Perda82012 PDF
Perda82012 PDF
19. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 25. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Penataaan Ruang (Lembaran tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Republik Indonesia Nomor 4725); Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059);
20. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007
tentang Energi (Lembaran Negara 26. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010
Republik Indonesia Tahun 2007 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran
Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Republik Indonesia Nomor 4746); Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5164);
21. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran 27. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 tentang Perumahan dan Permukiman
Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Republik Indonesia Nomor 4851); Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
22. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009
Nomor 5188);
tentang Penerbangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 28. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara tentang Pembentukan Peraturan
Republik Indonesia Nomor 4956); Perundang-undangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
23. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
82, Tambahan Lembaran Negara
tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan
Republik Indonesia Nomor 5234);
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan 29. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012
Lembaran Negara Republik Indonesia tentang Pengadaan Tanah Bagi
Nomor 5025); Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum (Lembaran Negara Republik
24. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009
Indonesia Tahun 2012 Nomor 22,
tentang Ketenagalistrikan (Lembaran
Tambahan Lembaran Negara Republik
Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Indonesia Nomor 5280);
Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5052);
9 10
30. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 35. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun
1987 tentang Penyerahan Sebagian 2004 tentang Penatagunaan Tanah
Urusan Pemerintah di Bidang Pekerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Umum Kepada Daerah (Lembaran Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan
Negara Republik Indonesia Tahun 1987 Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4385);
Republik Indonesia Nomor 3353); 36. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun
31. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2005 tentang Jalan Tol (Lembaran
1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Lingkungan (Lembaran Negara Republik Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara
Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Republik Indonesia Nomor 4489)
Tambahan Lembaran Negara Republik sebagaimana telah diubah dengan
Indonesia Nomor 3838); Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun
2009 tentang Perubahan Peraturan
32. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun
Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005
2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta
tentang Jalan Tol (Lembaran Negara
Untuk Penataan Ruang Wilayah
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
(Lembaran Negara Republik Indonesia
88, Tambahan Lembaran Negara
Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan
Republik Indonesia Nomor 5019);
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3934); 37. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun
2005 tentang Pedoman Pembinaan dan
33. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
Pengawasan Penyelenggaraan
2001 tentang Pengelolaan Air dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
Negara Republik Indonesia Tahun 2001
165, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
Republik Indonesia Nomor 4161);
38. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun
34. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun
2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara
2002 tentang Hutan Kota (Lembaran
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor
Negara Republik Indonesia Tahun 2002
16, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4624);
Republik Indonesia Nomor 4242);
11 12
39. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 44. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2006 tentang Jalan (Lembaran Negara 2008 tentang Air Tanah (Lembaran
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor Negara Republik Indonesia Tahun 2008
86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4655); Republik Indonesia Nomor 4859);
40. Peraturan Pemerintah Nomor 38 45. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan 2009 tentang Kawasan Industri
Pemerintahan Antara Pemerintah, (Lembaran Negara Republik Indonesia
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Lembaran Negara Republik Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
46. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun
Lembaran Negara Republik Indonesia
2009 tentang Pedoman Pengelolaan
Nomor 4737);
Kawasan Perkotaan (Lembaran Negara
41. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun Republik Indonesia Tahun 2009
2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Penghapusan, dan Penggabungan Republik Indonesia Nomor 5004);
Daerah (Lembaran Negara Republik
47. Peraturan Pemerintah Nomor 56
Indonesia Tahun 2007 Nomor 162,
Tahun 2009 tentang Peyelenggaraan
Tambahan Lembaran Negara Republik
Perkeretaapian (Lembaran Negara
Indonesia Nomor 4791);
Republik Indonesia Tahun 2009 No 129,
42. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun Tambahan Lembaran Negara Republik
2008 tentang Rencana Tata Ruang Indonesia Nomor 5048);
Wilayah Nasional (Lembaran Negara
48. Peraturan Pemerintah Nomor 15
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
48, Tambahan Lembaran Negara
Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5004);
Republik Indonesia Tahun 2010
43. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Republik Indonesia Nomor 5103);
Air (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858);
13 14
49. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 55. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2009
2010 tentang Bentuk dan Tata Cara tentang Badan Koordinasi Penataan
Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang Nasional;
Ruang (Lembaran Negara Republik 56. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
Indonesia Tahun 2009 Nomor 118, 59 Tahun 1988 tentang Petunjuk
Tambahan Lembaran Negara Republik Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2
Indonesia Nomor 5160); Tahun 1987 tentang Pedoman
50. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun Penyusunan Rencana Kota ;
2010 tentang Pelaksanaan Hak dan
57. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
Kewajiban Serta Bentuk dan Tata Cara 50 Tahun 2009 tentang Pedoman
Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Koordinasi Penataan Ruang Daerah;
Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, 58. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor 20 Tahun 2007 tentang Pedoman
Indonesia Nomor 5161); Teknis Analisis Aspek Fisik dan
Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial
51. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun Budaya Dalam Penyusunan Rencana
2011 tentang Kawasan Suaka Alam dan Tata Ruang;
Pelestarian Alam (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 59. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1
58, Tambahan Lembaran Negara Tahun 2008 tentang Pedoman
Republik Indonesia Nomor 5217); Perencanaan Kawasan Perkotaan;
52. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 60. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
2011 tentang Sungai (Lembaran Negara Nomor 05/PRT/M/2008 tentang
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor Pedoman Penyedian dan Pemanfaatan
74, Tambahan Lembaran Negara Ruang Terbuka Hijau Kawasan
Republik Indonesia Nomor 5230); Perkotaan;
53. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 61. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
1990 tentang Pengelolaan Kawasan Nomor 11/PRT/M/ 2009 tentang
Lindung; Pedoman Persetujuan Substansi Dalam
54. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun Penetapan Rancangan Peraturan Daerah
2007 tentang Penataan dan Pembinaan Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, Provinsi dan Rencana Tata Ruang
dan Toko Modern; Wilayah Kabupaten/ Kota Beserta
Rencana Rincinya;
15 16
penetapan kawasan strategis kota, arahan 12. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
pemanfaatan ruang wilayah kota, dan ketentuan disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota. Daerah Kota Cirebon.
2. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, 13. Walikota adalah Walikota Cirebon.
ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang
di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat 14. Daerah Kecamatan adalah Kecamatan yang berada
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan di Kota Cirebon.
kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. 15. Provinsi adalah Provinsi Jawa Barat.
3. Tata ruang adalah wujud struktural dan pola 16. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat
pemanfaatan ruang. permukiman dan sistem jaringan prasarana dan
4. Penataan ruang adalah suatu sistem proses sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis
pengendalian pemanfaatan ruang. memiliki hubungan fungsional.
5. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk 17. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam
menentukan struktur ruang dan pola ruang yang suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk
meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi
ruang. budi daya.
6. Pemanfaatan ruang adalah rangkaian program 18. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya dapat
kegiatan pelaksanaan pembangunan yang disebut RDTR adalah rencana pemanfaatan ruang
memanfaatkan ruang menurut jangka waktu yang secara terinci yang disusun untuk penyiapan
ditetapkan dalam rencana tata ruang. perwujudan ruang dalam rangka pelaksanaan
program-program pembangunan.
7. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah kegiatan
pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan 19. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan
ruang. geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang
batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
8. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata administratif dan/atau aspek fungsional.
ruang.
20. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama
9. Kota adalah Kota Cirebon. lindung atau budidaya.
10. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.
11. Pemerintah Kota adalah Pemerintah Kota Cirebon.
19 20
21. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan 27. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya dapat
dengan fungsi utama melindungi kelestarian disebut PKN adalah kawasan perkotaan yang
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam berfungsi untuk melayani kegiatan skala
dan sumber daya buatan. internasional, nasional, atau beberapa provinsi.
22. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan 28. Pusat Pelayanan Kota yang selanjutnya dapat disebut
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas PPK adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/
dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber atau administrasi yang melayani seluruh sub wilayah
daya manusia, dan sumber daya buatan. kota.
23. Kawasan Strategis Provinsi yang selanjutnya dapat
disebut KSP adalah wilayah yang penataan ruangnya 29. Sub Pusat Pelayanan Kota yang selanjutnya dapat
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat disebut SPPK adalah pusat pelayanan ekonomi,
penting secara regional dalam aspek pertahanan sosial, dan/atau administrasi yang melayani seluruh
keamanan negara, ekonomi, sosial budaya, sub wilayah kota.
lingkungan, dan/atau pendayagunaan sumberdaya
alam dan teknologi tinggi. 30. Pusat Lingkungan yang selanjutnya dapt disebut PL
adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau
24. Kawasan Strategis Kota yang selanjutnya dapat adminstrasi lingkungan kota.
disebut KSK adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat 31. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya dapat disebut
penting dalam lingkup kota terhadap ekonomi, sosial, RTH adalah area memanjang/jalur dan/atau
budaya, dan/atau lingkungan. mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
25. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan yang secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
selanjutnya disebut KKOP adalah wilayah daratan
dan/atau perairan serta ruang udara disekitar bandar 32. Ruang Terbuka Non Hijau yang selanjutnya dapat
udara yang digunakan untuk kegiatan operasi disebut RTNH adalah ruang terbuka di bagian wilayah
penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH,
penerbangan. berupa lahan yang diperkeras atau yang berupa
26. Kawasan Pertahanan Negara adalah wilayah yang badan air, maupun kondisi permukaan tertentu yang
ditetapkan secara nasional yang digunakan untuk tidak dapat ditumbuhi tanaman atau berpori (cadas,
kepentingan pertahanan. pasir, kapur, dan lain sebagainya).
21 22
33. Sub Wilayah Kota yang selanjutnya dapat disebut 40. KLB rata-rata adalah besaran ruang yang dihitung
SWK adalah unit wilayah dalam struktur tata ruang dari nilai KLB rata-rata pada suatu kawasan
yang memiliki fungsi tertentu sesuai arahan berdasarkan ketetapan nilai KLB menurut
kebijakan penataan ruang. pemanfaatan ruang yang sejenis.
34. Peraturan Zonasi adalah ketentuan yang mengatur 41. Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya disebut KDH
tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan adalah angka prosentase berdasarkan perbandingan
ketentuan pengendaliannya serta disusun untuk jumlah luas lahan terbuka untuk penanaman
setiap blok/zona peruntukan yang penetapan tanaman dan atau peresapan air terhadap luas tanah
zonanya dalam perencanaan rinci tata ruang. perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai
rencana kota.
35. Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang
pantai yang mempunyai manfaat penting untuk 42. Ketinggian Bangunan yang selanjutnya disebut KB
mempertahankan kelestarian fungsi pantai. adalah ketinggian penuh suatu bangunan dihitung
mulai dari lantai dasar sampai atap tertinggi.
36. Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri dan
kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/ 43. Insentif adalah perangkat atau upaya untuk
saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat memberikan rangsangan terhadap pelaksanaan
penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang.
sungai.
44. Disinsentif adalah perangkat untuk mencegah,
37. Daya dukung lingkungan adalah kemampuan membatasi pertumbuhan, atau mengurangi
lingkungan untuk mendukung perikehidupan pelaksanaan kegiatan yang tidak sejalan dengan
manusia dan makhluk lainnya. rencana tata ruang.
38. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disebut 45. Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya
KDB adalah perbandingan antara luas tanah yang pangan bagi setiap rumah tangga, yang tercermin dari
tertutup lantai bangunan dengan luas tanah tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun
keseluruhan dikalikan seratus persen. mutunya, aman, merata, dan terjangkau.
46. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan 51. Peran Masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat
dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat
kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau 52. Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Kota Cirebon pada
bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat Bank Jabar Banten Cabang Cirebon.
berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan BAB II
penunjang pelabuhan serta sebagai tempat TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
perpindahan intra-dan antar moda transportasi. WILAYAH
47. Pelabuhan Utama adalah pelabuhan yang fungsi Bagian Kesatu
pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam Tujuan Penataan Ruang dan Wilayah Kota
negeri dan internasional, alih muat angkutan laut
dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar, Pasal 2
dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau
barang, serta angkutan penyeberangan dengan Penataan Ruang Wilayah Kota bertujuan mewujudkan
jangkauan pelayanan antar provinsi. Kota sebagai PKN dan pusat pelayanan regional berbasis
48. Prinsip-prinsip Mitigasi Bencana adalah serangkaian perdagangan dan jasa didukung sektor pariwisata,
upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik pendidikan dan budaya yang berlandaskan nilai-nilai
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan religius.
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana. Pasal 3
49. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang (1) Lingkup wilayah RTRWK adalah daerah dengan batas
selanjutnya disebut BKPRD adalah badan bersifat berdasarkan aspek administratif dengan dan
adhoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan fungsional mencakup seluruh wilayah daratan seluas
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang 3.810 hektar, wilayah udara, dan wilayah dalam
Penataan Ruang di Kota dan mempunyai fungsi bumi.
membantu tugas Walikota dalam koordinasi penataan
ruang di Kota. (2) Batas koordinat Kota adalah 108° 33´ Bujur Timur
dan 6° 42´ Lintang Selatan dan fungsional mencakup
50. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok seluruh wilayah beserta ruang udara di atasnya dan
orang termasuk masyarakat hukum adat, korporasi, ruang bawah tanah.
dan/atau pemangku kepentingan non pemerintah
lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.
25 26
(2) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a e. Sub Pusat Pelayanan Kota Argasunya berada
melayani seluruh wilayah kota dan atau regional, di Kelurahan Argasunya, melayani Kelurahan
terdapat di sebagian Kelurahan Kejaksan, dengan Argasunya dengan fungsi pusat pertanian.
fungsi pusat pemerintahan skala kota, pusat
perdagangan dan jasa skala kota, pusat pelayanan (4) Pusat Lingkungan sebagaimana dimaksud pada
pendidikan skala kota dan pusat peribadatan skala ayat (1) huruf c melayani skala lingkungan wilayah
kota. kota dan berkembang pada masing-masing yaitu :
a. sebagian Kelurahan Argasunya dengan fungsi
(3) Sub PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelayanan pertanian skala kecamatan;
huruf b terdiri atas : b. Kelurahan Kalijaga dengan fungsi pusat pelayanan
a. Sub Pusat Pelayanan Kota Kawasan Pelabuhan skala kecamatan;
Cirebon berada di Kelurahan Panjunan, melayani c. Kelurahan Harjamukti dengan fungsi pusat
Kelurahan Kesenden, Kelurahan Kebon Baru, pelayanan perumahan skala kecamatan;
Kelurahan Lemahwungkuk, Kelurahan Kasepuhan d. Kelurahan Kecapi dengan fungsi pusat pelayanan
dan Kelurahan Pegambiran dengan fungsi pusat perumahan skala kecamatan;
pelayanan transportasi; e. Kelurahan Larangan dengan fungsi pusat
b. Sub Pusat Pelayanan Kota Gunung Sari - Cipto perumahan skala kecamatan;
berada di Kelurahan Pekiringan, melayani f. Kelurahan Pegambiran dengan fungsi pusat
Kelurahan Sukapura, Kelurahan Kejaksan, perdagangan dan jasa skala kecamatan;
Kelurahan Pekalangan, Kelurahan Pekalipan, g. Kelurahan Kesepuhan dengan fungsi pusat
Kelurahan Jagastru, Kelurahan Lemahwungkuk, pariwisata budaya skala kecamatan;
Kelurahan Pegambiran, Kelurahan Kesambi, dan h. Kelurahan Lemahwungkuk dengan fungsi pusat
Kelurahan Drajat dengan fungsi perdagangan dan pariwisata skala kecamatan;
jasa skala kota; i. Kelurahan Panjunan dengan fungsi pusat
c. Sub Pusat Pelayanan Kota Ciremai Raya berada perdagangan skala kecamatan;
di sebagian Kelurahan Larangan dan Kelurahan j. Kelurahan Pekalipan dengan fungsi pusat
Kecapi, melayani Kelurahan Pegambiran dan perdagangan dan jasa skala kecamatan;
Kelurahan Kalijaga dengan fungsi pusat k. Kelurahan Pulasaren dengan fungsi pusat
pelayanan umum skala kecamatan; perdagangan dan jasa skala Kecamatan;
d. Sub Pusat Pelayanan Kota Majasem berada l. Kelurahan Jagasatru dengan fungsi pusat
di sebagian Kelurahan Karyamulya, melayani pariwisata budaya skala kecamatan;
Kelurahan Sunyaragi, dan Kelurahan Harjamukti m. Kelurahan Pekalangan dengan fungsi pusat
dengan fungsi pusat pelayanan pendidikan skala perdagangan dan jasa skala Kecamatan;
kota; dan n. Kelurahan Karyamulya dengan fungsi perumahan
skala kecamatan;
37 38
o. Kelurahan Sunyaragi dengan fungsi dan pusat (2) Penjabaran lebih rinci dalam Rencana Detail Tata
pariwisata budaya skala kecamatan; Ruang Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
p. Kelurahan Drajat dengan fungsi perumahan skala meliputi :
kecamatan; a. penyusunan Rencana Detail Tata Ruang SWK I
q. Kelurahan Kesambi dengan fungsi perumahan, meliputi sebagian Kelurahan Kesenden, Kelurahan
pendidikan dan kesehatan skala kecamatan; Kebonbaru, Kelurahan Panjunan, Kelurahan
r. Kelurahan Pekiringan dengan fungsi pusat Lemahwungkuk dan Kelurahan Pegambiran;
perdagangan dan jasa skala kecamatan; b. penyusunan Rencana Detail Tata Ruang SWK II
s. Kelurahan Kejaksan dengan fungsi pusat meliputi sebagian Kelurahan Kesenden, Kelurahan
pemerintahan, peribadatan, dan perdagangan Kebonbaru, Kelurahan Pekiringan, Kelurahan
serta jasa skala kecamatan; Kesambi, Kelurahan Kesenden, Kelurahan
t. Kelurahan Sukapura dengan fungsi pusat Panjunan Kelurahan Pekalangan, Kelurahan
perkantoran, perdagangan dan jasa skala Jagasatru, Kelurahan Pulasaren, Kelurahan
kecamatan; Kesambi, Kelurahan Sunyaragi, Kelurahan
u. Kelurahan Kebonbaru dengan fungsi pusat Pekiringan, Kelurahan Pekalipan, Kelurahan
perdagangan dan jasa skala kecamatan; dan Lemahwungkuk, Kelurahan Kasepuhan,
v. Kelurahan Kesenden dengan fungsi pusat Kelurahan Pegambiran dan Kelurahan Kecapi;
perdagangan dan jasa skala kecamatan. c. penyusunan Rencana Detail Tata Ruang SWK III
meliputi sebagian Kelurahan Sunyaragi,
Pasal 20 Kelurahan Karyamulya, Kelurahan Harjamukti,
Kelurahan Larangan, Kelurahan Kecapi, dan
(1) Rencana distribusi pemanfaatan ruang dan bangunan Kelurahan Pegambiran; dan
serta bukan bangunan dalam Rencana Tata Ruang d. penyusunan Rencana Detail Tata Ruang SWK IV
Wilayah Kota akan dijabarkan lebih rinci dalam meliputi Kelurahan Argasunya.
Rencana Detail Tata Ruang Kota yang berfungsi
untuk mengatur dan menata kegiatan fungsional Bagian Ketiga
yang direncanakan oleh perencanaan ruang Rencana Sistem Jaringan Prasarana Kota
di atasnya, dalam mewujudkan ruang yang serasi,
seimbang, aman, nyaman dan produktif. Pasal 21
Paragraf 1 Pasal 23
Rencana Sistem Jaringan Prasarana Utama Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 ayat (2) huruf a terdiri atas :
Pasal 22 a. jaringan jalan;
b. jaringan prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
(1) Rencana Sistem Jaringan Prasarana Utama (LLAJ); dan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a c. jaringan pelayanan Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ).
merupakan sistem jaringan transportasi yang terdiri
atas : Pasal 24
a. sistem jaringan transportasi darat;
b. sistem jaringan transportasi laut; dan
(1) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
c. sistem jaringan transportasi udara.
huruf a terdiri atas :
a. jaringan jalan arteri primer;
(2) Rencana sistem transportasi darat sebagaimana
b. jaringan jalan arteri sekunder;
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
c. jaringan jalan kolektor primer;
a. sistem jaringan jalan; dan
d. jaringan jalan kolektor sekunder; dan
b. sistem jaringan perkereta apian.
e. jalan lingkungan.
(3) Rencana sistem jaringan transportasi laut (2) Jalan Arteri Primer sebagaimana dimaksud pada
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ayat (1) huruf a meliputi Jalan By Pass, Jalan Slamet
meliputi: Riyadi, Jalan Siliwangi, Jalan Diponegoro, Jalan
a. tatanan kepelabuhanan; dan Samadikun, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Benteng,
b. alur pelayaran. Jalan Yos Sudarso, Jalan Kesunean, dan Jalan
Kalijaga.
