C. Etiologi
Penyebab pasti dari kanker kolonrektal masih belum diketahui, tetapi kondisi
sindrom poliposis adenomatosa memiliki predisposisi lebih besar menjadi risiko kanker
kolon. Sebagian besar kanker kolon muncul dari polip adenomatosa yang menutupi
sebelah dalam usus besar. Seiring waktu, pertumbuhan abnormal ini makin
memperbesar dan akhirnya berkembang menjadi adenokarsinoma. Dalam kondisi ini,
banyak adenomatosa mengembangkan polip di kolon, yang pada akhirnya
menyebabkan kanker usus besar.
Faktor resiko yang mungkin adalah riwayat kanker pribadi, orang yang sudah
pernah terkena kanker colorectal dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya.
Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di indung telur, uterus (endometrium) atau
payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker colorectal.
Riwayat kanker colorectal pada keluarga, jika mempunyai riwayat kanker
colorectal pada keluarga, maka kemungkinan akan terkena penyakit ini lebih besar,
riwayat penyakit usus inflamasi kronis serta diet kebiasaan makan makanan berlemak
tinggi dan sumber protein hewani.
Faktor predisposisi yang penting adalah faktor gaya hidup, orang yang merokok,
minum minuman beralkohol atau menjalani pola makan yang tinggi lemak seperti
lemak jenuh dan asam lemak omega-6 (asam linol) dan sedikit buah-buahan dan
sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena kanker colorectal. Diet rendah
serat juga menyebabkan pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik ini dalam feses
yang bervolume lebih kecil. Selain itu, massa transisi feses meningkat, akibatnya
kontak zat yang berpotensi karsinogenik dengan mukosa usus bertambah lama.
Selain itu, etiologi lain dari kanker kolonrektal yaitu :
Kontak dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin, dan ototoksin serta
gelombang elektromagnetik.
Zat besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu, daging sapi dan
kambing serta tranfusi darah.
Minuman beralkohol, khususnya bir, usus mengubah alkohol menjadi asetilaldehida
yang meningkatkan risiko menderita kanker kolon.
Obesitas.
Bekerja sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai administrasi, atau
pengemudi kendaraan umum
Polip di usus (Colorectal polyps), polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam
kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian
besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat
menjadi kanker.
Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn, orang dengan kondisi yang menyebabkan
peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama
bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar.
Usia di atas 50, kanker colorectal lebih biasa terjadi pada usia manusia yang semakin
tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia
50 tahun ke atas.
G. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang dapat dilakukan menurut wijaya dan putri (2013), diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Pengkajian
a. Data demografi
1) Kanker kolorektal sering ditemukan terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.
2) Pada wanita sering ditemuka kanker kolon dan kanker rekti lebih sering
terjadi pada laki-laki.
b. Riwayat kesehatan dulu
1) Kemungkinan pernah menderita polip kolon, radang kronik kolon dan
colitis ulseratif yang tidak teratasi
2) Adanya infeksi dan obstruksi pada usus besar
3) Diet atau konsumsi diet yang tidak baik, tinggi protein, tinggi lemak dan
rendah serat
c. Riwat kesehatan keluarga
Adanya riwayat kanker pada keluarga, diidentifikasi kanker yang menyerang
tubuh atau organ termasuk kanker kolorektal adalah diturunkan sebagai sifat
dominan.
