1
UNTUK PROGRAM STUDI D-3 DAN S-1
KEPERAWATAN
DISUSUN OLEH:
JAMIATUL HAMIDAH, M.Pd. NIDN 1105078501
2
Buku ini disusun dan telah disesuaikan dengan kurikulum
AIPNI
(Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia)
3
PRAKATA
Alhamdulillahi Rabbil’alamiin, berkat Rahmat dan Izin Allah, modul untuk
mata kuliah wajib umum Bahasa Indonesia ini, dapat disusun dan diselesaikan.
Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan kegiatan belajar-mengajar mata kuliah
umum Bahasa Indonesia, khususnya untuk Fakultas Keperawatan dan Ilmu
Kesehatan. Modul ini berisi kegiatan-kegiatan dasar untuk mempelajari Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional. Modul ini disusun untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi dan interaksi baik secara lisan maupun tulisan, khususnya
dalam hal menulis karya ilmiah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
Modul ini terdiri atas 4 aspek dasar keterampilan berbahasa, yaitu kegiatan
menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Setiap bagian modul ini memuat
latihan dan evaluasi sebagai alat ukur ketuntasan belajar mahasiswa. Seluruh kegiatan
yang dirangkum dalam modul ini dapat digunakan untuk program studi terkait yang
terdapat di Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
Penyusun sangat mengharapkan kritik, saran, ataupun masukan demi
kesempurnaan modul ini. Kritik dan saran dapat dikirim ke email
midah.beswan@gmail.com
Penyusun
4
DAFTAR ISI
BAB 1 Pengantar 5
A. Deskripsi mata kuliah 5
B. Tujuan perkuliahan 5
C. Kontrak Perkuliahan 7
D. Sub pokok materi 7
E. Format Penilaian Sikap 9
BAB 2 13
A. Sejarah, Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia 13
1. Sejarah Bahasa Indonesia 13
2. Fungsi Bahasa Indonesia 14
3. Kedudukan Bahasa Indonesia 17
B. Keterampilan Berbahasa 18
C. Ragam Bahasa 22
1. Pengertian Ragam Bahasa 22
2. Macam-macam Ragam Bahasa 23
3. Ragam Bahasa Indonesia dari Cara Pandang Penutur 24
4. Ragam Bahasa Indonesia Menurut Topik Pembicaraan. 25
BAB 3 27
A. Pilihan Kata (diksi) 27
B. Kalimat 33
C. Paragraf 39
BAB 4 45
A. Ejaan Bahasa Indonesia 45
B. Sejarah Ejaan di Indonesia 45
C. Perkembangan Ejaan di Indonesia 45
D. Penerapan Kaidah Ejaan Bahasa Indonesia 48
1. Pemakaian Huruf 48
2. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring 49
3. Penulisan Kata 50
4. Pemakaian Tanda Baca 51
E. Ejaan dan Bahasa Surat 56
BAB 5 58
A. Pengertian dan Jenis Karya Ilmiah 58
B. Sistematika Penulisan Karya Ilmiah 58
C. Tata Cara Mengutip dan Membuat Daftar Rujukan 60
1. Kutipan 60
2. Daftar Rujukan 64
D. Plagiasi 68
BAB 6 70
A. Pengantar 70
B. Sistematika Penulisan Asuhan Keperawatan D-3 Keperawatan 71
C. Sistematika Skripsi S-1 Keperawatan 75
D. Teknik Penulisan Skripsi 77
5
Pengantar
BAB 1 Pengantar
Pertemuan ke-1
6
6. Mampu melakukan penyuluhan kesehatan dalam upaya meningkatkan pola
hidup sehat dalam lingkungan yang sehat.
D. Capaian Pembelajaran (S-1 Keperawatan)
E. Setelah mengikuti pembelajaran ini :
1. Bila diberi tugas diskusi dan presentasi, mahasiswa mampu menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Bila diberi tugas membuat tulisan, mahasiswa dapat menggunakan kaidah
penulisan ilmiah yang benar.
3. Bila diberi tugas membuat resume atau ringkasan suatu topik, mahasiswa
mampu menggunakan kaidah pembuatan resume dengan menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
F G. Capaian Pembelajaran H. Pokok Bahasan I. Metode
J Bila diberi tugas diskusi dan 1. Laras ilmiah dan ragam bahasa L. Collab
presentasi, mahasiswa mampu 2. Persiapan penyajian lisan orative
menggunakan bahasa Indonesia 3. Daftar rujukan learnin
yang baik dan benar. 4. Topik dan tesis g
5. Penyajian lisan M. Kuliah
P Bila diberi tugas membuat tulisan, 1. Kerangka tulisan interakt
mahasiswa dapat menggunakan 2. Jenis tulisan if
kaidah penulisan ilmiah yang 3. Paragraf N. Tutoria
benar. 4. Pengembangan paragraf l
5. Kutipan dan sistem rujukan O. Small
6. Format makalah ilmiah group
7. Bagian pendahuluan discussi
8. Bagian isi on
9. Bagian penutup
10.Tanda baca dan ejaan
11.Kalimat efektif
12.Cara mengacu
13.Tanda-tanda koreksi
7
V. Tujuan perkuliahan
Setelah menyelesaikan mata kuliah Bahasa Indonesia, mahasiswa diharapkan
mampu:
1. Menguasai keterampilan berbahasa untuk komunikasi lisan maupun tulisan.
2. Berkomunikasi secara lisan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik,
sopan, santun, benar, dan tepat dalam segala situasi.
3. Menguasai dan menerapkan Ejaan Bahasa Indonesia dalam menulis laporan,
menyusun proposal kegiatan, dan lain-lain.
4. Menguasai pengetahuan dasar surat-menyurat dan dapat membuat surat resmi
dengan baik dan benar, seperti surat lamaran pekerjaan atau yang lainnya.
5. Menulis karya ilmiah sesuai dengan sistematika dengan benar.
6. Menerapkan Bahasa Indonesia dalam praktik asuhan keperawatan (prodi D-3
Keperawatan) dan skripsi (S-1 Keperawatan).
7. Membaca cepat untuk keperluan akademik.
W. Kontrak Perkuliahan
Penilaian:
1. Kehadiran : 10%
2. Partisipasi kegiatan kelas : 10%
3. Sikap : 10%
4. Tugas : 20%
5. Ujian Tengah Semester : 20%
6. Ujian Akhir Semester : 30%
X. Sub pokok materi
Modul Bahasa Indonesia ini memuat materi perkuliahan yaitu:
1. Sejarah, fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia
2. Mengenal 4 keterampilan dasar berbahasa Indonesia
3. Ragam Bahasa
4. Pilihan Kata (diksi), kalimat, paragraf.
5. Ejaan Bahasa Indonesia
6. Ejaan dan Bahasa Surat
7. Istilah
8. Menulis karya Ilmiah
9. Pengertian dan jenis-jenis karya ilmiah
8
10. Sistematika penulisan karya ilmiah
11. Tata cara mengutip dan membuat daftar rujukan
12. Plagiasi
13. Materi penciri (disesuaikan dengan kebutuhan program studi)
9
Y. Format Penilaian Sikap
No Indikator
.
1 Etika Mengangkat tangan terlebih dahulu jika ingin bertanya atau berpendapat
berkomunikasi
Bertanya atau menyatakan pendapat dengan kalimat yang tidak menyakiti hati
lain
Tidak menyela pembicaraan teman saat berdiskusi
Meminta izin terlebih dahulu kepada dosen jika ingin meninggalkan kelas
Tidak mengucapkan kata-kata kasar saat pembelajaran
Sopan dalam bertingkah laku
2 Kejujuran Menyebutkan sumber kutipan bila mengutip suatu materi dari sumber manapu
10
6 Kepedulian Memperhatikan tugas-tugas yang diberikan dan mengerjakan sesuai arahan
11
2. NNN. Presentasi OOO. Menyajikan materi secara jelas dan mudah difahami
12
Sejarah, Kedudukan dan Fungsi Bahasa
Mengenal 4 Keterampilan Dasar Berbahasa
BAB 2 Ragam Bahasa
13
Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan
menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah
diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa antarpulau, antarsuku,
antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak
mengenal tingkat tutur.
Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari
bahasa Sanskerta Persia, Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun
dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara memengaruhi dan
mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia.
Pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar
mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa
persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia. (Sumpah Pemuda, 28 Oktober
1928).
14
Untuk melaksanakan fungsi sebagai bahasa negara, bahasa perlu senantiasa
dibina dan dikembangkan. Fungsi ini harus diperjelas dalam pelaksanaannya
sehingga dapat menambah kewibaan bahasa Indonesia.
Sejarah bahasa Indonesia cukup jelas menyebutkan apa fungsi dan
bagaimana kedudukan bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia. Fungsi bahasa
Indonesia bagi bangsa Indonesia ialah sebagai pemersatu suku-suku bangsa di
Republik Indonesia yang beraneka ragam.
Kedudukan bahasa Indonesia di negara Republik Indonesia selain sebagai
bahasa persatuan juga sebagai bahasa negara atau bahasa nasional dan sebagai
budaya.
15
pendidikan. Karena itu, bahasa Indonesia jelas mempunyai peran penting
sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penyebarannya dalam
dunia pendidikan.
16
TUGAS
1. Berikan pendapat Anda mengenai bagaimanakah sebaiknya cara yang
ditempuh untuk menumbuhkan kesadaran terhadap rasa cinta kepada bahasa
Indonesia!
2. Sebagai generasi muda, hal apa yang Anda lakukan untuk mengembangkan
bahasa Indonesia agar tidak tersisih dari bahasa asing?
