Anda di halaman 1dari 21

PUTUSAN SELA

Nomor 122/Pid.B/2017/PN Bdg.

“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Pengadilan Negeri Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dengan
acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama menjatuhkan putusan sela sebagai berikut
dalam perkara Terdakwa:

Nama Lengkap : Peri


Tempat Lahir : Bandung
Umur/Tanggal Lahir : 14 Tahun / 16 Oktober 2005
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia
Tempat Tinggal : Jalan Antapani No. 10, Keluruhan Antapani Tengah,
Kecamatan Antapani, Kabupaten Bandung
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : Sekolah Dasar

Terdakwa telah ditahan di Lapas Anak Klas 3 Bandung Kepolisian Bandung berdasarkan
Surat Perintah/Penetapan Penahanan :

1. Penyidik Direktorat Reserse Kriminal Kepolisian Daerah Jawa Barat berdasarkan


Surat Perintah Penahanan No. Pol. SP. Kap/225/XIII/2020/Ditreskrim, tanggal 18
Februari 2020 , sejak tanggal 18 Februari 2020 sampai dengan tanggal 8 Maret
2020;

2. Pembantaran Penahanan berdasarkan Surat Perintah Pembantaran Penahanan No.


Pol. SP. Kap/225/XIII/2020/ /Ditreskrim, tanggal 8 Maret 2020, sejak tanggal 8
Maret 2020 sampai dengan tanggal 15 Maret 2020;

Halaman 1 dari 21 Putusan Sela Nomor Nomor 122/Pid.B/2017/PN Bdg.


3. Pencabutan Pembantaran Penahanan oleh Penyidik berdasarkan Surat Pencabutan
Pembantaran No. Pol. SP.Sidik/40/VI/2020/Ditreskrim, pada tanggal 15 Maret
2020;

4. Penahanan Lanjutan berdasarkan Surat Perintah Penahanan di Lapas Anak Klas 3


Bandung Lanjutan No. Pol. SP. Kap/225/XIII/2020/Ditreskrim, tanggal 15 Maret
2020, sejak tanggal 15 Maret 2020 sampai dengan tanggal 20 Maret 2020;

5. Perpanjangan Penahanan oleh Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Bandung


berdasarkan Surat Perpanjangan Penahanan Nomor: 78/O.4/Euh.1/06/2017,
tanggal 21 Maret 2020, sejak tanggal 21 Maret 2020 sampai dengan tanggal 21
April 2020;

Terdakwa telah ditahan dalam Lapas Anak Klas 3 Bandung, berdasarkan Surat
Perintah/Penetapan Penahanan :

1. Penuntut Umum pada Kejaksaan Ngeri Bandung berdasarkan Surat Perintah


Penahanan Nomor : PRINT-84/O.4.14/Euh/08/2020, tanggal 22 Maret 2020, sejak
tanggal 22 Maret 2020 sampai dengan tanggal 10 April 2020 ;
2. Hakim pada Pengadilan Negeri Bandung berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan
Negeri Bandung Nomor : 348/Pen/Pid.B/2020/PN.Bdg, tanggal 26 Maret 2020, sejak
tanggal 26 Maret 2020 sampai dengan tanggal 27 April 2020.

Dalam hal ini, Terdakwa didampingi oleh Penasihat Hukum bernama Fanrits Al
Malik, S.H., LL.M dan Juliana Pardede, S.H., M.H., pada kantor Auxiliya Quelene yang
beralamat di Jl. Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Selatan 12190, Indonesia yang mana
bertindak baik bersama – sama maupun sendiri – sendiri berdasarkan Surat Kuasa khusus
nomor 026/P16-Pid.Sus.Anak/GAP/VII/2020 tanggal 30 Maret 2020

Pengadilan Negeri tersebut,

Telah Membaca surat – surat dalam perkara ini ;

1. Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Bandung Nomor : 128/Pen/Pid.Sus-


Anak/2020/PN.Bdg, tanggal 30 Maret 2020 tentang Penunjukan Majelis Hakim;

Halaman 2 dari 21 Putusan Sela Nomor Nomor 122/Pid.B/2017/PN Bdg.


2. Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Bandung Nomor : 128/Pen/Pid.Sus-
Anak/2020/PN.Bdg., tanggal 2 April 2020 tentang Penunjukan Panitera Pengganti;
3. Penetapan Majelis Hakim Penggadilan Negeri Bandung Nomor :
348/Pen/Pid.B/2020/PN.Bdg., tanggal 3 April dari Kepala Kejaksaan Negeri
Bandung Hari Sidang;
4. Surat Pelimpahan Berkas Acara Pemeriksaan Biasa Nomor : 128/Pen/Pid.Sus-
Anak/2020/PN.Bdg dari Kepala Kejaksaan Negeri Bandung tanggal 25 Maret 2020
5. Berkas perkara dan surat – surat lain yang bersangkutan

Setelah mendengar dan memperhatikan Surat Dakwaan Penuntut Umum dengan


Nomor Register Perkara: PDM-128/BDG/03/2020, tanggal 25 Maret 2020, yang dibacakan
dipersidangan pada hari Senin 6 April 2020 yang secara keseluruhan sebagai berikut :

---------------------- Bahwa Terdakwa Peri, pada waktu-waktu tertentu dalam


kurun waktu antara bulan Desember 2019 sampai dengan bulan Februari 2020,
bertempat di kediaman Terdakwa yang beralamat di Jalan Antapani Nomor 10
Kelurahan Antapani Tengah, Kecamatan Antapani, Kota Bandung, Jawa Barat atau
setidak-tidaknya pada suatu tempat tertentu di mana Pengadilan Negeri Bandung
berwenang untuk memeriksa dan mengadilinya, yang tanpa hak melawan hukum
menawarkan, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli,
menukar atau menyerahkan Narkotika golongan I, yang rangkaian perbuatannya
sebagai berikut : ------------------------------------------

 Bahwa pada tanggal 3 Desember 2019, pukul 13.00 WIB Peri bertemu dengan
teman satu komplek perumahannya yang bernama Andi Febriansyah. Kemudian
Peri menanyakan bagaimana Andi bisa menghasilkan uang. Setelah menanyakan
terkait penghasilannya, Peri ditawari oleh temannya untuk bekerja bersama
dengan orang yang memberi Andi pekerjaan, Andi menyuruh Peri untuk
menghubungi OA Line dengan username :@mrjooob agar Peri mendapatkan
pekerjan.

