Anda di halaman 1dari 20

Bab II

Kajian Pustaka

A. Standar Kompetensi Lulusan


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pasal 31 ayat(3) mengamanatkan bahwa pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Atas dasar amanat
tersebut telah diterbitkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Sesuai dengan Pasal 2 Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa
pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sedangkan Pasal 3 menegaskan
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
tersebut diperlukan profil kualifikasi kemampuan lulusan yang dituangkan
dalam standar kompetensi lulusan. Dalam penjelasan Pasal 35 Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa standar kompetensi
lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang harus dipenuhinya atau
dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah.

Pengertian
Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Tujuan
Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama
pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.
Ruang Lingkup
Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi
kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah
menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
Monitoring dan Evaluasi
Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara Standar
Kompetensi Lulusan dan lulusan dari masing-masing satuan pendidikan
dan kurikulum yang digunakan pada satuan pendidikan tertentu perlu
dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkelanjutan dalam
setiap periode. Hasil yang diperoleh dari monitoring dan evaluasi
digunakan sebagai bahan masukan bagi penyempurnaan Standar
Kompetensi Lulusan di masa yang akan datang.

B. Standar Isi
Dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional Indonesia, telah
ditetapkan standar kompetensi lulusan yang merupakan kriteria kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Standar isi berfungsi untuk memenuhi kriteria dari standar kompetensi
lulusan. Standar isi berisi ruang lingkup materi yang sesuai dengan standar
kompetensi lulusan, dan tingkat kompetensi yang harus dicapai peserta didik
pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Pemerintah Indonesia menyusun standar isi untuk memenuhi tuntutan
masa depan dan menyingsong Generasi Emas Indonesia 2045 yang berbasis
abad XXI, Bonus Demografi Indonesia, dan Potensi Indonesia menjadi
keompok 7 Negara Ekonomi Terbesar Dunia.
Standar isi dikembangkan untuk menentukan kriteria dari ruang lingkup
dan tingkat kompetensi materi yang sesuai dengan kompetensi lulusan yang
telah dirumuskan, yakni sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Karakteristik,
kesesuaian, kecukupan, keluasan, dan kedalaman materi ditentukan sesuai
dengan karakteristik kompetensi beserta proses pemerolehan kompetensi
tersebut. Sikap dibentuk melalui aktivitas menerima, menjalankan,
menghargai, toleransi, menghayati
Kompetensi merupakan seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung
jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh
msyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang pekerjaan tertentu
(Keputusan Menteri Pendidikan Nasional, pasal 1). Tingkat kompetensi
menunjukkan tahapan yang harus dilalui untuk mencapai kompetensi lulusan
yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi lulusan. Tingkat kompetensi
merupakan kriteria capaian kompetensi yang bersifat generik yang harus
dipenuhi oleh peserta didik pada setiap jenjang pendidikan dalam rangka
pencapaian Standar Komepetnsi Lulusan, untuk mencapai Standar
Kompetensi Lulusan penguasaan kompetensi lulusan dikelompokkan menjadi
Tingkat Kompetensi Pendidikan Dasar dan Tingkat Kompetensi Pendidikan
Menengah. Tingkat kompetensi dikembangkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, kualifikasi kompetensi Indonesia, dan
penguasaan kompetensi yang berjenjang.
1. Tingkat perkembangan peserta didik
Perkembangan peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
