan Argasunya dan
dan Kelurahan Pekiringan. Kelurahan Kalijaga di Kecamatan Harjamukti.

Pasal 59
(2) Arahan pengelolaan sektor informal meliputi :
a. pengaturan sektor informal pada malam hari pada
Kawasan peruntukan pusat kesehatan sebagaimana
ruas Jalan Pasuketan, Jalan Pekiringan dan Jalan
dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf l berupa
Karanggetas;
pengembangan pusat kawasan kesehatan seluas kurang
b. pengembangan sektor informal pada tempat yang
lebih 31 (tiga puluh satu) hektar di Kawasan Kesambi,
telah ditentukan;
Kelurahan Kesambi dan Kecamatan Kesambi.
c. mengembangkan ciri khas di setiap ruang yang
diperuntukkan bagi sektor informal; dan
d. memberikan bantuan fasilitas yang memadai Pasal 60
untuk mendukung kegiatan sektor informal.
Kawasan peruntukan fasilitas peribadatan sebagaimana
Pasal 57 dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf m meliputi
pengembangan Islamic Center seluas ± 3 (tiga) hektar di
Rencana pengembangan kawasan RTNH sebagaimana Kelurahan Kejaksan.
dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf j seluas kurang Pasal 61
lebih 3 (tiga) hektar terdiri atas :
a. kawasan perkantoran pemerintah di kawasan Bima Kawasan pertahanan dan keamanan Negara sebagaimana
Kelurahan Sunyaragi dan kawasan Kebon Pelok di dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf n meliputi :
Kelurahan Kalijaga; dan
b. perkantoran swasta di Kelurahan Kejaksan. a. Korem-063/Gunung Jati;
b. Kodim 06141 Kota Cirebon; dan
c. Lanal Cirebon.
85 86

BAB V d. KSK Ciremai Raya dengan arahan penanganan


PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KOTA pengembangan dan penataan sub pusat
perdagangan dan jasa berwawasan lingkungan.
Pasal 62 e. KSK Keraton Cirebon dengan arahan penanganan
pelestarian dan perlindungan kawasan cagar
(1) Penetapan KSK memperhatikan KSP yaitu KSP pesisir budaya, bangunan bernilai sejarah dan/atau
pantura dan KSP koridor Bandung - Cirebon. bernilai arsitektur tinggi, serta potensi sosial
budaya masyarakat yang memiliki nilai sejarah;
(2) KSK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri f. KSK Gua Sunyaragi, dengan arah penanganan
dari : pelestarian dan perlindungan kawasan cagar
a. KSK dengan sudut kepentingan ekonomi meliputi budaya, bangunan bernilai sejarah dan/atau
Pelabuhan Cirebon, Pelabuhan Perikanan bernilai arsitektur tinggi, dan pengembangan
Nusantara Kejawanan, Gunung Sari-Cipto, dan obyek wisata;
Ciremai Raya; g. KSK Majasem, arahan penanganan pengembangan
b. KSK dengan sudut kepentingan sosial budaya pusat perdagangan dan jasa berskala kota dan
meliputi Keraton Cirebon, Gua Sunyaragi, kawasan pendidikan tinggi berwawasan
Majasem dan Argasunya-Kalijaga. lingkungan serta penataan kawasan sekitar dan
pengembangan prasarana dan sarana penunjang;
(3) Penanganan KSK terdiri dari : h. KSK Argasunya - Kalijaga, arahan pengembangan
a. KSK Pelabuhan Cirebon, dengan arahan sebagai fasilitas pendidikan dan pengembangan
penanganan pengembangan kapasitas pelayanan prasarana dan sarana penunjang pendidikan
Pelabuhan Cirebon sebagai Pelabuhan Utama tinggi;
Sekunder serta membangun fasilitas-fasilitas i. peningkatan sarana dan prasarana transportasi
penunjang yang mampu mendukung peningkatan serta jaringan utilitas yang mendukung
kapasitas pelayanan Pelabuhan Cirebon; pengembangan KSK dengan sudut kepentingan
b. KSK Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan ekonomi; dan
dengan arahan penanganan pengembangan j. KSK sosial budaya wajib dilestarikan dan
sarana pokok, sarana fungsional dan sarana dipertahankan keberadaannya dengan tidak
tambahan/penunjang; mengubah bentuk bangunan serta
c. KSK Gunung Sari-Cipto dengan arahan mengalihfungsikannya.
penanganan penataan pengembangan pusat
perdagangan dan jasa berskala kota dan regional (4) Peta Penetapan Kawasan Strategis Kota tercantum
berwawasan lingkungan; dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
87 88

BAB VI (4) Arahan pemanfaatan ruang wilayah tercantum


ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KOTA dalam Lampiran VI yang merupakan bagian tidak
Pasal 63 terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(1) Arahan pemanfaatan ruang wilayah meliputi : BAB VII


a. perwujudan struktur ruang, terdiri dari KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN
perwujudan dan pengembangan sistem pusat RUANG WILAYAH
pelayanan/sistem perkotaan, perwujudan dan
pengembangan sistem transportasi, perwujudan Bagian Kesatu
dan pengembangan sistem utilitas serta prasarana Umum
lingkungan;
b. perwujudan pola ruang terdiri dari kawasan Pasal 64
lindung dan kawasan budidaya; dan
c. pentahapan penanganan Kawasan Strategis Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
Kota/KSK. meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi;
(2) Tahapan pelaksanaan arahan pemanfaatan ruang b. ketentuan perizinan;
dibagi kedalam 4 (empat) tahap, meliputi : c. ketentuan pemberian insentif dan disinsentif; dan
a. Tahap I (sejak diundangkan sampai dengan d. arahan sanksi.
Tahun 2015);
b. Tahap II (2016 - 2021); Bagian Kedua
c. Tahap III (2022 - 2026); dan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
d. Tahap IV (2027 - 2031).
(3) Pembiayaan pelaksanaan pemanfaatan ruang, Pasal 65
meliputi :
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional Ketentuan umum peraturan zonasi sebaiknya, terdiri atas :
(APBN); a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung;
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan
Provinsi; b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan budidaya.
c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Kota;
d. investasi swasta;
e. kerja sama pembiayaan; dan
f. sumber lain yang sah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
89 90