(4) Rencana sistem jaringan transportasi udara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c (3) Jalan Arteri Sekunder sebagaimana dimaksud pada
meliputi: ayat (1) huruf b meliputi Jalan Tuparev, Jalan RA.
a. tatanan kebandar udaraan; dan Kartini, Jalan Veteran, Jalan Ariodinoto, Jalan
b. KKOP. Pulasaren, Jalan Lawanggada, Jalan Kesambi, Jalan
Sudirman, dan Jalan Penggung Raya.
(5) Rencana sistem jaringan prasarana kota
digambarkan dalam peta sebagaimana tercantum (4) Jalan Kolektor Primer sebagaimana dimaksud pada
dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak ayat (1) huruf c meliputi Jalan Kanggraksan,
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Jalan Kalitanjung, Jalan Kesambi, Jalan Dr. Cipto
Mangunkusumo, dan Jalan dr.Wahidin Sudirohusodo.
41 42
b. pengembangan reaktivasi jalur KA Stasiun (3) Pengembangan kapasitas layanan Pelabuhan Cirebon
Cangkring - Stasiun Pelabuhan Cirebon; sebagai pelabuhan utama dan penyediaan fasilitas-
c. jalur KA lintas utara yang menghubungkan kota fasilitas pendukungnya dengan tahapan sebagai
Cikampek - Jatibarang - Cirebon dengan jalur berikut :
pada Kota Cirebon melewati Kelurahan Kejaksan; a. mengoptimalkan fungsi Pelabuhan Cirebon; dan
d. jalur kereta api Cirebon - Kroya dengan jalur pada b. pembangunan fasilitas-fasilitas penunjang yang
Kota Cirebon melewati Kelurahan Pekalangan - mampu mendukung peningkatan kapasitas
Kelurahan Pekalipan - Kelurahan Pulasaren - pelayanan Pelabuhan Cirebon.
Kelurahan Jagasatru - Kelurahan Lemahwungkuk
- Kelurahan Pegambiran; dan Pasal 29
e. jalur Kereta Api Stasiun Cangkring - Stasiun
Pelabuhan Cirebon dengan jalur pada Kota (1) Tatanan kebandarudaraan sebagaimana dimaksud
Cirebon melewati Kelurahan Kesenden. dalam Pasal 22 ayat (4) huruf a meliputi Bandar
(3) Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud pada Udara Cakrabhuwana di Kelurahan Harjamukti
ayat (1) huruf b meliputi : Kecamatan Harjamukti sebagai bandara pengumpan.
a. Stasiun Kejaksan di Kelurahan Kejaksan
Kecamatan Kejaksan; dan (2) KKOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
b. Stasiun Parujakan di Kelurahan Pekalangan wilayah daratan dan/atau perairan serta ruang udara
Kecamatan Pekalipan. di sekitar bandar udara yang digunakan untuk
kegiatan operasi penerbangan dalam rangka
Pasal 28 menjamin keselamatan penerbangan.
(1) Tatanan kepelabuhanan sebagaimana dimaksud (3) KKOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
dalam Pasal 22 ayat (3) huruf a terdiri atas: atas :
a. pelabuhan utama yaitu Pelabuhan Cirebon di a. kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas;
Kelurahan Panjunan Kecamatan Lemahwungkuk; b. kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan;
dan c. kawasan di bawah permukaan transisi;
b. terminal khusus perikanan di Kelurahan d. kawasan di bawah permukaan horizontal-dalam;
Pegambiran Kecamatan Lemahwungkuk. e. kawasan di bawah permukaan kerucut;
f. kawasan di bawah permukaan horizontal-luar;
(2) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud dalam dan
Pasal 22 ayat (3) huruf b berada pada wilayah laut di g. kawasan di sekitar penempatan alat bantu
Kelurahan Panjunan dan Kelurahan Lemahwungkuk, navigasi.
terutama pada perairan dengan kedalaman sedang
dan dalam dengan rute perjalanan Banjarmasin,
Palembang, Selat Panjang dan Thailand.
45 46
(4) Batas ketinggian bangunan dan benda tumbuh di (3) Rencana jaringan transmisi listrik sebagaimana
dalam KKOP diatur sesuai peraturan dan ketentuan dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas :
teknis yang berlaku. a. jaringan distribusi tenaga listrik melalui Saluran
Udara Tegangan Tinggi (SUTT) terletak di
Paragraf 2 Kelurahan Pekiringan, Kelurahan Sunyaragi,
Rencana Sistem Prasarana Lainnya Kelurahan Kesambi, Kelurahan Karyamulya,
Kelurahan Harjamukti, Kelurahan Kecapi,
Pasal 30 Kelurahan Larangan, dan Kelurahan Pegambiran;
b. jaringan distribusi tenaga listrik melalui Saluran
Rencana sistem prasarana lainnya sebagaimana dimaksud Udara Tegangan Menengah terletak menyebar
dalam Pasal 21 huruf b merupakan sistem jaringan terdapat di Kecamatan Kejaksan, Kecamatan
prasarana pelengkap yang mengintegrasikan dan Kesambi, Kecamatan Harjamukti dan Kecamatan
memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada Lemahwungkuk;
di wilayah daerah, meliputi : c. jaringan distribusi tenaga listrik melalui Saluran
a. sistem jaringan energi; Udara Tegangan Rendah tersebar di seluruh Kota
b. sistem jaringan telekomunikasi; Cirebon; dan pengembangan dan peningkatan
c. sistem jaringan sumber daya air; dan jaringan listrik melalui Saluran Udara Tegangan
d infrastruktur perkotaan. Menengah terletak menyebar di Kecamatan
Harjamukti.
Pasal 31 d. gardu Induk meliputi:
1. gardu Induk di Kelurahan Sukapura
(1) Rencana sistem jaringan energi sebagaimana Kecamatan Kejaksan dengan kapasitas kurang
dimaksud dalam Pasal 30 huruf a, terdiri atas : lebih 250 MW; dan
a. jaringan pipa minyak dan gas bumi; 2. gardu Induk di Kelurahan Sunyaragi
b. jaringan transmisi listrik; dan Kecamatan Sunyaragi dengan kapasitas
c. pembangkit tenaga listrik. kurang lebih 200 MW.
(2) Rencana jaringan pipa minyak dan gas bumi (4) Rencana pembangkit tenaga listrik sebagaimana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, yaitu dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas :
pengembangan jalur gas di Kota Cirebon meliputi a. sumber energi listrik berasal dari Sistem Tenaga
Kecamatan Kejaksan, Kecamatan Kesambi, Listrik Jawa Bali (STLJB); dan
Kecamatan Pekalipan, Kecamatan Lemahwungkuk b. pengembangan PLTG Sunyaragi di Kecamatan
dan sebagian Kecamatan Harjamukti. Sunyaragi dengan kapasitas kurang lebih 600
MW.
47 48
(3) Jaringan telekomunikasi nirkabel sebagaimana (2) WS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa menara merupakan Wilayah Sungai (WS) Strategis Nasional
telekomunikasi yang berupa penggunaan tower Cimanuk-Cisanggarung, terdiri atas:
bersama untuk penempatan beberapa antena dari a. DAS, meliputi :
beberapa penyelenggara telekomunikasi di Kecamatan 1. DAS Kaliwedi;
Kejaksan, Kecamatan Kesambi, Kecamatan 2. DAS Ciwaringin;
Lemahwungkuk, Kecamatan Pekalipan, dan 3. DAS Kalianyar;
Kecamatan Harjamukti. 4. DAS Jatiroke;
5. DAS Karanganyar;
(4) Rencana peningkatan pelayanan jaringan 6. DAS Cipager;
telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 7. DAS Kedungpane;
huruf c meliputi : 8. DAS Grenjeng;
a. penetapan radius lokasi dan pemanfaatan menara 9. DAS Kalijaga;
telekomunikasi atau tower bersama; 10. DAS Kenari; dan
b. pembatasan terhadap pembangunan menara 11. DAS Cikanci.
telekomunikasi atau tower baru;
c. peningkatan pelayanan di fasilitas umum di
Kelurahan Kejaksan dan Kelurahan Kalijaga;
d. peningkatan pelayanan di fasilitas kebudayaan di
Kelurahan Sunyaragi;
49 50
b. instalasi pengolahan air I terletak di Cipaniis c. mata air Cipadung terdiri dari 2 (dua) kelompok
Kabupaten Kuningan dengan debit produksi ± 107 mata air yaitu kelompok mata air Cipadung dan
(seratus tujuh) liter/detik; dan mata air objek wisata Hutan Lindung Prabu
c. instalasi pengolahan air II terletak di Plangon Siliwangi Kabupaten Majalengka.
Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon dengan
kapasitas terpasang ± 760 (tujuh ratus enam Pasal 36
puluh) liter/detik.
(4) Sistem transmisi sebagaimana dimaksud pada (1) Rencana pengembangan sistem pengelolaan air
ayat (2) huruf b yaitu dilakukan secara gravitasi limbah Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34
dengan 3 (tiga) jalur pipa transmisi dengan kapasitas huruf b meliputi :
debit pipa transmisi I sebesar ± 33 (tiga puluh tiga) a. sistem pembuangan air limbah termasuk sistem
liter/detik, pipa transmisi II sebesar ± 70 (tujuh pengolahan berupa Instalasi Pengolahan Air
puluh) liter/detik dan pipa transmisi III sebesar Limbah (IPAL);
± 760 (tujuh ratus enam puluh) liter/detik. b. sistem pembuangan air limbah rumah tangga baik
individual maupun komunal; dan
(5) Sistem distribusi sebagaimana dimaksud pada c. sistem pembuangan air limbah rumah tangga baik
ayat (2) huruf c yaitu meliputi sistem perpipaan industri kecil, mikro dan industri menengah
distribusi untuk Kecamatan Kejaksan, Kecamatan (tambahan).
