Anda di halaman 1dari 16

TES DIAGNOSTIK

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penilaian Pendidikan IPA yang Dibina
Oleh Ibu Vita Ria Mustikasari, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :

1. Diana Adining A 180351619083


2. May Dina Zakiyah I 180351619109
3. Rindiana Ika N 180351619070

Kelompok 9

Offering B

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGAM STUDI PENDIDIKAN IPA

Februari 2019

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

2. 1 Pengertian Tes Diagnostik ............................................................................ 3

2.2 Tujuan Tes Diagnostik ................................................................................. 3

2.3 Jenis Tes Diagnostik ................................................................................….4

2.4 Aplikasi dan Contoh ......................................................................................7

BAB III PENUTUP............................................................................................... 13

Kesimpulan ........................................................................................................ 13

Saran .................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku baik aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik. Sedangkan kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan
interaksi antara siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Untuk
mengetahui hasil belajar siswa dilakukan pengukuran dan penilaian. Alat ukur yang digunakan
dapat berupa tes dan non tes. Dalam hal ini akan diuraikan salah satu jenis tes yakni tes
diagnostik.

Tes sebagai alat ukur dan pengumpul informasi memiliki fungsi ganda yaitu mengukur
siswa dan mengukur keberhasilan dari program pengajaran. Menurut Arikunto (2009:33),
“ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa tes dibedakan atas 3 macam yaitu tes
diagnostik, tes formatif dan tes sumatif”.

Tes dapat berupa pertanyaan, pernyataan atau permintaan untuk melakukan sesuatu untuk
mengukur pengetahuan, keterampilan, inteligensi atau kemampuan lain yang dimiliki oleh siswa.
Diagnostik berasal dari kata diagnosis yang berarti mengidentifikasi penyakit dari gejala-gejala
yang ditimbulkannya. Seperti seorang dokter, sebelum menentukan obat apa yang akan diberikan
kepada pasien, dokter tersebut mengadakan pemeriksaan terlebih dahulu seperti memeriksa
tekanan darah, suara nafas, tes urine dan lainya. Demikian juga halnya seorang guru sebelum
memberikan bantuan kepada siswa, guru tersebut mengadakan tes untuk memeriksa kesulitan
belajar siswa. Tes seperti ini yang disebut dengan tes diagnostik.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apa yang dimaksud dengan tes diagnostik?
b) Apa tujuan dari tes diagnostik?
c) Apa saja jenis dari tes diagnostik?
d) Apa aplikasi dan contoh dari tes diagnostik?

1
1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui pengertian tes diagnostik
b) Untuk mengetahui tujuan dari tes diagnostik
c) Untuk mengetahui jenis-jenis tes diagnostik
d) Untuk mengetahui aplikasi dan contoh dari tes diagnostik

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tes Diagnostik

Beberapa ahli mengemukakan pengertian tes diagnostik. Tes diagnostik adalah tes yang
digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-
kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian pemberlakukan yang tepat (Arikunto, 2009).

Sudijono (2008) mendefenisikan tes diagnotik adalah tes yang dilakukan untuk
menentukan secara tepat jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata
pelajaran tertentu. Selanjutnya dalam buku Tes Diagnostik yang dikeluarkan oleh Dirjen
Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2007 menyebutkan bahwa tes diagnostik adalah tes yang
digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil tersebut dapat
digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut

Istilah diagnostik merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi


gejala-gejala yang ditimbulkan. Dalam pembelajaran istilah diagnostik dapat dilakukan dalam
sebuah tes. Diagnostik pada pembelajaran melingkupi konsep yang luas yang meliputi
identifikasi kekuatan dan kelemahan siswa dalam pembelajaran (Depdiknas, 2007).

Suwarto menjelaskan tes diagnostik merupakan tes yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan atau miskonsepsi pada topik tertentu dalam pembelajaran sehingga dari hasil tes
didapat masukan tentang respon siswa untuk memperbaiki kelemahannya. Tes diagnostik
merupakan rangkaian tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan peserta didik
sehingga hasil tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa
perlakuan yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa (Suwarto, 2012).