j. ketentuan umum peraturan zonasi untuk


Pasal 66 kawasan peruntukan fasilitas peribadatan;
k. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan kawasan ruang evakuasi bencana;
lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 l. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
huruf a meliputi : peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal;
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk m. ketentuan umum peraturan zonasi untuk ruang
kawasan perlindungan setempat; terbuka non hijau; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk ruang n. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
terbuka hijau; kawasan pertahanan dan keamanan negara.
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan suaka alam dan cagar budaya; dan Pasal 67
d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan rawan bencana. (1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan Pasal 66 ayat (1) huruf a meliputi :
budi daya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi bangunan
huruf b meliputi : yang dimaksudkan untuk pengelolaan badan air
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk dan/atau pemanfaatan air; pemanfaatan ruang
kawasan peruntukan pertanian; untuk ruang terbuka hijau;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk b. kegiatan yang bersyarat pertanian untuk
kawasan peruntukan perikanan; mengurangi tingkat erosi, pembangunan sarana
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk dan prasarana pengembangan sumber daya air,
kawasan peruntukan perumahan; bantaran sungai harus bebas dari bangunan
d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kecuali bangunan inspeksi sungai, pemanfaatan
kawasan peruntukan perdagangan dan jasa; sempadan sungai sebagai wisata olah raga sebatas
e. ketentuan umum peraturan zonasi untuk tidak mengganggu fungsi kelestarian sungai;
kawasan peruntukan perkantoran; c. kegiatan yang dilarang adalah mengadakan alih
f. ketentuan umum peraturan zonasi untuk fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan
kawasan peruntukan industri; kualitas air sungai di sepanjang badan sungai dan
g. ketentuan umum peraturan zonasi untuk daratan sepanjang tepian sungai besar tidak
kawasan peruntukan pariwisata; bertanggul di luar kawasan permukiman dengan
h. ketentuan umum peraturan zonasi untuk lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi
kawasan peruntukan pendidikan tinggi; sungai; dan daratan sepanjang tepian anak sungai
i. ketentuan umum peraturan zonasi untuk tidak bertanggul di luar kawasan permukiman
kawasan peruntukan fasilitas kesehatan; dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter
dari tepi sungai; dan
91 92

d. sungai yang melintasi kawasan permukiman c. pemanfaatan tidak dapat dilakukan apabila
dilakukan reorientasi pembangunan dengan bertentangan dengan upaya perlindungan benda
menjadikan sungai sebagai bagian dari latar cagar budaya dan semata-mata untuk mencari
depan. keuntungan pribadi dan/atau golongan; dan
d. mengupayakan konservasi, dan melakukan
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk ruang revitalisasi, rehabilitasi.
terbuka hijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66
ayat (1) huruf b meliputi : (4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
a. peruntukan ruang untuk kegiatan rekreasi; pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66
b. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk ayat (2) huruf a meliputi :
bangunan penunjang kegiatan rekreasi dan a. peruntukan ruang untuk permukiman petani
fasilitas umum lainnya; dengan kepadatan rendah;
c. penentuan luas hutan kota dalam satu hamparan b. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan menjadi
yang kompak paling sedikit 0,25 (nol koma dua lahan budidaya non pertanian kecuali untuk
puluh lima) hektar atau paling sedikit 10% pembangunan sistem jaringan prasarana utama;
(sepuluh persen) dari wilayah pusat kegiatan dan dan
atau disesuaikan dengan kondisi setempat; c. pembukaan lahan baru untuk pertanian tanaman
d. peruntukan hutan kota dapat dimanfaatkan/ pangan, sayuran, buah-buahan, dan tanaman
diperbolehkan untuk keperluan pariwisata alam, hias dengan tidak memanfaatkan kawasan
rekreasi dan atau olah raga; penelitian dan lindung dan hutan kota.
pengembangan; pendidikan; pelestarian plasma
nutfah; dan atau budidaya hasil hutan bukan (5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk perikanan
kayu; dan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf
e. mengharuskan pengadaan jalur hijau yang pada b meliputi :
sepanjang jalur jalan utama pusat kegiatan dan a. peruntukan ruang untuk permukiman petani
jalan kolektor yang berfungsi sebagai peneduh. dengan kepadatan rendah;
b. peruntukan ruang untuk kawasan pemijahan
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan dan/atau kawasan sabuk hijau;
suaka alam dan cagar budaya sebagaimana dimaksud c. pemanfaatan sumber daya perikanan agar tidak
dalam Pasal 66 ayat (1) huruf c meliputi : melebihi potensi lestari;
a. pemanfaatan untuk penelitian, pendidikan, dan d. tidak diperbolehkan pemanfaatan sumber daya
pariwisata, agama, sosial, dan kebudayaan; perikanan yang melakukan perbuatan yang
b. ketentuan pelarangan kegiatan dan pendirian mengakibatkan pencemaran dan/atau kerusakan
bangunan yang tidak sesuai dengan fungsi sumber daya ikan dan/atau lingkungannya; dan
kawasan;
93 94

e. upaya pengelolaan sumber daya ikan, diwajibkan


dilakukan konservasi ekosistem, konservasi jenis d. diwajibkan melakukan penghijauan lingkungan;
ikan, dan konservasi genetika ikan. e. diwajibkan menyediakan tanah untuk sarana
lingkungan;
(6) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk peternakan f. penggunaan lahan untuk pengembangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf j perumahan baru 40% - 60% (empat puluh persen
meliputi : sampai dengan enam puluh persen) dari luas
a. usaha-usaha peternakan diadakan dengan tidak lahan yang ada, dan untuk kawasan-kawasan
mengganggu ketenteraman masyarakat umum; strategis disesuaikan dengan karakteristik serta
b. jumlah dan jenis ternak yang boleh diternakan di daya dukung lingkungan;
suatu bidang tanah tertentu untuk disesuaikan g. memanfaatkan ruang yang sesuai untuk tempat
dengan keadaan dan keseimbangan tanah dengan bermukim di kawasan peruntukan permukiman
jenis ternak yang bersangkutan; harus menyediakan lingkungan yang sehat dan
c. pada zona-zona, dimana suatu rumpun ternak aman dari bencana alam serta dapat memberikan
telah mencapai mutu yang tinggi di dalam suatu lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan
produksi harus dijalankan peternakan murni; masyarakat, dengan tetap memperhatikan
d. pemanfaatan sumber daya peternakan agar tidak kelestarian fungsi lingkungan hidup;
melebihi potensi lestari; dan h. orientasi bangunan di utamakan menghadap
e. peternakan-peternakan dan perusahaan- akses jalan; dan
perusahaan peternakan harus tersedia tanah i. dalam rangka mewujudkan kawasan pusat
dan air untuk menyelenggarakan padang rumput kegiatan yang tertata dengan baik, perlu
atau penanaman tanaman-tanaman yang dilakukan peremajaan permukiman kumuh.
menghasilkan hijau-hijauan makanan ternak.
(8) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
(7) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perdagangan dan jasa sebagaimana
perumahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf d meliputi :
ayat (2) huruf c meliputi : a. diperbolehkan pembangunan bangunan komersial
a. pembangunan rumah atau perumahan wajib berdekatan dengan pembangunan hunian;
mengikuti persyaratan teknis, ekologis dan b. perletakan bangunan komersial dan ketersediaan
administratif; sarana dan prasarana pendukung disesuaikan
b. diwajibkan melakukan pemantauan lingkungan dengan kelas konsumen yang akan dilayani;
yang terkena dampak berdasarkan rencana c. penetapan amplop bangunan;
pemantauan lingkungan; d. diciptakan kesinambungan jalur bagi pejalan kaki
c. harus membangun jaringan prasarana lingkungan di dalam area bangunan dan di luar area
mendahului kegiatan membangun rumah, bangunan dengan mengaitkan pola pedestrian
memelihara dan mengelolanya serta yang ada;
penyelenggaraan persediaan utilitas umum;
95 96