B. Keterampilan Berbahasa
Menurut Hoetomo (2005:531-532) “Terampil adalah cakap dalam
menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Keterampilan adalah kecakapan untuk
menyelesaikan tugas atau kecakapan yang disyaratkan.” Dalam pengertian luas,
jelas bahwa setiap cara yang digunakan untuk mengembangkan manusia, bermutu
dan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sebagaimana
diisyaratkan (Suparno, 2001:27).
1. Jenis-jenis Keterampilan Berbahasa
Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat keterampilan
dasar bahasa, yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan
menulis.
a. Keterampilan Menyimak/Mendengarkan
17
Menyimak adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat
reseftif. Dengan demikian di sini berarti bukan sekedar mendengarkan
bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya. Dalam bahasa
pertama (bahasa ibu), kita memperoleh keterampilan mendengarkan melalui
proses yang tidak kita sadari sehingga kitapun tidak menyadari begitu
kompleksnya proses pemmerolehan keterampilan mendengar tersebut.
Berikut ini secara singkat disajikan disekripsi mengenai aspek-aspek yang
terkait dalam upaya belajar memahami apa yang kita sajikan dalam bahasa
kedua.
Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan yaitu situasi mendengarkan
secara interaktif dan situasi mendengarkan secara non interaktif.
Mendengarkan secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan
percakapan di telepon atau yang sejenis dengan itu. Dalam mendengarkan
jenis ini kita secara bergantuan melakukan aktivitas mendengarkan dan
memperoleh penjelasan, meminta lawan bicara mengulang apa yang
diucapkan olehnya atau mungkin memintanya berbicara agak lebih lambat.
Kemudian contoh situasi-situasi mendengarkan non-interaktif, yaitu
mendengarkan radio, TV, dan film, khotbah atau mendengarkan dalam
acara-acara seremonial. Dalam situasi mendengarkan non-interaktif tersebut,
kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa meminta
pembicaraan diperlambat.
Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika
kita berupaya untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus;
1) Menyimpan/mengingat unsur bahasa yang didengar menggunakan
daya ingat jangka pendek (short term memory). Berupaya
membedakan bunyi-bunyi yang yang membedakan arti dalam bahasa
target.
2) Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara
dan intonasi, menyadari adanya reduksi bentuk-bentuk kata.
3) Membedakan dan memahami arti dari kata-kata yang didengar.
4) Mengenal bentuk-bentuk kata yang khusus (typical word-order
patterns) Keterampilan Berbahasa
18
b. Keterampilan Berbicara
Berbicara berarti mengungkapkan sesuatu secara lisan. Keterampilan
berbicara merupakan keterampilan yang paling mendasar. Pada hakikatnya
berbahasa itu adalah berbicara atau bertutur. Keterampilan berbicara secara
garis besar ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiaktif, dan
non-interaktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan
secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya
pergantian antara berbicara dan mendengarkan, dan juga memungkinkan
kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kiat dapat meminta lawan
berbicara, memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian ada
pula situasi berbicara yang semiaktif, misalnya dalam berpidato di hadapan
umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat
melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat
reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa
situasi berbicara dapat dikatakan bersifat non-interaktif, misalnya berpidato
melalui radio atau televisi.
Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam
berbicara, dimana permbicara harus dapat;
1) Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar
dapat membedakannya.
2) Menggunakan tekanan dan nada serta intonasi secara jelas dan tepat
sehingga pendengar dapat memahami apa yang diucapkan pembicara.
3) Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang
tepat.
4) Menggunakan register aau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi
komunikasi termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antar pembicara dan
pendengar.
5) Berupaya agar kalimat-kalimat utama jelas bagi pendengar.
c. Keterampilan Membaca
Membaca adalah keterampilan aktif-reseptif sebagaimana menyimak.
Membaca disebut aktif karena dalam proses membaca terdapat keaktifan
seseorang dalam mengeja, menyerap atau mengolah apa yang dibaca,
sehingga pross tersebut mengarah pada upaya memahami bahan atau materi
19
bacaan yang dihadapinya. Keterampilan membaca dapat dikembangkan
secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengar dan berbicara.
Tetapi, pada masyarakat yang memiliki tradisi literasi yang telah
berkembang, seringkali keterampilan membaca dikembangkan secara
terintegrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara.
Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca
yang harus dimiliki oleh pembicara adalah;
1) Keterampilan Berbahasa
2) Mengenal sistem tulisan yang digunakan.
3) Mengenal kosakata.
4) Menentukan kata-kata kunci yang mengindentifikasikan topik dan
gagasan utama.
5) Menentukan makna kata-kata, termasuk kosakata split, dari konteks
tertulis.
6) Mengenal kelas kata gramatikal, kata benda, kata sifat, dan sebagainya.
d. Keterampilan Menulis
Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan.
Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di
antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis
bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga
mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur
tulisan yang teratur. Oleh karena itu, keterampilan menulis merupakan
keterampilan berbahasa yang biasanya dikuasai paling akhir oleh seseorang.
Menulis berarti mengungkapkan buah pikiran, perasaan, pengalaman, dan
hal lain melalui tulisan.
Berikut ini keterampilan-keterampilan mikro yang diperlukan dalam
menulis.
1) Menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan
ejaan.
2) Memilih kata yang tepat.
3) Menggunakan bentuk kata dengan benar.
4) Mengurutkan kata-kata dengan benar.
5) Menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca.
20
Keterampilan menulis adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam
bidang tulis-menulis sehingga tenaga potensial dalam menulis. Keterampilan
menulis untuk saat ini telah menjadi rebutan dan setiap orang berusaha
untuk dapat berperan dalam dunia menulis. Banyak orang berusaha
meningkatkan keterampilan menulisnya dengan harapan dapat menjadi
penulis handal. Seperti diketahui, menulis itu adalah sebuah keterampilan
sehingga dapat dilatih sedemikian rupa meningkatkan kemampuan tersebut.
Dalam dunia penulisan, pengertian keterampilan menulis seringkali menjadi
sesuatu yang biasa sehingga banyak yang tidak memahami pengertian yang
sesungguhnya. Hal ini banyak dibuktikan dari kenyataan banyak yang
menganggap bahwa menulis itu ditentukan karena bakat.
Apakah benar, kemampuan menulis itu ditentukan oleh bakat? Jika
ditelaah pengertian bakat, setidaknya secara sederhana anda dapat
mengatakan bahwa bakat adalah kemampuan yang dimiliki dan dibawa
seseorang sejak lahir. Padahal sebenarnya pengertian keterampilan menulis
itu adalah keterampilan itu sendiri. Artinya, seseorang mempunyai
kemampuan menulis karena dia terampil. Sementara untuk dapat terampil
dalam menulis, maka dia harus melakukannya secara langsung atau melatih
dirinya sehingga terampil. Dengan demikian pengertian keterampilan
menulis adalah kemampuan yang didapat dan dimiliki oleh seseorang setelah
melalui proses pelatihan secara intens, khusus dalam bidang menulis.
Dengan mengikuti pelatihan atau berlatih secara intens, maka seseorang
dapat terampil menulis.
C. Ragam Bahasa
1. Pengertian Ragam Bahasa
Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang
berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara,
kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Ragam
bahasa ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan
bahasa, yang terdiri dari:
1) Ragam bahasa lisan.
2) Ragam bahasa tulisan.
21
Bahasa yang dihasilkan menggunakan alat ucap (organ of speech) dengan
fonem sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan sedangkan bahasa
yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai dasarnya,
dinamakan ragam bahasa tulisan. Jadi dalam ragam bahasa lisan kita berurusan
dengan lafal, dalam ragam bahasa tulisan kita berurusan dengan tata cara
penulisan (ejaan). Selain itu aspek tata bahasa dan kosa kata dalam kedua ragam
tersebut memiliki hubungan yang erat. Ragam bahasa tulis yang unsur dasarnya
ragam bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan antara ragam bahasa
lisan dan tulisan itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu berkembang
menjadi sistem bahasa yang memiliki sistem seperangkat kaidah yang berbeda
satu dengan yang lainnya.
2. Macam-macam Ragam Bahasa
Yaitu bisa dibagi 3 berdasarkan media,cara pandang penutur, dan topik
pembicaraan.
a. Ragam bahasa berdasarkan media
1) Ragam bahasa Media (Lisan)
Pembicara lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah
kebakuannya dengan pembicara lisan dalam situasi tidak formal atau
santai. Jika ragam bahasa dituliskan, ragam bahasa itu tidak bisa disebut
ragam bahasa tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan. Oleh karena
itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukan ciri-ciri ragam
tulis, walaupun direalisasikan dengan tulisan, ragam bahasa serupa itu
tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing
adapun ciri dari keduanya:
Ciri-ciri ragam lisan:
a) Memerlukan orang kedua/teman bicara.
b) Tergantung kondisi, ruang, dan waktu.
c) Tidak harus memperhatikan gramatikal, hanya perlu intonasi serta
bahasa tubuh.
d) Berlangsung cepat
Contohnya; “Sudah saya baca buku itu”
2) Ragam Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulisan makna kalimat yang
diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan
besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, penggunaan ragam
baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan dalam pemilihan kata,
penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta
kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Ciri-ciri ragam tulis:
1. Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
22
2. Tidak tergantung kondisi, situasi dan ruang serta waktu;
3. Harus memperhatikan unsur gramatikal;
4. Berlangsung lambat;
5. Selalu memakai alat bantu;
6. Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
7. Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka.
Contohnya: “Saya sudah membaca buku itu”.
23
Ragam bisnis : Setiap pembelian di atas nilai tertentu akan diberikan
diskon.
Ragam sastra : Cerita itu menggunakan Flashback.
Ragam kedokteran: Anak itu menderita penyakit kuorsior.