2.2 Tujuan Tes Diagnostik

Tujuan penilaian diagnostik yaitu, untuk membantu kesulitan atau mengatasi hambatan
yang dialami peserta didik waktu mengikuti kegiatan pembelajaran pada suatu bidang studi atau
keseluruhan program pembelajaran. Aspek-aspek yang dinilai yaitu hasil belajar yang diperoleh
murid, latar belakang kehidupannya, serta semua aspek yang berkaitan dengan

3
kegiatan pembelajaran. Waktu pelaksanaan tes diagnostik ini, sesuai dengan keperluan
pembinaan dari suatu lembaga pendidikan, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan para
peserta didiknya.

Tes diagnostik merupakan upaya guru untuk mendapat informasi tentang kesulitan siswa
dalam belajar. Dengan diketahuinya kesulitan belajar siswa, guru akan dapat mencarikan bantuan
yang tepat kepada siswa. Dalam buku Tes diagnostik yang diterbitkan Dirjen Pendidikan Dasar
dan Menengah Tahun 2007 dikemukan sejumlah karakteristik dari tes diagnostik yaitu:

a. Dirancang untuk mendeteksi kesulitan belajar siswa, karena itu format dan respons yang
dijaring harus didesain memiliki fungsi diagnostik,

b. Dikembangkan berdasar analisis terhadap sumber-sumber kesalahan atau kesulitan yang


mungkin menjadi penyebab munculnya masalah siswa

c. Menggunakan soal-soal bentuk supply response (bentuk uraian atau jawaban singkat),
sehingga mampu menangkap informasi secara lengkap.

d. Disertai rancangan tindak lanjut sesuai dengan kesulitan yang teridentifikasi.

2.3 Jenis-jenis Tes Diagnostik

Secara garis besar posisi tes diagnostik menduduki kapasitas dalam memantau
kemajuan belajar siswa, dengan melakukan tes formatif. Tes ini disusun untuk mengukur
ketuntasan belajar atau ketuntasan kompetensi minimal (KKM). Apabila dari hasil tes
formatif tersebut diketahui ada siswa yang belum tuntas, maka guru melakukan tes untuk
mendiagnosis kemungkinan-kemungkinan sumber masalahnya. Tes ini dalam diagram
Gambar 2 diberi nama tes diagnostik Tipe A.

4
(Depdiknas, 2007)

Secara garis besar posisi tes diagnostik menduduki kapasitas dalam memantau kemajuan
belajar siswa, dengan melakukan tes formatif. Tes ini disusun untuk mengukur ketuntasan belajar
atau ketuntasan kompetensi minimal (KKM). Apabila dari hasil tes formatif tersebut diketahui
ada siswa yang belum tuntas, maka guru melakukan tes untuk mendiagnosis kemungkinan-
kemungkinan sumber masalahnya. Tes ini dalam diagram Gambar 2 diberi nama tes diagnostik
Tipe A.
Di samping tes diagnostik Tipe A, terdapat tes diagnostik tipe lain yang dilakukan tanpa
didahului oleh tes formatif. Dugaan atas kemungkinan-kemungkinan sumber masalah muncul
berdasarkan pengalaman guru. Tes diagnostik semacam ini dalam diagram Gambar 2 disebut tes
diagnostik Tipe B. Pemberian tipe pada tes diagnostik dalam Gambar 2 sama sekali bukan
menunjukkan tingkat prioritasnya. Bukan berarti tes diagnostik Tipe A lebih baik atau lebih
penting dari Tipe B, atau Tipe A harus dilakukan sebelum Tipe B. Keduanya memiliki fungsi
sama, dan guru bebas memilih mana yang akan dilaksanakan sesuai kondisi dan kebutuhan.

5
Dalam pembuatan kisi-kisi pencantuman komponen-komponen di atas bukan merupakan
suatu yang baku, yang harus seperti itu. Penyusun kisi-kisi dapat mengurangi atau menambah
komponen tersebut sesuai keperluan atau tujuan tes. Bahkan dalam ulangan yang sifatnya
formatif kisi-kisi tidak perlu dirumuskan. Yang penting soal-soal yang dibuat harus memiliki
keterkaitan kuat dengan indikator hasil belajar yang telah dirumuskan atau yang dipilih dari
silabus yang diacu.

