Anda di halaman 1dari 12

DFTAR ISI

Pembahsan.............................................................................................................1

1. Pengertian..................................................................................................1
2. Sumber radiasi...........................................................................................2
3. Tujuan rontgen X-ray................................................................................2
4. Manfaat rontgen X-ray..............................................................................2
5. Kelemahan rontgen X-ray.........................................................................4
6. Pentelaksanaan..........................................................................................7

Daftar pustaka........................................................................................................10

i
Pembahasan

1. Pengertian
Pesawat Rontgen atau pesawat sinar-X adalah suatu alat yang digunakan
untuk melakukan diagnosa medis dengan menggunakan sinar-X. Sinar-X
yang dipancarkan dari tabung diarahkan pada bagian tubuh yang akan
diperiksa. Berkas sinar-X tersebut menembus bagian tubuh dan akan
ditangkap oleh film, sehingga akan terbentuk gambar dari bagian tubuh
yang disinari (Suyatno & Istofa, 2007). Interaksi sinar-X terjadi ketika
mesin X-Ray menghasilkan sinar-X.Sinar-X dihasilkan dari foton yang
terdapat pada mesin X-Ray.
Radiasi merupakan pemancaran energi dalam bentuk gelombang atau
partikel yang dipancarkan oleh sumber radiasi atau zat radioaktif(Syahria
et al. 2012). Radiasi sinar-X dihasilkan oleh tabung pesawat sinar-X.
Karena sumbernya berasal dari luar tubuh manusia, maka radiasi sinar-X
merupakan radiasi eksternal. Dalam hal proteksi radiasi eksternal, terdapat
tiga teknik untuk mengontrol penerimaan radiasi khususnya bagi pekerja
radiasi yaitu meminimalkan jarak, meminimalkan waktu dan pemakaian
perisai radiasi (Akhadi 2000).
Dalam dunia kedokteran, untuk mengetahui penyakit dalam yang diderita
khususnya penderita penyakit tulang, pasien terlebih dahulu harus di
rontgen pada tulangnya atau kerangka tulangnya. Kemudian dokter
tersebut dapat mengetahui apakah pasien mengalami patah tulang,
pengroposan tulang, atau penyakit tulang lainnya yang dialami pasien.
Akan tetapi terkadang hasil dari rontgen tidak selalu memiliki kualitas
citra yang baik , misalnya hasil citra X-ray terlalu gelap atau ada bagian
tulang yang terlihat samar sehingga gambar tidak terlihat jelas. Hal ini
menyebabkan pemeriksaan menjadi tidak optimal. Oleh karena itu untuk
membantu proses diagnosis dokter dalam menggunakan citra X-ray
diperlukan adanya perbaikan kualitas citra X-ray

1
2. Sumber Radiasi
Radiasi merupakan unsur penting dalam kehidupan di dunia ini, dan
menjadi bagian dari kehidupan itu sendiri. Ada dua sumber utama sumber
radiasi di dunia ini, yaitu sumber radiasi alami dan sumber radiasi buatan.
Radiasi alami merupakan radiasi yang telah ada di bumi ini dengan
sendirinya tanpa campur tangan manusia. Radiasi alami terdiri atas radiasi
kosmik - radiasi yang berasal dari luar angkasa termasuk matahari, radiasi
primordial - radiasi yang berasal dari dalam bumi sendiri, dan radiasi
interna - radiasi yang telah ada di dalam tubuh manusia sejak dilahirkan,
dan juga yang masuk ke dalam tubuh manusia secara ingesi (penelanan),
inhalasi (penghirupan), atau luka terbuka.
Radiasi buatan adalah sumber radiasi yang dengan sengaja dibuat oleh
manusia untuk berbagai kepentingan, termasuk kepentingan militer
(senjata nuklir), kedokteran (radiodiagnostik, radio terapi dan kedokteran
nuklir), pembangkitan listrik (PLTN), dan lain-lain.