TUGAS:
2. Amatilah penggunaan ragam
bahasa lisan di lingkungan
sekitar Pusat kesehatan
masyarakat/Puskesmas, rumah
sakit, atau klinik kesehatan
lainnya, kemudian berikan
komentar terhadap ragam
bahasa yang digunakan,
berkaitan dengan materi yang
telah dipelajari!
DAFTAR RUJUKAN
Ngalimun dan Yundi Fitrah. 2015. Belajar Berbahasa Indonesia di Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
24
Rafiek, M., dan Rusma. 2005. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa di Perguruan
anjarmasin: Pustaka Pelajar.
Tinggi. B
http://materi-mata-kuliah.blogspot.co.id/2014/09/makalah-sejarah-kedudukan-dan
-fungsi-bahasa-indonesia.html. Diakses tanggal 10 Mei 2017.
Pada bab 3 ini, memuat tentang pilihan kata (diksi), kalimat, dan paragraf.
Pilihan kata (diksi) meliputi kata baku dan tidak baku, macam-macam hubungan
makna (sinonim, antonim, hiponim, polisemi, hipernim, homonim, homofon, dan
homograf), makna kata (denotatif-konotatif, makna umum-khusus, makna
gramatikal-leksikal, makna peribahasa, makna kias dan lugas, kata konkrit dan
25
abstrak), majas, serta bagaimana agar pilihan kata benar dan tepat. Pada bagian
kalimat, meliputi unsur-unsur kalimat, kelimat efektif, kalimat ambigu, dan jenis
kalimat. Dalam sub-bagian paragraf memaparkan tentang teknik pengembangan
paragraf, jenis paragraf, dan pengait paragraf.
26
Merupakan hubungan makna spesifik dengan makna generik. Misalnya kucing,
kelinci, dan kuda disebut hiponim dari hewan.
d) Polisemi
Merupakan bentuk bahasa yang memiliki makna lebih dari satu. Misalnya kepala
bermakna bagian tubuh manusia dari leher ke atas, kepala rumah sakit
bermakna orang yang memiliki jabatan paling atas atau paling tinggi di
rumah sakit.
e) Hipernim
Hubungan dalam semantik antara makna umum dengan makna khusus misalnya
buku dan kitab.
f) Homonim
Merupakan kata yang memiliki kesamaan lafal dan ejaan, namun berbeda
maknanya dari sumber yang berlainan. Misalnya hak pada hak asasi
manusia d an hak pada hak sepatu.
g) Homofon
Merupakan kata yang pengucapannya sama dengan kata lain, namun ejaan dan
maknanya berbeda. Misalnya masa dan massa, sangsi dan sanksi.
h) Homograf
Merupakan kata yang ejaannya sama, tetapi berbeda lafal dan maknanya. Misalnya
teras (inti kayu) dan teras (bagian rumah)
3. Makna kata
a) Denotatif-konotatif
Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya atau makna yang wajar, misalnya
kata kamar kecil bermakna kamar yang berukuran kecil/tidak besar.
Makna konotatif adalah bukan makna sebenarnya, misalnya kamar kecil
bermakna toilet atau jamban.
b) Makna umum-khusus
Kata umum adalah kata yang cakupannya lebih luas, sedangkan kata khusus adalah
kata yang cakupannya lebih sempit. Misalnya bunga termasuk kata umum,
sedangkan kata khusus dari bunga adalah melati, anggrek, dan mawar.
c) Makna gramatikal-leksikal
Makna gramatikal adalah untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia,
menggunakan pengulangan kata, seperti kata meja y ang bermakna sebuah
27
benda, menjadi meja-meja menjadi banyak meja. Makna leksikal adalah
makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera atau makna yang
sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan. Misalnya kata nyamuk bermakna
binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit.
d) Makna peribahasa
Makna peribahasa adalah makna yang bersifat memperbandingkan atau
mengumpamakan, maka lazim juga disebut dengan perumpamaan.
Misalnya bagai, bak, laksana, d an umpama.
e) Makna kias dan lugas
Makna kias adalah kata ataupun kalimat yang tidak mengandung arti yang
sebenarnya. Misalnya raja siang yang bermakna matahari.
f) Kata konkret dan abstrak
Kata konkret adalah kata yang dapat diserap oleh panca indera. Misalnya: air,
obat, kayu, sedangkan kata abstrak adalah kata yang sulit diserap oleh
panca indera, misalnya kemerdekaan, kebebasan, perumahan, dll.
4. Majas
Majas atau gaya bahasa disebut juga dengan kiasan, yaitu cara melukiskan
sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain. Majas
digunakan untuk menghidupkan sebuah karangan atau digunakan agar lebih
ringkas dalam mengungkapkan sesuatu dibandingkan dengan jika harus
mengungkapkan dengan makna yang sebenarnya. Ada beberapa macam
majas dalam bahasa Indonesia, yaitu:
a) Majas persamaan atau simile yaitu persamaan dua hal, yang dibandingkan
dengan menggunakan kata seperti dan bagai. Contoh: Ia manis bagai putri
dari kayangan.
b) Majas perumpamaan, hampir sama dengan simile, namun tidak ada unsur
yang disamakan. Contoh: Bagai air di daun talas.
c) Majas metafora, menyatakan secara langsung dua benda yang sama.
Contoh: Ia sampah masyarakat.
d) Majas metonimi, gaya bahasa yang memakai nama ciri atau nama hal
yang ditautkan dengan nama orang lain, barang, atau hal, sebagai
penggantinya. Contoh: Dalam pertandingan kemarin saya hanya
memperoleh perunggu sedangkan teman saya perak.
28
e) Majas Personifikasi yaitu jenis makna yang melekatkan sifat-sifat insani
kepada benda yang tidak bernyawa dan ide abstrak.
Contoh: Pembangunan kini membelah desa dan kota.
f) Majas litotes, yaitu majas yang merendahkan diri secara berlebih-lebihan.
Contoh : Engkau menganggap ceritaku hanya angin lalu.
g) Majas hiperbola, yaitu majas yang melebih-lebihkan sesuatu dengan cara
meninggikan hal-hal yang tidak semestinya. Contoh : Harga-harga
sekarang mencekik leher.
h) Klimaks atau anabasis adalah gaya bahasa yang terbentuk dari beberapa
gagasan yang berturut-turut semakin meningkat kepentingan-nya. Contoh:
Setiap guru yang berdiri di depan kelas harus mengetahui, memahami,
serta menguasai bahan yang diajarkan.
Seorang guru harus bertindak sebagai pengajar, pembimbing, penyuluh,
pengelola, penilai, pemberi kemudahan, atau pendidik yang sejati.
i) Antiklimaks gaya bahasa yang berisi gagasan-gagasan yang berturut-turut
semakin berkurang kepentingannya. Contoh: Kita hanya dapat merasakan
betapa nikmatnya dan mahalnya kemerdekaan bangsa Indonesia, apabila
kita mengikuti sejarah perjuangan para pemimpin kita melawan serdadu
penjajah.
j) Anthitesis adalah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang
bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang
berlawanan.
k) Repetisi adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat
yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks
yang sesuai.
l) Erotesis atau pertanyaan retoris adalah semacam pertanyaan yang
dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai
efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali
tidak menghendaki adanya jawaban.
m) Sinekdoke adalah gaya bahasa yang menyebutkan nama bagian sebagai
pengganti nama keseluruhannya atau sebaliknya. Contoh: Setiap tahun
semakin banyak mulut yang harus diberi makan di Tanah Air kita ini.
29
Dalam pertandingan final besok malam di Stadion Siliwangi Bandung
berhadapanlah Medan dengan Jakarta.
n) Eufimisme adalah ungkapan yang halus untuk menggantikan kata-kata
yang dirasakan menghina ataupun menyinggung perasaan. Contoh: Anak
Anda memang tidak terlalu cepat mengikuti pelajaran seperti anak-anak
lainnya (bodoh).
o) Sarkasme adalah sindiran langsung dan kasar. Kata-kata pedas untuk
menyakiti hati orang lain, berupa cemoohan atau ejekan.
p) Pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang
sebenarnya tidak perlu (seperti menurut sepanjang adat; saling
tolong-menolong). Contoh:Saya telah mencatat kejadian itu dengan tangan
saya sendiri. Kami telah memikul peti jenazah itu di atas bahu kami
sendiri.
5. Beberapa hal yang harus diperhatikan agar dapat memilih kata yang tepat,
adalah:
a) Ketepatan, bisa diukur dari gagasan yang akan disampaikan dan
diterima partisipan.
b) Kecocokan, bisa diukur dari kesesuaian kata dengan konteks
penggunaannya.
c) Kelaziman kata yang digunakan, yaitu kata tersebut dikenal luas atau
lazim digunakan.
d) Kecermatan, hindari kata yang maknanya bersifat kabur, tidak benar,
atau tidak dapat diketahui kepastiannya, misalnya kata mungkin,
kira-kira, dan nyaris/hampir.
Evaluasi
Latihan
1. Jelaskan pengertian diksi/pilihan kata dan berikan 3 contoh pemakaiannya dalam
kalimat!
2. Jelaskan hal-hal apa saja yang harus diperhatikan agar dapat menggunakan diksi
yang tepat!
3. Buatlah sebuah paragraf dengan menggunakan majas!
30
Tugas
Amatilah penggunaan bahasa promosi dalam iklan-iklan produk kesehatan,
terutama obat-obatan yang ada di televisi, catat-kemudian berikan komentar
terhadap pilihan kata/ diksinya!
B. Kalimat
Kalimat adalah satuan pikiran atau perasaan yang dinyatakan dengan subjek
dan predikat yang dirakit secara logis. Kalimat menjelaskan pikiran dan perasaan
pembicara atau penulis. Sebuah kalimat minimal harus terdiri dari Subjek dan
Predikat.