Berdasarkan pelaksanaannya, jenis tes diagnostic sebagai berikut:


Tes diagnostik ke 1 dilakukan sebagai calon siswa sebagai input, untuk mengetahui apakah
calon siswa tersebut sudah menguasai pengetahuan yang merupakan dasar untuk
menerima pengetahuan di sekolah, sehingga test ini disebut juga tes penjajakan
masuk (entering behavior test). Test diagnostik ke 1 dilakukan untuk mengukur
tingkat penguasaan pengetahuan dasar, biasa disebut dengan pengetahuan bahan
prasarat (pre-requisite). Oleh karena itu tes ini disebut juga tes prasarat atau pre-
requesite test.
Test diagnostik ke-2 dilakukan terhadap calon siswa yang sudah akan mulai mengikuti
program. Apabila cukup banyak calon siswa yang diterima sehingga diperlakukan lebih dari satu
kelas, maka untuk pembagian kelas diperlakukan suatu pertimbangan khusus. Apakah anak yang
baik akan disatukan dalam satu kelas, atau semua kelas akan diisi dengan campuran
anak yang baik, sedang atau kurang, ini semua memerlukan informasi. Informasi
seperti ini dapat diperoleh dengan cara melakukan tes diagnostik. Dengan demikian maka tes
diagnostik telah berfungsi sebagai tes penempatan ( placement test).
Test diagnostik ke-3 dilakukan terhadap siswa yang sedang belajar. Tidak semua siswa
dapat menerima pelajaran yang diberikan guru dengan lancar dan baik. Sebagai guru perlu
memberikan tes diagnostic untuk mengetahui bagian kompetensi dasar mana dari bahan yang
diberikan yang belum dikuasai siswa. Selain itu guru harus dapat mengadakan pengujian apa
penyebab siswa tersebut belum menguasai bahan. Berdasarkan hasil penelitian guru dapat
memberikan bantuan yang dibutuhkan.

6
Tes diagnostik ke- 4 diadakan pada waktu siswa akan mengakhiri pelajaran. Dengan tes
ini guru akan dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang ia berikan. Tes
ini dilakukan sebelum diadakan tes ulangan akhir semester atau remedial apabila ditemukan
permasalahan belajar (Arikunto, 2008)
Berdasarkan pada penjelasan diatas maka tes diagnostik ke-1 dan ke-2 diikuti oleh
seluruh siswa. Sedangkan tes diagnostik ke-2 dan ke-4 hanya diikuti oleh siswa yang memiliki
masalah. Hal tersebut dapat diliat pada hasil ulangan harian atau pada proses pembelajaran. Tes
diagnostik dapat dilakukan di kelas, laboratorium, di luar ruangan atau bahkan dapat
dilakukan dirumah dalam bentuk penugasan oleh guru. Dapat dilakukan oleh guru,
wali kelas dan bahkan oleh orang tua, siswa di rumah.

2.4 Aplikasi dan Contoh Tes Diagnostik

Contoh tes diagnostik dapat berupa tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda yang
disertai alasan, tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda yang disertai pilihan alasan, tes
diagnostik dengan instrumen pilihan ganda dan uraian, tes diagnostik dengan instrumen uraian
(Mansyur, 2007).
Sebelum melakukan tes diagnostik langkah-langkah tes pengembangan tes diagnostic
antara lain:
1. Mengidentifikasi kompetensi dasar yang belum tercapai ketuntasannya.
Telah diuraikan pada bagian sebelumnya bahwa tes diagnostik dilakukan untuk
mendiagnosis kesulitan atau masalah belajar yang dialami oleh siswa. Dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi kesulitan belajar tersebut mengacu pada kesulitan
untuk mencapai kompetensi dasar, karena itu sebelum menyusun tes diagnostik harus
diidentifikasi terlebih dahulu kompetensi dasar-kompetensi dasar manakah yang tidak
tercapai tersebut. Guru yang selalu mencermati kegiatan belajar mengajarnya tentu
dapat melakukan kegiatan ini dengan mudah.
2. Untuk mengetahui tercapainya suatu kompetensi dasar dapat dilihat dari munculnya
sejumlah indikator, karena itu bila suatu kompetensi dasar tidak tercapai, perlu
didiagnosis indikator-indikator mana saja yang tidak mampu dimunculkan. Mungkin