e. orientasi bangunan diutamakan menghadap akses b. pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran
jalan dan orientasi utama bangunan adalah pada terhadap lingkungan hidup, serta pengamanan
space berupa ruang terbuka hijau dan sungai; terhadap keseimbangan dan kelestarian sumber
f. mengelompokkan fungsi-fungsi yang saling daya alam;
berhubungan pada zona-zona yang saling c. harus memperhatikan suplai air bersih serta daya
terkoneksikan melalui sistem sirkulasi yang dukung dan daya tampung lingkungan;
efektif; dan d. pengelolaan limbah untuk industri yang berkumpul
g. peruntukan ruang bagi ruang terbuka hijau di lokasi berdekatan sebaiknya dikelola secara
diperbolehkan dalam bentuk sistem ruang terpadu;
terbuka umum, sistem ruang terbuka pribadi, e. penggunaan lahan pada kawasan industri terdiri
sistem ruang terbuka privat yang dapat diakses dari penggunaan kaveling industri, jalan dan
oleh umum, sistem pepohonan dan tata hijau dan saluran, ruang terbuka hijau, dan fasilitas
bentang alam. penunjang;
f. Pembatasan pengembangan kawasan peruntukan
(9) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan industri dan pergudangan di kawasan Pegambiran;
peruntukan perkantoran sebagaimana dimaksud dan
dalam Pasal 66 ayat (2) huruf e meliputi : g. pembangunan IPAL terpadu untuk pengelolaan
a. peningkatan fisik bangunan pemerintahan limbah industri agar memenuhi Baku Mutu
diarahkan pada intensitas lokasi yang sudah ada; Limbah Cair sesuai dengan ketentuan peraturan
b. pengembangan kawasan perkantoran pemerintah perundang-undangan.
skala kota dalam satu kawasan untuk
mempermudah koordinasi pelayanan masyarakat; (11) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
dan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam
c. pengembangan perkantoran swasta akan Pasal 66 ayat (2) huruf g meliputi :
diarahkan pada koridor utama yang akan a. perlindungan terhadap situs peninggalan
menyatu dengan kawasan perkantoran kebudayaan masa lampau;
pemerintah dan perdagangan jasa. b. pembatasan pendirian bangunan hanya untuk
menunjang kegiatan pariwisata pada kawasan
(10) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan industri lindung;
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (2) c. pengusahaan objek dan daya tarik wisata yang
huruf f meliputi : berintikan kegiatan yang memerlukan pengamanan
a. peruntukan kegiatan industri kecil dan menengah terhadap keselamatan wisatawan, kelestarian dan
yang diperbolehkan merupakan industri tidak mutu lingkungan, atau ketertiban dan
polutan, merupakan industri penghasil karya seni, ketenteraman masyarakat;
industri agro dan hasil hutan;
97 98

d. pemanfaatan taman dan hutan kota, taman wisata (13) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
alam untuk kegiatan pariwisata alam dilaksanakan peruntukan pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud
sesuai dengan asas konservasi sumber daya alam dalam Pasal 64 ayat (2) huruf h meliputi :
hayati dan ekosistemnya; a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi
e. luas kawasan yang dimanfaatkan untuk pembangunan bangunan perkuliahan berdekatan
pembangunan sarana dan prasarana pariwisata dengan pembangunan hunian pelajar dan
alam maksimum 10% (sepuluh persen) dari luas mahasiswa dan peruntukan ruang bagi ruang
blok pemanfaatan taman hutan raya, dan blok terbuka hijau dalam bentuk sistem ruang terbuka
pemanfaatan taman wisata alam yang umum, yang dapat diakses oleh umum, sistem
bersangkutan; pepohonan dan tata hijau dan bentang alam;
f. peruntukan ruang kawasan pariwisata tidak boleh b. kegiatan diperbolehkan bersyarat meliputi
mengubah bentang alam yang ada, tidak kesinambungan jalur bagi pejalan kaki di dalam
mengganggu pandangan visual dan bergaya area bangunan dan di luar area bangunan dengan
arsitektur setempat; dan mengaitkan pola pedestrian yang ada, orientasi
g. pelestarian lingkungan dan bangunan cagar bangunan diutamakan menghadap akses jalan
budaya yang dijadikan kawasan pariwisata dan orientasi utama bangunan adalah pada space
harus mengikuti prinsip-prinsip pemugaran yang berupa ruang terbuka hijau dan sungai,
meliputi keaslian bentuk, penyajian dan tata letak mengelompokkan fungsi-fungsi yang saling
dengan memperhatikan nilai sejarah, ilmu berhubungan pada zona-zona yang saling
pengetahuan, dan kebudayaan. terkoneksikan melalui sistem sirkulasi yang
efektif; dan prasarana harus disediakan sesuai
(12) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan standar teknis, terutama kebutuhan parkir; dan
peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam c. kegiatan diperbolehkan terbatas adalah kegiatan
Pasal 66 ayat (2) huruf g meliputi : perdagangan dan jasa pendukung kegiatan
a. pembatasan kegiatan untuk permukiman pada pendidikan.
kawasan yang mengalami banjir permanen; dan
b. pembatasan kegiatan lain yang berdampak (14) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
dapat mempengaruhi kelancaran tata drainase peruntukan fasilitas kesehatan sebagaimana
di kawasan ini. dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf i meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pendukung sarana kesehatan;
b. kegiatan diperbolehkan bersyarat meliputi
kesinambungan jalur bagi pejalan kaki di dalam
area bangunan dan di luar area bangunan dengan
mengaitkan pola pedestrian yang ada;
99 100

