Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang Masalah
Sinusitis adalah infeksi atau peradangan dari mukosa sinus paranasal. Sinusitis
mungkin hanya terjadi pada beberapa hari (sinusitis akut) atau berlanjut menjadi
sinusitis kronis jika tanpa pengobatan yang adekuat. Angka kejadian sinusitis akut
mendekati 3 dalam 1000 orang, sedangkan sinusitis kronis lebih jarang kira-kira 1
dalam 1000 orang. Bayi di bawah 1 tahun tidak menderita sinusitis karena
pembentukan sinusnya belum sempurna, tetapi sinusitis dapat terjadi pada berbagai
usia dengan cara lain. Sinus atau sering pula disebut dengan sinus paranasalis adalah
rongga udara yang terdapat pada bagian padat dari tulang tenggkorak di sekitar
wajah, yang berfungsi untuk memperingan tulang tenggkorak. Rongga ini berjumlah
empat pasang kiri dan kanan. Rasa sakit di bagian dahi, pipi, hidung atau daerang
diantara mata terkadang dibarengi dengan demam, sakit kepala, sakit gigi atau bahan
kepekaan indra penciuman kita merupaan salah satu gejala sinusitis. Terkadang
karena gejala yang kita rasakan tidak spesifik, kita salah mengartikan gejala-gejala
tersebut dengan penyakit lain sehingga membuat penyakit sinusitis yang diderita
berkembang tanpa diobati.
Sinusitis dianggap salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering didunia dan paling
banyak dijumpai pasien sakit sinusitis setiap harinya di rumah sakit. Data dari DEPKES RI tahun
2003 menyebutkan bahwa penyakithidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola
penyakit peringkatutama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit.
Ini berhubungan dengan meningkatnya beban kerja yang dialami kalanganprofesi atau
jabatan-jabatan yang memerlukan tanggung jawab yang cukupbesar, pada wanita dan individu
yang stres, seperti mahasiswa yang sedangmenghadapi ujian.
Berdasarkan angka kesakitan diatas, maka kelompok tertarik untuk membahas makalah ini
dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Klien Sinusitis”
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sinusitis ?
2. Apa etiologi dari sinusitis ?
3. Bagaimana Anatomi dan Fisiologis dari sinusitis ?
4. Bagaimana Patofisiologi dari sinusitis ?
5. Bagaimana menifestasiklinis dari sinusitis ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari sinusitis ?
7. Apa saja penatalaksanaan dan komplikasi dari sinusitis ?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari sinusitis
2. Mengetahui etiologi dari sinusitis
3. Mengetahui anatomi dan fisiologi dari sinusitis
4. Mengetahui patofisiologis dari sinusitis
5. Mengatahui bagaimana menifestasiklinis dari sinusitis
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang , penatalaksanaan dan komplikasi dari sinusitis ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Sinusitis merupakan proses peradangan pada mukosa atau selaput lendir sinus
pranasal . Akibat peradangan ini dapat menyebabkan pembentukan cairan atau
keruskan tulang dibawahnya. Sinus pranasal adalah rongga rongga yang terdapat pada
tulang tulang di wajah . Terdiri dari sinus frontal ( di dahi ), sinus etmoid ( pangkal hidung
) , sinus maksila ( pipi kanan dan kiri ), sinus sfenoid ( di belakang sinus etmoid )
Sinusitis dibagi menjadi :
1. Akut ( berlangsung kurang dari 4 minnggu )
2. Sub akut ( berlangsung antara 4-12 minggu )
3. Kronik ( berlangsung lebih dari 12 minggu )
Berdasarkan gejalanya dikatakan Akut bila terdapat tanda- tanda radang akut. Sub Akut,
bila tanda akut sudah reda dan perubahan histologik mukosa sinus masih reversibel.
Dan Kronik, bila perubahan tersebut sudah ireversibel, misalnya menjadi jaringan
granulasi atau polipoid.
B. Anatomi dan Fisiologi
Sinus atau lebih dikenal dengan sinus paranasal merupakan rongga di dalam tulang kepala
yang terbentuk dari hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala. Sinus paranasal terdiri dari
empat pasang sinus yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid, dan sinus sfenoid
kanan dan kiri. Sinus paranasal berfungsi sebagai pengatur kondisi udara, penahan suhu,
membantu keseimbangan kepala, membantu resonansi suara, peredam perubahan tekanan
udara, dan membantu produksi mucus untuk membersihkan rongga hidung.
Secara embriologik sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan
perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus sfenoid dan sinus
frontal. Semua rongga sinus dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan dari mukosa
hidung, berisi udara dan semua sinus mempunyai muara (ostium) di dalam rongga
hidung.
Secara klinis sinus paranasal dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok anterior dan
posterior. Kelompok anterior terdiri dari sinus frontal, sinus maksila, dan sel anterior
sinus etmoid. Kelompok posterior terdiri dari sel-sel posterior sinus etmoid dan sinus
sfenoid.
C. Etiologi
Sinus pranasal salah satu fungsinya adalah menghasilkan lendir yang dialirkan ke
dalam hidung, untuk selanjutnya dialirkan ke belakang , ke arah tenggorokan
untuk ditelan ke saluran pencernaan . Semua keadaan yang mengakibatkan
tersumbatnya aliran lendir dari sinus ke rongga hidung akan menyebabkan
terjadinya sinusitis . Secara garis besar penyebab sinusitis ada macam, yaitu :
1. Faktor lokal adalah semua kelainan pada hidung yang dapatmengakibatkan
terjadinya sumbatan ; antara lain infeksi, alergi , kelainan anatomi, tumor,
benda asing, iritasi polutan dan gangguan pada mukosalia ( rambut halus
pada mukosa lendir).
2. Faktor sisitemik adalah keadaan di luar hidung yang dapat menyebabkan
sinusitis ; antara lain gangguan daya tahan tubuh ( diabetes, AIDS ),
penggunaan obat 0pbat yang dapat mengakibatkan sumbatan hidung.
D. Patofisiologi