7
saja masalah hanya terjadi pada indikator-indikator tertentu, maka cukup pada
indikator-indikator itu saja di susun tes diagnostik yang sesuai. Menentukan
kemungkinan sumber masalah
Setelah kompetensi dasar atau indikator yang bermasalah teridentifikasi, mulai
ditemukan (dilokalisasi) kemungkinan sumber masalahnya. Dalam pembelajaran
sains, terdapat tiga sumber utama yang sering menimbulkan masalah, yaitu: a) tidak
terpenuhinya kemampuan prasyarat; b) terjadinya miskonsepsi; dan c) rendahnya
kemampuan memecahkan masalah (problem solving). Di samping itu juga harus
diperhatikan hakikat sains yang memiliki dimensi sikap, proses, dan produk. Sumber
masalah bisa terjadi pada masing- masing dimensi tersebut.
3. Menentukan bentuk dan jumlah soal yang sesuai
Sebagaimana kegiatan seorang dokter dalam mendiagnosis suatu penyakit,
maka ketika seorang guru ingin menemukan “penyakit“ (baca: masalah) yang dialami
siswanya, maka perlu dipilih alat diagnosis yang tepat berupa butir-butir tes
diagnostik yang sesuai. Butir tes tersebut dapat berupa tes pilihan, esai (uraian),
maupun kinerja (performa) sesuai dengan sumber masalah yang diduga dan pada
dimensi mana masalah tersebut terjadi.
4. Menyusun kisi-kisi soal
Sebagaimana ketika mengembangkan jenis tes yang lain, maka sebelum
menulis butir soal dalam tes diagnostik harus disusun terlebih dahulu kisi-kisinya.
Kisi-kisi tersebut setidaknya memuat: a) kompetensi dasar beserta indikator yang
diduga bermasalah; b) materi pokok yang terkait; c) dugaan sumber masalah; d)
bentuk dan jumlah soal; dan e) indikator soal.

5. Menulis soal

Sesuai kisi-kisi soal yang telah disusun kemudian ditulis butir-butir soal. Soal
tes diagnostik tentu memiliki karakteristik yang berbeda dengan butir soal tes yang
lain. Jawaban atau respons yang diberikan oleh siswa harus memberikan informasi
yang cukup untuk menduga masalah atau kesulitan yang dialaminya (memiliki fungsi

8
diagnosis). Pada soal uraian, logika berpikir siswa dapat diketahui guru dari jawaban
yang ia tulis, tetapi pada soal pilihan. Karena itu siswa perlu menyertakan alasan
atau penjelasan ketika memilih option (alternatif jawaban) tertentu

6. Mereview soal
Butir soal yang baik tentu memenuhi validitas isi, untuk itu soal yang telah ditulis
harus divalidasi oleh seorang pakar di bidang tersebut. Bila soal yang telah ditulis
oleh guru tidak memungkinkan untuk divalidasi oleh seorang pakar, soal tersebut
dapat direviuw oleh guru-guru sejenis dalam MGMPS atau setidaknya oleh guru-guru
mapel serumpun dalam satu sekolah.
7. Menyusun kriteria penilaian
Jawaban atau respon yang diberikan oleh siswa terhadap soal tes diagnostik tentu
bervariasi, karena itu untuk memberikan penilaian yang adil dan interpretasi
diagnosis yang akurat harus disusun suatu kriteria penilaian, apalagi bila tes yang
sama dilakukan oleh guru yang berbeda atau dilakukan oleh lebih dari satu orang
guru.
8. Kriteria penilaian memuat rentang skor yang menggambarkan pada rentang berapa
saja siswa didiagnosis sebagai mastery (tuntas) yaitu sudah menguasai kompetensi
dasar atau belum mastery yaitu belum menguasai kompetensi dasar tertentu, atau
berupa rambu-rambu bahwa dengan jumlah type error (jenis kesalahan) tertentu
siswa yang bersangkutan dinyatakan ber”penyakit” sehingga harus diberikan
perlakuan yang sesuai.