3. Tujuan rontgen X-ray


untuk melakukan diagnosa medis dengan menggunakan sinar-X. Sinar-X
yang dipancarkan dari tabung diarahkan pada bagian tubuh yang akan
diperiksa
a. Sinar-X digunakan sebagai alat unuk menyelidiki penyebab dan
gejala pada pasien/ mendiagnosa suatu penyakit.
b. Dapat membantu mengkonfirmasi ada atau tidaknya suatu penyakit
atau cedera pada seseorang pasien.
c. Sebagai radioterapi untuk membunuh sel-sel tumor dan kanker.
d. Mensterilkan peralatan medis

4. Manfaat rontgen X-ray


Radiasi sinar-X merupakan suatu gelombang elektromagnetik dengan
gelombang pendek. Sinar-X mempunyai daya tembus yang cukup tinggi
terhadap bahan yang dilaluinya. Dengan demikian sinar-X dapat

2
dimanfaatkan sebagai alat diagnosis dan terapi di bidang kedokteran
nuklir.
Pemanfaatan sinar-X di bidang kedokteran nuklir merupakan salah satu
Cara untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Aplikasi ini telah cukup
beragam mulai dari radiasi untuk diagnostik, pemeriksaan sinar-X gigi dan
penggunaan radiasi sinar-X untuk terapi. Radioterapi adalah suatu
pengobatan yang menggunakan sinar pengion yang banyak dipakai untuk
menangani penyakit kanker. Alat diagnosis yang banyak digunakan di
daerah adalah pesawat sinar-X (photo Rontgen) yang berfungsi untuk
photo thorax, tulang tangan atau kaki dan organ tubuh yang lainnya.
Radiasi di bidang kedokteran membawa manfaat yang cukup nyata bagi
yang menggunakannya. Dengan radiasi suatu penyakit atau kelainan organ
tubuh dapat lebih awal kita diketahui dan pendeteksiannya lebih teliti .

Pesawat sinar-X yang


terpasang secara
tetap dalam ruangan
yang digunakan
untuk pemeriksaan
umum secara rutin.

Pesawat sinar-X
Fluoroskopi untuk
diagnostik, yaitu
pesawat sinar-X yang
memiliki tabir atau
lembar penguat
fluorosensi yang

3
dilengkapi dengan sistem video yang dapat mencitrakan obyek secara terus
menerus.
,

4
Pesawat sinar-X dengan energi Radiasi
rendah yang secara khusus untuk
pemeriksaan payudara dengan obyek
berada diantara film radiografi dan tabung
sinar- X, termasuk Digital Breast Tomosynthesis
(DBT) .

5. Kelemahan rontgen X-ray


4.1 Kulit
Efek deterministik pada kulit bervariasi dengan besarnya dosis.
Beberapa jenis efek radiasi yang dijumpai pada kulit diberikan
pada

4.2 Mata
Lensa mata merupakan bagian mata yang sangat sensitif terhadap
radiasi. Terjadinya kekeruhan (katarak) atau hilangnya sifat
transparansi lensa mata sudah mulai terdeteksi setelah pajanan
radiasi rendah sekitar 0,5 Gy, bersifat kumulatif dan dapat
berkembang hingga terjadi kebutaan. Katarak dapat terjadi setelah
masa laten sekitar 6 bulan hingga 35 tahun, dengan rata- rata
sekitar 3 tahun.