Membran Infeksi oleh inflamsi


mukosa sinus virus/bakteri

Peningkatan Hilangnya fungsi Edma, kemerahan,


sekresi mukus silia normal demam, nyeri
kepala
Pengeluaran Bakteri dapat
sekresi masuk & Hipertermi nyeri

Bakteri dapat Obstruksi sinus


tumbuh dgn baik pada nasal

Penyebaran
Iritasi sinus Kesalahan
bakteri secara

Pengobatan tidak Sekresi nasal yg Defisiensi


adekuat purulen

komplikasi Ketidakefektifan
jalan nafas

Intracranial Orbita,
osteomielitus &
abses sub
Meningitis Akut
periosteal pada
Abses subdural
tulang frontal
E. Manifestasi klinis
1. Hidung tersumbat
2. Nyeri didaerah sinus
3. Sakit kepala
4. Hiposmia / anosmia
5. Halitosis
6. Post natal drip yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak
7. Pada sinusitis maksila nyeri terasa dibawah kelopak mata dan kadang
menyebar ke alveoulus, hingga terasa di gigi, nyeri alih dirasakan di dahi
dan depan telinga.
8. Pada sinusitis etmoid nyeri dipangkal hidung dan kantus medius, kadang-
kadang nyeri di bola mata atau belakangnya terutama bila mata
digerakkan, nyeri alih di pelipis.
9. Pada sinusitis frontl, nyeri terlokalisasi di dahi atau diseluruh kepala.
10. Pada sinusitis sfenoid, rasa nyeri di verteks, oksipital, retro orbital, dan di
sfenoid
F. Pemeriksaan penunjang
1. Rinoskopi anterior : Mukosa merah, Mukosa bengkak, Mukopus di meatus
medius
2. Rinoskopi posterior : mukopus nasofaring
3. Nyeri tekan pipi sakit
4. Transiluminasi : kesuraman pada sisi sakit
5. X foto sinus paranasalisis : kesuraman , gambaran “airfluidlevel’,
penebalan mukosa
G. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan ialah menghilangkan gejala, memberantas infeksi, dan
menghilangkan penyebab. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara konservatif
dan pembedahan. Pengobatan konservatif terdiri dari :
1. Istirahat yang cukup dan udara disekitarnya harus bersih dengan
kelembaban yang ideal 45-55%
2. Antibiotika yang adekuat paling sedikit selama 2 minggu
3. Analgetika untk mengatasi rasa nyeri
4. Dekongestan untuk memperbaiki saluran yang tidak boleh diberikan lebih
dari pada 5 hari karena dapat terjadi rebound congestion dan rintis
medikamentosa. Selain itu pada pemberian dekongestan terlalu lama dapat
timbul rasa nyeri, rasa terbakar, dan rasa kering karena atrofi mukosa dan
kerusakan silia
5. Antihistamin jika ada faktor alergi
6. Kortikosteroid dalam jangka pendek jika ada riwayat alergi yang cukup
parah. Pengobatan operatif dilakukan hanya jika ada gejala sakit yang
kronis,otitis media kronik, bronkitis kronis, atau ada komplikasi seperti
abses orbita atau komplikasi abses intrakranial. Prinsip opersai sinus ialah
untuk memperbaiki saluran saluran sinus paranasalis yaitu dengan cara
membebaskan muara sinus dari sumbatan. Operasi dapat dilakukan
dengan alat sinoskopi (1-“ESS=functional endoscopic sinus surgery).
Teknologi ballon sinuplasty digunakan sebagai perawatan sinusitis.
Teknologi ini, sama dengan ballon angioplasty untuk jantung,
menggunakan kateter balon sinus yang kecil dan lentur (fleksibel) untuk
membuka sumbatan saluran sinus, memulihkan saluran pembuangan sinus