Halaman 3 dari 21 Putusan Sela Nomor Nomor 122/Pid.B/2017/PN Bdg.


 Bahwa pada tanggal 7 Desember 2019, bertempat di kediamannya, Peri
menghubungi OA Line tersebut melalui akun Line miliknya. Tidak lama kemudian,
akun @mrjooob memberikan tawaran pekerjaan sebagai kurir barang dengan
upah sebesar Rp. 5.000.000.00,- (Lima Juta Rupiah) untuk sekali mengantar dan
upah tersebut akan di transfer melalui aplikasi Go-Pay/OVO. Secara lebih lanjut,
dijelaskan pula bahwa Peri harus mengantarkan barang berupa kardus berwarna
merah ke titik pengataran yang berada di depan toilet Bandung Indah Plaza pada
pukul 16.00 WIB, dengan titik penjemputan barang yang berbeda-beda. Dengan
ini, akun tersebut menyatakan bahwa Peri akan dihubungi melalui nomor
telepon yang berbeda-beda perihal titik penjemputan barang serta tanggal
pengantaran barang. Dikarenakan upah yang dianggap cukup besar bagi Peri,
akhirnya ia memutuskan untuk menerima pekerjaan tersebut.
 Bahwa pada tanggal 25 Desember 2019 pukul 08.12 WIB, berdasarkan transkrip
pesan dari nomor +6285353927223 ke nomor +62889657376655 milik Peri,
didalamnya menjelaskan bahwa Peri diinstruksikan untuk mengambil barang
berupa kardus berwarna merah di Taman Vanda lebih jelasnya di sekitar
tanaman hias kamboja didepan kursi panjang berbahan kayu berwarna cokelat
pada pukul 15.25 WIB. Setelah menerima pesan singkat tersebut sekitar pukul
14.30 WIB Peri berangkat menuju Taman Vanda menggunakan transportasi
umum. Peri tiba di Taman Vanda kurang lebih pukul 15.20 WIB dan mengambil
barang berupa kardus berwarna merah sesuai lokasi yang diinstruksikan. Setelah
mengambil barang tersebut Peri langsung mengantarkan kardus berwarna merah
menuju lokasi pengantaran yaitu Basement depan toilet BIP menggunakan
transportasi umum. Sekitar pukul 15.55 WIB, Peri tiba di lokasi pengantaran.
Lalu, 10 menit kemudian Peri bertemu seseorang berjenis kelamin laki laki
dengan umur berkisar 30-an dan Peri memberikan kardus berwarna merah.
Setelah selesai melaksanakan tugasnya Peri kembali ke kediamannya. Kurang
lebih pukul 20.00 WIB Peri menerima notifikasi dari akun Gojek-nya bahwa ia
telah menerima GoPay senilai Rp. 5.000.000,00,.

Halaman 4 dari 21 Putusan Sela Nomor Nomor 122/Pid.B/2017/PN Bdg.


 Bahwa pada tanggal 16 Januari 2020, Peri menerima pekerjaan tersebut untuk
kedua kalinya. Ia menerima transkrip pesan dari nomor +6281287875540 ke
nomor +6289657376655 milik Peri pukul 08.00 WIB, didalamnya menjelaskan
bahwa Peri diinstruksikan mengenai titik pengambilan barang yang berbeda.
Yaitu di Jalan Layang Pasopati lebih tepatnya di belakang kursi Halte Bus pada
pukul 15.20 WIB. Setelah menerima pesan singkat tersebut, sekitar pukul 14.55
WIB Peri berangkat menuju Jalan Layang Pasopati menggunakan transportasi
umum. Peri tiba di lokasi sekitar pukul 15.00 WIB, ia langsung mengambil barang
dan bergegas menuju lokasi pengantaran yang sama seperti sebelumnya. Sekitar
pukul 15.55 WIB, Peri tiba di lokasi pengantaran. Lalu, 15 menit kemudian, Peri
bertemu seseorang berjenis kelamin perempuan dengan umur berkisar 22-an
dan Peri segera menyerahkan barang tersebut. Setelah selesai melaksanakan
tugasnya, Peri kembali ke kediamannya. Sekitar pukul 21.00 WIB, Peri menerima
notifikasi dari akun OVO-nya bahwa ia telah menerima OVO senilai
Rp.5.000.000,-
 Bahwa pada tanggal 25 Januari 2020, Peri menerima pekerjaan tersebut untuk
ketiga kalinya. Ia menerima transkrip pesan dari nomor +6281287879952 ke
nomor +6289657376655 milik Peri pukul 08.15 WIB, didalam isi pesan tersebut
menjelaskan bahwa Peri harus mengambil barang di titik penjemputan yang
berbeda yakni di ATM CENTER di Jalan Riau lebih tepatnya di sebelah mesin
Anjungan Tunai Mandiri (ATM) BCA pada pukul 15.25 WIB. Setelah menerima
pesan singkat tersebut, sekitar pukul 14.55 WIB, Peri berangkat menuju ke lokasi
pengambilan barang. Kurang lebih pukul 15.00 WIB, ia langsung mengambil
barang dan bergegas menuju ke lokasi pengantaran seperti sebelumnya. Sekitar
pukul 15.55 WIB, Peri tiba di lokasi pengantaran. Kemudian, setelah menunggu 5
menit, Peri bertemu seseorang berjenis kelamin laki-laki dengan umur berkisar
18-an dan Peri segera menyerahkan barang tersebut. Setelah selesai
melaksanakan tugasnya, Peri kembali ke kediamannya. Sekitar pukul 20.22 WIB,
Peri menerima notifikasi dari akun OVO-nya bahwa ia telah menerima OVO
senilai Rp.5.000.000,.