c. mengelompokkan fungsi-fungsi yang saling (17) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk peruntukan
berhubungan pada zona-zona yang saling ruang bagi kegiatan sektor informal sebagaimana
terkoneksikan melalui sistem sirkulasi yang efektif; dimaksud dalam Pasal 64 ayat (2) huruf l meliputi :
dan prasarana harus disediakan sesuai standar a. kegiatan yang diperbolehkan adalah kegiatan
teknis, terutama kebutuhan parkir; dan sektor Informal, dengan manajemen waktu ; dan
d. kegiatan diperbolehkan terbatas meliputi kegiatan b. kegiatan yang dilarang adalah kegiatan yang
perdagangan dan jasa pendukung kegiatan sarana menimbulkan polusi suara.
kesehatan.
(18) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk ruang
(15) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan terbuka non hijau sebagaimana dimaksud dalam
peruntukan fasilitas peribadatan sebagaimana Pasal 64 ayat (2) huruf m meliputi :
dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf j meliputi : a. kegiatan yang diperbolehkan adalah aktivitas sosial
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan budaya, yaitu tempat dilakukannya berbagai
pendukung sarana peribadatan; aktivitas secara massal, seperti misalnya interaksi
b. kegiatan diperbolehkan bersyarat meliputi sosial masyarakat, duduk-duduk, berkumpulnya
kesinambungan jalur bagi pejalan kaki di dalam masyarakat (community gathering) pada acara
area bangunan dan di luar area bangunan dengan tertentu dan lain-lain; dan
mengaitkan pola pedestrian yang ada dan b. kegiatan yang dilarang adalah kegiatan yang
prasarana harus disediakan sesuai standar teknis aktivitas yang tidak relevan dengan fungsi
terutama kebutuhan parkir; dan utamanya, cenderung mengganggu fungsi
c. kegiatan diperbolehkan terbatas meliputi kegiatan utamanya ataupun yang cenderung merusak
perdagangan dan jasa pendukung kegiatan sarana kondisi fisik plasa.
peribadatan.
(19) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
(16) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagaimana
ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf n meliputi :
dalam Pasal 66 ayat (2) huruf k meliputi : a. kegiatan yang diperbolehkan berupa kegiatan
a. kegiatan yang diperbolehkan adalah kegiatan pembangunan untuk prasarana dan sarana
pendukung upaya evakuasi bencana; dan penunjang aspek pertahanan dan keamanan
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat kegiatan negara sesuai dengan ketentuan peraturan
sosial yang tidak bersifat permanen. perundang-undangan;
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat berupa
pemanfaatan ruang secara terbatas dan selektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
101 102

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi (2) Izin/rekomendasi prinsip merupakan persetujuan
kegiatan selain yang dimaksud pada huruf a dan pendahuluan yang dipakai sebagai kelengkapan
huruf b dan kegiatan pemanfaatan ruang kawasan persyaratan dalam permohonan izin lokasi.
budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan
pertahanan dan keamanan negara. Pasal 70

(20) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana (1) Izin lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68
dimaksud dalam Pasal 66 Pasal (1) sebagaimana ayat (2) huruf b merupakan persetujuan lokasi
tercantum dalam lampiran VII yang merupakan bagi pengembangan aktifitas/sarana/prasarana yang
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. menyatakan kawasan yang dimohon pihak pelaksana
pembangunan atau pemohon sesuai untuk
Bagian Ketiga dimanfaatkan bagi aktifitas dominan yang telah
Ketentuan Perizinan diperoleh izin prinsip.

(2) Izin lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) akan


Pasal 68
dipakai sebagai dasar dalam melaksanakan perolehan
tanah melalui pengadaan tertentu dan dasar dalam
(1) Perizinan merupakan dasar bagi pejabat yang
melaksanakan perolehan tanah melalui pengadaan
berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang
tertentu dan dasar bagi pengurusan hak atas tanah.
berdasarkan rencana struktur dan pola ruang
yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini. Pasal 71
(2) Jenis-jenis perizinan yang terkait dengan (1) Izin mendirikan bangunan sebagaimana dimaksud
pemanfaatan ruang antara lain meliputi : dalam Pasal 68 ayat (2) huruf c diberikan berdasarkan
a. izin/rekomendasi prinsip; surat penguasaan tanah, Rencana Tata Ruang,
b. izin lokasi; Rencana Rinci Tata Ruang, peraturan zonasi dan
c. Izin penggunaan pemanfaatan tanah; persyaratan teknis lainnya.
d. izin mendirikan bangunan; dan
e. izin-izin lainnya yang berkaitan. (2) Setiap orang atau badan hukum yang akan
melaksanakan pembangunan fisik wajib
Pasal 69 mendapatkan izin mendirikan bangunan.

(1) Izin/rekomendasi prinsip sebagaimana dimaksud Pasal 72


dalam Pasal 68 ayat (2) huruf a adalah surat izin yang
diberikan oleh Pemerintah Kota untuk menyatakan Izin-izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (2)
suatu kegiatan secara prinsip diperkenankan untuk ditetapkan lebih lanjut dalam Peraturan Daerah/peraturan
diselenggarakan atau beroperasi. perundang-undangan lainnya.
103 104

Bagian Keempat
Ketentuan Insentif dan Disinsentif Pasal 74
Pasal 73
(1) Pembebasan atau pemberian keringanan pajak
(1) Pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2)
dimaksud dalam Pasal 64 huruf c merupakan acuan huruf a adalah pembebasan atau pemberian
bagi Pemerintah Kota dalam pemberian insentif dan keringanan pajak diberikan kepada setiap orang
pengenaan disinsentif. yang memanfaatkan kawasan tertentu, yang benar
menurut struktur dan pola ruang, dan membutuhkan
(2) Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dukungan untuk pertumbuhan/pengembangan
dengan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, secara kolektif.
dan indikasi arahan peraturan zonasi yang diatur
dalam Peraturan Daerah ini dalam bentuk : (2) Pemberian kompensasi atau ganti rugi sebagaimana
a. pembebasan atau pemberian keringanan pajak; dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2) huruf b adalah
b. pemberian kompensasi, atau ganti rugi; kompesasi atau ganti rugi diberikan kepada setiap
c. pemberian imbalan, santunan, atau bantuan; orang yang harus meninggalkan/melepaskan
d. dukungan rekomendasi untuk pengembangan penggunaan atau penguasaan kawasan tertentu, yang
akses permodalan, kelembagaan, atau usaha; karena sifatnya menurut pola dan struktur ruang,
e. pengumuman kepada publik; kawasan tersebut harus ditetapkan untuk
f. penyediaan infrastruktur tertentu; dan kepentingan umum atau peruntukan lain.
g. pemberian penghargaan.
(3) Pemberian imbalan, santunan atau bantuan
(3) Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2)
yang perlu dicegah, dibatasi, atau dikurangi
huruf c adalah imbalan, santunan atau bantuan
keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam
diberikan kepada setiap orang yang secara sukarela
Peraturan Daerah ini dalam bentuk :
mengubah fungsi atau peruntukan ruang yang
a. pajak daerah dengan kelipatan tinggi;
ditempati/dikuasai, mengikuti pola dan struktur
b. pembatasan penyediaan infrastruktur;
ruang, tanpa harus meninggalkan kawasan
c. pencabutan izin, penghentian atau penutupan
dimaksud.
usaha/kegiatan;
d. pembongkaran atau pemusnahan aset tertentu;
e. relokasi paksa;
f. pengumuman kepada publik;
g. pelaksanaan kegiatan atau tindakan tertentu; dan
h. pelarangan dan penuntutan.
105 106