yang normal dan fungsi-fungsinya. Ketika balon mengembang, ia akan
secara perlahan mengubah struktur dan memperlebar dinding-dinding dari
saluran tersebut tanpa merusak jalur sinus.
H. Discharge planning
1. pertahankan kesehatan umum sehingga daya tahan alamiah tidak menurun.
Makan cukup, istirahat, olahraga
2. periksa jika nyeri pada nyeri pada area sinus menetap atau jika terdapat rabas
nasal dan terdapat perubahan bau busuk, warna
3. meningkatkan masukan cairan
4. memberitahu efek samping dari seprei hidung seperti kongesti rebound karena
pemakaian yang berlebihan
5. antibiotika dan obat lainnya harus digunakan sesuai resep
6. kontrol sesuai waktu yang ditentukan
7. kontrol jika ada keluhan tambahan, seperti nyeri yang bertambah
8. untuk pencegahan hindari alergan, (seperti debu, asap, tembakau) jika diduga
menderita alergi
I. Komplikasi
Osteomilitis abses superiostal paling sering pada sinusitis frontal dan sering pada
anak-anak. Pada sinusitis maksila dapat timbul fitsula oroantral.
Kelainan orbita terjadi akibat sinusitis paranasal yang berdekatan dengan
orbita.yang paling sering sinusitis etmoid. Penyebaran melalui tromboflebitis atau
perkontinuitatum. Kelainan yang dapat timbul adalah edema palpebra, selulitis
orbita, abses orbita dan trombosis sinus karvenosus.
Komplikasi berupa kelainan intrakranial, seperti meningitis, abses otak,dan
trombosis sinus karvenosus dapat timbul.
Juga kelainan paru, seperti bronkitis kronik dan bronkiektasis, yang disebut sebagai
sinobronkitis. Dapat juga timbul asma bronkial
Bila terdapat tanda-tanda komplikasi ini ,maka pasien harus dirujuk dengan
segera .
Tanda bahaya lain adalah gejala sinusitis frontal dan sinusitis sfenoid akut yang
berat.
Bila gejala akut sinusitis tidak reda dengan pengobatan, terutama bila serangan
timbul lebih dari 4-6 kali per tahun, gejala menetap diantara 2 serangan, dan
diperkirakan ada masalah lain yang mendasarinya maka sebaiknya pasien juga
dirujuk, karena mungkin diperlukan tindakan pembedahan.
BAB III
ASKEP SINUSITIS
I. PENGKAJIAN
Riwayat kesehatan pasien yang lengkap yang menunjukkan kemungkinan tanda dan
gejala sakit kepala, sakit tenggorok, dan nyeri sekitar mata dan pada kedua sisi
hidung, kesulitan menelan, batuk, suara serak, demam, hidung tersumbat, dan rasa
tidak nyaman umum dan keletihan. Menetapkan kapan gejala mulai timbul, apa yang
menjadi pencetusnya, apa jika ada yang dapat menghilangkan atau meringankan
gejala tersebut, dan apa yang memperburuk gejala tersebut adalah bagian dari
pengkajian, juga mengidentifikasi setiap riwayat alergi atau adanya penyakit yang
timbul bersamaan
Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan,pekerjaan,
A. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepalasinus, tenggorokan.
2. Riwayat Penyakit sekarang
3. Riwayat penyakit dahulu :
a)Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahanhidung atau trauma
b)Pernah mempunyai riwayat penyakit THT
c)Pernah menedrita sakit gigi geraham
4. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggotakeluarga yang lalu yang
mungkin ada hubungannya denganpenyakit klien sekarang.
5. Riwayat Psikososial