Halaman 5 dari 21 Putusan Sela Nomor Nomor 122/Pid.B/2017/PN Bdg.


 Bersamaan dengan transaksi yang dilakukan oleh Peri untuk ketiga kalinya,
Satpam bernama Suparno Saepudin yang bertugas dan selalu berjaga di area
Bandung Indah Plaza curiga terhadap Peri dikarenakan gerak-geriknya yang
mencurigakan. Selain itu, Ia selalu melihat Peri membawa kardus berwarna
merah dan menyerahkan barang tersebut kepada orang dewasa yang berbeda-
beda pada waktu yang hampir sama. Atas alasan tersebut, Suparno Saepudin
melaporkan kecurigaannya kepada Kepolisian Sumur Bandung keesokan harinya.
 Bahwa pada tanggal 26 Januari 2020, pukul 09.00 WIB, Kepolisian Sumur
Bandung menerima laporan dari Satpam BIP yang bernama Suparno Saepudin,
dimana satpam tersebut melaporkan perilaku mencurigakan dari Peri. Setelah
menerima laporan ini, pihak kepolisian mulai melakukan penyelidikan terhadap
Peri terkait dengan dugaan tindak pidana pengedaran narkotika.
 Bahwa pada tanggal 17 Februari 2020, pukul 07.00 WIB, berdasarkan transkrip
pesan dari nomor +6281207032020 ke nomor +6289657376655 milik Peri pukul
07.15 WIB, Peri diperintahkan untuk mengambil barang di Taman Sejarah
Bandung lebih tepatnya di bawah pohon dekat kolam ikan pada pukul 15.10 WIB.
Sekitar pukul 15.20 WIB, Peri sampai ke Taman dan kemudian mengambil kardus
merah tersebut dan segera membawanya ke titik pengantaran seperti biasa.
Tepat pada pukul 15.30 WIB disaat Peri masih di transportasi umum menuju
lokasi pengantaran, Ibu Peri menghubungi dirinya melalui telepon seluler dan
memberikan informasi bahwa temannya yang bernama Andi Febriansyah telah
dibekuk oleh polisi atas dugaan sindikat pengedaran narkotika Golongan I.
Dengan itu, Peri kemudian mencurigai bahwa kemungkinan barang yang akan
diantarkan oleh dirinya merupakan narkotika golongan I pula. Dikarenakan Peri
merasa penasaran dan curiga dengan isi kardus merah yang dibawanya, akhirnya
Peri membuka dan melihat bahwa didalam kardus merah tersebut terdapat
bungkusan kecil yang berisi serbuk berwarna putih dan mencurigai bahwa serbuk
putih itu merupakan salah satu jenis narkotika. Namun, dengan kondisi keluarga
Peri yang sedang terlilit hutang, hal ini mendorong Peri untuk tetap
mengantarkan tersebut untuk yang terakhir kalinya.

Halaman 6 dari 21 Putusan Sela Nomor Nomor 122/Pid.B/2017/PN Bdg.


Pada pukul 16.00 WIB, Peri sampai ke tempat titik pengantaran Basement BIP
dan langsung dibekuk oleh pihak Kepolisian Sumur Bandung. Dan ditemukan
padanya satu kardus merah yang berisi 10 (sepuluh) bungkus narkotika jenis sabu
seberat @0,5gr. Yang apabila ditotalkan berat narkotika golongan I tersebut
seberat 5gr.
Kemudian Peri dibawa dan diproses di kantor polisi untuk diperiksa secara lebih
lanjut.
 Bahwa tanggal 18 Februari 2020, pukul 12.00 WIB, pihak penyidikan menyatakan
bahwa barang yang dibawa oleh Peri merupakan barang narkotika golongan I,
secara lebih lanjut juga penyidik menjadi Peri sebagai Tersangka dalam kasus ini,
Peri telah melanggar Pasal 114 ayat (1) Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika Jo. Pasal 81 ayat (2) Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2012
Tentang Sistem Peradilan Anak

--------- Perbuatan Terdakwa Peri tersebut, sebagaimana diatur dan diancam pidana
dalam Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
jo. Pasal 81 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak. -----------------------

Menimbang, bahwa setelah mendengar dan memperhatikan Keberatan Penasihat


Hukum atas Surat Dakwaan Penuntut Umum dengan Nomor Register Perkara: PDM-
128/BDG/03/2020, tanggal 25 Maret 2020, yang dibacakan dan diserahkan di persidangan
pada hari Senin tanggal 6 April 2020 yang pada pokoknya sebagai berikut :

A. SURAT DAKWAAN BATAL DEMI HUKUM

1. Dalam Perkara A Quo Penuntut Umum Tidak Cermat Dalam Menerapkan Pasal
Yang Didakwakan
Penasihat Hukum berpendapat bahwa dalam perkara a quo, bahwa ketika Peri
melakukan tindak pidana Narkotika sebagai Kurir, Terdakwa Peri tidak mengetahui apa yang
ada dalam isi box merah yang selalu Terdakwa bawa.

Halaman 7 dari 21 Putusan Sela Nomor Nomor 122/Pid.B/2017/PN Bdg.


