kualitas hidup merupakan konsep utama sekaligus tujuan dalam proses perawatan paliatif dan juga di pelayanan kesehatan lainnya. Ide tentang kualitas hidup bukan hal yang baru, karena di masa Yunani kuno system pelayanan kesehatan telah menetapkan salah satu tujuan dalam pelayanan adalah untuk meningktkan kualitas hidup pasien. Kualitas hidup memiliki makna yang sangat luas hal ini berdasarkan perspektif seseorang dalam menilainya. sehingga kualitas hidup dapat di nilai dari konteks social, psikologis, maupun kedokteran. Secara umum kualitas hidup merupakan kepuasaan hidup seseorang mengenai hidupnya yang bersifat subyektif, dan kepuasan tersebut di pengaruh oleh seluruh aspek dari individu yang mencakup aspek fisik, psikologis, social dan spiritual. Menurut Kepmenkes RI No.812 tahun 2007 menjelaskan bahwa kualitas hidup merupakan keadaan pasien yang dipersepsikan terhadap keadaan pasien sesuai konteks budaya dan system nilai yang di anutnya, termasuk tujuan hidup, harapan, dan niatnya. Dalam teori Gap, Calman mengemukakan bahwa kualitas hidup merupakan hubungan yang berlawanan dari perbedaan antara harapan seseorang dengan persepsi pada situasi saat itu. Sehingga semakin kecil gap atau celah maka semakin baik kualiats hidup seseorang.
2. Manfaat berkomunikasi pada pasien paliatif care
a. pelayanan berfokus pada kebutuhan pasien bukan pelayanan berfokus pada penyakit. b. menerima kematian namun juga tetap berupaya untuk meningkatkan kualitas hidup. c. pelayanan yang membangun kerjasama antara pasien dan petugas kesehatan serta keluarga pasien. d. berfokus pada proses penyembuhan bukan pada pengobatan. penyembuhan merupakan suatu hubungan antara diri sendiri, orang lain, lingkungan dan Tuhan. Sehingga seseorang tidak akan dapat meninggal dengan di obati, namun seseorang dapat meninggal dengan kondisi di sembuhkan. Jadi meninggal dengan kesembuhan dapat dimaknai suatu kematian dimana seseorang mampu mengatakan atau menyatakan, berupa;
I love you Forgive me Thank you Good-bye
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Keterampilan komunikasi keterampilan berkomunikasi merupakan hal yang terpenting dalam pelayanan perawatan paliatif. Perawat mengembangkan kemampuan berkomunikasinya untuk dapat meningkatkan hubungan yang lebih baik dengan pasien dan keluarga. Sehingga perawat dapat memberikan informasi yang penting dengan cara yang lebih baik saat pasien membutuhkannya, atau menjadi pendengar yang baik saat pasien mengungkap keluhannya tanpa memberikan penilaian atau stigma yang bersifat individual. Komunikasi menjadi keterampilan yang sangat dasar pada perawat paliatif, dimana dengan keterampilan tersebut perawat akan mampu menggali lebih dalam mengenai perasaan pasien, keluhan pasien tentang apa yang dirasakannya. b. Keterampilan psikososial untuk dapat bekerja sama dengan keluarga pasien dan mengantisipasi kebutuhannya selama proses perawatan pasien, maka pelibatan keluarga dalam setiap kegiatan akan dapat membantu dan mendukung keluarga untuk mandiri. Elemen psikososial merupakan bagian dari proses perawatan yang biasanya di delegasikan ke pekerja social medic. karena pekerja social medic memiliki wawasan dan akses yang lebih luas ke berbagai macam organisasi atau instansi yang dapat diajak bekerja sama untuk memberikan dukungan kepada pasien. karena mengingat peran perawat dalam tim paliatif begitu banyak sehingga tidak memungkin untuk melakukannya. Akan tetapi bila, dalam tim interprofesional tidak ada tenaga pekerja social medic, maka perawatlah yang akan melakukannya. Membangun rasa percaya dan percaya diri selama berinteraksi dengan pasien dan dengan menggunakan diri sendiri sebagai bentuk terapeutik melalui proses komunikasi terapeutik maka hal tersebut merupakan inti dari pendekatan psikososial dalam perawatan paliatif. c. Keterampilan bekerja tim Bekerja bersama dalam tim sebagai bagian dari tim interprofesional merupakan hal yang sangat vital untuk dapat melakukan praktik atau intervensi yang baik terhadap pasien. Mengingat layanan perawatan paliatif saat ini tidak hanya tersedia di