1. Unsur-unsur kalimat
a) Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, sosok
(benda), sesuatu hal, atau masalah yang menjadi pangkal/pokok
pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa verbal. Contoh:
Yang berbaju putih perawat saya.
b) Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan
(tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku). Selain
menyatakan perbuatan atau tindakan Subjek, sesuatu dinyatakan oleh P
dapat pula mengenai sifat, situasi, status, ciri, atau jati diri S. Predikat dapat
berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi
dapat juga nomina atau frasa nominal. Contoh: Perawat itu sangat cantik.
c) Obyek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat. Pada
umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak obyek di
belakang predikat yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut
wajib hadirnya O. Contoh : Perawat memasang infus di tangan kanan
pasien.
d) Pelengkap (pel) atau komplemen adalah bagian yang melengkapi P. letak
pel umumnya di belakang verba. Posisi it jug ditempati O, dan jenis kata
yang mengisi Pel dan O jug sama, yaitu dapat berupa nominal, frasa
nominal, atau klausa. Namun, antara pel dan O terdapat perbedaan. Contoh:
- Indonesia berasaskan pancasila
- Gamelan merupakan kesenian tradisional
31
e) Keterangan (ket.) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal
tentang bagian kalimat yang lainnya. Unsur keterangan dapat berfungsi
menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat manasuka, dapat di awal,
di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi keterangan adalah frasa nominal,
frasa preposisional, adverbial, atau klausa. Contoh :
- Karena malas belajar, mahasiswa itu tidak lulus.
- Dokter memeriksa pasien itu dengan hati-hati.
2. Kalimat efektif
Keefektifan kalimat diukur dari sudut pandang banyak sedikitnya
kalimat itu berhasil mencapai sasaran komunikasi. Menurut Alek (2011:
248) kalimat yang efektif dapat meyakinkan dan menarik perhatian pendengar
atau pembaca karena memiliki ciri: keutuhan, perpautan, penegasan, ekonomi,
dan variasi.
Menurut Rafiek (2015: 180) suatu kalimat dikatakan efektif jika
memiliki ciri-ciri:
a) Sesuai dengan tuntutan bahasa baku.
b) Jelas, artinya kalimat itu mudah ditangkap maksudnya
c) Ringkas dan lugas.
d) Adanya hubungan yang baik (koherensi) antara satu kalimat dengan
kalimat lain, antara satu paragraf dengan paragraf yang lain.
e) Kalimat harus hidup/ bervariasi (pilihan kata, urutan dalam kalimat,
bentuk kalimat, gaya bahasa, dan perbandingan/perumpamaan).
f) Tidak ada unsur yang tidak berfungsi.
3. Kalimat Ambigu
Kalimat yang memenuhi ketentuan tata bahasa, tetapi masih
menimbulkan tafsiran ganda tidak termasuk kalimat yang efektif.
Contoh:
(1) Tahun ini SPP mahasiswa baru dinaikkan.
Kata baru di atas menerangkan kata mahasiswa atau kata dinaikkan?
Jika menerangkan mahasiswa, tanda hubung dapat digunakan untuk menghindari
salah tafsir.
32
- Tahun ini SPP mahasiswa-baru dinaikkan.
Jika kata baru menerangkan dinaikkan, kalimat itu dapat diubah menjadi:
- SPP mahasiswa tahun ini baru dinaikkan.
(2) Rumah sang jutawan yang aneh itu akan segera dijual.
Frasa yang aneh di atas menerangkan kata rumah atau frasa sang jutawan?
Jika yang aneh menerangkan rumah, kalimat itu dapat diubah menjadi:
- Rumah aneh milik sang jutawan itu akan segera dijual.
Jika yang aneh itu menerangkan sang jutawan kata yang dapat dihilangkan
sehingga makna kalimat di atas menjadi lebih jelas.
- Rumah sang jutawan aneh itu akan segera dijual.
33
- “Dirga piket malam Jumat ini.”
- “Jaka piket malam Jumat ini.”
d. Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk yang merupakan
penggabungan antara kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk
bertingkat. Contoh “Rina membaca buku di kamarnya ketika ibu
mengetuk pintu dan memanggilnya.”
5. Jenis Kalimat
Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat
pernyataan, pertanyaan, perintah, dan permintaan. Dalam bahasa lisan,
intonasi yang khas menjelaskan kapan kita berhadapan dengan salah satu jenis
itu.
a) Kalimat pernyataan (deklaratif) adalah kalimat yang menyatakan sesuatu
dengan lengkap pada waktu penutur ingin menyampaikan informasi kepada
lawan tuturnya.
b) Kalimat pertanyaan (interogatif) adalah kalimat yang dipakai penutur untuk
memperoleh infomasi atau reaksi (jawaban atau tindakan) yang diharapkan.
c) Kalimat perintah/ permintaan (imperative) adalah kalimat yang digunakan
untuk menyuruh atau melarang orang berbuat sesuatu.
d) Kalimat seruan (ekslamatif) adalah seruan mengungkapkan perasaan yang
kuat atau yang mendadak.
1. Rumah yang mana dahulu pernah saya tinggali baru-baru ini dibongkar oleh
petugas yang berwajib.
2. Tahun 2019 merupakan tahun yang penting di mana pemerintah akan
mengadakan pemilihan umum.
3. Pada tahun ini merupakan tahun terakhir masa dinasnya sebagai pegawai negeri.
4. Kepada para pelamar diharap mendaftarkan diri.
5. Kepada hadirin kami harap berdiri.
34
6. Kepada saudara-saudara kami ucapkan terima kasih atas perhatiannya.
7. Kepada siapa yang merasa tidak adil harap mengajukan protes.
8. Acara selanjutnya ialah sambutan dari wakil mahasiswa. Waktu dan tempat kami
persilakan.
9. Orang itu saudara saya punya istri.
10. Di dalam keputusan itu mengandung kebijaksanaan yang dapat menguntungkan
umum.
11. Sementara orang mengatakan bahwa hal itu tak usah dibesar-besarkan.
12. Demikianlah laporan saya dan harap menjadi periksa adanya.
13. Tenaga ahli sangat kurang jumlahnya untuk proyek ini.
14. Duduklah yang baik dan bicaralah yang benar.
15. Barang siapa yan tidak menaati pengumuman ini akan dipertanggung-jawabkan
terhadap segala akibat yang ditimbulkannya.
16. Penataran ilmu Bedah Orthopedi di Rumah-sakit-rumah Sakit Swasta.
17. Hal ini tergantung dari izin untuk dididik lebih lanjut daripada ahli bedah-bedah
di daerah yang membutuhkan.
18. Kata orang, bahasa hak-milik masyarakat. Jika begitu, marilah kita semua yang
merasa menjadi anggota masyarakat, dan tidak seakan-akan di atasnya, turut
memelihara bahasa kita.
19. 100 rumah selesai dibangun di kompleks perumahan itu.
20. Menjawab pertanyaan wartawan dikatakan oleh Menteri bahwa ia tidak
tahu-menahu.
35
C. Paragraf
D.
E.
F.
G.
H.
I.
36
- Bertujuan agar pembaca seolah-olah melihat atau merasakan sendiri
objek yang dideskripsikan.
- Menjelaskan ciri-ciri objek seperti warna, ukuran, bentuk, dan keadaan
suatu objek secara terperinci.
b) Paragraf Ekspositoris
Paragraf ekspositoris adalah paragraf yang isinya memaparkan, menerangkan,
menjelaskan suatu topik yang berupa informasi dengan urut, jelas dan
detail dan bertujuan untuk memberikan informasi sejelas-jelasnya kepada
para pembacanya. Ciri-ciri paragraf ekspositoris yaitu:
- Memaparkan definisi dan memaparkan langkah-langkah, metode atau
melaksanakan suatu tindakan.
- Gaya penulisannya bersifat informatif.
- Menginformasikan/menceritakan sesuatu yang tidak bisa dicapai oleh
panca indera.
- Paragraf eksposisi umumnya menjawab pertanyaan apa, siapa, dimana,
kapan, mengapa, dan bagaimana.
c) Paragraf Argumentasi
Paragraf argumentasi atau paragraf persuasif merupakan paragraf yang berusaha
untuk membujuk atau meyakinkan pembaca tentang arti penting dari objek
tertentu yang dijelaskan dalam paragraf itu. Ciri-ciri paragraf argumentatif
yaitu:
- Menjelaskan suatu pendapat agar pembaca yakin.
- Memerlukan fakta untuk membuktikan pendapatnya biasanya berupa
gambar/grafik.
- Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman, dan penelitian.
- Penutup berisi kesimpulan.
d) Paragraf Naratif
Paragraf naratif berkaitan erat dengan penceritaan atau pendongengan dari sesuatu.
Ciri-ciri paragraf naratif yaitu:
- Ada kejadian atau peristiwa
- Ada pelaku
- Ada waktu dan tempat kejadian.
2. Bentuk Paragraf
37
3. Jenis paragraf berdasarkan sifat dan tujuannya, sumber
http://dosenbahasa.com/jenis-jenis-paragraf
a) Paragraf Pembuka
Paragraf ini letaknya di awal sebuah wacana. Paragraf ini berfungsi
sebagai pembuka atau pengantar isi sebuah karangan kepada pembaca.
Sebelum memasuki isi dan inti karangan, paragraf ini mengantarkan dan
mempersiapkan pikiran pembaca agar lebih fokus, serta isinya
mempengaruhi pembaca supaya tertarik melanjutkan isi bacaan.