a)Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih)
b) Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
B. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehatUntuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi
obat tanpamemperhatikan efek samping
2. Pola nutrisi dan metabolisme :Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi
gangguanpada hidung
3. Pola istirahat dan tidurSelama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena kliensering pilek 
4. Pola Persepsi dan konsep diriklien sering pilek terus menerus dan berbau
menyebabkankonsepdiri menurun
5. Pola sensorik daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibatpilek terus menerus
(baik purulen, serous, mukopurulen). 
6. Pemeriksaan fisik
 Status kesehatan umum : keadaan umum, tanda vital,kesadaran.
 Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan padasinus, rinoskopi (mukosa merah
dan bengkak).
C. Data subyektif 
1. Observasi nares
a) Riwayat bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinya
b) Riwayat pembedahan hidung atau trauma
c) Penggunaan obat tetes atau semprot hidung : jenis, jumlah,frekuensi, lama.
2. Sekret hidung
a) Warna, jumlah, konsistensi secret
b) Epistaksis
 c) Ada tidaknya krusta/nyeri hidung
3. Riwayat Sinusitis
a)Nyeri kepala, lokasi dan beratnya
b) Hubungan sinusitis dengan musim/ cuaca.
4. Gangguan umum lainnya : kelemahan
D. Data Obyektif 
1. Demam, drainage ada : Serous
a)Mukppurulen
b)Purulen
2. Polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidungdan sinus yang mengalami
radang atau Pucat, Odema keluardari hidung atau mukosa sinus
3. Kemerahan dan Odema membran mukosa
4. Pemeriksaan penunjung :
a) Kultur organisme hidung dan tenggorokan
b) Pemeriksaan rongent sinus
II. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan di setiap sinus
 Sinusitis maksila akut
Pemeriksaan rongga hidung akan tampak ingus kental yang kadang-kadang
dapat terlihat berasal dari meatus medius mukosa hidung. Mukosa hidung
tampak membengkak (edema) dan merah (hiperemis). Pada pemeriksaan
tenggorok, terdapat ingus kental di nasofaring.
Pada pemeriksaan di kamar gelap, dengan memasukkan lampu kedalam mulut
dan ditekankan ke langit-langit, akan tampak pada sinus maksila yang normal
gambar bulan sabit di bawah mata. Pada kelainan sinus maksila gambar bulan
sabit itu kurang terang atau tidak tampak. Untuk diagnosis diperlukan foto
rontgen. Akan terlihat perselubungan di sinus maksila, dapat sebelah (unilateral),
dapat juga kedua belah (bilateral ).
 Sinusitis etmoid akut
Pemeriksaan rongga hidung, terdapat ingus kental, mukosa hidung edema dan
hiperemis. Foto roentgen, akan terdapat perselubungan di sinus etmoid.
 Sinusitis frontal akut
Pemeriksaan rongga hidung, ingus di meatus medius. Pada pemeriksaan di kamar
gelap, dengan meletakkan lampu di sudut mata bagian dalam, akan tampak
bentuk sinus frontal di dahi yang terang pada orang normal, dan kurang terang
atau gelap pada sinusitis akut atau kronis. Pemeriksaan radiologik, tampak pada
foto roentgen daerah sinus frontal berselubung.
 Sinusitis sfenoid akut
Pemeriksaan rongga hidung, tampak ingus atau krusta serta foto rontgen