No Kompetensi Materi Kemungkinan Indikator Soal Bentuk &


Dasar Sumber Masalah No. Soal

1 Menganalisis Gerak jatuh Terjadi Disajikan dua benda Pilihan


data percobaan bebas miskonsepsi dengan massa Ganda (1)
gerak lurus karena pengaruh berbeda dijatuhkan

9
beraturan dan intuisi dari ketinggian yang
gerak lurus sama, siswa dapat
berubah membandingkan
beraturan serta waktu yang
penerapannya dibutuhkan kedua
dalam benda tersebut untuk
kehidupan sampai di tanah
sehari-hari

Kelajuan Tidak dapat Disajikan data Uraian-

dan membedakan sebuah benda yang objektif (2)

kecepatan kelajuan dan bergerak maju


kecepatan sampai jarak dan
waktu tertentu,
kemudian mundur
pada jarak dan waktu
yang sama, siswa
dapat menghitung
kelajuan dan
kecepatan rata-rata
benda tersebut

No Kompetensi Materi Kemungkinan Indikator Soal Bentuk &


Dasar Sumber Masalah No. Soal

10
2 Menghitung Limas Pengetahuan Menentukan luas
luas prasyarat segitiga dan Uraian
permukaan dan segiempat (3)
volume kubus,
balok, prisma
dan limas

Membuat jaring- Kinerja

jaring Limas (3)

Pemahaman Menyebutkan rumus


konsep luas permukaan Isian (3)

limas dan volume


Limas
Prosedur Menemukan rumus Investigasi
luas permukaan (3)

limas dan volume


Limas
Pemahaman Menentukan luas
Prinsip permukaan limas jika Uraian
diketahui volumenya (3)
Pemecahan Menentukan masalah
Masalah sehari-hari yang Uraian

berkaitan dengan (3)

limas

11
Contoh Soal tes diagnostik.

1. Sebuah mobil bergerak maju sejauh 10 meter dalam waktu 1 sekon, kemudian bergerak
mundur sejauh 10 meter dalam waktu yang sama.
a). Tuliskan semua besaran yang diketahui dan ditanyakan
b). Hitunglah kelajuan dan kecepatan rata-rata mobil selama geraknya maju
dan mundur. Nyatakan dalam satuan km/jam
2. Dira mempunyai kotak berisi air ¾ baian. Kotak tersebut berisi tersebut panjang 20 cm,
lebar 16 cm dan tinggi 25 cm. Air dalam kotak itu akan dipindahkan oleh Dira ke tempat
lain dengan menggunakan tempat berbentuk limas paling sedikit 15 kali. Berapa luas
limas tersebut, jika alasnya berbentuk persegi dengan panjang sisi 10 cm?
3. Dua buah benda A dan B memiliki massa berbeda, benda A lebih berat dibandingkan
benda B. Bila kedua benda tersebut dijatuhkan secara bersamaan dari ketinggian yang
sama, maka:
a. benda A jatuh lebih dulu
b. benda B jatuh lebih dulu
c. benda A dan B jatuh secara bersamaan
Alasan memilih jawaban di atas:

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa
sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian
pemberlakukan yang tepat.
2. Tujuan penilaian diagnostik yaitu, untuk membantu kesulitan atau mengatasi
hambatan yang dialami peserta didik waktu mengikuti kegiatan pembelajaran pada suatu
bidang studi atau keseluruhan program pembelajaran.
3. Jenis-jenis tes diagnostic anatara lain : tes diagnostim A dan tes diagnostic B. berdasarkan
pelaksanaanya tes diagnostik yaitu tes diagnostik ke-1, tes diagnostik ke-2, tes diagnostik
ke-3, tes diagnostik ke-4.
4. Contoh tes diagnostik dapat berupa tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda yang
disertai alasan, tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda yang disertai pilihan alasan,
tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda dan uraian, tes diagnostik dengan instrumen
uraian. Langkah-langkah tes pengembangan tes diagnostik.
1) Mengidentifikasi kompetensi dasar yang belum tercapai ketuntasannya.
2) Untuk mengetahui tercapainya suatu kompetensi dasar dapat dilihat dari munculnya
sejumlah indikator,
3) Menentukan bentuk dan jumlah soal yang sesuai
4) Menyusun kisi-kisi soal
5) Menulis soal
6) Mereview soal
7) Menyusun kriteria penilaian
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi
maupun penyajian. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan untuk
perbaikan makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi.


Jakarta: Bumi Akasara

Depdiknas. 2007. Tes Diagnostik. Direktorat Pembinaan sekolah Menengah


Pertama

Mansyur, Rasyid H. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Wacana Prima

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evolusi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafinddo


Persada

Suwarto. 2013. Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

14

Anda mungkin juga menyukai