(4) Dukungan rekomendasi untuk pengembangan akses Pasal 75


permodalan, kelembagaan atau usaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2) huruf d adalah (1) Pajak dengan kelipatan tinggi sebagaimana dimaksud
dukungan rekomendasi untuk pengembangan akses dalam Pasal 73 ayat (3) huruf a adalah dikenakan
permodalan, kelembagaan, atau usaha diberikan kepada setiap orang yang telah memanfaatkan
kepada setiap orang yang telah memanfaatkan/ kawasan/ruang secara benar, tetapi tindakan atau
menggunakan ruang secara optimal sesuai dengan kegiatannya menyebabkan gangguan terhadap kondisi
pola dan struktur ruang, dan kegiatan yang dan optimalisasi pemanfaatan ruang/kawasan.
dilakukannya mendukung keamanan, kenyamanan
dan keterpeliharaan ruang/kawasan yang digunakan. (2) Pembatasan penyediaan infrastruktur tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (3)
(5) Pengumuman kepada publik sebagaimana dimaksud huruf b adalah pembatasan penyediaan infrastruktur
dalam Pasal 73 ayat (2) huruf e berupa pengumuman tertentu diberikan kepada setiap orang yang
kepada publik yang diberikan kepada setiap orang bermaksud menggunakan ruang/kawasan tertentu
yang secara konsisten memenuhi seluruh persyaratan secara bersyarat yang bukan merupakan peruntukan
fiskal dan administratif yang terkait dengan utama dari kawasan.
penggunaan ruang/kawasan.
(3) Pencabutan izin, penghentian atau penutupan usaha/
(6) Penyediaan infrastruktur tertentu sebagaimana kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73
dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2) huruf f adalah ayat (3) huruf c adalah pencabutan status izin,
penyediaan infrastruktur tertentu diberikan kepada sekaligus perintah untuk menghentikan kegiatan
setiap orang yang bermaksud menggunakan ruang/ pemanfaatan ruang secara permanen yang telah
kawasan tertentu secara benar, sesuai dengan pola dicabut izinnya.
dan struktur ruang, namun secara kolektif
membutuhkan ketersediaan sarana, prasarana atau (4) Pembongkaran atau pemusnahan aset tertentu
fasilitas tertentu untuk optimalnya pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (3)
ruang/kawasan dimaksud. huruf d adalah pengenaan sanksi pembongkaran
bangunan yang akan segera dilaksanakan; dan
(7) Pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi,
dalam Pasal 73 ayat (2) huruf g adalah penghargaan pejabat yang berwenang melakukan tindakan
diberikan kepada setiap orang, yang memanfaatkan penertiban dengan bantuan aparat penertiban
ruang secara benar dan sekaligus aktif membantu melakukan pembongkaran secara paksa.
Pemerintah Kota di dalam sosialisasi, kampanye,
serta upaya lain untuk peningkatan kesadaran warga
masyarakat terkait dengan pemanfaatan ruang/
kawasan secara benar.
107 108

(5) Relokasi paksa sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 73 ayat (3) huruf e adalah pengenaan sanksi Pasal 76
relokasi paksa yang akan dilaksanakan; dan
berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, (1) Insentif kepada masyarakat diberikan antara lain,
pejabat yang berwenang melakukan tindakan dalam bentuk :
penertiban dengan bantuan aparat penertiban a. keringanan pajak;
melakukan relokasi secara paksa. b. pemberian kompensasi;
c. imbalan;
(6) Pengumuman kepada publik sebagaimana dimaksud d. sewa ruang;
dalam Pasal 73 ayat (3) huruf f adalah pengumuman e. urun saham;
kepada publik dikenakan kepada setiap orang yang f. penyediaan infrastruktur;
meskipun telah menempati ruang secara benar, tetapi g. kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
tidak memenuhi persyaratan fiskal dan administratif h. penghargaan.
yang dibutuhkan untuk pemanfaatan ruang/
kawasan. (2) Setiap orang yang tidak merubah peruntukan
sawahnya maka berhak atas insentif berupa
(7) Pelaksanaan kegiatan atau tindakan tertentu pembebasan Pajak Bumi dan Bangunan dan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (3) huruf perbaikan jaringan pengairan.
g adalah pelaksanaan kegiatan atau tindakan tertentu
dibebankan kepada setiap orang yang melakukan (3) Setiap orang yang mengembangkan usaha industri
tindakan-tindakan yang menyebabkan terjadinya dan perdagangannya menyediakan jalur hijau sebagai
hambatan, kerusakan, atau kemerosotan fungsi dan penyangga antar fungsi kawasan dan menggunakan
kegunaan ruang/kawasan; dan teknologi yang ramah lingkungan maka berhak atas
kemudahan perizinan, penyediaan infrastruktur,
(8) Pelarangan dan penuntutan sebagaimana dimaksud perpanjangan izin, dan/atau penghargaan.
dalam Pasal 73 ayat (3) huruf h adalah pelaksanaan
pelarangan penuntutan terhadap kegiatan dan (4) Setiap orang yang berperan aktif menata lingkungan
pendirian bangunan yang tidak sesuai dengan fungsi perumahan atau pemukiman dengan menyediakan
kawasan. taman, sumur resapan, atau kegiatan lainnya berhak
atas insentif berupa penghargaan.

(5) Setiap orang yang tanah atau bangunan tempat


tinggalnya terkena rencana pembangunan untuk
kepentingan umum, berhak atas insentif berupa
keringanan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan.
109 110

(6) Setiap pengembang perumahan yang menaati BAB VIII


ketentuan tata ruang dan wilayah berhak atas ARAHAN SANKSI
kemudahan pelayanan perizinan. Pasal 79
Pasal 77 (1) Arahan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64
huruf d merupakan acuan dalam pengenaan sanksi
(1) Disinsentif kepada masyarakat dikenakan, antara terhadap :
lain dalam bentuk : a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
a. pengenaan pajak yang tinggi; rencana struktur ruang dan pola ruang;
b. pembatasan penyediaan infrastruktur; b. pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi;
c. pengenaan kompensasi; dan/atau c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang
d. penalti. yang diterbitkan berdasarkan RTRWK;
d. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin
(2) Pemberian disinsentif kepada masyarakat pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dengan RTRWK;
persetujuan DPRD. e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam
persyaratan izin pemanfaatan ruang yang
(3) Setiap orang yang merubah peruntukan sawah maka diterbitkan berdasarkan RTRWK;
dikenakan disinsentif berupa pengenaan Pajak Bumi f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses
dan Bangunan sampai dengan empat kali lipat dan terhadap kawasan yang oleh peraturan
dan tidak mendapatkan pelayanan perijinan. perundang-undangan dinyatakan sebagai milik
umum;
(4) Setiap orang yang mengembangkan usaha industri g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh
dan perdagangannya tidak menyediakan jalur hijau dengan prosedur yang tidak benar.
sebagai penyangga antar fungsi kawasan dan tidak
menggunakan teknologi yang ramah lingkungan (2) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud pada
maka dikenakan disinsentif berupa perbaikan ayat (1) dikenakan sanksi administratif berupa :
lingkungan dan biaya tambahan pengurusan a. peringatan tertulis;
perpanjangan izin. b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
Pasal 78 d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
Tata cara pemberian insentif dan disinsentif diatur lebih f. pembatalan izin;
lanjut dengan Peraturan Walikota. g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
111 112