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d sekresi berlebihan sekunder akibat
proses inflamasi
2. Hipertemia b.d proses inflamasi, pemajanan kuman
3. Nyeri akut b.d iritasi jalan napas atas sekunder akibat infeksi
4. Ansietas b.d proses penyakit (kesulitan bernapas), perubahan dalam status
kesehatan (eksudut purunlen)
5. Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi tentang penyakit yang diderita dan
pengobatannya
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Ketidakefektifan Noc NIC
bersihan jalan nafas  Respiratory status : Airway Suction
berhubungan dengan Ventilation  Pastikan kebutuhan oral /
sekresi berlebihan  Respiratory status : tracheal suctioning
sekunder akibat proses Airway petency  Auskultasi suara nafas sebelum
inflmasi Kriteria Hasil dan sesudah suctioning
 Mendemonstrasikan  Informasikan pada klien dan
batuk efektif dan suara keluarga tentang suctioning
nafas yang bersih , tidak  Minta klien nafas dalam
ada sianosis dan dyspneu sebelum suction dilakukan
( mampu mengeluarkan  Berikan O2 dengan
sputum, mampu bernafas menggunakan nasal untuk
dengan mudah, tidak ada memfasilitasi suksion
pursed lips) nasotrakeal
 Menunjukan jalan napas  Gunakan alat yang steril setiap
yang paten (klien tidak melakukan tindakan
merasa tercekik, irama
 Anjurkan pasien untuk istirahat
nafas , frekuensi
dan napas dalam setelah kateter
pernapasan dalam
dikeluarkan dari nasotrakeal
rentang normal, tidak
 Monitor status oksigen pasien
ada suara nafas
 Ajarkan keluarga bagaimana
abnormal )
cara melakukan suksion
 Mampu
 Hentikan suksion dan berikan
mengidentifikasikan dan
oksigen apabila pasien
mencegah faktor yang
menunjukan brakikardi ,
dapat menghambat jalan
peningkatan satirasi o2
nafas
Airway management
 Buka jalan nafas , gunakan
teknik chin lift atau jaw thrust
bila perlu
 Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
 Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jajaan nafas
buatan
 Pasang mayo bila perlu
 Lakukan fisiooterapi jika perlu
 Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
 Auskultrasi suara nerafas, catat
adanya suara tambahan
 Lakukan suction pada mayo
 Berikan bronkodilator bila
perlu
 Berikan pelembab udara kassa
basah NaCl lembab
 Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan
 Monitor respirasi dan status o2