fasilitas rumah sakit, namun juga tersedia di rumah hospis, rumah perawatan maupun di rumah pasien. Seiring dengan meningkat peran perawata di area paliatif sehingga keterampilan untuk dapat bekerja dalam tim menjadi suatu keharusan dan keniscayaan. d. Keterampilan dalam perawatan fisik untuk area ini, perawat di tuntut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik untuk dapat melakukan asuhan keperawatan secara langsung pasien dalam kondisi apapun dan kapanpun, sehingga perawat dapat bertindak dan mengambil keputusan yang tepat sesuai kondisi pasien. Pengkajian nyeri secara akurat dan holistic dengan menggunakan berbagai macam bentuk metode menjadi hal yang dasar. Pemilihan metode yang tepat untuk mengkaji pasien seperti nyeri, menjadi hal yang penting, mengingat kondisi pasien yang kadang berubah dan tidak memungkin merespon beberapa pertanyaan yang di ajukan. Sehingga keterampilan observasi dan kemampuan intuisi perawat yang dapat digunakan untuk mengenali tanda atau gejala yang mana boleh jadi pasien tidak dapat atau mampu untuk melaporkannya. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki perawat maka perawat dapat memberikan masukan kepada anggota tim untuk tidak lebih fokus pada pemberian obat-obatan berdasarkan perkembangan kondisi pasien. e. Keterampilan intrapersonal salah satu area yang menjadi komponen kunci untuk dapat bekerja dengan baik dan sukses dalam area perawatan paliatif adalah keterampila intrapersonal. karena kematangan secara pribadi dan professional akan dapat membantu perawat dalam mengatasi masalah yang terkait dengan isu intrapersonal yang bersifat intrinsic terutama saat melayani atau melakukan asuhan keperawatan pasien yang menjelang ajal dan keluarganya. perawat harus dapat mengenali dan memahami reaksi dan perasaan pasien yang merupakan konsekuensi alamiah dari bekerja dengan pasien sekarat atau keluarga yang mengalami kedukaan, sehingga perawat mampu menentukan sikap dan menyesuaikan diri dengan kondisi atau situasi yang sarat dengan emosi dan perasaan sensitive. Jika dibandingkan dengan keterampilan kompetensi lainnya, maka keterampilan intrapersonal merupakan hal yang sangat menantang. Dan hal ini juga memiliki andil yang besar untuk membantu membangun keribadian yang lebih baik. Akan tetapi, kondisi tersebut juga mambawa perawat dalam posisi dilematis, karena terkadang perawat terlalu terbawa emosi dengan perasaan yang di alami pasien.
4. Tahapan berkomunikasi dengan pasien paliatif care
Strategi Perawatan Paliatif WHO menyusun sebuah model Pengembangan perawatan paliatif yang menekankan pada pembuatan kebijakan, pendidikan dan pelatihan, ketersediaan obat, dan implementasi terhadap perawatan paliatif di dunia. Perawatan paliatif berprinsip7,8: a. Dimulai dari tahap diagnosis, dan berkembang sesuai kebutuhan sejalan dengan semakin parahnya penyakit. b. Memberikan manajemen nyeri dan gejala lainnya. c. Menegaskan bahwa proses kehidupan dan sekarat dalam kematian adalah proses yang normal. d. Bukan menandakan untuk mempercepat ataupun menunda kematian. e. Mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual dalam pelayanan pasien. f. Menawarkan sistem pendukung dalam membantu pasien hidup seaktif mungkin menuju kematiannya. g. Menawarakn sistem pendukung untuk membantu keluarga pasien mengatasi kesedihan akibat penyakit pasien. h. Menawarkan bantuan pemecahan masalah menggunakan sistem konseling pendekatan tim untuk keluarga pasieng dalam masa berkabung. i. Meningkatkan kualitas hidup dan memberi masukan positif dalam perjalanan penyakit. DAFTAR PUSTAKA
JURNAL Konsep Perawatan Paliatif, Yodang, S.Kep, Ns, M.Pall.Care
Universitas Sembilanbelas November Kolaka, Indonesia, Untuk men-sitasi tulisan ini; Yodang. (2018). Buku ajar keperawatan paliatif berdasarkan kurikulum AIPNI 2015. Jakarta: Trans Info Media.
PEDOMAN STRATEGI & LANGKAH AKSI PENGEMBANGAN
PERAWATAN PALIATIF, KOMITE PENANGGULANGAN KANKER NASIONAL (KPKN) PERIODE 2014-2019, Diterbitkan pertama kali oleh: Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) Periode 2014-2019 Jakarta, 2019