5
4.3 Paru
Paru adalah organ yang relatif sensitif terhadap pajanan radiasi
eksternal maupun internal. Efek berupa pneumonitis (radang paru)
biasanya mulai timbul setelah beberapa minggu atau bulan. Efek
utamanya adalah pneumonitis interstisial yang dapat diikuti dengan
terjadinya fi brosis (jaringan ikat) sebagai akibat dari rusaknya
sistem vaskularisasi sel kapiler dan jaringan ikat yang dapat
berakhir dengan kematian.
Kerusakan sel yang mengakibatkan terjadinya peradangan paru
akut biasanya terjadi pada dosis 5 – 15 Gy. Dosis ambang tunggal
6-7 Gy dianggap sebagai dosis ambang terjadinya penumonitis
akut.
4.4 Organ reproduksi
Efek deterministik pada gonad atau organ reproduksi pria adalah
kemandulan. Pajanan radiasi pada testis akan mengganggu proses
pembentukan sel sperma yang akhirnya akan mempengaruhi
jumlah sel sperma yang dihasilkan. Dosis radiasi sebesar 0,15 Gy
merupakan dosis ambang kemandulan sementara karena sudah
mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah sel sperma selama
beberapa minggu. Dosis ambang kemandulan tetap diperkirakan
sekitar 3,5 – 6 Gy.
Selain kemandulan, radiasi juga dapat mengakibatkan terjadinya
menopause dini sebagai akibat dari gangguan hormonal sistem
reproduksi. Disamping itu juga diketahui bahwa pengaruh radiasi
pada sel telur sangat bergantung pada usia. Semakin tua usia,
semakin sensitif terhadap radiasi.
4.5 Tiroid
Tiroid atau kelenjar gondok merupakan organ yang berfungsi
mengatur proses metabolisme tubuh melalui hormon tiroksin yang
dihasilkannya. Jika terjadi inhalasi isotop yodium, zat radioaktif ini
akan terakumulasi di dalam tiroid dan menyebabkan tiroidis akut
dan hipotiroidism. Dosis ambang untuk tiroidis akut sekitar 200 Gy

6
4.6 Janin
Efek deterministik pada janin sangat bergantung pada usia
kehamilan saat janin menerima pajanan radiasi. Pada usia
kehamilan 0-2 minggu, dosis radiasi sekitar 0,05 Gy akan
menyebabkan kematian. Dosis radiasi yang sama yang diterima
pada usia kehamilan 2-7 minggu akan menimbulkan malformasi
organ tubuh. Sedang pada usia kehamilan 8-25 minggu akan terjadi
retardasi mental jika janin menerima dosis sekitar 0,1 – 0,6 Gy.
4.7 Sindroma Radiasi Akut
Sindroma radiasi akut (SRA) merupakan efek yang terjadi jika
seluruh tubuh menerima dosis radiasi sekitar 1 Gy atau lebih, dan
dapat berakhir dengan kematian dalam waktu yang singkat.
Kematian terjadi sebagai akibat kerusakan dan kematian sel organ
dan sistem vital tubuh dalam jumlah yang banyak. SRA terdiri atas
tiga tahap.
a. Tahap pertama adalah fase inisial atau sindroma prodromal,
dengan gejala hilangnya napsu makan, rasa mual, muntah
dan diare; gejala yang bersifat umum dan tidak bisa
dibedakan dari gejala penyakit yang lain. Mual dan muntah
terjadi 2-3 jam setelah pajanan dosis 1-2 Gy pada sekitar
50% pasien, atau 1-2 jam setelah pajanan 2-4 Gy pada
sekitar 75-80% pasien.
b. Tahap kedua adalah fase laten, suatu periode dimana pasien
tidak mengalami gejala apapun setelah sindroma prodromal
selesai. Lama fase ini tidak pasti dan bergantung pada dosis
yang diterima. Makin besar dosis makin singkat fase
latennya.
c. Tahap ketiga adalah fase dimana SRA itu sendiri muncul.
Fase manifestasi kerusakan sistem tubuh ini dapat
digolongkan atas tiga tingkat keparahan, yaitu: a. Sindroma
sistem pembentukan darah (hematopoietic syndrome).
Dosis ambang sindroma ini adalah 1 Gy dan menyebabkan

7
jumlah sel darah menurun setelah 2-4 minggu. Dosis sekitar
2 Gy dapat menyebabkan kematian dalam waktu 2-8
minggu. b. Sindroma sistem pencernaan (gastrointestinal
syndrome). Dosis ambang sindroma ini sekitar 5 Gy dalam
waktu 3-5 hari, dan dapat menyebabkan kematian dalam
waktu 3 hari - 2 minggu dengan dosis ambang 10 Gy. c.
Sindroma sistem syaraf pusat (central nervous system
syndrome). Dosis ambang untuk sindroma ini sekitar 20 Gy
dan muncul dalam waktu kurang dari 3 jam.