2 Hipertermia NOC NIC


berhubungan dengan Thermoregulation Fever treatment
proses inflamasi, Kriteria hasil :  Monitor suhu sesering
pemajanan kuman  Suhu tubuh dalam mungkin
rentang normal  Monitor IWL
 Nadi dan RR dalam  Monitor warna dan suhu
rentang normal kulit
 Tidak ada perubahan  Monitor tekanan darah, nadi
warna kulit dan dan RR
tidak tanda pusing  Monitor penurunan tingkat
kesadaran
 Monitor WBC,Hb, dan Hct
 Monitor intake dan output
 Berikan anti piretik
 Berikan pengobatan
untuspongek mengatasi
penyebab demam
 Selimuti pasien
 Lakukan tapid sponge
 Kolaborasi pemberian
cairan intravena
 Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya
menggigil
Temperature regulation
 Monitor suhu minimal tiap
2 jam
 Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
 Monitor TD, nadi, dan RR
 Monitor warna dan suhu
kulit
 Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
 Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
 Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
 Ajarkan pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
 Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek
negatif dari kedinginaan
 Beritahukan tentang
indikasi terjadinya keletihan
dan penanganan emergency
yang diperlukan
Vital sign monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
 Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktifitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan
irama pernafasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernafasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer

3 Nyeri akut berhubungan NOC NIC


dengan iritasi jalan nafas  Pain level Pain management
atas sekunder akibat  Pain control  Lakukan pengkajian nyeri
infeksi  Comfort level secara komprehensif termasuk
Kriteria Hasil lokasi, karakteristik, durasi,
 Mampu mengontrol nyeri frekuensi, kualitas dan faktor
(tahu penyebab nyeri, presipitasi
mampu menggunakan  Observasi reaksi nonverbal dari
teknik nonfarmakologi ketidaknyamanan
untuk menguranginyeri,  Gunakan teknik komunikasi
mencari bantuan) terapeutik untuk mengetahui
 Melaporkan bahwa nyeri pengalaman nyeri pasien
berkurang dengan  Kaji kultur yang mempengaruhi
menggunakan respon nyeri
manajemen nyeri  Evaluasi pengalaman nyeri masa
 Mampu mengenali nyeri lampau
(skala, intensitas,  Evaluasi bersama pasien dan tim
frekuensi dan tanda kesehatan lain tentang
nyeri) ketidakefektifan kontrol nyeri
 Menyatakan rasa nyaman masa lampau
setelah nyeri berkurang  Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan
dukungan
 Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan , pencahayaan dan
kebisingan
 Kurangi faktor prespitasi nyeri
 Pilih dan lakukan peanganan
nyeri ( farmakologi , non
farmakologi dan interpersonal)
Analgestic Administrasion
 Tentukan lokasi , karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
 Tentukan analgesik pilihan , rute
pemberian dan dosis optimal
 Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur.
 Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
 Berikan anlagesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
 Evaluasi efektifitas analgesik
tanda dan gejala

4 Ansietas berhubungan NOC NIC


denganitan bernafas  Anxiety self control Anxiety Reduction (penurunan
proses penyakit  Anxiety level kecemasan)
( kesulitan bernafas),  Coping  Gunakan pendekatan yang
perubahan dalam status Kriteria Hasil menenangkan
kesehatan (eksudat  Klien mampu  Nyatakan dengan jelas harapan
purulen ) mengidentifikasi , terhadap pelaku pasien
mengungkapkan dan  Jelaskan semua prosedur dan
menunjukan teknik untuk apa yang dirasakan selama
mengontrol cemas prosedur
 Vital sign dalam batas  Pahami prespektif pasien
normal terhadap situasi stres
 Postur tubuh , ekspresi  Temani pasien untuk
wajah , bahasa tubuh dan memberikan keamanan dan
tingkat aktivitas menguragi takut
menunjukan  Dorong keluarga untuk
berkurangnya kecemasan menemani anak
 Dengarkan dengan penuh
perhatian
 Berikan obat untuk mengurangi
kecemasan
 Identifikasi tingkat kecemasan
 Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksas

5 Defesiensi pengtahuan NOC NIC


berhubungan dengan  Knowladge : diseas Teaching : disease process
kurang informasi process  Berikan penilaian tentang
tentang penyakit yang di  Knowladge : health tingkat pengetahuan pasien
derita dan pengobatan behavior tentang proses penyakit yang
nya Kriteria hasil : spesifik
 Pasien dan keluarga  Jelaskan patofisiologi dari
menyatakan penyakit dan bagaimana hal ini
pemahaman tentang berhubungan dengan anatomi
penyakit, kondisi, dan fisiologi dengan cara yang
prognosis dan program tepat
pengobatan  Gambaran tanda dan gejala
 Pasien dan keluarga yang biasa mucul pada
mampu melaksanakan penyakit, dengan cara yang
prosedur yang dijelaskan tepat
secara benar  Gambarkan proses penyakit,
 Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat
mampu menjelaskan  Identifikasi kemungkinan
kembali apa yang penyebab, dengan cara yang
dijelaskan perawat/ tim tepat
kesehatan lainnya  Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara
yang tepat
 Hindari jaminan yang kosong
 Sediakan bagi keluarga atau SO
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
 Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang dan
atau proses pengontrolan
penyakit
 Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan

IV. EVALUASI
1. Gejala- gejala ( nyeri kepala dan sumbatan hidung ) membaik
2. Pasien dapat mencegah serang lebih lanjut
3. Pasien menunjukan pemakaian obat tetes hidung yang benar
4. Pasien dapat menyatakan bagaimana menggunakan obat yang diberikan dan
pengobatan berlebihan apa yang harus dihindari
5. Pasien menyatakan rencana untuuk melakukan tindak lanjut keperawatan

BAB IV
PENUTUP
a. Simpulan
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai