Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Pernahkah kalian merasakan hati yang gelisah dan pikiran yang selalu tidak
fokus terhadap suatu hal? Sebagai seorang manusia sudah sewajarnya mengalami hal
tersebut, yaitu merasakan hati dan pikiran yang gelisah. Pikiran dan hati yang gelisah
hanya membuat kita sebagai manusia tidak akan bisa beristirahat. Hal tersebut hanya
akan membuat rasa cemas dan tidak tenang dalam diri kita. Kenapa hal tersebut bisa
terjadi? Karena hati adalah salah satu anugrah dari Allah Swt. yang tidak ternilai
harganya bagi manusia. Dengan menggunakan hati, manusia dapat merasakan suka,
duka, bahagia, kecewa, derita, bangga, dan lain sebagainya.

Dengan hati, manusia dapat merasakan bahkan perasaan orang lain. Dengan
hati, manusia juga dapat membuat kehidupan ini penuh dengan kedamaian dan
ketentraman. Hati adalah keajaiban dari Allah Swt. yang senantiasa menuntun
manusia dalam cahaya yaitu cahaya kebenaran. Akan tetapi, kenapa Allah Swt.
menciptakan hati yang gelisah dan pikiran yang dilanda kecemasan? Pada dasarnya,
manusia adalah sosok makhluk yang paling sering dilanda kecemasan. Ketika
seseorang dihadapkan pada suatu masalah, sedangkan dirinya belum atau tidak siap
menghadapinya, maka tentu saja jiwa dan pikirannya akan mejadi guncang dan
perkara tersebut sudah menjadi fitrah bagi setiap manusia.

Tanda kegelisahan hati adalah hidup yang terasa hambar. Segala sesuatu
dijalani dengan hampa. Makan tidak enak, tidurpun tidak nyenyak, pikiran yang tidak
fokus, dan lain sebagainya. Jangankan kita sebagai manusia biasa, bahkan Rasulullah
saw. Pun pernah mengalami hati yang gelisah dan pikiran yang dilanda kecemasan
ketika pada tahun ke-10 masa kenabiannya, yaitu pada masa yang masyhur dengan
‘amul huzni (tahun duka cita) itu, beliau ditinggal wafat oleh pamannya dan selang
dua bulan kemudian disusul dengan wafatnya istri yang beliau sangat sayangi yaitu
Khadijah bintu Khuwailid.

II. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang tersebut, rumusan masalah yang terbentuk adalah :

1. Apa penyebab hati bisa gelisah dan pikiran tidak fokus?


2. Bagaiamana cara mengatasi hati gelisah?
3. Apa sikap kita sebagai seorang muslim dalam menyikapi hal tersebut?

III. TUJUAN

Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah

1. Untuk memenuhi tugas makalah Pendidikan Agama Islam

IV. MANFAAT
1. Agar kita sebagai seorang muslim dapat mengetahui penyebab hati yang gelisah.
2. Agar kita sebagai seorang muslim dapat mengetahui cara mengatasi hati yang gelisah
dengan bijak.
3. Agar kita sebagai seorang muslim dapat menyikapi dengan hati-hati masalah tersebut.
4. Agar kita sebagai seorang muslim tidak tergesa-gesa dalam menentukan solusi.
BAB 2

PEMBAHASAN

Sesuai dengan makna dasarnya yaitu qalbu (hati) adalah hakikat manusia yang
dapat menangkap segala rasa, mengetahui, dan menangkap segala sesuatu. Qalbu
juga memiliki artian sebagai sesuatu yang dapat dibola-balikkan karena qalbu tidak
berpendirian tetap, tetapi selalu berubah-ubah. Pagi dalam keadaan senang, sore
menjadi sedih. Kemarin dalam keadaan taat, hari ini kembali berbuat maksiat. Dan
akhirnya, bukanlah sesuatu yang aneh jika kemudian hati menjadi gelisah. Mengapa
hal itu bisa terjadi? Banyak kemungkinan yang bisa menjadikan hati gelisah.

Pertama, lemahnya iman. Hati yang gelisah bisa disebabkan karena seseorang
yang lemah iman yang mengakibatkan akan mudah mengeluh dan menyalahkan
keadaan. Bahkan orang yang lemah iman tidak yakin dengan kemahakuasaan Allah
Swt. Padahal, hidup dan mati, rezeki dan jodoh manusia, semua itu tekah diatur dan
dalam kekuasaan Allah Swt. Hal itulah menyebabkan hati menjadi gelisah.

Kedua, tidak sungguh-sungguh dalam menaati syariat Allah Swt., malas


beribadah, dan enggan bertaubat kepada-Nya. Itu tercermin pada banyaknya
perbuatan dan tindakan maksiat yang dikerjaan setiap harinya. Hati gelisah muncul
karena menyepelekan perintah dari Allah Swt.

Ketiga, berbuat dosa atau zalim. Menzalimi orang lain tentu meninggalkan
perasaan yang tidak enak dan tidak tenang. Pikiran akan sangat terganggu dan hati
menjadi gelisah. Oleh karena itu, jika kita berbuat yang tidak pantas terhadap orang
lain, maka segeralah minta maaf dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Hal
tersebut akan menimbulkan ketenangan yang luar biasa dan terbebas dari hati yang
gelisah.