Contoh paragraf pembuka:
Stres dan penderitaan yang dialami setiap individu yang didiagnosis penyakit
diabetes mellitus berbeda-beda dan memiliki koping tersendiri. Individu
menggunakan berbagai strategi koping untuk mengelola perasaan negatif
yang mereka timbulkan. Makhija (2002) menjelaskan bahwa sumber
38
koping saat individu merasakan sakit, dan merasakan penderitaan adalah
agama dan spiritual. Agama dan spiritual dapat menjadi sumber harapan
dalam menghadapi rasa sakit, perasaan depresi, dan perasaan menderita.
b) Paragraf penghubung
Paragraf ini letaknya di antara pembuka dan penutup pada sebuah
karangan. Paragraf ini memuat isi dari sebuah karangan. Paragraf
penghubung menguraikan isi dan inti sebuah tulisan. Sifat dari paragraf
penghubung sesuai dengan tipe tulisannya seperti narasi, deskripsi,
eksposisi, dll.
Contoh paragraf penghubung:
Seperti penyakit kronis lain, diabetes mellitus merupakan penyakit dengan waktu
yang lama dan umumnya perkembangan penyakitnya lambat (WHO,
2014). Hal ini membuat individu menjadi mudah stres, karena setiap orang
pada dasarnya rentan mengalami stres. Lebih dari 50 persen pasien kronis
mengalami stres ringan sampai sedang, sesuai dengan beberapa hasil
penelitian tentang tingkat stres pada pasien dengan penyakit kronik.
c) Paragraf Penutup
Paragraf penutup ialah paragraf yang letaknya di akhir sebuah sebuah karangan.
Paragraf berfungsi sebagai penutup pada sebuah karangan. Paragraf ini
menunjukkan tulisan telah berakhir, bentuknya kesimpulan, pengulangan
secara ringkas, penekanan atau komentar akhir. Bentuknya disesuaikan
dengan kebutuhan maupun jenis tulisan.
Berikut contoh untuk paragraf penutup:
Contoh paragraf penutup :
…Oleh karena itu, institusi pelayanan praktik keperawatan mandiri dapat memilih
atau meningkatkan tingkat pendidikan stafnya agar keterampilan
komunikasi, berpikir kritis, kepemimpinan, manajemen kasus, serta
promosi kesehatan akan lebih baik.
4. Pengait paragraf.
Agar paragraf menjadi padu digunakan pengait paragraf berupa:
a) Ungkapan penghubung transisi.
1) Hubungan tambahan: lebih lagi, selanjutnya, tambahan pula, di
samping itu, lalu, berikutnya, demikian pula, begitu juga, dan, lagi
39
pula, seperti halnya, juga, kedua, ketiga, akhirnya, tambahan lagi,
demikian juga.
2) Hubungan pertentangan: akan tetapi, namun, bagaimanapun,
walaupun, demikian, sebaliknya, meskipun begitu, lain halnya, sama
sekali tidak, biarpun, meskipun.
3) Hubungan perbandingan: sama dengan itu, dalam hal yang demikian,
sehubungan dengan itu, sama halnya, seperti, dalam hal yang
sama, sebagaimana.
4) Hubungan akibat: oleh sebab itu, jadi, akibatnya, oleh karena itu,
maka, sebab itu, karena itu.
5) Hubungan tujuan: untuk itu, untuk maksud itu, untuk maksud tersebut,
supaya.
6) Hubungan singkatan: singkatnya, pendeknya, akhirnya, pada
umumnya, dengan kata lain, sebagai simpulan, contoh, ringkasnya,
secara singkat, seperti sudah dikatakan, misalnya, yakni, yaitu,
sesungguhnya.
7) Hubungan waktu: sementara itu, segera setelah itu, beberapa saat
kemudian, sesudah, kemudian.
8) Hubungan tempat: berdekatan dengan itu, berdampingan dengan,
disini, disitu, dekat, di seberang.
b) Kata Ganti
Ungkapan pengait paragraf dapat berupa kata ganti orang maupun kata ganti yang
lain.
1) Kata ganti orang: saya, aku, kita, kami, mereka, engkau, dia, beliau,
dan –nya.
2) Kata ganti yang lain: itu, ini, demikian, tadi, di situ, di sana.
3) Kata kunci/ pengulangan kata-kata kunci untuk mengaitkan antar
kalimat dalam paragraf. Pengulangan kata-kata kunci ini perlu
dilakukan dengan hati-hati (tidak terlalu sering).
40
Latihan!
Mari bermain sambung kata agar menjadi kalimat yang baik dan benar, kemudian
harus membentuk sebuah paragraf yang sempurna.
Petunjuk:
Dosen akan memulai dengan sebuah kata, lalu mahasiswa yang ditunjuk secara
acak/berurutan harus menyebutkan dengan cepat kata selanjunya, agar
menjadi kalimat yang benar. Begitu seterusnya sampai membentuk sebuah
paragraf/ berhenti ketika dosen menyatakan “cukup”. Paragraf yang telah
disusun dievaluasi, mahasiswa yang salah menyebut kata, atau yang merusak
susunan kalimat/paragraf, akan mendapat hukuman.
DAFTAR RUJUKAN
Achmad, H.P., dan Alek. 2011. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Bahtiar, Ahmad dan Fatimah. 2014. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Bogor: IN MEDIA.
Mufid, Ahmad. 2015. Pedoman Kata Baku dan Tidak Baku. Jakarta: Buku Pintar.
Pusat Bahasa. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 1. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Rafiek, M., dan Rusma Noortyani. 2015. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa di
Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
41
A. Ejaan Bahasa Indonesia
Ejaan menurut Suyanto (2011:90) adalah sebuah ilmu yang mempelajari
bagaimana ucapan atau apa yang dilisankan oleh seseorang ditulis dengan perantara
lambang-lambang atau gambar-gambar bunyi. Secara teknis, yang dimaksud dengan
ejaan ialah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca (Arifin,
2008:127). Ejaan adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana ucapan atau apa
yang dilisankan oleh seseorang ditulis dengan perantara lambang-lambang atau
gambar-gambar bunyi.
42
● Huruf 'oe' menjadi 'u', seperti pada goeroe → guru.
● Bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan (')
ditulis dengan 'k', seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.
● Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti ubur2, ber-main2,
ke-barat2-an.
● Awalan 'di-' dan kata depan 'di' kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya. Kata depan 'di' pada contoh dirumah, disawah, tidak
dibedakan dengan imbuhan 'di-' pada dibeli, dimakan.
3. Ejaan Melindo
Pada tanggal 4-7 Desember 1959 diadakan sidang panitia kerjasama bahasa
Indonesia dan bahasa Melayu. Prof. Slamet Mulyana dan Syed Nasir bin Ismail
mewakili kedua negara mengasilkan sebuah konsep ejaan bersama yang kemudian
dikenaldengan ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Perkembangan politik selama
tahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmian ejaan ini.
4. Ejaan Yang Disempurnakan
Ejaan ini secara resmi dicanangkan oleh presiden Soeharto pada tanggal 16
Agustus 1972 dalam pidato kenegaraan di depan sidang Paripurna DPR RI. Secara
resmi, penggunaan ejaan ini ditetapkan pada tanggal 17 Agustus 1972 berdasarkan
putusan Presiden No. 57. Pada tahun 1987, dan digunakan hingga tahun 2015.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan sebagai berikut.
(1) Perubahan yang terdapat pada Ejaan Soewandi ke Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan, antara lain:
● "tj" menjadi "c" : tjutji → cuci
● "dj" menjadi "j": djarak → jarak
● "j" menjadi "y" : sajang → sayang
● "nj" menjadi "ny" : njamuk → nyamuk
● "sj" menjadi "sy" : sjarat → syarat
● "ch" menjadi "kh": achir → akhir
Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD, antara lain:
(2) Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan
pemakaiannya.
f fakir, maaf
v universitas, valuta
43
z zat, lezat
(3) Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap
digunakan, misalnya pada kata furqan, dan xenon.
(4) Awalan "di-" dan kata depan "udi" dibedakan penulisannya. Kata depan "di" pada
contoh di rumah, di sawah, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara
"di-" pada dibeli atau dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
(5) Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak
digunakan sebagai penanda perulangan.
5. Ejaan Bahasa Indonesia
Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku
sejak tahun 2015 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia.
Perbedaan Ejaan Bahasa Indonesia dengan Ejaan yang Disempurnakan adalah:
1. Penambahan huruf vokal diftong. Pada EYD, huruf diftong hanya tiga yaitu ai,
au, oi, sedangkan pada EBI, huruf diftong ditambah satu yaitu ei (misalnya
pada kata geiser dan survei).
2. Penggunaan huruf tebal. Dalam EYD, fungsi huruf tebal ada tiga, yaitu
menuliskan judul buku, bab, dan semacamnya, mengkhususkan huruf, serta
menulis lema atau sublema dalam kamus. Dalam EBI, fungsi ketiga dihapus.
44
Huruf Abjad
b. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri dari
huruf a, i, u, e, dan o. Contoh pemakaian huruf vokal dalam kata adalah.
● Pemakaian huruf vokal "a" : api, padi, lusa.
● Pemakaian huruf vokal "i" : itu, simpan, padi.
● Pemakaian huruf vokal "u" : ulang, tahun, itu.
● Pemakaian huruf vokal "e" : enak. petak, sore.
● Pemakaian huruf vokal "o" : oleh, kota, radio.
c. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia adalah
huruf yang selain huruf vokal yang terdiri dari huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l,
m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
d. Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat 4 gabungan huruf yang
melambangkan konsonan, yaitu : kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing
melambangkan satu bunyi konsonan.
● Pemakaian Gabungan Huruf Konsonan "kh" : khusus, akhir, tarikh.
● Pemakaian Gabungan Huruf Konsonan "ng" : ngarai, bangun, senang.
● Pemakaian Gabungan Huruf Konsonan "ny" : nyata, banyak
● Pemakaian Gabungan Huruf Konsonan "sy" : syarat, musyawarah,
arasy.
e. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai,
au, dan oi. Contoh pemakaiannya dalam kata
● Pemakaian Huruf Diftong "ai" : balairung, pandai.