Lebih lanjut, Penasihat Hukum menyatakan bahwa dari surat dakwaan, Penuntut Umum
mendapati bahwa dalam surat dakwaan nya Penuntut Umum tidak mengerti secara kongkrit
maksud dan syarat dari Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika ;

Penasihat Umum sendiri dianggap salah dalam menginterpretasikan Pasal 114 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, yang mana Terdakwa hanya melakukan tindak
pidana Narkotika ini, hanya sebagai seorang yang menyalurkan saja pada saat kerjadian
perkara berlaku. Adapun tindak pidana menyalurkan sendiri diatur dalam Pasal 113 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009;

Oleh karena itu, Penasihat Hukum berpendapat rangkaian perbuatan Terdakwa dalam
perkara a quo merupakan tindak pidana menyalurkan narkotika dan sudah sepatutnya
Penuntut Umum menggunakan ketentuan dalam Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 batal demi hukum untuk mendakwakan perbuatan Terdakwa
sehingga Surat Dakwaan disusun secara tidak cermat dan haruslah dinyatakan batal demi
hukum;

2. Surat Dakwaan Disusun Berdasarkan Cara – Cara Yang Tidak Sah


Salah satu alasan pengajuan keberatan berdasarkan Pasal 156 ayat (1) KUHAP adalah
“Dakwaan tidak dapat diterima”. Dakwaan tidak dapat diterima menurut Liliek
Mulyadi didalam bukunya yang berjudul Bunga Rampai Hukum Pidana; Perspektif Teoritis
dan Praktris (Bandung: P.T. Alumni, 2008) halaman 71 pada pokoknya membahas
beberapa alasan Surat Dakwaan harus dinyatakan tidak dapat diterima, yaitu:
1. Dakwaan Disusun Berdasarkan Cara – Cara Yang Tidak Sah

Jika, melihat pada aturan dalam KUHP, dakwaan tidak diterima karena :

- Pasal 76 KUHP, karena nebis in idem


- Pasal 78 KUHP, karena daluwarsa

Jika, dilihat dari kasus mengenai Peri bahwa Surat Dakwaan tidak adanya obscur libel,
karena telah sesuai dengan prosedur dan sesuai dengan aturan. Yang telah dijelaskan juga
dalam Pasal 143 KUHAP ayat 2 :
Halaman 8 dari 21 Putusan Sela Nomor Nomor 122/Pid.B/2017/PN Bdg.
“penuntut umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani serta
berisi :

a. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan,
tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka
b. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan
dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.”

Bahwa Surat Dakwaan yang didakwakan kepada Terdakwa oleh Jaksa Penuntut Umum
harus dinyatakan Batal Demi Hukum karena melanggar syarat materiil yang diatur dalam
Pasal 143 KUHAP.

Untuk syarat Formal yaitu Surat Dakwaan diberi tanggal dan ditandatangani oleh Jaksa
Penuntut Umum dan Syarat Formal harus memuat Nama Lengkap, tempat lahir, umur atau
tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan Terdakwa.

Sedangkan Syarat materiil adalah harus memuat uraian secara cermat, jelas dan lengkap
mengenai tindak Pidana yang didakwakan dan juga harus menyebut waktu dan tempat
tindak pidana dilakukan (tempus delicti dan locus delicti).

Pada syarat Formal kekurangan memenuhi syarat tersebut tidak mengakibatkan


batalnya surat dakwaan, namun apabila syarat materiil tidak dipenuhi maka surat dakwaan
batal demi hukum. Kami Penasihat Hukum berkeyakinan bahwa Surat Dakwaan Jaksa
Penuntut Umum tersebut tidak memenuhi syarat materiil, karena surat dakwaan tersebut
tidak jelas (obscuur libel). Kekaburan atau ketidakjelasan ini disebabkan surat dakwaan
tersebut tidak menguraikan secara cermat, jelas, dan lengkap Tempat Kejadian Perkara
(TKP) peristiwa tindak pidana tersebut terjadi, Jaksa Penuntut Umum telah menyebutkan
tempat kejadian dan waktu kejadian. Pada tempat kejadian, Jaksa Penuntut Umum hanya
menyebutkan basement BIP tetapi tidak menjelaskan lebih rinci dimana tempat
pengantaran narkotika tersebut dilakukan. Maka, surat dakwaan tidak cermat, jelas dan
lengkap peristiwa hukumnya.

B. SURAT DAKWAAN TIDAK DAPAT DITERIMA

Halaman 9 dari 21 Putusan Sela Nomor Nomor 122/Pid.B/2017/PN Bdg.


Dalam Keberatannya Penasihat Hukum mendalilkan bahwa dalam perkara a quo, bahwa
pihak yang bersangkutan dengan perkara a quo adalah Peri, yang pada tempat kejadian
melakukan tindak pidana Narkotika sebagaimana yang telah dijelaskan dalam surat
dakwaan (vide, halaman 6).

Mengutip pendapat P. A. F. Lamintang dalam bukunya yang berjudul KUHAP dengan


Pembahasan Secara Yuridis Menurut Yurisprudensi dan Ilmu Pengetahuan Hukum Pidana
(halaman 358-360), dijelaskan bahwa bentuk Keberatan mengenai dakwaan tidak dapat
diterima sebagaimana tertera dalam Pasal 156 Ayat (1) KUHAP dapat disampaikan apabila
Surat Dakwaan tersebut ada hubungannya dengan kesalahan Penuntut Umum dalam
mendakwakan seseorang.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam surat dakwaan, Peri telah menjadi kurir perantara
untuk mengantarkan narkotika. Terdakwa sendiri tidak mengetahui isi dalam box tersebut,
karena hanya disuruh oleh Saksi bernama Andi Febriansyah.

Kekeliruan penuntut umum dalam menentukan subjek hukum terkait berpotensi


menimbulkan kekacauan hukum bilamana pemeriksaan dilanjutkan. Adanya error in
persona dalam surat dakwaan menyebabkan surat dakwaan penuntut umum haruslah
dinyatakan tidak dapat diterima.