Keempat, terlalu berharap kepada manusia. Seseorang yang hanya bergantung


kepada manusia lain, bukan bergantung kepada Allah Swt. maka dia akan cepat
kecewa dan tidak menemukan ketenangan dalam hidup. Dan jika manusia bersandar
hanya kepada Allah Swt. maka Dia akan memberikan kelancaran dalam hidup kita.

Kelima, terlalu mencintai dunia. Sebagai manusia, kita harus menyeimbangi


urusan dunia dan akhirat. Terlalu mencintai dunia tanpa mempikirkan akhirat akan
membuat hati menjadi tidak tenang dan urusan tidak berjalan dengan lancar.
Rasulullah saw. mengkhawatirkan umatnya yang mencintai dunia secara berlebihan.
“Yang paling aku takutkan dari umat sepeninggalanku adalah jika kesenangan dunia
dan hiasannya dibuka untuk kalian.” (Muttafaq ‘Alaih). Kesenangan di dunia hanya
membuat masalah semakin besar karena tidak diimbangi dengan kecintaan terhadap
akhirat.

Keenam, banyak menuntut. Hati seseorang akan cepat gelisah dan pikiran
tidak tenang jika mereka mengganggap harus memiliki segala sesuatu tanpa
memikirkan batas kemampuan kita dalam mengejar sesuatu dan hanya memperparah
keadaan. Pikiran menjadi kacau, kurang istirahat karena terus memikirkan cara
mendapatkan sesuatu tanpa persiapan yang sesuai, serta tidak mempunyai
kemampuan dan daya tunjang yang memadai untuk meraih yang diinginkannya.

Ketujuh, kurangnya bersyukur terhadap apa yang dimilikinya. Hal ini


menyebabkan ketidakpuasan dalam menerima sesuatu yang dapat memicu hati
gelisah, Padalah Allah Swt. telah menciptakan segala sesuatu, termasuk semua yang
ada di langit dan yang ada di bumi dengan penuh kasih sayang. Semua itu hanya
untuk manusia.

“Dan tidak ada binatang melata pun yang hidup di muka bumi ini melainkan Allah
Swt. yang memberikannya rezeki …” (QS. Hud/11 : 6)

Kedelapan, banyak berbuat dosa. Salah satu hal yang membuat hati menjadi
gelisah adalah perbuatan dosa yang dilakukannya tanpa disadari maupun disengaja.
Disadari atau tidak, ketika seorang mukmin berbuat dosa maka akan diliputi rasa
bersalah dan perasaan yang tidak tenang. Dengan demikian hati menjadi gelisah.
Hdupnya dalam keterasingan. Ibnu Qayyim berkata, “Jika kamu menemukan
keterasingan karena perbuatan dosa, maka segeralah bertobat, tinggalkan, dan jauhilah
dosa dan maksiat. Hati tidak akan tenang dengan perbuatan dosa
Dan akhirnya bukanlah hal yang aneh dan terlihat biasa jika kemudian hati
kita menjadi tidak tenang dan gelisah setiap saat. Lalu bagaimana solusi utnuk
menenangkan hati yang gelisah dan pikiran yang tidak tenang?

Pertama, sabar. Hal pertama yang dilakukan ketiak hati mulai gelisah adalah
sabar terhadap cobaan yang tiada henti dengan meneguhkan jiwa dalam bingkai
kesabaran. Karena dengan kesabaran itulah seseorang akan lebih bisa menghadapi
setiap masalah berat yang mendatanginya. Allah Swt, berfirman :

“Sesungguhnya Allah Swt, bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah 153)

Selain menenangkan jiwa, sabar juga dapat menstabilkan kacaunya akal


pikiran akibat beratnya beban yang dihadapi. Ujian yang Allah Swt. berikan kepada
kita semua sebenarnya untuk menguji keimanan kita. Jika kita sabar menghadapi
cobaan dan berhasil melewati tantangan dan ujian maka akan meningkatkan level
iman kita. Bukankah Allah Swt. itu menguji hamba-Nya? Jika ujian itu datang pada
kita, berarti Allah Swt. yakin kita bisa melewatinya dan menyelesaikan masalah
dengan baik. Sabar dapat menimbulkan hati tidak gelisah dan piiran menjadi tenang.

Kedua, berdoa kepada Allah Swt. Apapun masalahnya kita harus selalu
bercerita kepada Allah Swt., saat senang mapun susah tetap ingat kepada Allah Swt.
Adukanlah semua itu kepada Allah Swt. ketika seseorang menghadapi persoalan yang
sangat berat, maka sudah pasti akan mencari sesuatu yang dapat dijadikan tempat
mengadu dan mencurahkan isi hati yang telah menjadi beban baginya selama ini.
Allah sudah mengingatkan hamba-Nya di dalam ayat yang dibaca setiap muslim
minimal 17 kali dalam sehari.