Kesambi, Kecamatan Lemahwungkuk, Kecamatan
Pekalipan, dan Kecamatan Harjamukti. (2) Sistem pembuangan air limbah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a termasuk sistem
(6) Sistem penyediaan air minum dengan bukan jaringan pengolahan berupa Instalasi Pengolahan Air Limbah
perpipaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (IPAL) meliputi sistem pengolahan limbah secara Off
huruf b meliputi sistem perpipaan distribusi untuk Site yaitu sistem pengolahan dari persil ke saluran
Kelurahan Argasunya, Kelurahan Kalijaga, Kelurahan menuju ke :
Harjamukti di Kecamatan Harjamukti. a. IPAL Kesenden di Kelurahan Kesenden Kecamatan
(7) Peningkatan kapasitas sistem penyediaan air minum Kejaksan;
dengan pemanfaatan sumber air alternatif dari : b. IPAL Ade Irma Suryani di Kelurahan Panjunan
a. mata air Cigorowong terletak di tepi Sungai Kecamatan Lemahwungkuk;
Cipager Kecamatan Mandirancan Kabupaten c. IPAL Gelatik di Kelurahan Larangan Kecamatan
Kuningan; Harjamukti; dan
b. mata air Talaga Herang terdiri dari 3 (tiga) d. IPAL Rinjani di Kelurahan Larangan Kecamatan
kelompok mata air yaitu kelompok mata air Talaga Harjamukti.
Herang, mata air Cileles dan mata air Cikuda
Kabupaten Majalengka; dan
53 54
(3) Sistem pembuangan air limbah rumah tangga baik c. TPS di Kelurahan Kesambi Kecamatan Kesambi
individual maupun komunal sebagaimana dimaksud dengan kapasitas kurang lebih 52 (lima puluh
pada ayat (1) huruf b meliputi sistem pengolahan dua) m3;
limbah secara On Site yaitu dengan cara septic tank d. TPS di Kelurahan Sunyaragi Kecamatan Kesambi
individu, melalui : dengan kapasitas kurang lebih 40 (empat puluh)
a. pelayanan mobil sedot tinja; dan m3;
b. Sistem Johkasau yaitu sistem pengolahan di e. TPS di Kelurahan Karyamulya Kecamatan
tempat tanpa melakukan pengurasan, terletak di Kesambi dengan kapasitas kurang lebih 32 (tiga
Kelurahan Pekiringan Kecamatan Kesambi dan di puluh dua) m3;
Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) f. TPS di Kelurahan Panjunan Kecamatan
di Kelurahan Kecapi Kecamatan Harjamukti. Lemahwungkuk dengan kapasitas kurang lebih 30
(tiga puluh) m3;
(4) Peningkatan kualitas pengelolaan terhadap limbah g. TPS di Kelurahan Pegambiran Kecamatan Kesambi
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) termasuk limbah dengan kapasitas kurang lebih 24 (dua puluh
medis diarahkan di Kopiluhur dan dilaksanakan empat) m3;
berdasarkan ketentuan yang berlaku. h. TPS di Kelurahan Pekalangan Kecamatan
Pekalipan dengan kapasitas kurang lebih 20 (dua
Pasal 37 puluh) m3;
i. TPS di Kelurahan Jagasatru Kecamatan Pekalipan
(1) Rencana sistem persampahan Kota sebagaimana dengan kapasitas kurang lebih 16 (enam belas)
dimaksud dalam Pasal 34 huruf c meliputi : m3;
a. pengelolaan di Tempat Penampungan Sementara j. TPS di Kelurahan Harjamukti Kecamatan
(TPS) Sampah; dan Harjamukti dengan kapasitas kurang lebih 56
b. pengelolaan di Tempat Pengelolaan dan (lima puluh enam) m3;
Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS). k. TPS di Kelurahan Larangan Kecamatan Pekalipan
dengan kapasitas kurang lebih 80 (delapan puluh)
(2) Rencana pengelolaan di TPS Sampah sebagaimana m3; dan
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi : l. penyediaan TPS pada wilayah yang tidak memiliki
a. TPS di Kelurahan Kejaksan Kecamatan Kejaksan TPS yaitu di Kelurahan Argasunya atau wilayah
dengan kapasitas kurang lebih 52 (lima puluh yang jarak ke TPS terdekat yaitu di Kelurahan
dua) m3; Kalijaga dan Kelurahan Harjamukti.
b. TPS di Kelurahan Sukapura Kecamatan Kejaksan
dengan kapasitas kurang lebih 64 (enam puluh
empat) m3;
55 56
(3) Rencana pengelolaan di TPPAS sebagaimana (2) Jaringan drainase primer sebagaimana dimaksud
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi : pada ayat (1) huruf a meliputi 4 (empat) sistem
a. TPPAS Kopi Luhur di Kelurahan Argasunya drainase makro yaitu Sungai Kedung Pane, Drainase
Kecamatan Harjamukti dengan kapasitas kurang Sukalila, Sungai Kasunean dan Sungai Kalijaga.
lebih 645 (enam ratus empat puluh lima) m3;
b. pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (3) Jaringan drainase sekunder sebagaimana dimaksud
Regional di Kabupaten sekurang-kurangnya yang pada ayat (1) huruf b terdiri atas :
dapat menampung sampah kurang lebih 222.077 a. jaringan drainase sekunder eksisting meliputi Kali
(dua ratus dua puluh dua ribu tujuh puluh tujuh) Tangkil, Kali Kemlaka, Kali Cideng, Kedung Bima,
liter/hari. Kedung Pane, Banjir Kanal, Kali Kijing, Kali
Kramat, Kali Kayu Walang, Kali Sukalila, Kali
(4) Rencana pengembangan sistem pengelolaan Sigujeg, Kali Bedeng, Kali Sijarak I, Kali Sijarak II,
persampahan meliputi : Kali Langensari, Kali Sirabun, Kali Penyuken, Kali
a. TPPAS Kopi Luhur menggunakan sistem sanitary Seladara, Kali Kesunean, Kali Suba, Kali Cikijing
landfill dengan integrasi 3R; dan Kali Sigemplo, Kali Lunyu, Kali Cikalong, Kali
b. penyediaan infrastruktur yang menunjang sistem Cikenis, Kedung Menjangan, Kedung Jumbleng,
sanitary landfill seperti: drainase, kolam resapan, Kedung Mendeng, Surapandan dan Cadas
jembatan penimbang, pagar pembatas, area Ngampar; dan
pembakar sampah, area pemulihan gas dan air b. rencana jaringan drainase sekunder di lokasi yang
limbah; berpotensi menimbulkan genangan banjir meliputi
c. penyediaan infrastruktur khusus yang menunjang kawasan Majasem, kawasan Cipto, kawasan
pengelolaan sampah yang tergolong Bahan Pemuda, kawasan Sukapura dan kawasan
Beracun dan Berbahaya (B3) termasuk limbah Perumnas.
medis diarahkan di Kopi Luhur; dan
d. pengelolaan sampah di sumber berbasis (4) Jaringan drainase tersier sebagaimana dimaksud
masyarakat yang mandiri/partisipatif dan pada ayat (1) huruf c meliputi saluran drainase yang
berkelanjutan dengan prinsip tuntas di tempat berasal dari blok bangunan fungsional mengarah
melalui integrasi 3R. pada saluran drainase sekunder tersebar di
permukiman.
Pasal 38
(5) perbaikan dan peningkatan fungsi pelayanan sistem
(1) Rencana sistem drainase sebagaimana dimaksud drainase kota yang ada dengan rehabilitasi dan
dalam Pasal 34 huruf d meliputi : pemeliharan saluran di Kawasan Kota Lama meliputi
a. jaringan drainase primer; Kelurahan Pulasaren, Kelurahan Lemahwungkuk,
b. jaringan drainase sekunder; dan Kelurahan Pekalipan, Kelurahan Pekalangan,
c. jaringan drainase tersier. Kelurahan Panjunan dan Kelurahan Kasepuhan.
57 58
d. sempadan rel kereta api meliputi Kelurahan e. sungai bertanggul di kawasan perkotaan yang
Kesenden, Kelurahan Kejaksan, Kelurahan berbatasan dengan jalan, garis sempadannya
Pekiringan, Kelurahan Kesambi, Kelurahan adalah tepi bahu jalan yang bersangkutan yaitu
Drajat, Kelurahan Lemahwungkuk dan Kelurahan Kali Sukalila.
Pegambiran.
(3) Kawasan sempadan pantai yang merupakan bagian
(2) Kawasan sempadan sungai yang merupakan bagian dari kawasan perlindungan setempat seluas ± 68
dari kawasan perlindungan setempat seluas ± 193 (enam puluh delapan) hektar terdiri dari :
(seratus sembilan puluh tiga) hektar terdiri dari : a. sempadan pantai Kesenden mulai dari Sungai
a. sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan, Kedung Pane sampai Sungai Sukalila lebar
ditetapkan sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sempadan adalah 50 (lima puluh) - 100 (seratus)
sebelah luar sepanjang kaki tanggul meliputi Kali meter;
Tangkil, Kali Kemlaka, Kali Cideng, Kali Kedung b. sempadan pantai Pelabuhan Cirebon mulai dari
Bima, Kali Kedung Pane dan Kali Kijing; Sungai Sukalila sampai Taman Ade Irma Suryani
b. sungai bertanggul di kawasan perkotaan yang lebar sempadan adalah 0 (nol) - 50 (lima puluh)
mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter;
meter, garis sempadan ditetapkan sekurang- c. sempadan pantai Cangkol mulai dari Taman Ade
kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi Irma Suryani sampai Cangkol lebar sempadan
sungai meliputi Kali Sigujeg, Kali Bedeng, Kali adalah 10 (sepuluh) – 50 (lima puluh) meter;
Sijarak I, Kali Sijarak II, Kali Langensari, Kali d. sempadan pantai Kesunean mulai dari Cangkol
Sirabun, Kali Penyuken, dan Kali Saladara; sampai Sungai Kesunean lebar sempadan adalah
c. sungai tak bertanggul di kawasan perkotaan yang 10 (sepuluh) - 50 (lima puluh) meter;
mempunyai kedalaman tidak lebih lebih dari 3 e. sempadan pantai Pelabuhan Perikanan Kejawanan
(tiga) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang- mulai dari Sungai Kesunean sampai Pegambiran
kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi Estate lebar sempadan adalah 50 (lima puluh) -
sungai meliputi Kali Kayu Walang, Kali Cikijing, 100 (seratus) meter; dan
Kali Sigemplo dan Kali Cikenis; f. sempadan pantai Kalijaga mulai dari Pegambiran
d. sungai tak bertanggul di kawasan perkotaan yang Estate sampai Sungai Kalijaga lebar sempadan
mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter adalah 50 (lima puluh) - 100 (seratus) meter.
sampai dengan 20 (dua puluh) meter, garis
sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 (4) Kawasan sempadan embung yang merupakan bagian
(lima belas) meter dihitung dari tepi sungai dari kawasan perlindungan setempat adalah kawasan
meliputi Kali Suba, Kali Kesunean, Kali Lunyu, perlindungan terhadap rencana pembuatan embung
Kali Cikalong, Kali Kedung Menjangan, Kali di lokasi Kelurahan Kalijaga dan Kelurahan Larangan
Kedung Jumbleng, Kali Kedung Mendeng, Kali dengan lebar sempadan sebesar 5 (lima) - 10 (sepuluh)
Surapandan, dan Kali Cadas Ngampar; dan meter seluas ±1 (satu) hektar.