b. penghentian sementara pelayanan umum,


(3) Pengenaan sanksi administratif dilakukan secara
meliputi :
berjenjang, meliputi :
1. penerbitan surat pemberitahuan penghentian
a. penghentian sementara kegiatan, meliputi :
sementara pelayanan umum dari pejabat yang
1. penerbitan surat perintah penghentian
berwenang melakukan penertiban pelanggaran
kegiatan sementara dari pejabat yang
pemanfaatan ruang (membuat surat
berwenang melakukan penertiban pelanggaran
pemberitahuan penghentian sementara
pemanfaatan ruang;
pelayanan umum);
2. apabila pelanggar mengabaikan perintah
2. apabila pelanggar mengabaikan surat
penghentian kegiatan sementara, pejabat yang
pemberitahuan yang disampaikan, pejabat
berwenang melakukan penertiban dengan
yang berwenang melakukan penertiban,
menerbitkan surat keputusan pengenaan
menerbitkan surat keputusan pengenaan
sanksi penghentian sementara secara paksa
sanksi penghentian sementara pelayanan
terhadap kegiatan pemanfaatan ruang;
umum kepada pelanggar dengan memuat
3. pejabat yang berwenang melakukan tindakan
rincian jenis-jenis pelayanan umum yang akan
penertiban dengan memberitahukan kepada
diputus;
pelanggar mengenai pengenaan sanksi
3. pejabat yang berwenang melakukan tindakan
penghentian kegiatan pemanfaatan ruang dan
penertiban memberitahukan kepada pelanggar
akan segera dilakukan tindakan penertiban
mengenai pengenaan sanksi penghentian
oleh aparat penertiban;
sementara pelayanan umum yang akan segera
4. berdasarkan surat keputusan pengenaan
dilaksanakan, disertai rincian jenis-jenis
sanksi, pejabat yang berwenang melakukan
pelayanan umum yang akan diputus;
penertiban dengan bantuan aparat penertiban
4. pejabat yang berwenang menyampaikan
melakukan penghentian kegiatan pemanfaatan
perintah kepada penyedia jasa pelayanan
ruang secara paksa; dan
umum untuk menghentikan pelayanan kepada
5. setelah kegiatan pemanfaatan ruang
pelanggar, disertai penjelasan secukupnya;
dihentikan, pejabat yang berwenang
5. penyedia jasa pelayanan umum menghentikan
melakukan pengawasan, agar kegiatan
kepada pelanggar; dan
pemanfaatan yang dihentikan tidak beroperasi
6. pengawasan terhadap penerapan sanksi
kembali sampai dengan terpenuhinya
penghentian sementara pelayanan umum
kewajiban pelanggar untuk menyesuaikan
dilakukan untuk memastikan tidak terdapat
pemanfaatan ruangnya dengan rencana
pelayanan umum kepada pelanggar sampai
tata ruang dan/atau ketentuan teknis
dengan pelanggar memenuhi kewajibannya
pemanfaatan ruang yang berlaku.
untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya
dengan rencana tata ruang dan ketentuan
teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.
113 114

c. penutupan lokasi, meliputi : 3. pejabat yang berwenang memberitahukan


1. penerbitan surat perintah penutupan lokasi kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi
dari pejabat yang berwenang melakukan pencabutan izin;
penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang; 4. pejabat yang berwenang melakukan tindakan
2. apabila pelanggar mengabaikan surat perintah penertiban mengajukan permohonan
yang disampaikan, pejabat yang berwenang pencabutan izin kepada pejabat yang memiliki
menerbitkan surat keputusan pengenaan kewenangan untuk melakukan pencabutan izin;
sanksi penutupan lokasi kepada pelanggar; 5. pejabat yang memiliki kewenangan untuk
3. pejabat yang berwenang melakukan tindakan melakukan pencabutan izin menerbitkan
penertiban memberitahukan kepada pelanggar keputusan pencabutan izin;
mengenai pengenaan sanksi penutupan lokasi 6. memberitahukan kepada pemanfaat ruang
yang akan segera dilaksanakan; mengenai status izin yang telah telah dicabut,
4. berdasarkan surat keputusan pengenaan sekaligus perintah untuk menghentikan
sanksi, pejabat yang berwenang dengan kegiatan pemanfaatan ruang secara permanen
bantuan aparat penertiban melakukan yang telah dicabut izinnya; dan
penutupan lokasi secara paksa; dan 7. apabila pelanggar mengabaikan perintah untuk
5. pengawasan terhadap penerapan sanksi menghentikan kegiatan pemanfaatan yang telah
penutupan lokasi, untuk memastikan lokasi dicabut izinnya, pajabat yang berwenang
yang ditutup tidak dibuka kembali sampai melakukan kegiatan tanpa izin sesuai peraturan
dengan pelanggar memenuhi kewajibannya perundang-undangan yang berlaku.
untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya
dengan rencana tata ruang dari ketentuan e. pembatalan izin, meliputi :
teknis yang berlaku. 1. membuat lembar evaluasi yang berisikan
perbedaan antara pemanfaatan ruang menurut
d. pencabutan izin, meliputi : dokumen perizinan dengan arahan pola
1. menerbitkan surat pemberitahuan sekaligus pemanfaatan ruang dalam rencana tata ruang
pencabutan izin oleh pejabat yang berwenang yang berlaku;
melakukan penertiban pelanggaran 2. memberitahukan kepada pihak yang
pemanfaatan ruang; memanfaatkan ruang perihal rencana
2. apabila pelanggar mengabaikan surat pembatalan izin, agar bersangkutan dapat
pemberitahuan yang disampaikan, pejabat yang mengambil langkah-langkah yang diperlukan
berwenang menerbitkan surat keputusan untuk mengantisipasi hal-hal akibat
pengenaan sanksi pencabutan izin pemanfaatan pembatalan izin;
ruang; 3. menerbitkan surat keputusan pembatalan izin
oleh pejabat yang berwenang melakukan
penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
115 116