6. Pentelaksanaan
6.1 indakan proteksi dan ketentuan keselamatan khusus yang dapat
dilakukan antara lain adalah:
6.1.1menandai dan membatasi daerah pengendalian dengan tanda
fisik yang jelas;
6.1.2memasang atau menempatkan tanda peringatan dan petunjuk
pada titik akses dan lokasi lain yang dianggap perlu;
6.1.3membatasi akses ke Daerah Pengendalian hanya untuk
pekerja radiasi dan pendampingan oleh PPR untuk
pengunjung;
6.1.4menyediakan peralatan pemantauan, peralatan protektif
radiasi (misalnya: apron, jas laboratorium, alat pelindung
napas, sarung tangan, glove box) dan tempat penyimpanan
pakaian di pintu masuk Daerah Pengendalian;
6.1.5menyediakan sarana pada pintu keluar Daerah Pengendalian,
yang meliputi (i) peralatan pemantauan kontaminasi kulit dan
pakaian, (ii) peralatan pemantau kontaminasi terhadap benda
atau zat dipindahkan dari Daerah Pengendalian, (iii) fasilitas
cuci dan mandi untuk dekontaminasi, dan (iv) tempat
penyimpanan untuk peralatan protektif radiasi yang tekena
kontaminasi; dan

8
6.1.6melakukan kaji ulang secara berkala bila ada indikasi
perlunya perubahan terhadap tindakan proteksi dan
keselamatan khusus atau batas Daerah Pengendalian.
6.2 Perlengkapan Proteksi Radiasi
6.2.1Apron:
Apron yang setara dengan 0,2 mm Pb, atau 0,25 mm Pb
untuk penggunaan pesawat sinar-X radiodiagnostik dan 0,35
mm Pb, atau 0,5 mm Pb untuk pesawat sinar-X radiologi
intervensional. Tebal kesetaran timah hitam harus diberi
tanda secara permanen dan jelas pada apron tersebut.
6.2.2 Pelindung tiroid:
Pelindung tiroid yang terbuat dari bahan yang setara dengan 1
mm Pb.

6.2.3 Pelindung gonad:


Pelindung gonad yang setara dengan 0,2 mm Pb,atau 0,25
mm Pb untuk penggunaan pesawat sinar-X radiodiagnostik,
dan 0,35 mm Pb, atau 0,5 mm Pb untuk pesawat sinar-X
radiologi intervensional. Tebal kesetaran Pb harus diberi
tanda secara permanen dan jelas pada apron tersebut. Proteksi
ini harus dengan ukuran dan bentuk yang sesuai untuk
mencegah gonad secara keseluruhan dari paparan berkas
utama.
6.2.4 Sarung tangan:
Sarung tangan proteksi yang digunakan untuk fl uoroskopi
harus memberikan kesetaraan atenuasi paling kurang 0,25
mm Pb pada 150 kVp. Proteksi ini harus dapat melindungi
secara keseluruhan, mencakup jari dan pergelangan tangan.

9
6.2.5 Kacamata:
Kacamata yang terbuat dari bahan yang setara dengan 1 mm
Pb.
6.2.6 Tirai:
Tirai yang digunakan oleh radiografer harus dilapisi dengan
bahan yang setara dengan 1 mm Pb, dengan ukuran tinggi 2
m dan lebar 1 m

10
DAFTAR PUSTAKA

Latifah Listyalina, 2017, PENINGKATAN KUALITAS CITRA FOTO


RONTGEN SEBAGAI MEDIA DETEKSI KANKER PARU, Jurnal Teknologi
Informasi, Vol. XII Nomor 34 Maret 2017, ISSN: 1907-2430

Aryawijayanti , Susilo, Sutikno, 2015, ANALISIS DAMPAK RADIASI SINAR-


X PADA MENCIT MELALUI PEMETAAN DOSIS RADIASI DI
LABORATORIUM FISIKA MEDIK, Jurnal MIPA 38 (1) (2015): 25-30,
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JM

Eri Hiswara, 2015, BUKU PINTAR PROTEKSI DAN KESELAMATAN


RADIASI DI RUMAH SAKIT, Jl. Lebak Bulus Raya No. 49 Ged. Perasten
Kawasan Nuklir Pasar Jumat Jakarta Selatan 12440

11

Anda mungkin juga menyukai