61 62
(5) Kawasan sempadan rel kereta api yang merupakan (4) Kawasan rawan kebakaran sebagaimana dimaksud
bagian dari kawasan perlindungan setempat adalah pada ayat (1) huruf c seluas kurang lebih 47,37
kawasan sempadan yang berada di sepanjang jalur rel (empat puluh tujuh koma tiga puluh tujuh) Hektar
yang melewatinya dengan lebar sempadan sebesar 10 meliputi kawasan perumahan kepadatan tinggi
(sepuluh) m dari as rel seluas ± 24 (dua puluh empat) di Kelurahan Pekalipan, Kelurahan Jagasatru,
hektar yang meliputi lokasi Kelurahan Sukapura, Kelurahan Panjunan, Kelurahan Kasepuhan dan
Kelurahan Kejaksan, Kelurahan Pekalangan, Kelurahan Kecapi.
Kelurahan Pekalipan, Kelurahan Kesambi, Kelurahan
Pulasaren, Kelurahan Jagasatru, Kelurahan Drajat, Pasal 45
Kelurahan Larangan dan Kelurahan Pegambiran.
Kawasan suaka alam dan cagar budaya sebagaimana
Pasal 44 dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) huruf c meliputi :
a. Kawasan Keraton Kasepuhan di Kelurahan Kasepuhan
(1) Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud Kecamatan Lemahwungkuk seluas kurang lebih 19
dalam Pasal 42 ayat (1) huruf b adalah kawasan yang (sembilan belas) hektar;
memiliki kecenderungan terjadi rawan gelombang b. Kawasan Keraton Kanoman di Kelurahan
pasang, genangan banjir dan rawan kebakaran. Lemahwungkuk Kecamatan Lemahwungkuk seluas
kurang lebih 18 (delapan belas) hektar;
(2) Kawasan rawan gelombang pasang meliputi wilayah c. Kawasan Keraton Kacerbonan di Kelurahan Pulasaren
seluas ± 4 (empat) hektar berada di Kelurahan Kecamatan Pekalipan seluas kurang lebih 5 (lima)
Kesenden, Kelurahan Panjunan, Kelurahan hektar;
Lemahwungkuk dan Kelurahan Pegambiran. d. Kawasan Gua Sunyaragi di Kelurahan Sunyaragi
Kecamatan Kesambi seluas kurang lebih 2 (dua)
(3) Kawasan rawan genangan banjir meliputi wilayah hektar;
seluas ± 3 (tiga) hektar berada di kawasan Jalan e. Kawasan Etnis Arab di Kelurahan Panjunan
Pemuda dan Jalan Terusan Pemuda, kawasan Kecamatan Lemahwungkuk seluas kurang lebih 10
Kampung Sukasari, Kawasan Jl. Dr. Cipto (sepuluh) hektar; dan
mangunkusumo, kawasan Gunung Sari - Jl. Ampera, f. Kawasan Etnis Cina di Kelurahan Lemahwungkuk
kawasan Perumnas Burung, kawasan Perumnas Kecamatan Lemahwungkuk seluas kurang lebih 14
Gunung, kawasan Kali Tanjung dan Kawasan (empat belas) hektar.
Majasem.
63 64
d. di Kecamatan Kesambi dengan luas kurang lebih (3) RTH privat eksisting sebagaimana dimaksud pada
76,01 (tujuh puluh enam koma nol satu) hektar ayat (1) huruf b seluas kurang lebih 563,61 (lima
yang terdiri atas : ratus enam puluh tiga koma enam puluh satu) hektar
1. RTH taman pemakaman seluas kurang lebih atau sekitar kurang lebih 14,79 (empat belas koma
8,41 (delapan koma empat puluh satu) hektar; tujuh puluh sembilan) persen dari luas wilayah kota
2. RTH jalur hijau jalan seluas kurang lebih yang meliputi :
20,72 (dua puluh koma tujuh puluh dua) a. di Kecamatan Harjamukti, RTH pekarangan
hektar; dengan luas kurang lebih 380 (tiga ratus delapan
3. RTH sempadan jalan KA seluas kurang lebih puluh) hektar;
21,36 (dua puluh satu koma tiga puluh enam) b. di Kecamatan Lemahwungkuk, RTH pekarangan
hektar; dengan luas kurang lebih 86 (enam puluh enam)
4. RTH sempadan sungai seluas kurang lebih hektar;
15,56 (lima belas koma lima puluh enam ) c. di Kecamatan Pekalipan, RTH Pekarangan dengan
hektar; dan luas kurang lebih 15 (lima belas) hektar;
5. RTH lapangan olah raga seluas kurang lebih d. di Kecamatan Kesambi, RTH pekarangan dengan
9,96 (sembilan koma sembilan puluh enam) luas kurang lebih 75 (tujuh puluh lima) hektar;
hektar. dan
e. di Kecamatan Kejaksan, RTH pekarangan dengan
e. di Kecamatan Kejaksan dengan luas kurang lebih luas kurang lebih 10 (sepuluh) hektar.
29,48 (dua puluh sembilan koma empat puluh
delapan) hektar yang terdiri atas : (4) Rencana pengembangan RTH publik Kota seluas
1. RTH taman kota seluas kurang lebih 2,94 (dua 421,31 (empat ratus dua puluh satu koma tiga puluh
koma sembilan puluh empat) hektar; satu) hektar atau sekitar kurang lebih 11,06 %
2. RTH jalur hijau jalan seluas kurang lebih 6,48 (sebelas koma nol enam persen) dari luas wilayah
(enam koma empat puluh delapan) hektar; kota, meliputi :
3. RTH taman pemakaman seluas kurang lebih a. di Kecamatan Harjamukti, dengan luas kurang
2,75 (dua koma tujuh puluh lima) hektar; lebih 226,30 (dua ratus dua puluh enam koma
4. RTH sempadan jalan KA seluas kurang lebih tiga puluh) hektar yang terdiri atas :
9,07 (sembilan koma nol tujuh) hektar; 1. RTH taman RT kurang lebih seluas 11,23
5. RTH sempadan sungai seluas kurang lebih (sebelas koma dua puluh tiga) hektar;
4,26 (empat koma dua puluh enam) hektar; 2. RTH taman RW kurang lebih seluas 9,50
dan (sembilan koma lima puluh) hektar;
6. RTH lapangan olah raga seluas kurang lebih 3. RTH taman Kelurahan seluas kurang lebih
3,98 (tiga koma sembilan puluh delapan) 4,50 (empat koma lima puluh) hektar;
hektar.
67 68
4. RTH taman Kecamatan seluas kurang lebih 9. RTH sabuk hijau seluas kurang lebih 0,99 (nol
2,4 (dua koma empat) hektar; koma sembilan puluh sembilan) hektar;
5. RTH taman Kota seluas kurang lebih 43,20 10. RTH hutan kota seluas kurang lebih 10
(empat puluh tiga koma dua puluh) hektar; (sepuluh) hektar;
6. RTH taman pemakaman seluas kurang lebih 11. RTH hutan mangrove seluas kurang lebih 3,60
10 (sepuluh) hektar; (tiga koma enam puluh) hektar; dan
7. RTH jalur hijau jalan seluas kurang lebih 20 12. RTH lapangan olah raga seluas kurang lebih 5
(dua puluh) hektar; (lima) hektar.
8. RTH hutan kota seluas kurang lebih 114,47
(seratus empat belas koma empat puluh tujuh) c. di Kecamatan Pekalipan, dengan luas kurang
hektar; lebih 42,03 (empat puluh dua koma nol tiga)
9. RTH sumber air baku seluas kurang lebih 1 hektar yang terdiri atas :
(satu) hektar; dan 1. RTH taman RT kurang lebih seluas 4,65
10. RTH lapangan olah raga seluas kurang (empat koma enam puluh lima) hektar;
lebih 10 (sepuluih) hektar. 2. RTH taman RW kurang lebih seluas 4,88
(empat koma delapan puluh delapan) hektar;
b. di Kecamatan Lemahwungkuk, dengan luas 3. RTH taman Kelurahan seluas kurang lebih
kurang lebih 70,25 (tujuh puluh koma dua puluh 3,60 (tiga koma enam puluh) hektar;
lima) hektar yang terdiri atas : 4. RTH taman Kecamatan seluas kurang lebih
1. RTH taman RT kurang lebih seluas 5,75 (lima 2,40 (dua koma empat puluh) hektar;
koma tujuh puluh lima) hektar; 5. RTH taman kota seluas kurang lebih 3,00 (tiga
2. RTH taman RW kurang lebih seluas 5,25 (lima koma nol nol) hektar;
koma dua puluh lima) hektar; 6. RTH taman pemakaman seluas kurang lebih 8
3. RTH taman Kelurahan seluas kurang lebih (delapan) hektar;
3,60 (tiga koma enam puluh) hektar; 7. RTH jalur hijau Jalan seluas kurang lebih 0,50