45
● Pemakaian Huruf Diftong "au" : autodidak, taufik, harimau.
● Pemakaian Huruf Diftong "oi" : boikot, amboi.
● Pemakaian Huruf Diftong “ei” : geiser, survei
4. 3. Penulisan Kata
Ada beberapa hal yang pelru diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu
a. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk, yang
ditulis sebagai suatu kesatuan.
Misalnya :
● Buku itu sangat tebal.
● Kantor pajak penuh sesak.
b. Kata Turunan (Kata berimbuhan)
Kata Turunan (Kata berimbuhan) Kaidah yang harus diikuti dalam penulisan
kata turunan, yaitu :
Imbuhan semuanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya :
● Menulis
● Membaca
Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung
mengikuti atau mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata.
Misalnya :
46
● Sebar luaskan
● Bertepuk tangan
Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat
awalan dan akhiran, kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
● Keanekaragaman
● Menandatangani
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya digunakan dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya :
● Mahaadil
● Antarkota
c. Kata Ulang
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-).
Jenis jenis kata ulang yaitu :
● Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal. Misalnya = Laki :
Lelaki
● Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan. Misalnya
= Laki : Laki-laki
● Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem. Misalnya =
Sayur : Sayur-mayur
● Pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat
imbuhan. Misalnya =Main : Bermain-main
47
● Digunakan untuk memisahkan kata seperti : o, ya, wah, aduh, dan kasihan.
● Dipakai diantara : (1) nama dan alamat, (2) bagina-bagian alamat, (3) tempat
dan tanggal, (4) nama dan tempat yang ditulis secara berurutan.
● Dipakai antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
● Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
● Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
● Dipakai di antara bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka.
● Menghindari terjadinya salah baca di belakang keterangan yang terdapat
pada awal kalimat.
● Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda
tanya atau seru.
48
● Akhir kalimat tanya.
● Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
diragukan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Tanda Seru ( ! )
Tanda seru digunakan sesudah ungkapan atau pertanyaan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, rasa emosi yang kuat dan
ketidakpercayaan.
49
● Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau
bahan tertulis lain.
● Mengapit kata atau bagian kalimat yang mempunyai arti khusus, kiasan atau
yang belum
● Mengapit judul karangan, sajak, dan bab buku, apabila dipakai dalam
kalimat.
50
● Unsur asing itu merupakan istilah teknis sehingga tidak ada yang layak
mewakili dalam bahasa Indonesia, akhirnya dibenarkan, diterima, atau
dipakai dalam bahasa Indonesia.
● Konsep yang terdapat dalam unsur asing itu tidak ada dalam bahasa
Indonesia.
Sebaliknya seandainya dalam bahasa Indonesia sudah ada unsur yang
mewakili konsep tersebut, maka penyerapan unsur asing itu tidak perlu diterima.
Menerima unsur asing dalam perbendaharaan bahasa Indonesia bukan berarti
bahasa Indonesia miskin kosakata atau ketinggalan. Penyerapan unsur serapan asing
adalah hal wajar, karena setiap bahasa mendukung kebudayaan pemakainya.
Sedangkan kebudayaan setiap penutur bahasa berbeda-beda antara satu dengan
yang lain. Maka dalam hal ini dapat terjadi saling mempengaruhi yang biasa disebut
akulturasi.
Sebagai contoh pada masyarakat penutur bahasa Indonesia tidak mengenal
konsep "televisi" dan "radio", maka diseraplah dari bahasa asing (Inggris). Begitu
pula sebaliknya, di Inggris tidak mengenal adanya konsep "sarung" dan "bambu",
maka mereka menyerap bahasa Indonesia itu dalam bahasa Inggris.
Berdasarkan taraf integritasnya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia
dikelompokkan dua bagian, yaitu :
1. Secara adaptasi, yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke dalam
kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapannya maupun penulisannya. Salah
satu contoh yang tergolong secara adaptasi, yaitu : fungsi, koordinasi,
manajemen, atlet, sistem, material, ekspor.
2. Secara adopsi, yaitu apabila unsur asing itu diserap sepenuhnya secara utuh,
baik tulisan maupun ucapan, tidak mengalami perubahan. Contoh yang
tergolong secara adopsi, yaitu : bridge, de facto, civitas academica, editor.
51
Lampiran Surat Lamaran Pekerjaan
Lengkapi surat lamaran kerja Anda dengan bukti-bukti yang mendukung pernyataan
Anda di dalam surat tersebut. Fungsi lampiran ini adalah untuk mempertegas surat
lamaran untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak perusahaan atau instansi
yang menawarkan pekerjaan. Lampiran tersebut meliputi:
1. Daftar Riwayat Hidup atau CV (Curriculum Vitae) atau Resume
2. Foto copy Ijazah terakhir
3. Foto copy sertifikat kursus/pelatihan
4. Pas Foto terbaru
5. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (tidak wajib, namun bila ada, lebih baik)
6. Surat Keterangan Kesehatan dari Dokter (tidak wajib, namun bila ada, lebih
baik)
7. Itulah beberapa hal pokok yang harus ada di dalam surat lamaran kerja yang
Anda buat.
Yth.
Kepala HRD RS Islam Banjarmasin
di Banjarmasin
52
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Demikian surat lamaran pekerjaan ini, semoga bisa ditindak lebih lanjut sebagaimana
mestinya. Besar harapan saya untuk bisa mengikuti tahap wawancara kerja, agar saya
bisa menjelaskan diri saya secara detail dan lebih terperinci lagi. Atas perhatian
Bapak/Ibu Kepala HRD, saya sampaikan terima kasih.
Hormat Saya,
53
baik dan benar (Arifin, 2003:1). Artinya, pengungkapan permasalahan dalam karya
ilmiah itu harus berdasarkan fakta, bersifat objektif, tidak bersifat emosional dan
personal, dan disusun secara sistematis dan logis. Bahasa yang digunakan adalah
bahasa Indonesia ragam baku dengan memperhatikan kaidah EBI dan Pembentukan
Istilah.
Berdasarkan tingkat akademisnya, karya ilmiah dapat dibedakan atas lima
macam, yaitu (1) makalah, (2) laporan penelitian, (3) skripsi, (4) tesis, dan (5)
disertasi. Makalah adalah karya tulis yang memerlukan studi, baik secara langsung
maupun tidak langsung; dapat berupa kajian pustaka/buku, kajian suatu masalah,
atau analisis fakta hasil observasi. Laporan penelitian merupakan sebuah tulisan
yang dibuat setelah seseorang melakukan penelitian, pengamatan, wawancara,
pembacaan buku, percobaan, dan lain-lain. Adapun skripsi merupakan jenis karya
ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa strata satu (S1) untuk memperoleh gelar sarjana;
tesis ditulis oleh mahasiswa strata dua (S2) untuk memperoleh gelar magister; dan
disertasi ditulis oleh mahasiswa strata tiga (S3) untuk memperoleh gelar doktor.
B. Sistematika Penulisan Karya Ilmiah
- Sistematika Penulisan Asuhan Keperawatan D-3 Keperawatan
I. Bagian Awal
1. Sampul Luar (halaman judul)
2. Sampul Dalam
3. Lembar Persetujuan Pembimbing
4. Lembar Pengesahan Penguji
5. Lembar Persembahan (jika ada)
6. Kata Pengantar
7. Daftar Isi
8. Daftar Tabel/Gambar/Grafik/Diagram, dll. (jika ada)
9. Daftar Lampiran
II. Bagian Tengah
UUUUUU. Bab I. Pendahuluan: memuat latar belakang, tujuan umum, tujuan
khusus, manfaat, metode ilmiah asuhan keperawatan, dan sistematika
penulisan
VVVVVV. Bab II. Tinjauan Teoritis: berisi tentang tinjauan teoritis medis dan
tinjauan teoritis keperawatan.
54
WWWWWW.Bab III. Hasil Asuhan Keperawatan: berisi gambaran kasus,
anaslisis data dan diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi, dan
evaluasi.
XXXXXX. Bab IV. Simpulan dan Saran
III. Bagian Akhir
- Daftar Rujukan
- Lampiran
- Sistematika Skripsi S-1 Keperawatan
Secara umum, sistematika skripsi untuk S-1 keperawatan terbagi menjadi 3
bagian pokok, yaitu:
I. Bagian Awal
1. Sampul luar dan sampul dalam
2. Lembar persetujuan pembimbing
3. Lembar pengesahan skripsi
4. Pernyataan orisinalias penelitian (bermaterai)
5. Pernyataan persetujuan publikasi
6. Abstrak
7. Kata pengantar
8. Daftar isi
9. Daftar tabel (jika ada)
10. Daftar gambar (jika ada)
11. Daftar lampiran
II. Bagian Tengah
2.1 Pendahuluan
2.1.1 Latar Belakang
2.1.2 Rumusan masalah
2.1.3 Tujuan penelitian
2.1.4 Manfaat penelitian
2.1.5 Penelitian terkait/penelitian terdahulu
2.2 Tinjauan Pustaka
2.3 Metode Penelitian
2.3.1 Jenis Penelitian
2.3.2 Rancangan penelitian
55
2.3.3 Definisi operasional
2.3.4 Populasi dan sampel
2.3.5 Tempat dan waktu penelitian
2.3.6 Instrumen penelitian
2.3.7 Teknik pengumpulan data
2.3.8 Teknik Analisis data/pengolahan data
2.3.9 Etika penelitian
2.4 Hasil dan Pembahasan
2.5 Simpulan dan Saran
III. Bagian Akhir
YYYYYY. Daftar Rujukan
ZZZZZZ. Lampiran-lampiran
56
menjorok sama dengan kalimat pertama pada awal paragraf. Baris kedua dari
kutipan itu ditulis menjorok sama dengan baris pertama.