“Hanya kepada-Mulah kami menyembah, dan hanya kepada-Mulah kami meminta


pertolongan” (QS. Al Fatihah 5).
Ketika keluhan itu diadukan kepada Sang Maha Pencipta, maka akan
meringankan beban berat yang kita derita. Jika kita bercerita tentang keadaan saat ini
kepada teman, mungkin hanya akan membuka aib kita sendiri. 

Rasulullah shalallahi alaihi wasallam ketika menghadapi berbagai persoalan


pun, maka hal yang akan beliau lakukan adalah mengadu ujian tersebut kepada Allah
Ta’ala karena hanya Allah Swt. lah tempat bergantung bagi setiap makhluk.

Ketiga, positive thinking. Positive thinking atau berpikir positif, perkara


tersebut sangatlah membantu kita untuk mengatasi rasa galau yang sedang kita rasa.
Karena dengan berpikir positif, maka segala bentuk-bentuk kesukaran dan beban yang
ada dalam diri kita menjadi terobati karena adanya sikap bahwa segala yang maslah
yang dihadapi, pastilah mempunyai jalan yang lebih baik dan jalan keluar  yang sudah
ditetapkan oleh Allah Ta’ala. Akan selalu ada jalan jika kita percaya kalo Allah Swt.
akan menolong kita. Intinya, kita harus selalu berfikir positif sama Allah, jangan
pernah suudzhon dengan Sang pencipta. Ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam
ayat berikut;

“Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah


kesulitan itu ada kemudahan” (Qs Al-Insyirah 5-6).

Ini janji Allah di dalam Alquran. Akan selalu ada kemudahan di setiap
kesulitan. 

Keempat, dzikrullah (mengingat Allah Swt.). Ini yang paling penting. Orang
yang senantiasa mengingat Allah Swt. dalam segala hal yang dikerjakan. Tentunya
akan menjadikan nilai positif bagi dirinya, terutama dalam jiwanya. Karena dengan
mengingat Allah Swt. segala persoalan yang dihadapi, maka jiwa akan
menghadapinya lebih tenang. Sehingga rasa galau yang ada dalam diri bisa perlahan-
perlahan dihilangkan. Dan sudah merupakan janji Allah Swt., bagi siapa saja yang
mengingatnya, maka didalam hatinya pastilah terisi dengan ketenteraman-
ketenteraman yang tidak bisa didapatkan melainkan hanya dengan mengingat-Nya.
Satu hal yang harus diingat adalah untuk dapat selalu mengingat Allah swt dan
berhasil menghapus atau menangkal rasa gelisah, dzikir tidak hanya dilakukan sebatas
ucapan lisan dan atau hati saja. Dzikir kepada Allah swt merupakan rangkaian
aktivitas yang melibatkan segenap hati, lisan, dan juga perbuatan. Tanpa bersatunya
ketiga aspek tersebut, maka sulit pula atau bahkan tidak mungkin bagi hati kita untuk
bersatu dengan Allah swt.

Kelima, salat. Salat yang merupakan ibadah paling utama bagi umat muslim
juga merupakan salah satu sarana penangkal dan penawar berbagai macam penyakit
hati yang bersarang di dalam dada manusia. Oleh karena itu, sholat merupakan ibadah
yang totalitas hanya mengingat kepada Allah swt, yang secara total juga hanya diisi
dengan kalimat-kalimat dzikrullah, ayat-ayat Allah Swt.

Allah berfirman :“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu)
Alquran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya
kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan
hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia
menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah,
niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.” (QS.Az Zumar : 23)

Salat merupakan aktivitas komunikasi langsung dengan Allah Swt., Zat yang
menggenggam dan menguasai segala hati, yang menciptakan penyakit dan yang
menyembuhkannya tanpa rasa sakit. Jika seseorang telah terhubung dan
berkomunikasi dengan Allah Swt. secara langsung dalam sholat yang khusyuk, maka
mustahil baginya terserang penyakit gelisah. Karena gelisah menyerang hati, dan
Allah Swt-lah yang menggenggam dan menguasai segala hati. Bersabar, mengadu
kepada Allah, berpikir positif, dzikrullah, dan sholat adalah solusi segala persoalan,
termasuk masalah penyakit hati termasuk rasa gelisa, resah, gundah, gulana, galau ato
papun itu.
Sebagaimana firman-Nya: “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati
menjadi tenteram” (QS Ar-Ra’du 28).

Berbeda dengan orang-orang yang lalai kepada Allah, yang di mana jiwa-jiwa
mereka hanya terisi dengan rasa kegelisahan, galau, serta kecemasan semata. Tanpa
ada sama sekali yang bisa menenangkan jiwa-Nya. Tentunya, sesudah mengetahui
tentang faktor-faktor yang dapat mengatasi persoalan galau, maka jadilah orang yang
selalu dekat kepada Allah Swt. Bersabar, berpikir positif, mengingat Allah, serta
mengadukan semua persoalan kepada-Nya merupakan kunci dari segala persoalan
yang sedang dihadapi. Maka dari itu, Janganlah galau, karena sesungguhnya Allah
bersama kita.

Anda mungkin juga menyukai