4. RTH taman Kecamatan seluas kurang lebih (nol koma lima puluh) hektar;
2,30 (dua koma tiga puluh) hektar; 8. RTH hutan kota seluas kurang lebih 10,00
5. RTH taman Kota seluas kurang lebih 5,17 (sepuluh koma nol nol) hektar; dan
(lima koma tujuh belas) hektar; 9. RTH lapangan olah raga seluas kurang lebih
6. RTH taman pemakaman seluas kurang lebih 5,00 (lima koma nol nol) hektar.
15 (lima belas) hektar;
7. RTH jalur hijau jalan seluas kurang lebih 10
(sepuluh) hektar;
8. RTH sempadan pantai seluas kurang lebih
3,60 (tiga koma enam puluh) hektar;
69 70
d. di Kecamatan Kesambi dengan luas kurang lebih 5. RTH taman kota seluas kurang lebih 4,41
46,38 (empat puluh enam koma tiga puluh (empat koma empat puluh satu) hektar;
delapan) hektar yang terdiri atas : 6. RTH taman pemakaman seluas kurang lebih
1. RTH taman RT kurang lebih seluas 7,63 (tujuh 3,00 (tiga koma nol nol) hektar;
koma enam puluh tiga) hektar; 7. RTH jalur hijau jalan seluas kurang lebih 4,00
2. RTH taman RW kurang lebih seluas 6,88 (empat koma nol nol) hektar;
(enam koma delapan puluh delapan) hektar; 8. RTH hutan kota seluas kurang lebih 5,00 (lima
3. RTH taman Kelurahan seluas kurang lebih koma nol nol) hektar; dan
4,50 (empat koma lima puluh) hektar; 9. RTH lapangan olah raga seluas kurang lebih
4. RTH taman Kecamatan seluas kurang lebih 5,00 (lima koma nol nol) hektar.
2,40 (dua koma empat puluh) hektar;
5. RTH taman Kota seluas kurang lebih 3,00 (tiga (5) Upaya mencapai 30% (tiga puluh persen) luas RTH
koma nol nol) hektar; Kota Cirebon dilakukan dengan :
6. RTH taman pemakaman seluas kurang lebih a. mempertahankan luas RTH kota eksisting yaitu
2,00 (dua koma nol nol) hektar; kurang lebih 905,06 (sembilan ratus lima koma
7. RTH jalur hijau jalan seluas kurang lebih 5,00 nol enam) hektar atau kurang lebih 23,75% (dua
(lima koma nol nol) hektar; puluh tiga koma tujuh puluh lima persen), yang
8. RTH hutan kota seluas kurang lebih 10,00 terdiri dari Ruang Terbuka Hijau Publik seluas
(sepuluh koma nol nol) hektar; dan kurang lebih 341,46 (tiga ratus empat puluh satu
9. RTH lapangan olah raga seluas kurang lebih koma empat puluh enam) hektar atau kurang
4,98 (empat koma sembilan puluh delapan) lebih 8,96% (delapan koma sembilan puluh enam
hektar. persen) dan Ruang Terbuka Hijau Privat seluas
kurang lebih 563,61 (lima ratus enam puluh tiga
e. di Kecamatan Kejaksan dengan luas kurang lebih koma enam puluh satu) hektar atau kurang lebih
36,36 (tiga puluh enam koma tiga puluh enam) 14,79% (empat belas koma tujuh puluh sembilan
hektar yang terdiri atas : persen);
1. RTH taman RT kurang lebih seluas 4,58 b. rencana penambahan luas Ruang Terbuka Hijau
(empat koma lima puluh delapan) hektar; Publik kurang lebih seluas 421,31 (empat ratus
2. RTH taman RW kurang lebih seluas 4,38 dua puluh satu koma tiga puluh satu) hektar atau
(empat koma tiga puluh delapan) hektar; kurang lebih 11,06 % (sebelas koma nol enam
3. RTH taman Kelurahan seluas kurang lebih persen).
3,60 (tiga koma enam puluh) hektar;
4. RTH taman Kecamatan seluas kurang lebih
2,40 (dua koma empat puluh) hektar;
71 72
(4) Kawasan peruntukan perumahan kepadatan rendah (2) Pengembangan pasar tradisional sebagaimana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c seluas dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas :
kurang lebih 217 (dua ratus tujuh belas) hektar a. pengembangan kegiatan perdagangan skala besar
dengan KDB 30-45% (tiga puluh sampai dengan untuk jenis sayuran, ikan dan sejenisnya terdapat
empat puluh lima persen), KLB maksimum 0,6 (nol di Pasar Kanoman Kelurahan Lemahwungkuk,
koma enam) diarahkan di Kelurahan Argasunya. Pasar Pagi Kelurahan Kejaksan, dan Pasar
Jagastru Kelurahan Jagasatru; dan
(5) Pengelolaan kawasan peruntukan perumahan antara
lain : b. pengembangan kegiatan perdagangan kebutuhan
a. setiap kawasan perumahan dilengkapi dengan sehari-hari untuk skala kecil dan menengah
sarana dan prasarana permukiman sesuai hirarki terdapat di Pasar Kramat di Kelurahan Kesenden,
dan tingkat pelayanan masing-masing; Pasar Drajat di Kelurahan Drajat, Pasar Perumnas
b. perumahan pusat kota diarahkan pada penyediaan di Kelurahan Kecapi, Pasar Kalitanjung di
hunian yang layak dan dilayani oleh sarana dan Kelurahan Harjamukti, Pasar Balong di Kelurahan
prasarana permukiman yang memadai; Pekalipan, dan Pasar Gunung Sari di Kelurahan
c. pengembangan hunian vertikal layak huni di Pekiringan.
kawasan permukiman kepadatan tinggi;
d. pengembangan kawasan perumahan berdasarkan (3) Pengembangan pusat perbelanjaan sebagaimana
ketentuan luasan kapling rumah; dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas :
e. pengembangan kawasan siap bangun dan a. pengembangan pasar swalayan atau plaza
lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri; dan diarahkan pada kawasan yang baru berkembang
f. pembangunan kawasan olah raga terpadu di pusat khususnya pada Sub Pusat Pelayanan Kota
pelayanan kota dan pembangunan sarana olah di kawasan Ciremai Raya terletak di Kelurahan
raga di sub pusat pelayanan kota. Kecapi dan kawasan Majasem, terletak di
Kelurahan Karyamulya; dan
Pasal 49 b. pengembangan kegiatan perdagangan skala besar
(grosir) di sekitar pusat kota yaitu di sekitar
(1) Rencana kawasan peruntukan perdagangan dan jasa Jl. Karanggetas, Jl. Pasuketan dan Jl. Pekiringan.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf
b dikembangkan seluas ± 568 (lima ratus enam puluh
delapan) hektar meliputi :
a. pasar tradisional;
b. pusat perbelanjaan; dan
c. toko modern.
75 76
(2) Kawasan tanaman pangan sebagaimana dimaksud b. kawasan perikanan tangkap di perairan umum
pada ayat (1) huruf a dengan luas keseluruhan di Kelurahan Kesenden dan Kelurahan Kebonbaru
kurang lebih 345 (tiga ratus empat puluh lima) hektar Kecamatan Kejaksan; dan
terdapat di Kecamatan Kesambi, Kecamatan c. sarana dan prasaranan penunjang kegiatan
Lemahwungkuk dan Kecamatan Harjamukti. perikanan tangkap meliputi Pelabuhan Perikanan
(3) Kawasan hortikultura sebagaimana dimaksud pada Nusantara Kejawanan di Kelurahan Pegambiran
ayat (1) huruf b tersebar di semua Kecamatan dengan Kecamatan Lemahwungkuk, Tempat Pelelangan
luas kurang lebih 119 (seratus sembilan belas) Ikan Kebon Melati di Kelurahan Kesenden
hektar. Kecamatan Kejaksan, Tempat Pelelangan Ikan
Pesisir di Kelurahan Panjunan Kecamatan
(4) Kawasan peternakan sebagaimana dimaksud pada Lemahwungkuk, Tempat Pelelangan Ikan Cangkol
ayat (1) huruf c dengan komoditas utama sapi potong, di Kelurahan Lemahwungkuk Kecamatan
domba dan kambing di Kelurahan Argasunya dan Lemahwungkuk, dan Tempat Pelelangan Ikan PPN
Kelurahan Pegambiran Kecamatan Harjamukti Kejawanan di Kelurahan Pegambiran Kecamatan
dengan luas keseluruhan kurang lebih 5 (lima) Lemahwungkuk.
hektar.
(3) Kawasan peruntukan perikanan budi daya
Pasal 54 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b seluas
kurang lebih 97 (sembilan puluh tujuh) hektar terdiri
(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana
atas :
dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf g adalah :
a. kawasan perikanan budi daya air tawar terletak di
a. perikanan tangkap;
Kelurahan Kalijaga Kecamatan Harjamukti dan
b. kawasan peruntukan perikanan budi daya; dan
Kelurahan Kesambi Kecamatan Kesambi;
c. kawasan peruntukan pengolahan dan pemasaran
b. kawasan perikanan budi daya air payau di
hasil perikanan.
Kelurahan Kesenden, Kelurahan Kebon Baru
Kecamatan Kejaksan dan Kelurahan
(2) Kawasan peruntukan perikanan tangkap
Lemahwungkuk Kecamatan Lemahwungkuk;
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
c. kawasan perikanan budi daya air laut di
atas :
Kelurahan Kesenden Kecamatan Kejaksan; dan
a. kawasan perikanan tangkap di laut , selanjutnya
d. sarana dan prasarana perikanan budi daya
disebut perikanan laut, dengan jalur penangkapan
meliputi pusat benih UPTB Balai Pengembangan
ikan dengan batas 0 (nol) sampai 4 (empat) mil
Budidaya Ikan Air/Balai Budidaya Tawar (UPTD-
laut di Kelurahan Kesenden, Kelurahan
BPBIAT) di Kelurahan Harjamukti Kecamatan
Kebonbaru Kecamatan Kejaksan, Kelurahan
Harjamukti, laboratorium uji mutu.
Panjunan, Kelurahan Lemahwungkuk, Kelurahan
Pegambiran Kecamatan Lemahwungkuk;
81 82
(4) Kawasan peruntukan pengolahan dan pemasaran (3) Ruang evakuasi bencana banjir sebagaimana
hasil perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di Stadion
huruf c seluas kurang lebih 10 (sepuluh) hektar Bima Kelurahan Sunyaragi Kecamatan Kesambi.
terdiri atas :
a. pengolahan hasil perikanan meliputi supplier ikan (4) Ruang evakuasi bencana gelombang pasang
dan udang, pengolahan ikan asin, di Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terletak
Panjunan Kecamatan Lemahwungkuk; di Alun-Alun Kejaksan di Kelurahan Kebonbaru,
b. kawasan pemasaran hasil perikanan yaitu Kelurahan Panjunan, Kelurahan Lemahwungkuk dan
Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan Kelurahan Pegambiran.
di Kelurahan Pegambiran Kecamatan
Lemahwungkuk, Tempat Pelelangan Ikan Kebon (5) Ruang evakuasi bencana kebakaran sebagaimana
Melati di Kelurahan Kesenden Kecamatan dimaksud pada ayat (1) huruf c terdapat di Kelurahan
Kejaksan, Tempat Pelelangan Ikan Pesisir di Pekalipan, Kelurahan Jagasatru, Kelurahan
Kelurahan Panjunan Kecamatan Lemahwungkuk, Panjunan, Kelurahan Kasepuhan dan Kelurahan
Tempat Pelelangan Ikan Cangkol di Kelurahan Kecapi, diarahkan di Kantor Pemerintahan dengan
Lemahwungkuk Kecamatan Lemahwungkuk, memanfaatkan bangunan publik sebagai posko-posko
Tempat Pelelangan Ikan PPN Kejawanan evakuasi bencana serta memanfaatkan ruang terbuka
di Kelurahan Pegambiran Kecamatan dalam bentuk lapangan olahraga.