Contoh:
Tannen (2007:33) menyatakan bahwa discourse analysis memerlukan
kemampuan untuk menggabungkan berbagai pemahaman teori ke
dalam satu kajian. Dia mengatakan bahwa: Discourse analysis is
uniquely heterogeneous among the many subdisciplines of linguistics.
In comparison to other subdisciplines of the field, it may seem almost
dismayingly diverse. Thus, the term “variation theory” refers to a
particular combination of theory and method employed in studying a
particular kind of data.
57
Contoh:
Kutipan atas pendapat Hawes dari buku yang ditulis Muchlas Samani
dan Hariyanto:
Hawes (dalam Samani & Hariyanto, 2011:6) mengemukakan bahwa
"...when character is gone, all gone, and one of the richest jewels of life is lost
forever”.
4) Kutipan dari penulis berjumlah dua orang dan lebih
Jika penulis terdiri atas dua orang, maka nama keluarga kedua penulis
tersebut harus disebutkan, misalnya: Sharp dan Green (1996:1). Apabila
penulisnya lebih dari dua orang, untuk penulisan yang pertama, nama
keluarga dari semua penulis ditulis lengkap. Namun untuk penyebutan kedua
dan seterusnya nama keluarga penulis pertama dan diikuti oleh dkk. Misalnya,
McClelland dkk. (1960:35). Perhatikan penggunaan titik setelah dkk.
5) Kutipan dari penulis berbeda dan sumber berbeda
Jika masalah dibahas oleh beberapa orang dalam sumber yang
berbeda, maka cara penulisan sumber kutipan itu adalah seperti berikut.
Contoh:
Beberapa studi tentang berpikir kritis membuktikan bahwa membaca
dan menulis merupakan cara yang paling ampuh dalam mengembangkan
kemampuan berpikir kritis (Moore & Parker, 1995; Chaffee, dkk. 2002;
Emilia, 2005).
6) Kutipan dari penulis sama dengan karya yang berbeda
Jika sumber kutipan itu adalah beberapa karya tulis dari penulis yang
sama pada tahun yang sama, maka cara penulisannya adalah dengan
menambah huruf a, b, dan seterusnya pada tahun penerbitan.
Contoh: (Suharyanto, 1998a, 1998b, 1998c).
7) Kutipan dari penulis sama dengan sumber berbeda
Jika kutipan berasal dari penutur teori yang sama, yang membuat
pernyataan yang sama, tetapi terdapat dalam sumber yang berbeda, maka cara
penulisannya seperti berikut.
Contoh:
Menurut Halliday ada dua konteks yang berpengaruh terhadap
penggunaan bahasa, yaitu (1) konteks situasi, yang terdiri atas field, mode
58
atau channel of communication (misalnya bahasa lisan atau tulisan), dan tenor
(siapa penulis/ pembicara kepada siapa); dan (2) konteks budaya yang
direalisasikan dalam jenis teks (1985a, b, c).
8) Kutipan dari tulisan tanpa nama penulis
Jika sumber kutipan itu tanpa nama, maka penulisannya adalah sebagai berikut:
Contoh: (Tanpa nama, 2013:18).
9) Kutipan pokok pikiran
Jika yang diutarakan adalah pokok-pokok pikiran seorang penulis,
maka tidak perlu ada kutipan langsung, cukup dengan menyebut sumbernya.
Contoh:
Halliday (1985b) mengungkapkan bahwa setiap bahasa mempunyai
tiga metafungsi, yaitu fungsi ideasional, interpersonal, dan fungsi tekstual.
Sebagai catatan, perlu diingat bahwa model kutipan tidak mengenal
adanya catatan kaki untuk sumber dengan berbagai istilah seperti ibid., op.cit.,
loc.cit. vide, dan seterusnya. Catatan kaki diperbolehkan untuk memberikan
penjelasan tambahan terhadap suatu istilah yang ada pada teks tetapi tidak
mungkin ditulis pada teks karena akan mengganggu alur uraian. Nama penulis
dalam kutipan adalah nama belakang atau nama keluarga dan ditulis sama
dengan daftar rujukan.
Istilah daftar rujukan atau referensi digunakan dalam pedoman ini
sesungguhnya untuk menekankan bahwa sumber-sumber yang dikutip pada
bagian tubuh (isi) teks dipastikan ditulis pada daftar rujukan atau referensi,
begitu pula sebaliknya. Hal ini dilakukan semata-mata untuk mendorong dan
meminimalisir potensi praktik plagiarisme dalam penulisan karya ilmiah.
2. Daftar Rujukan
Beberapa contoh teknis penulisan daftar rujukan atau referensi dengan
sistem APA dapat dilihat pada bagian di bawah ini:
1) Buku
Penulisan daftar rujukan yang berupa buku dalam sistem APA mengikuti urutan
seperti berikut, yakni:
a) nama belakang penulis;
b) nama depan (inisialnya saja);
c) tahun penerbitan (dalam kurung, diawali dan diakhiri titik);
59
d) judul buku dicetak miring (huruf pertama dari kata pertama, nama
tempat, atau nama orang dari judul sumber ditulis dengan huruf
kapital), diakhiri dengan titik;
e) edisi (kalau ada), kota tempat penerbitan, diikuti oleh titik dua dan
penerbit.
Contoh-contoh spesifik penulisan daftar rujukan buku dengan beberapa variasi dapat
dilihat pada bagian di bawah ini.
1. Buku ditulis oleh satu orang:
Poole, M.E. (1976). Social class and language utilization at the tertiary
level. Brisbane: University of Queensland.
Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2011). Models of Teaching. Boston:
Pearson.
4. Sumber yang ditulis oleh satu orang dalam buku yang berbeda:
Halliday, M. A. K. (1985a). Spoken and Written Language. Geelong:
Deakin University Press.
60
2) Artikel jurnal
Penulisan artikel jurnal dalam daftar rujukan mengikuti urutan sebagai berikut:
a) nama belakang penulis;
b) nama depan penulis (inisialnya saja);
c) tahun penerbitan (dalam tanda kurung diawali dan diikuti tanda titik)
d) judul artikel (ditulis tidak dicetak miring dan huruf pertama dari kata
pertama, atau nama tempat, atau nama orang dalam judul ditulis dengan
huruf kapital);
e) judul jurnal (dicetak miring dan setiap huruf pertama dari setiap kata dalam
nama jurnal ditulis dengan huruf kapital kecuali kata tugas) diikuti dengan
koma;
f) nomor volume dengan angka Arab;
g) nomor penerbitan ditulis dengan angka Arab di antara tanda kurung;
h) nomor halaman mulai dari nomor halaman pertama sampai dengan nomor
terakhir.
Contoh:
Setiawati, L. (2012). A Descriptive Study On The Teacher Talk At An Eyl
Classroom. Conaplin Journal: Indonesian Journal of Applied
Linguistics, 1 (2), hlm. 176─178.
61
Sudaryat, Y. (2013). Menguak Nilai Filsafat Pendidikan Sunda dalam
Ungkapan Tradisional sebagai Upaya Pemertahanan Bahasa Daerah.
Dalam M. Fasya & M. Zifana (Penyunting), Prosiding Seminar
Tahunan Linguistik Universitas Pendidikan Indonesia (hlm. 432-435).
Bandung: KAMPUS Press.
Ada beberapa catatan penting yang harus dicermati dari penulisan daftar rujukan atau
referensi di atas.
a) Contoh-contoh di atas merupakan pola rujukan dari beberapa jenis
dokumen yang sering dipergunakan dalam karya ilmiah. Tidak semua
dicontohkan pada pedoman ini. Untuk jenis-jenis sumber rujukan khusus
lainnya, silakan mengacu pada buku Publication manual of the American
Psychological Association (2010) edisi keenam.
b) Beberapa contoh di atas tidak merupakan sumber yang benar-benar nyata
dan dapat diakses. Penulisan sumber-sumber tersebut hanya untuk
keperluan pemberian contoh semata.
c) Bagi penulisan karya ilmiah yang menggunakan bahasa Inggris, silakan
ikuti sistem APA sesuai aslinya dalam bahasa Inggris.
D. Plagiasi
62
Plagiat: pengambilan karangan orang lain dan menjadikannya seolah-olah
karangan sendiri. Plagiarisme: penjiplakan yang melanggar hak cipta. Plagiator :
penjiplak
Menurut Permendiknas RI nomor 17 tahun 2010 tentang pencegahan dan
penanggulangan plagiat di perguruan tinggi, dalam Bab 1, pasal 1, plagiat adalah
perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba
memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian
atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiah,
tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai. Plagiator adalah orang
perseorangan atau kelompok orang pelaku plagiat masing-masing bertindak untuk diri
sendiri, untuk kelompok atau untuk atas nama suatu badan.
Bentuk plagiasi menurut Permendiknas RI nomor 17 tahun 2010, dalam pasal 1 ayat
1, plagiat meliputi tetapi tidak terbatas pada:
a. Mengacu dan atau mengutip istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data dan/atau
informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan
dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai.
b. Mengacu dan/atau mengutip secara acak istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data
dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan
kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai.
c. Menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa
menyatakan sumber secara memadai.
d. Merumuskan dengan kata-kata dan/atau kalimat sendiri dengan sumber kata-kata
dan/atau kalimat, gagasan, pendapat, pandangan, atau teori anpa menyatakan
sumber secara memadai.
e. Menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau telah dipublikasikan
oleh pihak lain sebagai karya ilmiahnya tanpa menyatakan sumber secara
memadai.