ATAU

Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, maka kami mohon agar diberikan putusan
yang seadil-adilnya demi tegaknya keadilan (ex aequo et bono ex merito justitiae).
Menimbang, bahwa Setelah mendengar dan memperhatikan Pendapat Penuntut Umum
atas Keberatan Penasihat Hukum yang dibacakan dan diserahkan di persidangan pada
Selasa 27 April 2020 yang pada pokoknya menyatakan tetap pada dakwaannya dan
memohon untuk dijatuhkan putusan sebagai berikut :
1. Menyatakan seluruh Keberatan Penasihat Hukum Tidak Dapat Diterima
2. Menyatakan Surat Dakwaan Nomor : PDM-128/BDG/03/2020 telah memenuhi
syarat formil dan syarat materil untuk dijadikan dasar mengadili Tindak Pidana
Korupsi atas nama Terdakwa Peri
3. Menyatakan pemeriksaan perkara atas nama Terdakwa Peri tetap dilanjutkan
Halaman 10 dari 21 Putusan Sela Nomor Nomor 122/Pid.B/2017/PN Bdg.
Menimbang, bahwa dalam memberikan pertimbangan hukum, Majelis Hakim
mengacu pada ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang bunyinya :

(1) “Hakim dan Hakim Konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami
nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat”;

Menimbang, bahwa berdasarkan Penjelasan Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang
menyatakan bahwa ketentuan ini dimaksudkan agar putusan hakim dan hakim konstitusi
sesuai dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat. sehingga Majelis Hakim akan
mempergunakan sumber-sumber hukum yang diakui di Indonesia, yakni Peraturan
Perundang-Undangan, Kebiasaan, Keputusan Hakim, Doktrin dan Perjanjian Internasional;

Menimbang, bahwa sebelum Majelis Hakim memberikan pertimbangan atas dalil-


dalil Keberatan Penasihat Hukum, Majelis Hakim terlebih dahulu akan menguraikan
penjabaran mengenai pengajuan keberatan (eksepsi) yang diatur dalam Pasal 156 ayat (1)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana yang berbunyi:

“(1) Dalam hal Terdakwa atau Penasihat Hukum mengajukan keberatan


bahwa Pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya atau dakwaan
tidak dapat diterima atau Surat Dakwaan harus dibatalkan, setelah diberi
kesempatan kepada Penuntut Umum untuk menyatakan pendapatnya,
Hakim mempertimbangkan Keberatan tersebut untuk selanjutnya
mengambil keputusan”;

Menimbang, bahwa menurut M. Yahya Harahap dalam bukunya yang berjudul


Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan,
Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali, Penerbit Sinar Grafika, tahun 2002 pada
halaman 147 materi Keberatan yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana hanyalah
sebatas tangkisan (plead) terhadap cacat formil atau materiil atas penerapan hukum dalam

Halaman 11 dari 21 Putusan Sela Nomor Nomor 122/Pid.B/2017/PN Bdg.


Surat Dakwaan, yang oleh karenanya materi Keberatan tidak boleh menyinggung materi
pokok perkara;

Menimbang, bahwa setelah mendengar, memperhatikan dan mencermati Surat


Dakwaan dan Keberatan, maka Majelis Hakim akan memberikan pertimbangan hukum atas
dalil Keberatan Penasihat Hukum sebagai berikut :

A. SURAT DAKWAAN BATAL DEMI HUKUM

Ad.1 Penuntut Umum Tidak Cermat Mendakwakan Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika jo. Pasal 81 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

Menimbang, Penasihat Hukum berpendapat dalam perkara a quo perbuatan yang


dilakukan Terdakwa bukanlah tindak pidana sebagaimana dalam Pasal 114 ayat (1) Undang
– Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, bahwa Terdakwa Peri tidak mengetahui
apa yang ada di dalam isi box merah. Terdakwa Peri tidak melakukan tindakan Narkotika
Golongan I sebagaimana yang dituduhkan oleh Penuntut Umum.

Menimbang, bahwa sebelum menguraikan pertimbangan mengenai dalil Keberatan


Penasihat Hukum, maka Majelis Hakim akan memaparkan pengertian “Cermat” terlebih
dahulu. Berdasarkan pendapat A. Soetomo dalam bukunya yang berjudul Pedoman Dasar
Pembuatan Surat Dakwaan dan Suplemen, Penerbit Pradnya Paramita, tahun 1989 pada
halaman 88, menyatakan bahwa pengertian “Cermat” adalah ketelitian jaksa penuntut
umum dalam penggunaan Pasal dalam penyusunan Surat Dakwaan untuk kemudian
menjadi acuan dalam menguraikan unsur-unsur perbuatan pidana yang ditentukan oleh
Undang-Undang atau Pasal-Pasal yang bersangkutan dilanjutkan dengan mengemukakan
fakta-fakta perbuatan yang didakwakan sesuai dengan unsur dari Pasal yang dilanggar
tersebut;

Menimbang, bahwa dalam Surat Dakwaannya Penuntut Umum telah menguraikan


sebagai berikut :

Halaman 12 dari 21 Putusan Sela Nomor Nomor 122/Pid.B/2017/PN Bdg.


