BAB I................................................................................................................1
Pendahuluan......................................................................................................1
1.1 Pengertian...................................................................................................1
BAB II..............................................................................................................2
Pembahasan......................................................................................................2
2.1 definisi........................................................................................................2
2.2 patofisoligi..................................................................................................3
2.3 Manifestasi..................................................................................................3
2.4 Komplikasi..................................................................................................4
2.7 Pentelaksanaan............................................................................................6
Daftar pustaka...................................................................................................7
i
BAB I
Pendauluan
1.1 Pengertian
Apendiks atau yang lebih dikenal masyarakat dengan istilah usus buntu, adalah
salah satu organ visceral pada sistem gastrointestinal yang sering menimbulkan
masalah kesehatan. Adanya peradangan pada apendiks vermiformis disebut
dengan apendisitis. Peradangan akut pada apendiks memerlukan tindak bedah
segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya. Peradangan pada
apendiks merupakan kausa laparotomi tersering pada anak dan orang dewasa
Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu
tahun jarang dilaporkan karena apendiks pada bayi berbentuk kerucut, lebar pada
pangkalnya dan menyempit kearah ujungnya. Keadaan ini menyebab- kan
rendahnya insidens kasus apendisitis pada usia tersebut.
Perforasi lebih sering pada bayi dan pasien lanjut usia, yaitu dengan periode angka
kematian paling tinggi.5 Insidens pada perempuan dan laki-laki umumnya
sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun, ketika insidens pada laki-laki lebih
tinggi
1
BAB II
PEMBAHSAN
2.1 Definisi :
Appendicitis atau disebut juga penyakit radang usus buntu adalah salah satu
penyakit gastrointestinal yang umum terjadi. Appendicitis adalah peradangan pada
apendiks atau usus buntu. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung buntu
dalam sistem pencernaan manusia, dan berpangkal pada sekum (bagian dari usus
besar). Dulunya, peran apendiks pada manusia belum diketahui, tetapi sekarang
telah ditemukan bahwa apendiks memiliki peran dalam tubuh manusia yaitu
sebagai organ imunologik. Pada apendiks terdapat kelenjar limfoid yang berperan
dalam sistem kekebalan tubuh manusia.
2
2.2 Patofisiologi :
Apendiks adalah kantong yang bebentuk seperti slang yang terkait pada sekum
tepat di bawah katup ileosekal. Biasanya terletak di regio iliaka kanan, pada area
yang disebut sebagai titik McBurney. Fungsi apendiks tidak sepenuhnya
dipahami, meskipun mungkin berfungsi sebagai sebuah reservoir untuk bakteri
usus yang penting. inflamasi akut. Obstruksi sering kali disebabkan oleh fecalith,
atau infeksi. Eksudat purulen terbentuk, semakin mendistensi apendiks.
2.3 Manifestasi :
Nyeri abdomen bagian atas atau generalisata ringan yang kontinu adalah
karakteristik utama manifestasi apendisitis akut. Selama 4 jam berikutnya, nyeri
akan semakin hebat dan terlokalisir pada abdomen kuadran kanan bawah. Nyeri
ini memburuk ketika bergerak, berjalan, atau batuk. Ketika dilakukan palpasi,
nyeri tekan yang terlokalisir dan memantul dapat ditemukan pada titik McBurney.
Nyeri tekan memantul (rebound tenderness) ditunjukkan oleh hilangnya nyeri
ketika dilakukan palpasi langsung pada titik McBurney dan akan terasa nyeri
ketika tekanan dilepaskan. Ekstensi atau rotasi internal pada pinggul kanan akan
meningkatkan nyeri. Selain nyeri, suhu tubuh yang rendah, anoreksia, mual, dan
muntah sering kali terjadi. Nyeri dan nyeri tekan lokal mungkin tidak begitu akut
pada lansia, sehingga menyebabkan penundaan penegakan diagnosis, dan
mengakibatkan 15% mortalitas akibat apendisitis perforatif pada lansia (McPhee
3
et al., 2008). Kondisi ini dapat memunculkan masalah yang signifikan; perjalanan
apendisitis pada lansia akan lebih mematikan dan komplikasi dapat terjadi lebih
cepat. Ibu hamil dapat mengalami nyeri pada kuadran kanan bawah,
periumbilikal, atau subkosta kanan (di bawah rulang rusuk) yang discbabkan oleh
kemungkinan bergesernya apendiks akibat uterus yang terdistensi.