63
Cara menghindari plagiasi:
1. Mengetahui tata cara pengutipan
2. Jangan lupa mencantumkan sumber
3. Kuasai topik yang dibahas
ASUHAN KEPERAWATAN
SKRIPSI
A. Pengantar
1. Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Karya Tulis Ilmiah (KTI) untuk mahasiswa D-3 keperawatan adalah tugas akhir
yang berupa Asuhan Keperawatan. KTI merupakan salah satu bentuk hasil pemikiran
ilmiah dan serangkaian kegiatan yang dilakukan berdasarkan metode ilmiah, yang
dituangkan dalam bentuk uraian yang runtut, objektif, mudah dipahami dan berisikan
argumentasi yang kuat, serta dapat memberi jawaban atas permasalahan yang telah
dirumuskan sebelumnya.
64
KTI yang dibuat oleh mahasiswa D-3 Keperawaan merupakan hasil dari
kegiatan Praktik Klinik Keperawatan yang dilakukan oleh mahasiswa pada akhir
masa pendidikan diplomanya. Penyusunan KTI menjadi salah satu syarat untuk para
mahasiswa yang Akan mencapai gelar Ahli Madya pada semua Program Studi D-3
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
2. Skripsi
Skripsi adalah salah satu bentuk karya tulis ilmiah, merupakan hasil pemikiran
ilmiah dan serangkaian kegiatan yang dilakukan berdasarkan metode ilmiah, yang
dituangkan dalam bentuk uraian yang runtut, objektif, mudah dipahami dan berisikan
argumentasi yang kuat, serta dapat memberi jawaban atas permasalahan yang telah
dirumuskan sebelumya.
Tujuan skripsi adalah untuk menilai pengetahuan, wawasan, dan kemampuan
menulis dan mempertahankan hasil penelitian; mengaplikasikan kemampuan dan
penguasaan ilmu yang dimiliki mahasiswa; sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan program S-1; membekali mahasiswa dalam mempertajam berfikir
kritis, logis, dan analitis; serta melatih kemandirian mahasiswa dalam
mengembangkan karier ilmiah.
Skripsi merupakan tugas akhir yang wajib dikerjakan oleh setiap mahasiswa
yang menempuh pendidikan Strata 1/S-1 di semua program studi. Skripsi diajukan
dengan mengikuti alur dan prasyarat yang telah ditetapkan oleh masing-masing
perguruan tinggi. Alur yang harus dilewati tersebut diantaranya adalah mengikuti
seminar proposal skripsi, melaksanakan bimbingan, dan mengikuti ujian/siding
skripsi.
65
Contoh judul: “Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik pada Klien Ny.A Di
Ruang Seruni Rumah Saki Umum Daerah Ulin Banjarmasin”
Pembimbing 1,
Pembimbing 2,
66
Jamiatul Hamidah, M.Pd.
NIDN 1105078501
Mengetahui,
Ketua Program Studi D.3 Keperawatan,
Tim Penguji:
Penguji 1,
Penguji 2,
Penguji 3,
Mengetahui,
Ketua Program Studi D.3 Keperawatan,
67
Muhsinin, Ns. , M.Kep. Sp. Kep. Anak.
NIDN 1105097301
Mengesahkan,
Dekan FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin,
M. Syafwani, S.Kep.,Sp.Jiwa.
NIDN 1110097101
5. Lembar Persembahan (jika ada)
6. Kata Pengantar
7. Daftar Isi
Daftar isi merupakan penyajian kerangka isi tulisan menurut bab, subbab, dan
topiknya secara berurutan berdasarkan posisi halamannya. Daftar isi
berfungsi untuk mempermudah para pembaca mencari judul atau
subjudul dan bagian yang ingin dibacanya. Oleh karena itu, judul dan
subjudul yang ditulis dalam daftar isi harus langsung ditunjukkan nomor
halamannya.
8. Daftar Tabel/Gambar/Grafik/Diagram, dll. (jika ada)
Daftar tabel menyajikan informasi mengenai tabel-tabel yang digunakan dalam
isi skripsi, tesis, atau disertasi beserta judul tabel dan posisi halamannya
secara berurutan. Nomor tabel pada daftar tabel ditulis dengan dua angka
Arab, dicantumkan secara berurutan yang masing-masing menyatakan
nomor urut bab dan nomor urut tabel di dalam skripsi, tesis, atau disertasi.
Contoh:
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Perbedaan Kwashiorkor dan Marasmus………………..21
Tabel 2. Penilaian Status Gizi……………………………………25
9. Daftar Lampiran
Daftar lampiran menyajikan lampiran secara berurutan mulai dari lampiran
pertama sampai dengan lampiran terakhir.
Contoh:
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Standar Operasional Prosedur Memasang Infus
Lampiran 2. Skala Nyeri
Lampiran 3. Lembar Konsultasi
68
II. Bagian Tengah
AAAAAAA. Bab I. Pendahuluan: memuat latar belakang, tujuan umum, tujuan
khusus, manfaat, metode ilmiah asuhan keperawatan, dan sistematika
penulisan
BBBBBBB. Bab II. Tinjauan Teoritis: berisi tentang tinjauan teoritis medis dan
tinjauan teoritis keperawatan.
CCCCCCC. Bab III. Hasil Asuhan Keperawatan: berisi gambaran kasus,
anaslisis data dan diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi, dan
evaluasi.
DDDDDDD. Bab IV. Simpulan dan Saran
III. Bagian Akhir
- Daftar Rujukan
- Lampiran
EEEEEEE. Contoh:
FFFFFFF. DAFTAR RUJUKAN
GGGGGGG. Anugoro, Dito dan Fritz Sumantri Usman. (2014). 45 Penyakit dan
Gangguan Saraf. Yogyakarta: Rapha Publishing.
HHHHHHH.
IIIIIII. Dewanto, George, dkk. (2014). Diagnosis dan Tata Laksana Penyaki
Saraf. Jakarta: EGC.
JJJJJJJ.
KKKKKKK. Munir, Badrul. (2015). Neurologi Dasar. Malang: SAGUNG
SETO.
LLLLLLL.
MMMMMMM.
C. Sistematika Skripsi S-1 Keperawatan
Secara umum, sistematika skripsi untuk S-1 keperawatan terbagi menjadi 3
bagian pokok, yaitu:
I. Bagian Awal
1. Sampul luar dan sampul dalam
2. Lembar persetujuan pembimbing
3. Lembar pengesahan skripsi
4. Pernyataan orisinalias penelitian (bermaterai)
5. Pernyataan persetujuan publikasi
6. Abstrak
7. Kata pengantar
69
8. Daftar isi
9. Daftar tabel (jika ada)
10. Daftar gambar (jika ada)
11. Daftar lampiran
II. Bagian Tengah
2.1 Pendahuluan
2.1.1 Latar Belakang
Mengungkapkan dasar pemikiran atau alasan yang menjadikan ide/topik
skripsi. Dimulai dari hal-hal yang bersifat umum menuju hal-hal
khusus yang berhubungan dengan topik yang dibahas, terutama
berkaitan dengan variabel yang ingin diteliti. Mengutarakan jug aspek
yang menunjukkan adanya perbedaan antara kenyataan yang ada (yang
ditunjukkan adalah data sekunder) dengan harapan yang diinginkan.
Dari perbedaan itu timbul masalah, dengan adanya masalah ini maka
dilakukanlah penelitian.
2.1.2 Rumusan masalah
Memuat tentang masalah dan membatasi masalah tersebut agar lebih spesifik
dan terfokus. Rumusan masalah hendaknya diawali dengan kata Tanya
“Bagaimana…?”
2.1.3 Tujuan penelitian
Menjelaskan hal-hal yang spesifik yang ingin dicapai dalam penelitian.
Biasanya tujuan dari penelitian adalah untuk mencari jawaban masalah
yang dikemukakan.
2.1.4 Manfaat penelitian
Manfaat adalah keuntungan yang diharapkan jika penelitian itu telah
dilaksanakan.
2.1.5 Penelitian terkait/penelitian terdahulu
2.2 Tinjauan Pustaka
Bagian kajian pustaka/ landasan teoretis dalam skripsi, tesis, atau
disertasi memberikan konteks yang jelas terhadap topik atau permasalahan
yang diangkat dalam penelitian. Bagian ini memiliki peran yang sangat
penting. Melalui kajian pustaka ditunjukkan the state of the art dari teori yang
70
sedang dikaji dan kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yang
diteliti.
Pada prinsipnya kajian pustaka/ landasan teoretis ini berisikan hal-hal
sebagai berikut:
a. Konsep-konsep, teori-teori, dalil-dalil, hukum-hukum, model-model, dan
rumus-rumus utama serta turunannya dalam bidang yang dikaji;
b. Penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti, termasuk
prosedur, subjek, dan temuannya;
c. Posisi teoretis peneliti yang berkenaan dengan masalah yang diteliti.
71
3) Peletakan nomor halaman, jika di bawah bab, maka nomor halaman
diletakkan di bagian tengah bawah. Nomor selanjutnya diletakkan di bagian
pojok kanan atas.
4) Sumber rujukan dalam penyusunan skripsi minimal 10 buku, termasuk jurnal
yang merupakan terbitan 10 tahun terakhir.
5) Kertas yang digunakan adalah jenis A4 (21,0 cm x 29,7 cm) dengan berat
kertas 70 gram. Naskah diketik dengan computer menggunakan program
Microsoft Word dan dicetak dengan menggunakan printer.
6) Sampul depan menggunakan kertas hardcover berwarna biru tua.
7) Ukuran logo pada sampul adalah 5 x 5 cm.
DAFTAR RUJUKAN
Ramadani, Rida Aprilia. (2017). Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik pada
Klien Ny.A Di Ruang Seruni Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin.
Skripsi. Tidak diterbitkan.
Tim Penyusun. (2016). Buku Panduan Skripsi Program Studi S.1 Keperawatan, Edisi
Revisi. Banjarmasin: LP2M Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
Tim Penyusun. (2017). Panduan Karya Tulis Ilmiah Prodi D-3 Keperawatan.
Banjarmasin: LP2M Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
72