 Bahwa pada tanggal 3 Desember 2019, pukul 13.00 WIB Peri bertemu dengan
teman satu komplek perumahannya yang bernama Andi Febriansyah. Kemudian
Peri menanyakan bagaimana Andi bisa menghasilkan uang. Setelah menanyakan
terkait penghasilannya, Peri ditawari oleh temannya untuk bekerja bersama
dengan orang yang memberi Andi pekerjaan, Andi menyuruh Peri untuk
menghubungi OA Line dengan username :@mrjooob agar Peri mendapatkan
pekerjan.
 Bahwa pada tanggal 7 Desember 2019, bertempat di kediamannya, Peri
menghubungi OA Line tersebut melalui akun Line miliknya. Tidak lama kemudian,
akun @mrjooob memberikan tawaran pekerjaan sebagai kurir barang dengan
upah sebesar Rp. 5.000.000.00,- (Lima Juta Rupiah) untuk sekali mengantar dan
upah tersebut akan di transfer melalui aplikasi Go-Pay/OVO. Secara lebih lanjut,
dijelaskan pula bahwa Peri harus mengantarkan barang berupa kardus berwarna
merah ke titik pengataran yang berada di depan toilet Bandung Indah Plaza pada
pukul 16.00 WIB, dengan titik penjemputan barang yang berbeda-beda. Dengan
ini, akun tersebut menyatakan bahwa Peri akan dihubungi melalui nomor
telepon yang berbeda-beda perihal titik penjemputan barang serta tanggal
pengantaran barang. Dikarenakan upah yang dianggap cukup besar bagi Peri,
akhirnya ia memutuskan untuk menerima pekerjaan tersebut.
 Bahwa pada tanggal 25 Desember 2019 pukul 08.12 WIB, berdasarkan transkrip
pesan dari nomor +6285353927223 ke nomor +62889657376655 milik Peri,
didalamnya menjelaskan bahwa Peri diinstruksikan untuk mengambil barang
berupa kardus berwarna merah di Taman Vanda lebih jelasnya di sekitar
tanaman hias kamboja didepan kursi panjang berbahan kayu berwarna cokelat
pada pukul 15.25 WIB. Setelah menerima pesan singkat tersebut sekitar pukul
14.30 WIB Peri berangkat menuju Taman Vanda menggunakan transportasi
umum. Peri tiba di Taman Vanda kurang lebih pukul 15.20 WIB dan mengambil
barang berupa kardus berwarna merah sesuai lokasi yang diinstruksikan. Setelah
mengambil barang tersebut Peri langsung mengantarkan kardus berwarna merah
menuju lokasi pengantaran yaitu Basement depan toilet BIP menggunakan

Halaman 13 dari 21 Putusan Sela Nomor Nomor 122/Pid.B/2017/PN Bdg.


transportasi umum. Sekitar pukul 15.55 WIB, Peri tiba di lokasi pengantaran.
Lalu, 10 menit kemudian Peri bertemu seseorang berjenis kelamin laki laki
dengan umur berkisar 30-an dan Peri memberikan kardus berwarna merah.
Setelah selesai melaksanakan tugasnya Peri kembali ke kediamannya. Kurang
lebih pukul 20.00 WIB Peri menerima notifikasi dari akun Gojek-nya bahwa ia
telah menerima GoPay senilai Rp. 5.000.000,00,-.
 Bahwa pada tanggal 16 Januari 2020, Peri menerima pekerjaan tersebut untuk
kedua kalinya. Ia menerima transkrip pesan dari nomor +6281287875540 ke
nomor +6289657376655 milik Peri pukul 08.00 WIB, didalamnya menjelaskan
bahwa Peri diinstruksikan mengenai titik pengambilan barang yang berbeda.
Yaitu di Jalan Layang Pasopati lebih tepatnya di belakang kursi Halte Bus pada
pukul 15.20 WIB. Setelah menerima pesan singkat tersebut, sekitar pukul 14.55
WIB Peri berangkat menuju Jalan Layang Pasopati menggunakan transportasi
umum. Peri tiba di lokasi sekitar pukul 15.00 WIB, ia langsung mengambil barang
dan bergegas menuju lokasi pengantaran yang sama seperti sebelumnya. Sekitar
pukul 15.55 WIB, Peri tiba di lokasi pengantaran. Lalu, 15 menit kemudian, Peri
bertemu seseorang berjenis kelamin perempuan dengan umur berkisar 22-an
dan Peri segera menyerahkan barang tersebut. Setelah selesai melaksanakan
tugasnya, Peri kembali ke kediamannya. Sekitar pukul 21.00 WIB, Peri menerima
notifikasi dari akun OVO-nya bahwa ia telah menerima OVO senilai
Rp.5.000.000,-
 Bahwa pada tanggal 25 Januari 2020, Peri menerima pekerjaan tersebut untuk
ketiga kalinya. Ia menerima transkrip pesan dari nomor +6281287879952 ke
nomor +6289657376655 milik Peri pukul 08.15 WIB, didalam isi pesan tersebut
menjelaskan bahwa Peri harus mengambil barang di titik penjemputan yang
berbeda yakni di ATM CENTER di Jalan Riau lebih tepatnya di sebelah mesin
Anjungan Tunai Mandiri (ATM) BCA pada pukul 15.25 WIB. Setelah menerima
pesan singkat tersebut, sekitar pukul 14.55 WIB, Peri berangkat menuju ke lokasi
pengambilan barang. Kurang lebih pukul 15.00 WIB, ia langsung mengambil
barang dan bergegas menuju ke lokasi pengantaran seperti sebelumnya. Sekitar

Halaman 14 dari 21 Putusan Sela Nomor Nomor 122/Pid.B/2017/PN Bdg.


pukul 15.55 WIB, Peri tiba di lokasi pengantaran. Kemudian, setelah menunggu 5
menit, Peri bertemu seseorang berjenis kelamin laki-laki dengan umur berkisar
18-an dan Peri segera menyerahkan barang tersebut. Setelah selesai
melaksanakan tugasnya, Peri kembali ke kediamannya. Sekitar pukul 20.22 WIB,
Peri menerima notifikasi dari akun OVO-nya bahwa ia telah menerima OVO
senilai Rp.5.000.000,-.
 Bersamaan dengan transaksi yang dilakukan oleh Peri untuk ketiga kalinya,
Satpam bernama Suparno Saepudin yang bertugas dan selalu berjaga di area
Bandung Indah Plaza curiga terhadap Peri dikarenakan gerak-geriknya yang
mencurigakan. Selain itu, Ia selalu melihat Peri membawa kardus berwarna
merah dan menyerahkan barang tersebut kepada orang dewasa yang berbeda-
beda pada waktu yang hampir sama. Atas alasan tersebut, Suparno Saepudin
melaporkan kecurigaannya kepada Kepolisian Sumur Bandung keesokan harinya.
 Bahwa pada tanggal 26 Januari 2020, pukul 09.00 WIB, Kepolisian Sumur
Bandung menerima laporan dari Satpam BIP yang bernama Suparno Saepudin,
dimana satpam tersebut melaporkan perilaku mencurigakan dari Peri. Setelah
menerima laporan ini, pihak kepolisian mulai melakukan penyelidikan terhadap
Peri terkait dengan dugaan tindak pidana pengedaran narkotika.
 Bahwa pada tanggal 17 Februari 2020, pukul 07.00 WIB, berdasarkan transkrip
pesan dari nomor +6281207032020 ke nomor +6289657376655 milik Peri pukul
07.15 WIB, Peri diperintahkan untuk mengambil barang di Taman Sejarah
Bandung lebih tepatnya di bawah pohon dekat kolam ikan pada pukul 15.10 WIB.
Sekitar pukul 15.20 WIB, Peri sampai ke Taman dan kemudian mengambil kardus
merah tersebut dan segera membawanya ke titik pengantaran seperti biasa.
Tepat pada pukul 15.30 WIB disaat Peri masih di transportasi umum menuju
lokasi pengantaran, Ibu Peri menghubungi dirinya melalui telepon seluler dan
memberikan informasi bahwa temannya yang bernama Andi Febriansyah telah
dibekuk oleh polisi atas dugaan sindikat pengedaran narkotika Golongan I.
Dengan itu, Peri kemudian mencurigai bahwa kemungkinan barang yang akan
diantarkan oleh dirinya merupakan narkotika golongan I pula. Dikarenakan Peri

Halaman 15 dari 21 Putusan Sela Nomor Nomor 122/Pid.B/2017/PN Bdg.


merasa penasaran dan curiga dengan isi kardus merah yang dibawanya, akhirnya
Peri membuka dan melihat bahwa didalam kardus merah tersebut terdapat
bungkusan kecil yang berisi serbuk berwarna putih dan mencurigai bahwa serbuk
putih itu merupakan salah satu jenis narkotika. Namun, dengan kondisi keluarga
Peri yang sedang terlilit hutang, hal ini mendorong Peri untuk tetap
mengantarkan tersebut untuk yang terakhir kalinya.
Pada pukul 16.00 WIB, Peri sampai ke tempat titik pengantaran Basement BIP
dan langsung dibekuk oleh pihak Kepolisian Sumur Bandung. Dan ditemukan
padanya satu kardus merah yang berisi 10 (sepuluh) bungkus narkotika jenis sabu
seberat @0,5gr. Yang apabila ditotalkan berat narkotika golongan I tersebut
seberat 5gr.
Kemudian Peri dibawa dan diproses di kantor polisi untuk diperiksa secara lebih
lanjut.
 Bahwa tanggal 18 Februari 2020, pukul 12.00 WIB, pihak penyidikan menyatakan
bahwa barang yang dibawa oleh Peri merupakan barang narkotika golongan I,
secara lebih lanjut juga penyidik menjadi Peri sebagai Tersangka dalam kasus ini,
Peri telah melanggar Pasal 114 ayat (1) Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika Jo. Pasal 81 ayat (2) Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2012
Tentang Sistem Peradilan Anak

Menimbang, bahwa berdasarkan kutipan surat dakwaan diurakan di atas terdapat


indikasi bahwa perbuatan Terdakwa yang telah didahului dengan membutuhkan pekerjan
dan mendapatkan pekerjaan sebagai kurir narkotika yang disepakati oleh Terdakwa
bersama Andi Febriansyah yang menjadi Perantara merupakan perbuatan yang terakomodir
di dalam Pasal 114 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika bukan Pada
Pasal 113 Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Menimbang, perantara dalam transaksi Narkotika Golongan 1 menurut Pasal 114


ayat (1) adalah :

Halaman 16 dari 21 Putusan Sela Nomor Nomor 122/Pid.B/2017/PN Bdg.


“setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual,
menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar atau
menyerahkan Narkotika Golongan 1“

Menimbang, Perantara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

“seorang pedagang yang memberikan suatu jasa pelayanan dengan bertindak sebagai
perantara antara dua pihak, seringkali antara produsen dan konsumen atau antara penjual
dan pembeli.”

Menimbang, bahwa berdasarkan kutipan surat dakwaan diatas, terdapat indikasi


bahwa perbuatan Terdakwa telah menjadi perantara dalam tindak pidana Narkotika yang
didapatkan pekerjaan tersebut dari Andi Febriansyah sebagai unsur perantar yang
terakomodir dalam Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika dan bukan dalam hal Pasal 113 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika

Menimbang, bahwa penasihat hukum tidak memperhatikan seluruhan rangkaian


tindak pidana yang diuraikan dalam Surat Dakwaan dikarenakan uraian perbuatan Terdakwa
dalam surat dakwaan tersebut menggambarkan tindak pidana narkotika Gol.I sesuai dengan
yang didakwakan Penuntut Umum, maka Majelis Hakim berpendapat Keberatan Penasihat
Hukum haruslah Batal Demi Hukum;

B. SURAT DAKWAAN TIDAK DAPAT DITERIMA

Ad .1 Kekeliruan Penuntut Umum dalam Menentukan Subjek Hukum Yang Bertanggung


Jawab dalam Perkara ( Error In Persona)

Menimbang , Penasihat Hukum berpendapat dalam perkara a quo perbuatan tindak


pidana tidaklah dilakukan oleh Terdakwa melainkan oleh Andi Ardiansyah yang telah
memberikan pekerjaan kepada Terdakwa sehingga dalam surat dakwaan ini terdapat
kekeliruan berupa Error In Persona;

Halaman 17 dari 21 Putusan Sela Nomor Nomor 122/Pid.B/2017/PN Bdg.