penmapilan dan perilkau individu, nilai-nilai budaya, perubahan-perubahan
peran, dan engalaman pribadi. Adapun perubahan-perubahan dalam
perkembangan individu merupakan hasil dari prose sbiologis, kognitif, dan
sosio-emosional yang saling berkaitan (Izzaty, dkk, 2007).
2. Kualifikasi kompetensi Indonesia
Berdasarkan Peraturan Presiden nomor 8 tahun 2012 pada pasal 1 kualifikasi
merupakan penguasaan capaian pembelajaran yang menyatakan
kedudukannya dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), pada
pasal 2 disebutkan bahwa KKNI terdiri dari Sembilan jenjang kualifikasi
yaitu jenjang 1 sampai jenjang 3 dikelompokkan dalam jabata operator,
jenjang 4 sampai jenjang 6 dikelompokkan dalam jabatan tejnisi atau analisis,
dan jenjang 7 sampai jenjang 9 dikelompokkan dalam jabatan ahli. Pada pasal
5 disebutkan bahwa penyetaraan capaian pembelajaran yang dihasilkan
melalui pendidikan dengna jenjang kualifikasi pada KKNI terdiri atas
a. Lulusan pendidikan dasar setara dengan jenjang 1
b. Lulusan pendidikan menengah paling rendah setara dengan jenjang 2
c. Lulusan Diploma 1 paling rendah setara dengan jenjang 3
d. Lulusan Diploma 2 paling rendah setara dengan jenjang 4
e. Lulusan Diploma 3 paling rendah setara dengan jenjang 5
f. Lulusan Diploma 4 atau Sarjana Terapan dan Sarjana paling rendah setara
dengan jenjang 6
g. Lulusan Magister Terapan dan Magister paling rendah setaradengan
jenjang 8
h. Lulusan Doktor Terapan dan Doktor setara dengan jenjang 9
i. Lulusan pendidikan profesi setara dengan jenjang 7 atau 8
j. Lulusan pendidikan spesialis setara dengan jenjang 8 atau 9
3. Penguasaan kompetensi yang berjenjang
Standar Kompetensi Lulusan dapat dicapai melalui penguasaan
kompetensi lulusan yang dikelompokkan menjadi Tingkat Kompetensi
Pendidikan Dasar dan Tingkat Kompetensi Pendidikan Menengah. Kometensi
lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup siap,
pengetahuan, dan keterampilan yang sesuia dengan standar nasonal yang
telah disepakati. Berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan
Tinggi pada pasal 2 menjelaskan bahwa kompetensi hasil didik suatu program
studi terdiri atas kompetensi utama, kompetensi pendukung, dan kompetensi
lain yang bersifat khusus dan gayut dengan kompeteni utama.
Bloom Taxonomy yang pertama kali dikenalkan oleh sekelompok peneliti
yang dipimpin oleh Benjamin Bloom pada tahun 1956 dan dikembangkan lebih
lanjut oleh Anderson and Krathwol pada tahun 2001 digunakan sebagai rujukan
pada Standar Kompetensi Lulusan. Bloom Taxonomy mengkategorikan capaian
pembelajaran menjadi tiga domain, yaitu dimensi pengetahuan yang terkait
dengan penguasaan pengetahuan, dimensi sikap yang terkait dengan penguasaan
sikap dan perilaku, serta dimensi ketrampilan yang terkait dengan penguasaan
ketrampilan. Dimensi pengetahuan diklasifikasikan menjadi faktual, konseptual,
prosedural, serta metakognitif yang penguasaannya dimulai sejak Tingkat
Pendidikan Dasar hingga Tingkat Pendidikan Menengah. Structure of Observed
Learning Outcome (SOLO) Taxonomy yang pertama kali dikembangkan oleh
Biggs dan Collin (1982) dan telah diperbarui tahun 2003 digunakan sebagai dasar
untuk mengelompokkan Tingkat Kompetensi untuk aspek pengetahuan.

Menurut SOLO Taxonomy ada lima tahap yang harus dilakukan oleh
peserta didik untuk menguasai suatu pengetahuan, yaitu tahap pre-struktural, uni-
struktural, multi-struktural, relasional dan abstrak yang diperluas. Kelima tahap
ini dapat disederhanakan menjadi tiga tahap, yaitu surface knowledge, deep
knowledge dan conceptual atau constructed knowledge. Tahap surface knowledge
diperoleh pada Tingkat Pendidikan Dasar untuk Sekolah Dasar, tahap deep
knowledge diperoleh pada Tingkat Pendidikan Dasar untuk Sekolah Menengah
Pertama dan tahap conceptual/constructed knowledge diperoleh pada tingkat
Pendidikan Menengah yaitu ada Sekolah Menengah Atas. Walaupun demikian,
untuk jenis pengetahuan tertentu, ketiga tahap ini dapat dicapai dalam satu jenjang
pendidikan atau dalam satu tingkat kelas.