4. memberitahukan kepada pemegang izin tentang 3. apabila pelanggar mengabaikan surat


keputusan pembatalan izin; pemberitahuan yang disampaikan, pejabat
5. menerbitkan surat keputusan pembatalan izin yang berwenang melakukan penertiban
dari pejabat yang memiliki kewenangan untuk mengeluarkan surat keputusan pengenaan
melakukan pembatalan izin; dan sanksi pemulihan fungsi ruang;
6. memberitahukan kepada pemanfaat ruang 4. pejabat yang berwenang melakukan tindakan
mengenai status izin yang telah dibatalkan. penertiban, memberitahukan kepada pelanggar
mengenai pengenaan sanksi pemulihan fungsi
f. pembongkaran bangunan, meliputi : ruang yang harus dilaksanakan pelanggar
1. menerbitkan surat pemberitahuan perintah dalam jangka waktu tertentu;
pembongkaran bangunan dari pejabat yang 5. pejabat yang berwenang melakukan tindakan
berwenang melakukan penertiban pelanggaran penertiban melakukan pengawasan
pemanfaatan ruang; pelaksanaan kegiatan pemulihan fungsi ruang;
2. apabila pelanggar mengabaikan surat 6. apabila sampai jangka waktu yang ditentukan
pemberitahuan yang disampaikan, pejabat yang pelanggar belum melaksanakan pemulihan
berwenang melakukan penertiban fungsi ruang, pejabat yang bertanggung jawab
mengeluarkan surat keputusan pengenaan melakukan tindakan penertiban dapat
sanksi pembongkaran bangunan; melakukan tindakan paksa untuk melakukan
3. pejabat yang berwenang melakukan tindakan pemulihan fungsi ruang; dan
penertiban memberitahukan kepada pelanggar 7. apabila pelanggar pada saat itu dinilai tidak
mengenai pengenaan sanksi pembongkaran mampu membiayai kegiatan pemulihan
bangunan yang akan segera dilaksanakan; dan fungsi ruang, pemerintah dapat mengajukan
4. berdasarkan surat keputusan pengenaan penetapan pengadilan agar pemulihan
sanksi, pejabat yang berwenang melakukan dilakukan oleh pemerintah atas beban
tindakan penertiban dengan bantuan aparat pelanggar dikemudian hari.
penertiban melakukan pembongkaran secara
paksa. h. Ketentuan pengenaan sanksi administratif diatur
lebih lanjut melalui Peraturan Walikota;
g. pemulihan fungsi ruang, meliputi :
1. menetapkan ketentuan pemulihan fungsi i. Ketentuan lebih lanjut terkait pengenaan sanksi
ruang yang berisi bagian-bagian yang harus pidana dan sanksi perdata mengacu pada
dipulihkan fungsinya dan cara pemulihannya; peraturan perundang-undangan terkait lainnya.
2. pejabat yang berwenang melakukan penertiban
pelanggaran pemanfaatan ruang menerbitkan
surat pemberitahuan perintah pemulihan fungsi
ruang;
117 118

(2) Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana


BAB IX
dimaksud ayat (1) pasal ini adalah :
KETENTUAN PIDANA
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang
Pasal 80 tentang adanya tindak pidana.
b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu di
(1) Barang siapa melakukan pelanggaran terhadap tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan.
ketentuan Pasal 71 ayat (2) dan Pasal 86, diancam c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan
pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan memeriksa tanda pengenal diri tersangka.
atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima d. Melakukan penyitaan benda dan atau surat.
puluh juta rupiah). e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.
f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai tersangka atau saksi.
adalah pelanggaran. g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam
hubungannya dengan pemeriksaan.
(3) Dalam hal tindak pidana yang dilakukan diancam h. Menghentikan penyidikan setelah mendapat
dengan pidana yang lebih tinggi dari ancaman pidana petunjuk dari penyidik bahwa tidak terdapat
dalam Peraturan Daerah ini, maka diancam pidana cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan
yang lebih tinggi, sesuai ketentuan peraturan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui
perundang-undangan. penyidik memberitahukan hal tersebut kepada
Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya.
(4) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang
merupakan penerimaan Daerah dan disetorkan ke dapat dipertanggung- jawabkan.
Kas Daerah.
BAB XI
BAB X KELEMBAGAAN
PENYIDIKAN Pasal 82
Pasal 81 (1) Dalam rangka meningkatkan koordinasi dan
pemantauan penataan ruang Kota dibentuk Badan
(1) Penyidikan terhadap pelanggaran sebagaimana Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD).
dimaksud Pasal 32 ayat (2) Peraturan Daerah ini
dilaksanakan oleh Penyidik dan atau Penyidik (2) Tugas dan fungsi BKPRD meliputi :
Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota a. merumuskan dan mengoordinasikan kebijakan
yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan penyelenggaraan penataan ruang daerah dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. memperhatikan penataan ruang nasional dan
provinsi;
119 120

b. mengoordinasikan penyusunan atau evaluasi BAB XIII


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW); KERJASAMA DAERAH
c. mengintegrasikan RTRW dengan daerah sekitar;
d. mengoptimalkan penyelenggaraan penertiban, Pasal 84
pengawasan, dan perizinan pemanfaatan ruang;
e. melaksanakan kegiatan pengawasan yang (1) Dalam rangka pengembangan sarana dan prasarana
meliputi pelaporan, evaluasi dan pemantauan lintas wilayah di Kota dikembangkan mekanisme dan
penyelenggaraan pemanfaatan ruang; tata cara kerjasama daerah.
f. mendorong peran masyarakat dalam perencanaan,
pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan (2) Mekanisme dan tata cara kerjasama daerah
ruang; sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
g. mengoordinasikan penanganan dan penyelesaian a. tata cara kerjasama antar daerah; dan
masalah yang timbul dalam penyelenggaraan b. tata cara kerjasama daerah dengan pihak ketiga.
penataan ruang; (3) Tata cara kerjasama antara daerah sebagaimana
h. melakukan evaluasi tahunan atas kinerja penataan dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan melalui
ruang daerah; dan tahapan:
i. menyampaikan laporan pelaksanaan tugas secara a. tersiapan;
berkala 3 (tiga) bulan sekali kepada Walikota. b. penawaran;
c. penyiapan kesepakatan;
(3) BKPRD setidaknya bersidang 3 (tiga) bulan sekali. d. penandatanganan kesepakatan;
e. penyiapan perjanjian;
(4) Pembentukan BKPRD sebagaimana yang dimaksud f. penandatanganan perjanjian; dan
pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Walikota g. pelaksanaan.
BAB XII
BAB XIV
PEMBIAYAAN
HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT
Pasal 83 Bagian Kesatu
Hak Masyarakat
Pembiayaan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah
dibebankan pada APBD Kota. Pasal 85
Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk :
a. mengetahui rencana tata ruang;
b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat
penataan ruang;
121 122