d. Riwayat kesehatan sekarang
1) Klien mengeluh lemah, nyeri abdomen, dan kembung
2) Klien mengeluh perubahan pada defekasi: buang air besar (BAB) seperti
pita, diare yang bercampur darah dan lender dan rasa tidak puas setelah
buang air besar
3) Klien mengalami anoreksia, mual, muntah jdan penurunan berat badan
e. Pemeriksaan fisik
1) Mata: konjungtiva subanemis/anemis
2) Leher: distensi vena jugularis (JVP)
3) Mulut: mukosa mulut kering dan pucat, lidah pecah-pecah dan bau yang
tidak enak
4) Abdomen: distensi abdomen, adanya teraba massa, penurunan bising usus
dan kembung
5) Kulit: turgor kulit buruk, kering (dehidrasi/malnutrisi)
f. Pengkajian fungsional Gordon
1) Aktivitas/istirahat
Gejala: kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, merasa gelisah dan
ansietas, tidak tidur semalaman karena diare, pembatasan aktivitas/ kerja
sehubungan dengan efek proses penyakit
2) Pernafasan : nafas pendek, dyspnea (respon terhadap nyeri yang dirasakan)
yang ditandai dengan takipnea dan frekuensi menurun.
3) Sirkulasi : Takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi
dan nyeri), hipotensi, kulit/membrane : turgor buruk, kering, lidah pecah-
pecah, (dehidrasi/malnutrisi)
4) Integritas ego
Gejala: ansietas, ketakutan, emosi kesal, missal: perasaan tak berdaya/taka
da harapan.
Factor stress kut/kronis: missal hubungan dengan keluarga/ pekerjaan,
pengobatan yang mahal
5) Eliminasi
Gejala: tekstur feses bervariasi dan bentuk lunak sampai bau. Episode diare
berdarah tak dapat diperkirkan, hilang timbul, sering tak dapat dikontrol
(sebanyak 20-30 kali/hari), perasaan tidak nyaman/tidak puas, deteksi
berdaah/mukosa dengan atau tanpa keluar feses
Menurunnya bising usus, tidak ada peristaltic atau adanya peristaltic yang
dapat dilihat, oliguria
6) Makan/cairan
Gejala: anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, tidak toleran
terhadap diit/sensitive (missal: buah segar/massa otot, kelemahan, tonus
otot dan turgor kulit buruk, membrane mukosa pucat, luka, inflamasi
rongga mulut.
7) Hygiene
Tanda: ketidakmampuan melakukan perawatan diri, stomatitis,
menunjukkan kekurangan vitamin
8) Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri/nyeri tekan pada kuadran kiri bawah
9) Keamanan
Gejala: adanya riwayat polip, radang kronik viseratif
10) Musculoskeletal: penurunan kekuatan otot, kelemahan dan malaise (diare,
dehidrasi, dan malnutrisi)
H. Daftar Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
dan muntah sekunder terhadap kemoterapi
2. Ganguan konsep diri berhubungan dengan perubahan aktual citra tubuh sekunder
terhadap kemoterapi
3. Perubahan fungsi defekasi berhubungan dengan efek efek merugikan dari
kemoterapi
4. Ansietas berhubungan dengan takut akan kemoterapi dan kemungkinan efek
samping
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan sekunder terhadap anemia
karena kemoterapi
6. Resiko tinggi terhadap perubahan mukosa mulut berhubungan dengan stomatitis
dan infeksi candida sekunder terhadap kemoterapi
7. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan efek
kemoterapi
8. Resiko infeksi berhubungan dengan pengobatan kemoterapi berkaitan dengan
destruksi secara cepat pembelahan sel hematopoietik normal yang mengakibatkan
imunosupressi
Intervensi Rasional
1. Observasi TTV klien 1. Mengetahui perkembangan TTV klien
2. Pantau
berat badan setiap minggu
hasil protrin albumin dan serum 3. Memberikan informasi diet harian untuk
perencanaan
8. Berikan diet halus selama kemoterapi 8. Makanan halus lebih mudah ditoleransi
selama kemoterapi
2. Ganguan konsep diri berhubungan dengan perubahan aktual citra tubuh sekunder