2.4 Komplikasi:
Ada berbagai faktor risiko yang mempengaruhi kejadian apendisiti. Faktor risiko
yang pertama adalah jenis kelamin. Laki-laki memiliki fakror risiko yang lebih
tinggi untuk terkena penayakit apendisitis daripada permepuan di usia produktif.
Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adalah beban kerja dan
kegiatan yang berbeda yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Laki-laki
cenderung sering bekerja di luar ruangan dan menghabiskan waktu di luar rumah
sehingga hal ini membutuhkan lebih banyak tenaga dan juga beban stres kerja
yang mereka tanggung juga berpengaruh terhadap kesehatan.
4
Faktor risiko yang lain adalah pola makan. Apendisitis adalah suatu penyakit di
sitem pencernaan manusia sehingga terdapat kaitan antara apendisitis dan pola
makan terutama pada kandungan nutrisi pada asupan makanan seseorang.
Berdasarkan penelitian, orang dengan pola makan yang tidak baik dimiliki faktor
risiko yang lebih tinggi untuk terkena apendisitis daripada orang yang memiliki
pola makan yang baik. Kandungan nutrisi pada asupan makanan juga
berpengaruh. Orang yang lebih sering makan makanan yang kurang serat
memiliki faktor risiko terkena apendisitis. Hal ini disebbkan karena asupan
makanan yang kurang mengandung serat dapat mengakibatkan konstipasi pada
sistem pencernaan manusia dan dan pada akhirnya berpeluang untuk
menyebabkan sumbatan pada apendiks sehingga dapat menyebabkan peradangan
pada bagian tersebut.
Penyakit asma juga diindikasi menjadi salah satu faktor risiko penyakit
apendisitis. Berdasarkan penelitian, seseorang dengan penyakit asma yang aktif
memiliki faktor risiko yang lebih tinggi untuk terkena apendisitis daripada
seseorang dengan penyakit asma yang tidak aktif atau seseorang tanpa penyakit
asma. Seseorang yang terkena paparan asap rokok dalam kurun waktu tiga bulan
juga dapat mengalami peningkatan faktor resiko terkena appendisitis.
Gejala yang biasa dialami oleh orang yang terkena apendisitis adalah adanya nyeri
di bagian abdomen atau perut seperti keram yang merupakan akibat dari
penyumbatan apendiks. Awalnya, rasa nyeri ini terasa samar-samar dan lokasinya
sulit ditentukan secara pasti. Namun, lama-kelamaan rasa nyeri tersebut akan
menjadi semakin tajam dan letaknya semakin jelas. Selain itu, keluhan tersebut
juga dapat disertai dengan adanya mual atau muntah tetapi pada beberapa kasus
tidak terdapat mual atau muntah.
5
2.7 Pentelaksanaan
Pasien dengan apendisitis yang akut diawasi secara klinis dengan menggunakan
berbagai variabel di laboratorium dan juga dilakukan ultrasound pada bagian
abdomen atau perut. Apendisitis akut dibagi menjadi dua, yaitu: complicated dan
uncomplicated. Pasien dengan complicated apendisitis menjalani prosedur bedah.
Sedangkan, pada pasien uncomplicated apendisitis diberikan penanganan pertama
yang bersifat konservatif yaitu berupa pemberian antibiotik. Jika dalam 24 sampai
48 jam ke depan kondisi pasien semakin memburuk dan penanganan konservatif
tersebut gagal, selanjutnya pasien akan menjalani prosedur bedah, yaitu
apendektomi untuk mengangkat apendiks yang sudah meradang dan keadaannya
cukup parah. Apabila tidak segera ditangani, apendisitis dapat menyebabkan rasa
sakit yang lebih parah dan dapat berujung pada kematian.
6
Daftar pustaka
Priscilla lemone karen m. Burke, 2016, buku keperawtana medikal bedah, jakata