Berdasarkan Tingkat Kompetensi tersebut, ditetapkan Kompetensi yang


bersifat generik yang selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam
mengembangkan Kompetensi dan ruang lingkup materi yang bersifat spesifik
untuk setiap mata pelajaran. Secara hirarkis, Standar Kompetensi Lulusan
digunakan sebagai acuan untuk menetapkan Kompetensi yang bersifat
generik pada tiap Tingkat Kompetensi. Kompetensi yanag bersifat generik ini
kemudian digunakan untuk menentukan kompetensi yang bersifat spesifik
untuk tiap mata pelajaran. Selanjutnya, Kompetensi dan ruang lingkup materi
digunakan untuk menentukan Kompetensi Dasar pada pengembangan
kurikulum tingkat satuan dan jenjang pendidikan.
Kompetensi yang bersifat generik mencakup 3 (tiga) ranah yakni sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Ranah sikap dibagi menjadi sikap spiritual
dan sikap sosial. Pemilahan ini diperlukan untuk menekankan pentingnya
keseimbangan fungsi sebagai manusia seutuhnya yang mencakup aspek
spiritual dan aspek sosial sebagaimana diamanatkan dalam tujuan pendidikan
nasional. Dengan demikian, Kompetensi yang bersifat generik terdiri atas 4
(empat) dimensi yang merepresentasikan sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan, yang selanjutnya disebut Kompetensi Inti
(KI). Setiap Tingkat Kompetensi berimplikasi terhadap tuntutan proses
pembelajaran dan penilaian. Penjabaran Tingkat Kompetensi lebih lanjut
pada setiap jenjang pendidikan sesuai pencapaiannya pada tiap kelas akan
dilakukan oleh Pihak Pengembang Kurikulum. Tingkat Kompetensi yang
berbeda menuntut pembelajaran dan penilaian dengan fokus dan penekanan
yang berbeda pula. Semakin tinggi Tingkat Kompetensi, semakin kompleks
intensitas pengalaman belajar peserta didik dan proses pembelajaran serta
penilaian.
Tabel 1. Kompetensi Inti Tingkat Kompetensi Menengah (Kelas X-XII SMA/ MA/
SMALB/Paket C)

Kompetensi Inti Deskripsi Kompetensi


Sikap Spiritual Menghayati dan mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya.
Sikap Sosial Menghayati dan mengamalkan perilaku
a. Jujur,
b. Disiplin,
c. Santun,
d. Peduli (gotong royong, kerjasama,
toleran, damai),
e. Bertanggung jawab,
f. Responsif, dan
g. Pro-aktif,
Dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan
perkembangan anak di lingkungan, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam
sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan
kawasan internasional.
Pengetahuan Memahami, menerapkan, menganalisis dan
mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif pada tingkat
teknis, spesifik, detil, dan kompleks
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
a. ilmu pengetahuan,
b. teknologi,
c. seni,
d. budaya, dan
e. humaniora
Dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
Keterampilan Menunjukkan keterampilan menalar,
mengolah, dan menyaji secara:
a. Efektif,
b. Kreatif,
c. Produktif,
d. Kritis,
e. Mandiri,
f. Kolaboratif,
g. Komunikatif, dan
h. Solutif.
Dalam ranah konkret dan abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya
di sekolah, serta mampu menggunakan metoda
sesuai dengan kaidah keilmuan.
C. Standar Proses
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada
satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Proses
dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang
telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi pesertadidik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian
proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian
kompetensi lulusan.
Melalui standar proses ini seorang guru dan pengelola sekolah dapat
menentukan bagaimana prosespembelajaran berlangsung. Dalam mencapai
keberhasilan pelaksanaan standar proses disekolah, terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi yaitu kesiapan guru, kesiapan siswa,sarana dan prasarana
penunjang pembelajaran, dan proses pembelajaran yang berlangsung .Menurut
Hapipi (2018) memaparkan bahwa kemampuan guru yang sangatmempengaruhi
proses pembelajaran yaitu meliputi: 1) penguasaan materi ajar; 2)
membuatRencana Pelaksanaan Pembelajaran; 3) melaksanakan pembelajaran; 4)
melakukan refleksisetelah pembelajaran berakhir.
Karakteristik proses pembelajaran di
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C Kejuruan secara keseluruhan
berbasis mata pelajaran, meskipun pendekatan tematik masih dipertahankan.
Standar Proses pada SDLB, SMPLB, dan SMALB diperuntukkan bagi tuna netra,
tuna rungu, tuna daksa, dan tuna laras yang intelegensinya normal. Secara umum
pendekatan belajar yang dipilih berbasis pada teori tentang taksonomi tujuan
pendidikan yang dalam lima dasawarsa terakhir yang secara umum sudah dikenal
luas. Berdasarkan teori taksonomi tersebut, capaian pembelajaran dapat
dikelompokkan dalam tiga ranah yakni: ranah kognitif, affektif dan psikomotor.
Penerapan teori taksonomi dalam tujuan pendidikan di berbagai negara dilakukan
secara adaptif sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah mengadopsi
taksonomi dalam bentuk rumusan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga
ranah tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak
bisa dipisahkan dengan ranah lainnya. Dengan demikian proses pembelajaran
secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.

