Makalah Keperawatan ANESTESI Pada Bedah Tertentu
Makalah Keperawatan ANESTESI Pada Bedah Tertentu
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknik bedah rawat jalan dilakukan secara terpisah pertama kali tahun
1970 di Amerika Serikat. Dengan berkembangnya bidang anestesi dan
pembedahan maka bedah rawat jalan juga mengalami kemajuan yang pesat,
termasuk bedah rawat jalan pasien dewasa. Jumlah operasi yang dilakukan
dengan teknik bedah rawat jalan juga terus meningkat. Pada tahun 1994,
sekitar 66% operasi elektif di Amerika Serikat dilakukan dengan bedah rawat
jalan. Saat ini, Sekitar 70% pembedahan di Amerika Serikat telah dilakukan
dengan bedah rawat jalan.
Tujuan utama bedah rawat jalan adalah terlaksananya prosedur
pembedahan yang lebih efektif dan lebih ekonomis sehingga memberi
keuntungan terhadap pasien, rumah sakit serta pihak yang membayar (third
party payrs). Faktor utama pemilihan teknik bedah rawat jalan adalah
penekanan biaya tetapi tetap mempertahankan kualitas pengobatan, sehingga
morbiditas akibat prosedur pembedahan ataupun karena penyakit sebelumnya
tidak lebih besar dibandingkan dengan pasien rawat inap.
Keuntungan bagi pasien dengan teknik bedah rawat jalan ini adalah
mengurangi biaya, mengurangi waktu rawat sehingga waktu berpisah dengan
keluarga dan lingkungan menjadi lebih singkat, mengurangi waktu tunggu
untuk pembedahan, mengurangi resiko infeksi nosokomial rumah sakit, tidak
bergantung pada jumlah tempat tidur yang tersedia di rumah sakit sehingga
pasien lebih fleksibel dalam memilih jadwal operasi. Dibandingkan dengan
pasien rawat inap, pemeriksaan laboratorium berkurang serta mengurangi
kebutuhan obat pascabedah.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Bagaimana konsep medis dari anastesi kasus bedah rawat jalan?
2. Bagaimana konsep keperawatan dari anastesi kasus bedah rawat jalan?
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini antara lain:
1. Melengkapi tugas disemester 6 dengan mata kuliah Keperawatan
Anastesi.
2. Memberikan informasi mengenai konsep medis dan konsep keperawatan
dari anastesi kasus bedah rawat jalan.
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Pengertian
Suatu tindakan anestesi yang dilakukan pada pasien-pasien yang menjalani prosedur
tertentu (pembedahan, diagnostik radiologi), dimana pasien dimasukkan dan dipulangkan
dari Rumah Sakit pada hari yang sama.
E. Pemilihan Pasien
Keputusan untuk menentukan apakah pasien layak untuk menjalani bedah
rawat jalan harus berdasarkan penilaian individual masing-masing pasien,
yang ditentukan oleh kombinasi dari beberapa faktor termasuk patient
consideration, prosedur pembedahan, teknik anestesi, dan tingkat kemampuan
dan kenyamanan ahli anestesi.
Lamanya operasi bukan suatu kriteria untuk bedah rawat jalan, sebab
hanya ada sedikit hubungan antara lamanya anestesi dengan cepatnya
pemulihan. Penyelesaiannya adalah operasi yang lama harus diacarakan untuk
operasi yang paling pagi.
Penekanan pada pertimbangan biaya dalam pembedahan menyebabkan
peralihan dari bedah rawat inap menjadi bedah rawat jalan meningkat tajam.
Hal ini juga berdampak pada perubahan dalam kriteria seleksi pasien bedah
rawat jalan dan dimasukkannya pasien dengan kondisi medis yang kompleks,
dimana pada masa lalu dinyatakan tidak fit untuk bedah rawat jalan. Isu
mengenai seleksi pasien makin membesar karena hanya sedikit data dan
penelitian mengenai kriteria dalam seleksi pasien ini. Pada awal
diperkenalkannya bedah rawat jalan hanya pasien dengan status ASA I dan
ASA II yang dipilih untuk prosedur bedah rawat jalan. Saat ini, pasien yang
digolongkan pada status ASA III dan ASA IV juga merupakan calon operasi
bedah rawat jalan asalkan penyakit sistemiknya dalam keadaan stabil.