terhadap kemoterapi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,
pasien akan menunjukkan penghargaan diri yang realistis
Kriteria hasil : 1.Pasien Menyatakan cara-cara masukan perubahan fisik
kedalam gaya hidup
2.Pasien mengukapkan pernyataan positif tentang dirinya
Intervensi Rasional
Untuk konstipasi :
2. Berikan obat obat pelunak feses 2. Mencegah konstipasi
10. Berikan diet rendah sisa atau diet cair istirahat:gatorade dapat membantu mengganti
sampai diare dapat di kontrol.tambahkan ciran dan elektrolit yang hilang karena diare terus
gatorade
4. Ansietas berhubungan dengan takut akan kemoterapi dan kemungkinan efek samping
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, ansietas
berkurang atau hilang
Kriteria hasil : 1. Pasien mengatakan ansietas menurun pada tingkat yang
dapat diatasi
2. TTV dalam batas normal
TD : 100-120/70-80 mmHg
Nd : 60-80x/menit
RR : 16-24x/menit
Suhu : 36,5˚C
Intervensi Rasional
1. Observasi TTV klien 1. Mengetahui perkembangan TTV klien
2. Dasar pembuatan intervensi yang tepat
2. Pantau tingkat kecemasan klien
3. Pengetahuan yang adekuat dapat
menurunkan ansietas
6. Resiko tinggi terhadap perubahan mukosa mulut berhubungan dengan stomatitis dan
infeksi candida sekunder terhadap kemoterapi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam,
tidak terjadi perubahan pada mukosa mulut
Kriteria hasil : 1.Mukosa mulut tetap utuh (normal)
2. Hasil pengamatan rongga mulut lembab
3. Warnanya normal
4. Mulut tidak nyeri dan kering
Intervensi Rasional
1. Anjurkan sikat gigi dengan sikat gigiberbulu 1. Untuk menurunkan iritasi pada gusi.
lembut setiap setelah makan akan tidur Kebersihan mulut adalah pencegahan paling
baik, terhadap stomatitis
5. Hindari pencuci mulut yang dijual bebas dan 6. Untuk merangsang produksi salivaa
swab unsure gliserin
6. Berikan mints dan permen keras 8. Stomatitis atau infekdi candida sering
terjadi sehubungan dengan pengurangan
jumlah leukosit. Peradangan pada mukosa
7. Berikan salep petrolieum untuk bibir mulut tersebut menyakitkan.
Membersihkan mulut dengan hati-hati
setiap selesai makan dan pada waktu akan
tidur dan meningkatkan rasa nyaman
8. Jika terjadi stomatitis atau infeksi candida:
a. Ginakan lidi pembersih gigi untuk
membersihkan gigi
b. Berikan perawatan gigi dengan larutan
antimikroba, seperti satu bagian hibiclens
dan 19 bagian air
c. Berikan makanan lunak yang dinginatau
suam-suam kuku. Hidari makanan yang
pedas-pedas
d. Berikan makanan yang lembut yang mudah
dikunyah
e. Keluarkan gigi palsu, kecuali selama
makan.
f. Gunakan larutan pembersih mulut yang
memberikan efek menyejukkan. Misalnya 1
ons Benadryl eliksir dicampur kedalam 0,95
9. Plak merupakan indikasi infeksi candida
l atau pencuci mulut viscoain xylocain.
9. Jika plak putih terjadi sepanjang lidah mulut 10. Nistatin adalah obat yang dipilih untuk
pengobatan infeksi jamur
Intervensi Rasional
Nefrotoksisitas
1. Mendeteksi tanda-tanda dini insufisiensi
1. Pantau:
ginjal.
Masukan dan haluan setiap 8 jam
Lapran hasil asam urat serum
pH urine
laporan hasil BUN dan kreatinin
2. berikan allopurinol (zyloprom) sesuai pesanan.
Ototoksisitas
Toksisitas pulmonal
1. Pantau :
Bunyi napas setiap 8 jam
1. Untuk mendeteksi tanda dini keterlibatan
TTV setiap 4 jam jantung.
Black, J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba Emban Patria
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic- Noc Edisi Revisi Jilid 2. Jogakarta: Mediaction Publishing.
Wijaya, Andra S,. & Putri, Yessie M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha
Medika