Lemahwungkuk; dan
c. pemasaran ikan hias di Kelurahan Harjamukti Pasal 56
Kecamatan Harjamukti.
(1) Rencana peruntukan ruang bagi kegiatan sektor
Pasal 55 informal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47
huruf i meliputi :
(1) Penyediaan ruang evakuasi bencana sebagaimana a. penyediaan kawasan peruntukan ruang bagi
dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf h meliputi : kegiatan sektor informal pada setiap
a. ruang evakuasi bencana skala kota; pengembangan pusat-pusat pelayanan di pusat
b. ruang evakuasi bencana banjir; kota yaitu di Jalan Siliwangi, Jalan Kartini dan
c. ruang evakuasi bencana gelombang pasang; dan Jalan Karanggetas;
d. ruang evakuasi bencana kebakaran.
Pasal 59
(2) Arahan pengelolaan sektor informal meliputi :
a. pengaturan sektor informal pada malam hari pada
Kawasan peruntukan pusat kesehatan sebagaimana
ruas Jalan Pasuketan, Jalan Pekiringan dan Jalan
dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf l berupa
Karanggetas;
pengembangan pusat kawasan kesehatan seluas kurang
b. pengembangan sektor informal pada tempat yang
lebih 31 (tiga puluh satu) hektar di Kawasan Kesambi,
telah ditentukan;
Kelurahan Kesambi dan Kecamatan Kesambi.
c. mengembangkan ciri khas di setiap ruang yang
diperuntukkan bagi sektor informal; dan
d. memberikan bantuan fasilitas yang memadai Pasal 60
untuk mendukung kegiatan sektor informal.
Kawasan peruntukan fasilitas peribadatan sebagaimana
Pasal 57 dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf m meliputi
pengembangan Islamic Center seluas ± 3 (tiga) hektar di
Rencana pengembangan kawasan RTNH sebagaimana Kelurahan Kejaksan.
dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf j seluas kurang Pasal 61
lebih 3 (tiga) hektar terdiri atas :
a. kawasan perkantoran pemerintah di kawasan Bima Kawasan pertahanan dan keamanan Negara sebagaimana
Kelurahan Sunyaragi dan kawasan Kebon Pelok di dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf n meliputi :
Kelurahan Kalijaga; dan
b. perkantoran swasta di Kelurahan Kejaksan. a. Korem-063/Gunung Jati;
b. Kodim 06141 Kota Cirebon; dan
c. Lanal Cirebon.
85 86
d. sungai yang melintasi kawasan permukiman c. pemanfaatan tidak dapat dilakukan apabila
dilakukan reorientasi pembangunan dengan bertentangan dengan upaya perlindungan benda
menjadikan sungai sebagai bagian dari latar cagar budaya dan semata-mata untuk mencari
depan. keuntungan pribadi dan/atau golongan; dan
d. mengupayakan konservasi, dan melakukan
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk ruang revitalisasi, rehabilitasi.
terbuka hijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66
ayat (1) huruf b meliputi : (4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
a. peruntukan ruang untuk kegiatan rekreasi; pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66
b. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk ayat (2) huruf a meliputi :
bangunan penunjang kegiatan rekreasi dan a. peruntukan ruang untuk permukiman petani
fasilitas umum lainnya; dengan kepadatan rendah;
c. penentuan luas hutan kota dalam satu hamparan b. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan menjadi
yang kompak paling sedikit 0,25 (nol koma dua lahan budidaya non pertanian kecuali untuk
puluh lima) hektar atau paling sedikit 10% pembangunan sistem jaringan prasarana utama;
(sepuluh persen) dari wilayah pusat kegiatan dan dan
atau disesuaikan dengan kondisi setempat; c. pembukaan lahan baru untuk pertanian tanaman
d. peruntukan hutan kota dapat dimanfaatkan/ pangan, sayuran, buah-buahan, dan tanaman
diperbolehkan untuk keperluan pariwisata alam, hias dengan tidak memanfaatkan kawasan
rekreasi dan atau olah raga; penelitian dan lindung dan hutan kota.
pengembangan; pendidikan; pelestarian plasma
nutfah; dan atau budidaya hasil hutan bukan (5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk perikanan
kayu; dan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf
e. mengharuskan pengadaan jalur hijau yang pada b meliputi :
sepanjang jalur jalan utama pusat kegiatan dan a. peruntukan ruang untuk permukiman petani
jalan kolektor yang berfungsi sebagai peneduh. dengan kepadatan rendah;
b. peruntukan ruang untuk kawasan pemijahan
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan dan/atau kawasan sabuk hijau;
suaka alam dan cagar budaya sebagaimana dimaksud c. pemanfaatan sumber daya perikanan agar tidak
dalam Pasal 66 ayat (1) huruf c meliputi : melebihi potensi lestari;
a. pemanfaatan untuk penelitian, pendidikan, dan d. tidak diperbolehkan pemanfaatan sumber daya
pariwisata, agama, sosial, dan kebudayaan; perikanan yang melakukan perbuatan yang
b. ketentuan pelarangan kegiatan dan pendirian mengakibatkan pencemaran dan/atau kerusakan
bangunan yang tidak sesuai dengan fungsi sumber daya ikan dan/atau lingkungannya; dan
kawasan;
93 94
e. orientasi bangunan diutamakan menghadap akses b. pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran
jalan dan orientasi utama bangunan adalah pada terhadap lingkungan hidup, serta pengamanan
space berupa ruang terbuka hijau dan sungai; terhadap keseimbangan dan kelestarian sumber
f. mengelompokkan fungsi-fungsi yang saling daya alam;
berhubungan pada zona-zona yang saling c. harus memperhatikan suplai air bersih serta daya
terkoneksikan melalui sistem sirkulasi yang dukung dan daya tampung lingkungan;
efektif; dan d. pengelolaan limbah untuk industri yang berkumpul
g. peruntukan ruang bagi ruang terbuka hijau di lokasi berdekatan sebaiknya dikelola secara
diperbolehkan dalam bentuk sistem ruang terpadu;
terbuka umum, sistem ruang terbuka pribadi, e. penggunaan lahan pada kawasan industri terdiri
sistem ruang terbuka privat yang dapat diakses dari penggunaan kaveling industri, jalan dan
oleh umum, sistem pepohonan dan tata hijau dan saluran, ruang terbuka hijau, dan fasilitas
bentang alam. penunjang;
f. Pembatasan pengembangan kawasan peruntukan
(9) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan industri dan pergudangan di kawasan Pegambiran;
peruntukan perkantoran sebagaimana dimaksud dan
dalam Pasal 66 ayat (2) huruf e meliputi : g. pembangunan IPAL terpadu untuk pengelolaan
a. peningkatan fisik bangunan pemerintahan limbah industri agar memenuhi Baku Mutu
diarahkan pada intensitas lokasi yang sudah ada; Limbah Cair sesuai dengan ketentuan peraturan
b. pengembangan kawasan perkantoran pemerintah perundang-undangan.
skala kota dalam satu kawasan untuk
mempermudah koordinasi pelayanan masyarakat; (11) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
dan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam
c. pengembangan perkantoran swasta akan Pasal 66 ayat (2) huruf g meliputi :
diarahkan pada koridor utama yang akan a. perlindungan terhadap situs peninggalan
menyatu dengan kawasan perkantoran kebudayaan masa lampau;
pemerintah dan perdagangan jasa. b. pembatasan pendirian bangunan hanya untuk
menunjang kegiatan pariwisata pada kawasan
(10) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan industri lindung;
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (2) c. pengusahaan objek dan daya tarik wisata yang
huruf f meliputi : berintikan kegiatan yang memerlukan pengamanan
a. peruntukan kegiatan industri kecil dan menengah terhadap keselamatan wisatawan, kelestarian dan
yang diperbolehkan merupakan industri tidak mutu lingkungan, atau ketertiban dan
polutan, merupakan industri penghasil karya seni, ketenteraman masyarakat;
industri agro dan hasil hutan;
97 98
d. pemanfaatan taman dan hutan kota, taman wisata (13) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
alam untuk kegiatan pariwisata alam dilaksanakan peruntukan pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud
sesuai dengan asas konservasi sumber daya alam dalam Pasal 64 ayat (2) huruf h meliputi :
hayati dan ekosistemnya; a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi
e. luas kawasan yang dimanfaatkan untuk pembangunan bangunan perkuliahan berdekatan
pembangunan sarana dan prasarana pariwisata dengan pembangunan hunian pelajar dan
alam maksimum 10% (sepuluh persen) dari luas mahasiswa dan peruntukan ruang bagi ruang
blok pemanfaatan taman hutan raya, dan blok terbuka hijau dalam bentuk sistem ruang terbuka
pemanfaatan taman wisata alam yang umum, yang dapat diakses oleh umum, sistem
bersangkutan; pepohonan dan tata hijau dan bentang alam;
f. peruntukan ruang kawasan pariwisata tidak boleh b. kegiatan diperbolehkan bersyarat meliputi
mengubah bentang alam yang ada, tidak kesinambungan jalur bagi pejalan kaki di dalam
mengganggu pandangan visual dan bergaya area bangunan dan di luar area bangunan dengan
arsitektur setempat; dan mengaitkan pola pedestrian yang ada, orientasi
g. pelestarian lingkungan dan bangunan cagar bangunan diutamakan menghadap akses jalan
budaya yang dijadikan kawasan pariwisata dan orientasi utama bangunan adalah pada space
harus mengikuti prinsip-prinsip pemugaran yang berupa ruang terbuka hijau dan sungai,
meliputi keaslian bentuk, penyajian dan tata letak mengelompokkan fungsi-fungsi yang saling
dengan memperhatikan nilai sejarah, ilmu berhubungan pada zona-zona yang saling
pengetahuan, dan kebudayaan. terkoneksikan melalui sistem sirkulasi yang
efektif; dan prasarana harus disediakan sesuai
(12) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan standar teknis, terutama kebutuhan parkir; dan
peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam c. kegiatan diperbolehkan terbatas adalah kegiatan
Pasal 66 ayat (2) huruf g meliputi : perdagangan dan jasa pendukung kegiatan
a. pembatasan kegiatan untuk permukiman pada pendidikan.
kawasan yang mengalami banjir permanen; dan
b. pembatasan kegiatan lain yang berdampak (14) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
dapat mempengaruhi kelancaran tata drainase peruntukan fasilitas kesehatan sebagaimana
di kawasan ini. dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf i meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pendukung sarana kesehatan;
b. kegiatan diperbolehkan bersyarat meliputi
kesinambungan jalur bagi pejalan kaki di dalam
area bangunan dan di luar area bangunan dengan
mengaitkan pola pedestrian yang ada;
99 100
c. mengelompokkan fungsi-fungsi yang saling (17) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk peruntukan
berhubungan pada zona-zona yang saling ruang bagi kegiatan sektor informal sebagaimana
terkoneksikan melalui sistem sirkulasi yang efektif; dimaksud dalam Pasal 64 ayat (2) huruf l meliputi :
dan prasarana harus disediakan sesuai standar a. kegiatan yang diperbolehkan adalah kegiatan
teknis, terutama kebutuhan parkir; dan sektor Informal, dengan manajemen waktu ; dan
d. kegiatan diperbolehkan terbatas meliputi kegiatan b. kegiatan yang dilarang adalah kegiatan yang
perdagangan dan jasa pendukung kegiatan sarana menimbulkan polusi suara.
kesehatan.