F. Evaluasi Prabedah
Setiap fasilitas bedah rawat jalan harus mengembangkan metode skrining
prabedah sebelum hari operasi. Dalam bedah rawat jalan ahli anestesi adalah
orang yang terlibat langsung pada perawatan dan tatalaksana pasien,
meyakinkan pasien diskrining dan dievaluasi secara tepat. Juga harus
mengingatkan pasien tentang jadwal datang ke rumah sakit, restriksi makanan
(puasa), pakaian yang harus dipakai, transportasi ke rumah sakit, maupun
kebutuhan perawatan anggota keluarga lain yang ditinggalkan serta harus ada
orang dewasa yang mengantar pulang ke rumah dari rumah sakit setelah
selesai operasi.
Disamping untuk mengurangi rasa cemas pasien, evaluasi prabedah yang
dilakukan ahli anestesi juga bertujuan untuk mengidentifikasi potensi masalah
medis, mencari etiologinya, dan bila perlu melakukan koreksi yang tepat.
Dengan demikian dapat mengurangi pembatalan serta komplikasi bedah rawat
jalan.
Saat ini terdapat berbagai cara untuk melakukan evaluasi dan skrining
pasien bedah rawat jalan, seperti:
1. Pasien datang ke fasilitas bedah rawat jalan sebelum hari operasi.
2. Pasien datang ke kantor ahli anestesi sebelum hari operasi.
3. Wawancara melalui telepon.
4. Meneliti hasil pemeriksaan medis/data medis pasien.
5. Visite dan pemeriksaan prabedah pada pagi hari sebelum pembedahan.
6. Pengumpulan informasi pasien dengan bantuan komputer (computer
assisted information gathering).
Pasien yang diskrining secara adekuat serta dengan persiapan prabedah
yang baik akan lebih efisien dalam biaya pada bedah rawat jalan.
G. Persiapan Pasien
Persiapan pasien yang matang dalam bedah rawat jalan perlu dilakukan
agar tercapai kondisi yang optimal bagi pasien yang akan menjalani operasi.
Restriksi makanan dan minuman sebelum operasi bedah rawat jalan:
1. Untuk menurunkan risiko pneumonitis dan obstruksi jalan napas akibat
aspirasi isi lambung, pasien secara rutin diminta tidak makan makanan
padat 6-8 jam sebelum operasi. Atau puasa setelah tengah malam (bila
operasi dilakukan pagi hari) yang harus disampaikan secara lisan dan
tertulis.
2. Kebutuhan untuk melarang minum cairan pada periode prabedah (sampai
2 jam sebelum induksi anestesi) masih dievaluasi, karena:
a. Minum cairan jernih tidak meningkatkan volume cairan lambung
pada saat induksi anestesi.
b. Aman minum air sampai 150 ml pada saat minum obat.
c. Salah satu keuntungan mengizinkan minum kopi pada peminum kopi
adalah menurunnya kejadian sakit kepala setelah operasi.
Pemberian obat-obatan yang biasa dipakai pasien sebelum operasi:
Obat-obat anti hipertensi tetap diminum sampai hari operasi. Obat-obat
untuk merubah perasaan seperti fluoxetin, trisiklik anti depresan, mono-
amine oxidase inhibitor, dan lithium dapat terus diberikan tetapi harus
diwaspadai untuk kemungkinan terjadinya interaksi obat-obatan.
Pemberian aspirin dapat terus dilakukan terutama bila resiko perdarahan
pada operasi minimal. Pada operasi besar/risiko perdarahan besar aspirin
dihentikan mulai 7 hari prabedah.
Pemeriksaan EKG perlu dilakukan pada pasien umur lebih dari 40 tahun atau bila
ada indikasi.
Bila pada pemeriksaan ditemukan masalah medis, sebaiknya operasi
ditangguhkan dan pasien dievaluasi kembali.
L. Pemulihan (Recovery)
Pemulihan adalah suatu proses yang secara tradisional dibagi atas 3 bagian
yang saling tumpang tindih yaitu early recovery, intermediate recovery, dan
late recovery. Early recovery dimulai dari dihentikannya obat anestesi supaya
pasien bangun, kembalinya refleks proteksi jalan napas, dan dimulainya
aktifitas motorik. Intermediate recovery bila sudah mencapai kriteria untuk
dapat dipulangkan ke rumah. Late recovery mulai dari dipulangkan sampai
pulihnya fungsi fisiologis ke keadaan seperti sebelum pembedahan.
Aldrete merancang suatu sistem skoring untuk menentukan kapan pasien
fit untuk keluar dari PACU. Nilai skoring 0, 1, atau 2 ditujukan untuk aktifitas
motorik, respirasi, sirkulasi, kesadaran, dan warna kulit. Total skor
maksimalnya 10. Penggunaan pulse oksimetri dapat menolong lebih akuratnya
indikator oksigenasi, dan diusulkanlah suatu modifikasi skoring aldrete yang
mengganti kriteria warna pada Aldrete skor dengan SpO2 pada modifikasi
sistem skoring Aldrete.