Menimbang, bahwa menurut M. Yahya arahap, S.H. dalam bukunya yang berjudul
“Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP” edisi kedua halaman 128 (Jakarta:
Sinar Grafika, 2009), menyatakan bahwa error in persona sebagai alasan Eksepsi Dakwaan
Tidak Dapat Diterima. Error in persona adalah orang yang diajukan sebagai Terdakwa
“keliru”, dalam artian yang seharusnya diajukan sebagai Terdakwa adalah orang lain, karena
dialah pelaku tindak pidana yang sebenarnya.

Menimbang, dalam memberi pertimbangan hukum untuk menjamin tegaknya


keadilan dan kepastian hukum, Majelis hakim mengacu kepada ketentuan yang dijelaskan
pada Pasal 183 KUHP yang menyatakan bahwa:

“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang


kecuali apabila dengan sekurang - kurangnya dua alat bukti yang
sah ia memeroleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar -
benar terjadi dan bahwa Terdakwalah yang bersalah
melakukannya”;

Menimbang, dalam memberi pertimbangan hukum untuk menjamin


tegaknya keadilan dan kepastian hukum, Majelis hakim mengacu kepada ketentuan
yang dijelaskan pada Pasal 6 Undang – Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang
Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan bahwa :

“Tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan karena alat
pembuktian yang sah menurut undang-undang mendapat keyakinan bahwa seseorang yang
dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang didakwakan atas
dirinya.”

Menimbang, bahwa dengan dasar tersebut majelis hakim tidak dapat secara
langsung memutuskan Terdakwa tidak bersalah dikarenakan untuk memperoleh keyakinan
mengenai pihak yang bersalah, haruslah dilakukan proses pembuktian terlebih dahulu di
persidangan selanjutnya.

Menimbang, menurut hemat Majelis Hakim untuk melihat apakah terdakwa


benar benar bertanggung jawab terhadadap kasus pembunuhan tersebut maka
Halaman 18 dari 21 Putusan Sela Nomor Nomor 122/Pid.B/2017/PN Bdg.
dibutuhkan pembuktian lebih lanjut dalam sidang pembuktian, oleh karena itu
keberatan penasihat Hukum Terdakwa merupakan kesimpulan sepihak bersifat
subyektif yang sudah memasuki materi pokok perkara sehingga harus dinyatakan
tidak dapat diterima.

Menimbang, dengan demikian Majelis Hakim berpendapat Keberatan


Penasihat Hukum haruslah dinyatakan tidak dapat diterima;

Menimbang, dikarenakan dalil-dalil Keberatan Penasihat Hukum tidak dapat


diterima, maka berdasarkan amanat Pasal 156 ayat (2) Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana pemeriksaan perkara ini harus dilanjutkan;

Menimbang, dikarenakan pemeriksaan perkara ini harus dilanjutkan, maka


Penuntut Umum haruslah diperintahkan untuk mengajukan bukti-bukti ke
persidangan yang sebagaimana diatur dalam Peraturan Perundang-Undangan
Republik Indonesia, sedangkan tentang pembebanan biaya perkara harus
ditangguhkan hingga putusan akhir;

MENGINGAT DAN MEMERHATIKAN, Pasal 143 dan Pasal 156 Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana serta ketentuan-ketentuan lain yang berkenaan dengan perkara ini;

MENGADILI:

1. Menyatakan Keberatan Penasihat Hukum tidak dapat diterima;

2. Menyatakan Surat Dakwaan Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Bandung


dengan Nomor Register Perkara PDM-125/BDG/07/2017 pada tanggal 20 Juli 2017
adalah sah menurut hukum;

3. Menyatakan bahwa pemeriksaan perkara ini harus dilanjutkan;

4. Memerintahkan kepada Penuntut Umum untuk mengajukan bukti-bukti ke


persidangan;

Halaman 19 dari 21 Putusan Sela Nomor Nomor 122/Pid.B/2017/PN Bdg.


5. Menangguhkan pembebanan biaya perkara hingga Putusan Akhir

Demikian diputuskan dalam permusyawarahan Majelis Hakim Pengadilan Negeri


Bandung yang terdiri dari Dr. M. Refin Maghribi S.H., LL.M., sebagai Hakim Ketua dan Dr.
Annisa Dewi Drupadi, S.H., M.H., dan Dr. Fina Agustina Suhyana, S.H., M.H., masing-
masing sebagai Hakim Anggota pada hari Senin tanggal 27 April 2020 Putusan mana
diucapkan dalam persidangan yang dinyatakan terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua
didampingi oleh Hakim Anggota, pada hari ini Senin tanggal 11 Mei 2020 dibantu oleh
Cande Kirana Jingga, S.H., sebagai Panitera Pengganti pada Pengadilan Negeri Bandung,
dihadiri oleh Tubagus Dwi Yokira,S.H. M.H. dan Larasati Dwi Rizqiqa, S.H., M.H., sebagai
Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Bandung dan Terdakwa yang didampingi oleh
Penasihat Hukumnya.

Hakim-Hakim Anggota Hakim Ketua

Dr. Fina Agustina S, S.H., M.H., Dr. M. Tubagus Iqbal Fadilah S.H., LL.M.,

Dr. Grace Evelyn Pardede, S.H., M.H

Panitera Pengganti

Yustia Sekar Ayu, S.H.,

Halaman 20 dari 21 Putusan Sela Nomor Nomor 122/Pid.B/2017/PN Bdg.


Halaman 21 dari 21 Putusan Sela Nomor Nomor 122/Pid.B/2017/PN Bdg.

Anda mungkin juga menyukai