Perencanaan Pembelajaran
A. Desain Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan
pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan
penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan
skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan
pembelajaran yang digunakan.
1. Silabus
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap
bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat:
a. Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/Paket B dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C Kejuruan);
b. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;
c. Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi
dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta
didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran;
d. kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran;
f. materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian
kompetensi;
g. pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;
h. penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik;
i. alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum
untuk satu semester atau satu tahun; dan
j. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar
atau sumber belajar lain yang relevan.
Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan
Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola
pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan
dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan
dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya
mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan
berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD
atau subtema yang dilaksanakan kali pertemuan atau lebih.
Komponen RPP terdiri atas:
a. identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;
b. identitas mata pelajaran atau tema/subtema;
c. kelas/semester;
d. materi pokok;
e. alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan
beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia
dalam silabus dan KD yang harus dicapai;
f. tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan
kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
g. kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;
h. materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
ketercapaian kompetensi;

3. Prinsip Penyusunan RPP


Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat
intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi,
gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma,
nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
b. Partisipasi aktif peserta didik.
c. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi,
minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.
d. Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk
mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan
berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
e. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program
pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
f. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber
belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.
g. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata
pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya
h. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis,
dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

Pelaksanaan Pembelajaran
A. Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran
1. Alokasi Waktu Jam Tatap Muka Pembelajaran
a. SMA/MA : 45 menit
b. SMK/MAK : 45 menit
2. Rombongan belajar
Jumlah rombongan belajar per satuan pendidikan dan jumlah maksimum
peserta didik dalam setiap rombongan belajar pada tabel di bawah ini :
Satuan Pendidikan Jumlah Rombongan Belajar Jumlah Maksimum
Peserta Didik Per
Rombongan Belajar
SMA/MA 3-36 36
SMK 3-72 36
SMALB 3 8

3. Buku Teks Pelajaran


Buku teks pelajaran digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pembelajaran yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan peserta
didik.
4. Pengelolaan Kelas dan Laboratorium
a. Guru wajib menjadi teladan yang baik bagi peserta didik dalam menghayati
dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya serta mewujudkan kerukunan
dalam kehidupan bersama.
b. Guru wajib menjadi teladan bagi peserta didik dalam menghayati dan
mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
c. Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta didik dan sumber daya
lain sesuai dengan tujuan dan karakteristik proses pembelajaran.
d. Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat
didengar dengan baik oleh peserta didik.
e. Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudah dimengerti
oleh peserta didik.
f. Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan
belajar peserta didik.
g. Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, dan keselamatan
dalam menyelenggarakan proses pembelajaran.
h. Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil
belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
i. Guru mendorong dan menghargai peserta didik untuk bertanya dan
mengemukakan pendapat.
j. Guru berpakaian sopan, bersih, dan rapi.
k. Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada peserta didik silabus mata
pelajaran; dan
l. Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu
yang dijadwalkan.

B. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan
pendahuluan, inti dan penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru wajib:
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran;
b. memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual sesuai manfaat dan
aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh
dan perbandingan lokal, nasional dan internasional, serta disesuaikan dengan
karakteristik dan jenjang peserta didik;
c. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
d. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
dan
e. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran,
media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik
peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan /atau tematik
terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/atau
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project
based learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang
pendidikan.
a. Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih
adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati,
hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan
kompetensi yang mendorong peserta didik untuk melakuan aktivitas tersebut.
b. Pengetahuan
Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteritik
aktivititas belajar dalam domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan
kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk
memperkuat pendekatan saintifik, tematik terpadu, dan tematik sangat disarankan
untuk menerapkan belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry
learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya kreatif dan
kontekstual, baik individual maupun kelompok, disarankan yang menghasilkan
karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).
c. Keterampilan
Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba,
menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan sub topik) mata
pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong peserta didik untuk
melakukan proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan
keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran yang menerapkan modus
belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning) dan
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project
based learning).
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama peserta didik baik secara
individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:
a. seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk
selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak
langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung;
b. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
c. melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas
individual maupun kelompok; dan
d. menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.

Penilaian Proses Dan Hasil Pembelajaran


Penilaian sangat perlu dilakukan, jika hal ini tidak terlaksana maka suatu
sekolah akansulit mengalami perkembangan karena tidak mengetahui kekurangan
yang harus diperbaiki,(Atika, 2017). Dengan adanya penilaian ini guru selalu
ditempatkan sebagai seseorangyang tidak cepat puas dengan hasil yang dicapai
peserta didiknya. Namun selalu menganalisa kebaikan berbagai program dan
mencobakan program-program lain agar hasil belajar siswa selalu meningkat.
Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik
(authentic assesment) yang menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil
belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan
menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan belajar peserta didik yang mampu
menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) pada aspek pengetahuan
dan dampak pengiring (nurturant effect) pada aspek sikap.
Hasil penilaian otentik digunakan guru untuk merencanakan program
perbaikan (remedial) pembelajaran, pengayaan (enrichment), atau pelayanan
konseling. Selain itu, hasil penilaian otentik digunakan sebagai bahan untuk
memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan.
Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dengan
menggunakan alat: lembar pengamatan, angket sebaya, rekaman, catatan anekdot,
dan refleksi. Evaluasi hasil pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dan
di akhir satuan pelajaran dengan menggunakan metode dan alat: tes
lisan/perbuatan, dan tes tulis. Hasil evaluasi akhir diperoleh dari gabungan
evaluasi proses dan evaluasi hasil pembelajaran.

Pengawasan Proses Pembelajaran


Pengawasan dalam proses pembelajaran perlu dilakukan agar pelaksanaan
pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Pengawasan proses
pembelajaran dilakukan melalui kegiatan pemantauan, supervisi, evaluasi,
pelaporan, serta tindak lanjut secara berkala dan berkelanjutan. Pengawasan
proses pembelajaran dilakukan oleh kepala satuan pendidikan dan pengawas.
1. Prinsip Pengawasan
Pengawasan dilakukan dengan prinsip objektif dan transparan guna
peningkatan mutu secara berkelanjutan.
2. Sistem dan Entitas Pengawasan
Sistem pengawasan internal dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas, dan
dinas pendidikan dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan.
a. Kepala Sekolah, Pengawas dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
melakukan pengawasan dalam rangka peningkatan mutu.
b. Kepala Sekolah dan Pengawas melakukan pengawasan dalam bentuk supervisi
akademik dan supervise manajerial.
3. Proses Pengawasan
a. Pemantauan
Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. Pemantauan dilakukan melalui
antara lain, diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman,
wawancara, dan dokumentasi.
b. Supervisi
Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran yang dilakukan melalui antara lain,
pemberian contoh pembelajaran di kelas, diskusi, konsultasi, atau pelatihan.
c. Pelaporan
Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran
disusun dalam bentuk laporan untuk kepentingan tindak lanjut pengembangan
keprofesionalan pendidik secara berkelanjutan.
d. Tindak Lanjut
Tindak lanjut hasil pengawasan dilakukan dalam bentuk:
1) Penguatan dan penghargaan kepada guru yang menunjukkan kinerja yang
memenuhi atau melampaui standar; dan
2) pemberian kesempatan kepada guru untuk mengikuti program
pengembangan keprofesionalan berkelanjutan.