M. Pemulangan (Discharge)
Program bedah rawat jalan yang sukses tergantung pada pemulangan
pasien yang tepat waktu setelah anestesi. Beberapa kriteria yang telah dibuat
untuk menentukan kesiapan pasien untuk dipulangkan seperti Guidelines for
Safe Discharge After Ambulatory Surgery dan PADSS (Post Anesthesia
Disharge Scoring System). PADSS merupakan suatu sistem skoring yang
secara objektif menilai kondisi pasien untuk dipulangkan. Modifikasi PADSS
dibuat karena dalam kriteria PADSS terdapat ketentuan mampu minum
pascabedah, dimana ketentuan minum pascabedah tidak lagi dimasukkan
kedalam protokol kriteria pemulangan pasien dan hanya diperlukan pada
pasien tertentu. Modifikasi PADSS berdasarkan 5 kriteria, yaitu:
1. Tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, frekuensi napas, temperature)
2 : sekitar 20% dari nilai prabedah
1 : 20%-40% dari nilai prabedah
0 : 40% dari nilai prabedah
2. Ambulasi
2 : mampu berdiri/tidak ada pusing
1 : dengan bantuan
0 : tidak ada pergerakan/pusing
3. Mual/muntah
2 : minimal
1 : sedang
0 : berat
4. Nyeri
2 : minimal
1 : sedang
0 : berat
5. Perdarahan akibat pembedahan
2 : minimal
1 : sedang
0 : berat
Total nilai = 10. Bila skor mencapai 9, pasien cukup aman untuk
dipulangkan ke rumah.
N. Penundaan Pemulangan
1. Terjadi penyulit selama operasi : perdarahan, operasi berkepanjangan.
2. Terjadi penyulit selama anestesinya : mual, muntah, pusing, hipotensi
berat, laring edema pasca intubasi
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
B. Diagnosa Keperawatan
Perawat menentukan status masalah yang diidentifikasi dari diagnosa
keperawatan preoperatif dan mengelompokkan data baru yang relevan untuk
mengidentifikasi diagnosa baru. Diaognosa sebelumnya dapat berlanjut
menjadi masalah pascaoperatif. Perawat juga dapat mengidentifikasi factor
risiko yang mengarah pada identifikasi diagnosa keperawatan baru antara lain:
ketakutan yang berhubungan dengan pengalaman bedah, kehilangan kontrol,
hasil operasi yang tidak dapat diprediksi, ketidakmampuan koping keluarga
menghadapi kondisi klien yang membutuhkan intervensi keperawatan,
ansietas yang berhubungan dengan prosedur praoperasi dan prosedur
pascaoperasi, duka cita yang berhubungan dengan dampak operasi dan
diagnose lain yang bersifat spesifik bergantung jenis operasi yang dilakukan.
C. Perecanaan
Adanya data pengkajian terbaru dan analisa riwayat keperawatan
preoperatif memungkinkan perawat membuat rencana intervensi keperawatan
yang spesifik. Instruksi pascaoperatif dari dokter bedah juga dapat dijadikan
pedoman. Beberapa jenis tujuan perawatan pascaoperatif antara lain:
1. Menunjukkan kembalinya fungsi fisiologis normal
2. Tidak memperlihatkan adanya infeksi luka bedah
3. Dapat beristirahat dan merasa nyaman
4. Mempertahankan konsep diri
5. Kembali kepada status kesehatan fungsional dengan keterbatasan yang ada
akibat pembedahan.
D. Implementasi
1. Mendapatkan kembali fungsi fisiologis normal
Luka bedah, pengaruh immobilisasi yang lama selama pembedahan
berlangsung dan pada masa penyembuhan serta pengaruh anestesi dan
analgesic merupakan penyebab utama timbulnya komplikasi pascaoperatif.
Kegagalan klien berpartisipasi menambah risiko komplikasi. Perawat
harus memperhatikan hubungan antara seluruh sistem dengan terapi yang
diberikan.