(18) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk ruang
(15) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan terbuka non hijau sebagaimana dimaksud dalam
peruntukan fasilitas peribadatan sebagaimana Pasal 64 ayat (2) huruf m meliputi :
dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf j meliputi : a. kegiatan yang diperbolehkan adalah aktivitas sosial
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan budaya, yaitu tempat dilakukannya berbagai
pendukung sarana peribadatan; aktivitas secara massal, seperti misalnya interaksi
b. kegiatan diperbolehkan bersyarat meliputi sosial masyarakat, duduk-duduk, berkumpulnya
kesinambungan jalur bagi pejalan kaki di dalam masyarakat (community gathering) pada acara
area bangunan dan di luar area bangunan dengan tertentu dan lain-lain; dan
mengaitkan pola pedestrian yang ada dan b. kegiatan yang dilarang adalah kegiatan yang
prasarana harus disediakan sesuai standar teknis aktivitas yang tidak relevan dengan fungsi
terutama kebutuhan parkir; dan utamanya, cenderung mengganggu fungsi
c. kegiatan diperbolehkan terbatas meliputi kegiatan utamanya ataupun yang cenderung merusak
perdagangan dan jasa pendukung kegiatan sarana kondisi fisik plasa.
peribadatan.
(19) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
(16) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagaimana
ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf n meliputi :
dalam Pasal 66 ayat (2) huruf k meliputi : a. kegiatan yang diperbolehkan berupa kegiatan
a. kegiatan yang diperbolehkan adalah kegiatan pembangunan untuk prasarana dan sarana
pendukung upaya evakuasi bencana; dan penunjang aspek pertahanan dan keamanan
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat kegiatan negara sesuai dengan ketentuan peraturan
sosial yang tidak bersifat permanen. perundang-undangan;
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat berupa
pemanfaatan ruang secara terbatas dan selektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
101 102
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi (2) Izin/rekomendasi prinsip merupakan persetujuan
kegiatan selain yang dimaksud pada huruf a dan pendahuluan yang dipakai sebagai kelengkapan
huruf b dan kegiatan pemanfaatan ruang kawasan persyaratan dalam permohonan izin lokasi.
budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan
pertahanan dan keamanan negara. Pasal 70
(20) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana (1) Izin lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68
dimaksud dalam Pasal 66 Pasal (1) sebagaimana ayat (2) huruf b merupakan persetujuan lokasi
tercantum dalam lampiran VII yang merupakan bagi pengembangan aktifitas/sarana/prasarana yang
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. menyatakan kawasan yang dimohon pihak pelaksana
pembangunan atau pemohon sesuai untuk
Bagian Ketiga dimanfaatkan bagi aktifitas dominan yang telah
Ketentuan Perizinan diperoleh izin prinsip.
Bagian Keempat
Ketentuan Insentif dan Disinsentif Pasal 74
Pasal 73
(1) Pembebasan atau pemberian keringanan pajak
(1) Pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2)
dimaksud dalam Pasal 64 huruf c merupakan acuan huruf a adalah pembebasan atau pemberian
bagi Pemerintah Kota dalam pemberian insentif dan keringanan pajak diberikan kepada setiap orang
pengenaan disinsentif. yang memanfaatkan kawasan tertentu, yang benar
menurut struktur dan pola ruang, dan membutuhkan
(2) Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dukungan untuk pertumbuhan/pengembangan
dengan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, secara kolektif.
dan indikasi arahan peraturan zonasi yang diatur
dalam Peraturan Daerah ini dalam bentuk : (2) Pemberian kompensasi atau ganti rugi sebagaimana
a. pembebasan atau pemberian keringanan pajak; dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2) huruf b adalah
b. pemberian kompensasi, atau ganti rugi; kompesasi atau ganti rugi diberikan kepada setiap
c. pemberian imbalan, santunan, atau bantuan; orang yang harus meninggalkan/melepaskan
d. dukungan rekomendasi untuk pengembangan penggunaan atau penguasaan kawasan tertentu, yang
akses permodalan, kelembagaan, atau usaha; karena sifatnya menurut pola dan struktur ruang,
e. pengumuman kepada publik; kawasan tersebut harus ditetapkan untuk
f. penyediaan infrastruktur tertentu; dan kepentingan umum atau peruntukan lain.
g. pemberian penghargaan.
(3) Pemberian imbalan, santunan atau bantuan
(3) Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2)
yang perlu dicegah, dibatasi, atau dikurangi
huruf c adalah imbalan, santunan atau bantuan
keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam
diberikan kepada setiap orang yang secara sukarela
Peraturan Daerah ini dalam bentuk :
mengubah fungsi atau peruntukan ruang yang
a. pajak daerah dengan kelipatan tinggi;
ditempati/dikuasai, mengikuti pola dan struktur
b. pembatasan penyediaan infrastruktur;
ruang, tanpa harus meninggalkan kawasan
c. pencabutan izin, penghentian atau penutupan
dimaksud.
usaha/kegiatan;
d. pembongkaran atau pemusnahan aset tertentu;
e. relokasi paksa;
f. pengumuman kepada publik;
g. pelaksanaan kegiatan atau tindakan tertentu; dan
h. pelarangan dan penuntutan.
105 106
(2) Pemanfaatan ruang yang sah menurut rencana tata c. izin pemanfaatan ruang yang sudah habis masa
ruang sebelumnya diberi masa transisi selama 3 (tiga) berlakunya dan tidak sesuai dengan Peraturan
tahun untuk penyesuaian. Daerah ini dilakukan penyesuaian berdasarkan
Peraturan Daerah ini; dan
(3) Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, semua
peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan
d. pemanfaatan ruang di kota yang diselenggarakan
penataan ruang yang telah ada tetap berlaku
tanpa izin ditentukan sebagai berikut :
sepanjang tidak bertentangan dengan dan belum
1. yang bertentangan dengan ketentuan
diganti berdasarkan Peraturan Daerah ini.
Peraturan Daerah ini, pemanfaatan ruang yang
(4) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka : bersangkutan ditertibkan dan disesuaikan
a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dengan Peraturan Daerah ini; dan
dan telah sesuai dengan ketentuan Peraturan 2. yang sudah sesuai dengan ketentuan
Daerah ini tetap berlaku sesuai dengan masa Peraturan Daerah ini, dipercepat untuk
berlakunya; mendapatkan izin yang diperlukan.
b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan
tetapi tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan BAB XVII
Daerah ini berlaku ketentuan : KETENTUAN LAIN-LAIN
1. untuk yang belum dilaksanakan Pasal 95
pembangunannya, izin tersebut disesuaikan
dengan fungsi kawasan berdasarkan (1) Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang ini
Peraturan Daerah ini; harus ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah
2. untuk yang sudah dilaksanakan tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis, dan
pembangunannya, pemanfaatan ruang Rencana Detail Tata Ruang.
dilakukan sampai izin terkait habis masa
berlakunya dan dilakukan penyesuaian (2) Bagian dari wilayah kota yang akan disusun rencana
dengan fungsi kawasan berdasarkan detail tata ruangnya dapat merupakan kawasan
Peraturan Daerah ini; dan strategis kota.
3. untuk yang sudah dilaksanakan (3) Rencana Detail Tata Ruang harus sudah ditetapkan
pembangunannya dan tidak memungkinkan paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan sejak
untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi penetapan rencana tata ruang wilayah.
kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini,
izin yang telah diterbitkan dapat dibatalkan (4) Peraturan Daerah tentang Rencana Detail Tata Ruang
dan terhadap kerugian yang timbul sebagai dapat memuat peraturan tentang zonasi.
akibat pembatalan izin tersebut dapat
diberikan penggantian yang layak.
127 128
(5) Dalam hal peraturan daerah tentang rencana detail BAB XVIII
tata ruang tidak memuat peraturan tentang zonasi, KETENTUAN PENUTUP
harus ditetapkan peraturan daerah tentang zonasi
Pasal 98
paling lama 2 (dua) tahun sejak penetapan Peraturan
Daerah tentang Rencana Detail Tata Ruang. Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Pasal 96 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
(1) Dalam hal adanya prioritas pembangunan baru, penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Cirebon.
Walikota dapat menetapkan bagian baru dari wilayah
kota yang perlu disusun rencana detail tata ruangnya Ditetapkan di Cirebon
dengan Keputusan Walikota. pada tanggal 8 Juni 2012
(2) Penetapan bagian wilayah kota sebagaimana WALIKOTA CIREBON,
dimaksud pada ayat (1) harus tetap sesuai dengan
rencana tata ruang wilayah. Ttd,
(3) Rencana Detail Tata Ruang untuk bagian baru dari SUBARDI
wilayah kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus sudah ditetapkan paling lama 24 (dua puluh
empat) bulan sejak penetapan bagian wilayah kota Diundangkan di Cirebon
yang akan disusun rencana detail tata ruangnya. pada tanggal 12 Juni 2012
Pasal 97
Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, maka
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 1989 tentang Rencana
Induk Kota dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.