D. Standar Penilaian
Standar Penilaian Pendidikan mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar
Penilaian Pendidikan. Peraturan ini merupakan pengganti dari Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian
Pendidikan. Adapun ruang lingkup penilaian yang diatur dalam Permendikbud
Nomor 23 Tahun 2016 yaitu penilaian hasil belajar oleh pendidik, Satuan
Pendidikan, dan oleh Pemerintah.
1. Pendidik, yaitu tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan;
2. Satuan pendidikan, yaitu kelompok layanan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada
setiap jenjang dan jenis pendidikan;
3. Pemerintah, yaitu Pemerintah Pusat, dalam hal ini adalah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

1) Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik


Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah proses pengumpulan
informasi/data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap,
aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan
sistematis yang dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan
perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan evaluasi hasil belajar
Adapun tujuan Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah sebagai berikut :
a) mengetahui tingkat penguasaan kompetensi;
b) menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi;
c) menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat
penguasaan kompetensi; dan
d) memperbaiki proses pembelajaran.

Telah disebutkan dalam Permendikbud 23 Tahun 2016, bahwa aspek yang dinilai
oleh Pendidik meliputi Aspek Sikap, Aspek Pengetahuan, dan Aspek
Keterampilan.
2) Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan
Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan adalah proses
pengumpulan informasi/data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam
aspek pengetahuan dan aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan
sistematis dalam bentuk penilaian akhir dan ujian sekolah/madrasah. Penilaian
hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian Standar
Kompetensi Lulusan untuk semua mata pelajaran. Adapun bentuk penilaian hasil
belajar oleh satuan pendidikan berupa Ujian Sekolah (US) (Alimudin, 2013).
Sedangkan Penilaian Akhir Semester (PAT), dan Penilaian Akhir Tahun (PAT)
dilakukan oleh pendidik yang kemudian diakomodir oleh satuan pendidik.
Penilaian Akhir Semester (PAS) adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester gasal. Cakupan
penilaian meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada
semester tersebut.
Penilaian Akhir Tahun (PAT) adalah kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik di akhir semester genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta
didik pada akhir semester genap. Cakupan penilaian meliputi seluruh indikator
yang merepresentasikan KD pada semester genap saja, atau dapat
merepresentasikan KD dalam kurun waktu satu tahun pelajaran (mencakup KD
pada semester 1 dan semester 2).
Ujian Sekolah (US) adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar
dan penyelesaian dari satuan pendidikan. Mata pelajaran yang diujikan adalah
semua mata pelajaran yang diajarkan pada satuan pendidikan tersebut. Untuk
beberapa mata pelajaran, ujian sekolah diselenggarakan dalam bentuk ujian tulis
dan ujian praktik, namun beberapa mata pelajaran lain dilaksanakan dengan ujian
tulis atau ujian praktik saja. Pengaturan tentang hal ini dan pelaksanaan secara
keseluruhan diatur dalam POS Ujian Sekolah yang disusun oleh satuan
pendidikan.

3) Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah


Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah bertujuan untuk menilai
pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu.
Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah menurut PP 19/2005 dilakukan dalam
bentuk ujian nasional, yang digunakan sebagai penentuan kelulusan peserta didik.
Sedangkan menurut PP 13/2015, penilaian hasil belajar dilakukan dalam bentuk
Ujian Nasional dan/atau bentuk lain yang diperlukan yang digunakan sebagai
dasar untuk:
a) pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan;
b) pertimbangan seleksi masuk ke jenjang pendidikan berikutnya; dan
c) pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya
untuk meningkatkan mutu pendidikan

Anda mungkin juga menyukai