2. Mempertahankan fungsi pernafasan
Untuk mencegah komplikasi pernafasan ,perawat harus
membersihkan paru-paru klien. Tindakan berikut ini dapat meningkatkan
ekspansi paru:
a. Perawat menganjurkan klien melakukan latihan pernafasan diafragma
minimal setiap 2 jam sekali saat klien sudah sadar
b. Perawat menginstruksikan klien menggunakan spirometer stimulatif
agar mendapat inspirasi yang maksimal
c. Perawat menganjurkan klien melakukan ambulasi lebih awal.
d. Perawat membantu klien bepindah posisi miring setiap 1 sampai 2 jam
saat bangun dan duduk jika mungkin
3. Pertahankan kenyamanan klien.
Mencegah statis sirkulasi
Beberapa klien berisiko tinggi mengalami statis vena akibat sifat
pembedahan yang dijalani. Beberapa tindakan dapat meningkatkan aliran
balik vena dan aliran sirkulasi darah normal :
a. Perawat menganjurkan klien untuk latihan kaki minimal setiap jam
saat klien terjaga.
b. Perawat memasang stoking antiemboli elastis sesuai instruksi dokter
c. Perawat memasang stoking antiemboli pneumatic.
d. Perawat menganjurkan klien melakukan ambulasi lebih awal
e. Perawat menghindari posisi yang dapat mengganggu aliran darah ke
bagian ekstremitas klien.
f. Perawat memberikan obat-obatan antikoagulan sesuai instruksi dokter
g. Perawat meningkatkan asupan cairan yang adekuat melalui oral atau
intravena.
4. Mempertahankan konsep diri
Tindakan berikut dapat mempertahankan konsep diri klien:
Perawat member privasi selama mengganti balutan atau menginspeksi
luka.
Perawat mempertahankan kebersihan klien
Perawat mencegah agar set drainase tidak mengalir terlalu deras.
Perawat mempertahankan lingkungan yang menyenangkan
Perawat member kesempatan klien mendiskusikan penampilannya
bersama-sama.
Perawat member kesempatan keluarga mendiskusikan cara menjaga
konsep diri klien.
5. Meningkatkan eliminasi urine
Tindakan berikut dapat meningkatkan eliminasi normal urine :
Perawat membantu klien pada posisi normal selama berkemih
Perawat memeriksa klien secara sering untuk mengetahui adanya
kebutuhan klien untuk berkemih
Perawat mengkaji adanya distensi kandung kemih
Perawat memantau asupan dan haluaran cairan.
Meningkatkan eliminasi normal dan nutrisi yang adekuat
Tindakan berikut mempercepat kembalinya eliminasi normal:
Perawat mengkaji peristaltic usus setiap 4 sampai 8 jam.
Perawat mempertahankan asupan nutrisi dan meningkatkannya
secara bertahap.
Perawat meningkatkan ambulasi dan latihan.
Perawat mempertahankan asupan cairan yang adekuat.
Perawat memberikan enema, supositori, reektal, dan selang rectal
sesuai instruksi.
Tindakan yang dapat mempertahankan asupan makanan yang adekuat:
Perawat menghilangkan sumber bau yang menyengat
Perawat membantu klien pada posisi nyaman saat makan
Perawat memberikan makanan yang diinginkan klien
Perawat melakukan perawatan mulut secara teratur
Perawata memberikan mekanan saat klien beristirahat dan bebas
dari rasa nyeri.
E. Evaluasi
Perawat mengevaluasi efektifitas perawatan yang diberikan pada klien
bedah berdasarkan hasil yang diharapkan setelah melakukan interfensi
keperawatan dengan cara bertanya pada klien dan keluarga untuk memperoleh
data. Yakinkan klien bahwa perawat memperhatikannya sehingga
memungkinkan perawat mengevaluasi kemajuan pemulihan. Apabila klien
tidak mengalami kemajuan seperti yng diharapkan perawat memperbaiki
kembali rencana keperawatan berdasarkan pada prioritas kebutuhan klien.
Bagian dari evaluasi perawat adalah menentukan banyaknya pelajaran
yang diterima klien dan keluarga tentang cara perawatan diri. Kehadirn
perawat yang member perawatan dirumah saat klien pulang berguna untuk
mengetahui apakah klien dapat melakukan perawatan secara efektif.
BAB IV
KESIMPULAN
Sumber Jurnal:
Yendi. 2011. Kontroversi Terkini dalam Anestesi pada Bedah Rawat Jalan
Dewasa/ Current Controversies in Adult Outpatient Anesthesia.
Sumber Internet:
http://www.academia.edu/2245412/Anestesi_Rawat_Jalan
http://ayapye.blogspot.com/2012/01/anestesi-pada-pasien-rawat-jalan.html
http://kuatkitabersama.wordpress.com/2012/05/11/askep-pasien-perioperatif-
pascaoperasi/