Pengadilan Negeri Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dengan
acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama menjatuhkan putusan sela sebagai berikut
dalam perkara Terdakwa:
Terdakwa telah ditahan di Lapas Anak Klas 3 Bandung Kepolisian Bandung berdasarkan
Surat Perintah/Penetapan Penahanan :
Terdakwa telah ditahan dalam Lapas Anak Klas 3 Bandung, berdasarkan Surat
Perintah/Penetapan Penahanan :
Dalam hal ini, Terdakwa didampingi oleh Penasihat Hukum bernama Fanrits Al
Malik, S.H., LL.M dan Juliana Pardede, S.H., M.H., pada kantor Auxiliya Quelene yang
beralamat di Jl. Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Selatan 12190, Indonesia yang mana
bertindak baik bersama – sama maupun sendiri – sendiri berdasarkan Surat Kuasa khusus
nomor 026/P16-Pid.Sus.Anak/GAP/VII/2020 tanggal 30 Maret 2020
Bahwa pada tanggal 3 Desember 2019, pukul 13.00 WIB Peri bertemu dengan
teman satu komplek perumahannya yang bernama Andi Febriansyah. Kemudian
Peri menanyakan bagaimana Andi bisa menghasilkan uang. Setelah menanyakan
terkait penghasilannya, Peri ditawari oleh temannya untuk bekerja bersama
dengan orang yang memberi Andi pekerjaan, Andi menyuruh Peri untuk
menghubungi OA Line dengan username :@mrjooob agar Peri mendapatkan
pekerjan.
--------- Perbuatan Terdakwa Peri tersebut, sebagaimana diatur dan diancam pidana
dalam Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
jo. Pasal 81 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak. -----------------------
1. Dalam Perkara A Quo Penuntut Umum Tidak Cermat Dalam Menerapkan Pasal
Yang Didakwakan
Penasihat Hukum berpendapat bahwa dalam perkara a quo, bahwa ketika Peri
melakukan tindak pidana Narkotika sebagai Kurir, Terdakwa Peri tidak mengetahui apa yang
ada dalam isi box merah yang selalu Terdakwa bawa.
Penasihat Umum sendiri dianggap salah dalam menginterpretasikan Pasal 114 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, yang mana Terdakwa hanya melakukan tindak
pidana Narkotika ini, hanya sebagai seorang yang menyalurkan saja pada saat kerjadian
perkara berlaku. Adapun tindak pidana menyalurkan sendiri diatur dalam Pasal 113 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009;
Oleh karena itu, Penasihat Hukum berpendapat rangkaian perbuatan Terdakwa dalam
perkara a quo merupakan tindak pidana menyalurkan narkotika dan sudah sepatutnya
Penuntut Umum menggunakan ketentuan dalam Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 batal demi hukum untuk mendakwakan perbuatan Terdakwa
sehingga Surat Dakwaan disusun secara tidak cermat dan haruslah dinyatakan batal demi
hukum;
Jika, melihat pada aturan dalam KUHP, dakwaan tidak diterima karena :
Jika, dilihat dari kasus mengenai Peri bahwa Surat Dakwaan tidak adanya obscur libel,
karena telah sesuai dengan prosedur dan sesuai dengan aturan. Yang telah dijelaskan juga
dalam Pasal 143 KUHAP ayat 2 :
Halaman 8 dari 21 Putusan Sela Nomor Nomor 122/Pid.B/2017/PN Bdg.
“penuntut umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani serta
berisi :
a. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan,
tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka
b. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan
dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.”
Bahwa Surat Dakwaan yang didakwakan kepada Terdakwa oleh Jaksa Penuntut Umum
harus dinyatakan Batal Demi Hukum karena melanggar syarat materiil yang diatur dalam
Pasal 143 KUHAP.
Untuk syarat Formal yaitu Surat Dakwaan diberi tanggal dan ditandatangani oleh Jaksa
Penuntut Umum dan Syarat Formal harus memuat Nama Lengkap, tempat lahir, umur atau
tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan Terdakwa.
Sedangkan Syarat materiil adalah harus memuat uraian secara cermat, jelas dan lengkap
mengenai tindak Pidana yang didakwakan dan juga harus menyebut waktu dan tempat
tindak pidana dilakukan (tempus delicti dan locus delicti).
Sebagaimana yang dijelaskan dalam surat dakwaan, Peri telah menjadi kurir perantara
untuk mengantarkan narkotika. Terdakwa sendiri tidak mengetahui isi dalam box tersebut,
karena hanya disuruh oleh Saksi bernama Andi Febriansyah.
ATAU
Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, maka kami mohon agar diberikan putusan
yang seadil-adilnya demi tegaknya keadilan (ex aequo et bono ex merito justitiae).
Menimbang, bahwa Setelah mendengar dan memperhatikan Pendapat Penuntut Umum
atas Keberatan Penasihat Hukum yang dibacakan dan diserahkan di persidangan pada
Selasa 27 April 2020 yang pada pokoknya menyatakan tetap pada dakwaannya dan
memohon untuk dijatuhkan putusan sebagai berikut :
1. Menyatakan seluruh Keberatan Penasihat Hukum Tidak Dapat Diterima
2. Menyatakan Surat Dakwaan Nomor : PDM-128/BDG/03/2020 telah memenuhi
syarat formil dan syarat materil untuk dijadikan dasar mengadili Tindak Pidana
Korupsi atas nama Terdakwa Peri
3. Menyatakan pemeriksaan perkara atas nama Terdakwa Peri tetap dilanjutkan
Halaman 10 dari 21 Putusan Sela Nomor Nomor 122/Pid.B/2017/PN Bdg.
Menimbang, bahwa dalam memberikan pertimbangan hukum, Majelis Hakim
mengacu pada ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang bunyinya :
(1) “Hakim dan Hakim Konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami
nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat”;
Ad.1 Penuntut Umum Tidak Cermat Mendakwakan Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika jo. Pasal 81 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
“seorang pedagang yang memberikan suatu jasa pelayanan dengan bertindak sebagai
perantara antara dua pihak, seringkali antara produsen dan konsumen atau antara penjual
dan pembeli.”
“Tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan karena alat
pembuktian yang sah menurut undang-undang mendapat keyakinan bahwa seseorang yang
dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang didakwakan atas
dirinya.”
Menimbang, bahwa dengan dasar tersebut majelis hakim tidak dapat secara
langsung memutuskan Terdakwa tidak bersalah dikarenakan untuk memperoleh keyakinan
mengenai pihak yang bersalah, haruslah dilakukan proses pembuktian terlebih dahulu di
persidangan selanjutnya.
MENGADILI:
Dr. Fina Agustina S, S.H., M.H., Dr. M. Tubagus Iqbal Fadilah S.H., LL.M.,
Panitera Pengganti