c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian


yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan Pasal 88
pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang;
d. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang (1) Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata
terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 ayat (2)
rencana tata ruang di wilayahnya; huruf a berupa :
e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan a. masukan mengenai :
penghentian pembangunan yang tidak sesuai dengan 1. persiapan penyusunan rencana tata ruang;
rencana tata ruang kepada pejabat berwenang; dan 2. penentuan arah pengembangan wilayah atau
f. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada kawasan;
pemerintah dan/atau pemegang izin apabila kegiatan 3. pengidentifikasian potensi dan masalah
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata pembangunan wilayah atau kawasan;
ruang menimbulkan kerugian. 4. perumusan konsepsi rencana tata ruang;
dan/atau
Bagian Kedua 5. penetapan rencana tata ruang.
Kewajiban Masyarakat b. kerja sama dengan Pemerintah, Pemerintah Kota
Pasal 86 dan/atau sesama unsur masyarakat dalam
perencanaan tata ruang.
Dalam kegiatan penataan ruang masyarakat wajib untuk :
a. berperan serta dalam memelihara kualitas ruang; dan (2) Tata cara dan ketentuan lebih lanjut tentang peran
b. berlaku tertib dalam keikutsertaannya dalam proses masyarakat dalam perencanaan tata ruang dilakukan
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
Pasal 89
Bagian Ketiga
Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang
Peran Masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 ayat (2) huruf b
Pasal 87 dapat berupa :
(1) Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
pemerintah dengan melibatkan peran masyarakat. b. kerja sama dengan Pemerintah, Pemerintah Kota, dan/
atau sesama unsur masyarakat dalam pemanfaatan
(2) Peran masyarakat dalam penataan ruang ruang;
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan, c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan
antara lain, melalui: kearifan lokal dan rencana tata ruang yang telah
a. partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang; ditetapkan;
b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan
ruang.
123 124

d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian


BAB XV
dalam pemanfaatan ruang darat, ruang laut, ruang
PENINJAUAN KEMBALI
udara, dan ruang di dalam bumi dengan
memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan Pasal 92
ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan (1) RTRWK berlaku untuk jangka waktu 20 (dua puluh)
keamanan serta memelihara dan meningkatkan tahun dan dapat ditinjau kembali 5 (lima) tahun
kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya sekali.
alam; dan (2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang
f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai berkaitan dengan bencana alam skala besar dan/atau
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. perubahan batas teritorial wilayah Kota yang
ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan,
Pasal 90 RTRWK dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali
Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian dalam 5 (lima) tahun.
pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal (3) Peninjauan kembali dilakukan juga apabila terjadi
87 ayat (2) huruf c dapat berupa : perubahan kebijakan nasional dan strategi yang
a. masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, mempengaruhi pemanfaatan ruang kota dan/atau
perizinan, pemberian insentif dan disinsentif serta dinamika internal kota.
pengenaan sanksi;
b. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi Pasal 93
pelaksanaan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
c. pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang Peraturan Daerah tentang RTRW Kota Cirebon Tahun
berwenang dalam hal menemukan dugaan 2011-2031 dilengkapi dengan Dokumen Materi Teknis dan
Album Peta dengan tingkat ketelitian minimal 1 : 25.000,
penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan
ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
ditetapkan; dan
d. pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang
berwenang terhadap pembangunan yang dianggap tidak BAB XVI
sesuai dengan rencana tata ruang. KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 91 Pasal 94
Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat, (1) Pada saat rencana tata ruang ditetapkan, semua
Pemerintah Kota membangun sistem informasi dan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana
komunikasi penyelenggaraan penataan ruang yang dapat tata ruang harus disesuaikan dengan rencana tata
diakses dengan mudah oleh masyarakat sesuai dengan ruang melalui kegiatan penyesuaian pemanfaatan
ketentuan peraturan perundang-undangan ruang.
125 126

(2) Pemanfaatan ruang yang sah menurut rencana tata c. izin pemanfaatan ruang yang sudah habis masa
ruang sebelumnya diberi masa transisi selama 3 (tiga) berlakunya dan tidak sesuai dengan Peraturan
tahun untuk penyesuaian. Daerah ini dilakukan penyesuaian berdasarkan
Peraturan Daerah ini; dan
(3) Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, semua
peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan
d. pemanfaatan ruang di kota yang diselenggarakan
penataan ruang yang telah ada tetap berlaku
tanpa izin ditentukan sebagai berikut :
sepanjang tidak bertentangan dengan dan belum
1. yang bertentangan dengan ketentuan
diganti berdasarkan Peraturan Daerah ini.
Peraturan Daerah ini, pemanfaatan ruang yang
(4) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka : bersangkutan ditertibkan dan disesuaikan
a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dengan Peraturan Daerah ini; dan
dan telah sesuai dengan ketentuan Peraturan 2. yang sudah sesuai dengan ketentuan
Daerah ini tetap berlaku sesuai dengan masa Peraturan Daerah ini, dipercepat untuk
berlakunya; mendapatkan izin yang diperlukan.
b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan
tetapi tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan BAB XVII
Daerah ini berlaku ketentuan : KETENTUAN LAIN-LAIN
1. untuk yang belum dilaksanakan Pasal 95
pembangunannya, izin tersebut disesuaikan
dengan fungsi kawasan berdasarkan (1) Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang ini
Peraturan Daerah ini; harus ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah
2. untuk yang sudah dilaksanakan tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis, dan
pembangunannya, pemanfaatan ruang Rencana Detail Tata Ruang.
dilakukan sampai izin terkait habis masa
berlakunya dan dilakukan penyesuaian (2) Bagian dari wilayah kota yang akan disusun rencana
dengan fungsi kawasan berdasarkan detail tata ruangnya dapat merupakan kawasan
Peraturan Daerah ini; dan strategis kota.
3. untuk yang sudah dilaksanakan (3) Rencana Detail Tata Ruang harus sudah ditetapkan
pembangunannya dan tidak memungkinkan paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan sejak
untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi penetapan rencana tata ruang wilayah.
kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini,
izin yang telah diterbitkan dapat dibatalkan (4) Peraturan Daerah tentang Rencana Detail Tata Ruang
dan terhadap kerugian yang timbul sebagai dapat memuat peraturan tentang zonasi.
akibat pembatalan izin tersebut dapat
diberikan penggantian yang layak.
127 128

(5) Dalam hal peraturan daerah tentang rencana detail BAB XVIII
tata ruang tidak memuat peraturan tentang zonasi, KETENTUAN PENUTUP
harus ditetapkan peraturan daerah tentang zonasi
Pasal 98
paling lama 2 (dua) tahun sejak penetapan Peraturan
Daerah tentang Rencana Detail Tata Ruang. Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Pasal 96 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
(1) Dalam hal adanya prioritas pembangunan baru, penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Cirebon.
Walikota dapat menetapkan bagian baru dari wilayah
kota yang perlu disusun rencana detail tata ruangnya Ditetapkan di Cirebon
dengan Keputusan Walikota. pada tanggal 8 Juni 2012
(2) Penetapan bagian wilayah kota sebagaimana WALIKOTA CIREBON,
dimaksud pada ayat (1) harus tetap sesuai dengan
rencana tata ruang wilayah. Ttd,

(3) Rencana Detail Tata Ruang untuk bagian baru dari SUBARDI
wilayah kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus sudah ditetapkan paling lama 24 (dua puluh
empat) bulan sejak penetapan bagian wilayah kota Diundangkan di Cirebon
yang akan disusun rencana detail tata ruangnya. pada tanggal 12 Juni 2012

Pasal 97
Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, maka
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 1989 tentang Rencana
Induk Kota dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON TAHUN 2012


NOMOR 8 SERI E

Anda mungkin juga menyukai