PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan Gizi Rumah Sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan
pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya.
Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya
proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien (Depkes,
2003).
Resiko kurang gizi akan mucul secara klinik pada orang sakit, terutama pada penderita
anoreksia, kondisi mulut / gigi geligi buruk serta kesulitan menelan, penyakit saluran cerna
disertai mual, muntah dan diare, infeksi berat, tidak sadar pada waktu lama, kegagalan
fungsi saluran pencernaan dan pasien mendapat kemoterapi. Hasil penelitian menunjukkan
20% - 60% pasien menderita kurang gizi pada saat dirawat di rumah sakit.
Selain dari itu, di RS Kartika Cibadak Pelayanan Gizi Rumah Sakit bukan saja
diberikan kepada pasien tetapi juga bagi para dokter yang diharapkan dapat memberikan
pelayanan secara optimal kepada pasien ketika mereka melakukan tugasnya.
Sejalan dengan visi dan misi RS Kartika Cibadak, Pelayanan Gizi Rumah Sakit yang
diberikan harus dikelola secara profesional agar mutunya tetap terjamin sehingga dapat
membantu mempercepat proses penyembuhan. Dampaknya adalah hari perawatan pasien
menjadi lebih pendek dan biaya perawatannya berkurang.
Agar pelayanan gizi rumah sakit dapat dilaksanakan secara optimal, diperlukan suatu
”Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Gizi Rumah Sakit” sebagai acuan bagi para
petugas dan manajemen rumah sakit agar kebutuhan gizi pasien maupun dokter dapat
dipenuhi.
1
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan pokok pelayanan gizi rumah sakit di RS Kartika Cibadak terdiri
dari Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap, Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan dan
Penyelenggaraan Makanan. Untuk meningkatkan pelayanan paripurna kepada pasien
dibentuk Tim Asuhan Gizi yang bertugas menyelenggarakan pelayanan gizi di Rawat Inap.
C. Batasan Operasional
2
8) Klien, adalah pengunjung poliklinik rumah sakit, dan atau pasien rumah sakit yang
sudah berstatus rawat jalan.
9) Food Model, adalah bahan makanan atau contoh makanan yang terbuat dari bahan
sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan
kebutuhan, yang digunakan untuk konseling gizi, kepada pasien rawat inap maupun
pengunjung rawat jalan.
3
BAB II
PELAYANAN GIZI RS KARTIKA CIBADAK
Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan
pasien berdasarkan keadaan klinik, status gizi, status metabolisme tubuhnya, umur pasien,
budaya pasien, preferensi diet, dan rencana pelayanan harus tersedia secara rutin (reguler).
Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya
proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Seiring kondisi
pasien semakin buruk karena tidak diperhatikan keadaan gizinya. Pasien dapat berpartisipasi
dalam perencanaan dan seleksi makanan, termasuk keluarga pasien juga dapat berpartisipasi
dalam menyediakan makanan, konsisten dengan budaya, agama, dan tradisi.
Kegiatan pelayanan gizi di ruang rawat inap merupakan salah satu kegiatan yang
dimulai dari upaya perencanaan penyusunan diet pasien hingga pelaksanaan evaluasi di ruang
perawatan. Tujuan kegiatan pelayanan gizi tersebut adalah untuk memberi terapi diet yang
sesuai dengan perubahan sikap pasien. Pelayanan gizi untuk pasien rawat jalan dilakukan
apabila pasien tersebut masih ataupun sedang memerlukan terapi diet tertentu.
Terapi gizi yang menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan tentunya
harus diperhatikan agar pemberian tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk
melaksanakan fungsi metabolisme. Pemberian diet pasien harus selalu dievaluasi dan
diperbaiki sesuai dengan perubahan klinik pasien, hasil pemeriksaan laboratorium, dan
sebagainya. Upaya pelayanan gizi di RS Kartika Cibadak yang diberikan bagi pasien dan
dokter merupakan tugas dan tanggung jawab Unit Gizi dan Tata Boga.
A. Visi
Pelayanan gizi RS Kartika Cibadak merupakan unit pelayanan yang profesional yang
berorientasi kepada kebutuhan gizi pelanggan (pasien dan dokter) untuk menjaga
terciptanya pelayanan kesehatan yang efektif, aman dan ekonomis.
4
B. Misi
C. Tujuan
5
2) Tersedia fasilitas ruangan, alur kerja yang efisien dan peralatan untuk :
a. Penerimaan bahan makanan dan makanan
b. Penyimpanan bahan makanan dan makanan
c. Persiapan makanan termasuk pemasakan
d. Produksi makanan
e. Penyajian makanan masak
f. Distribusi makanan
g. Pencucian alat makan
h. Penyimpanan alat makan
i. Pembuangan sampah
3) Semua gudang bahan makanan hendaknya berada di bagian yang lebih tinggi untuk
mencegah genangan air dan menjaga kelembabannya. Hendaknya dihindarkan
meletakkan gudang di kaki tangga / elevator, ruang peralatan atau ruang-ruang yang
kurang sesuai untuk bahan makanan.
4) Bahan makanan hendaknya tidak diletakkan dibawah saluran / pipa air (air bersih
maupun air limbah) untuk mencegah kebocoran dari saluran tersebut. Hendaknya tidak
ada drainase disekitar gudang makanan untuk menghindari saluran balik / meluapnya
saluran pada saat macet.
5) Semua bahan makanan hendaknya disimpan pada rak-rak yang baik dengan ketinggian
rak terbawah dari lantai 30 cm. Hal ini untuk menghindari kontaminasi karena
genangan air, memudahkan pembersihan dan mencegah infestasi serangga.
6) Suhu gudang bahan makanan kering dan kaleng dijaga kurang dari 22 0 C untuk
mengurangi pertumbuhan serangga, bakteri atau kerusakan kaleng. Suhu didalam
ruang pendingin antara –100 C sampai 50 C.
7) Gudang harus dibuat anti tikus dan serangga. Jendela dan pintu perlu diberi pelindung
tikus dan tempat masuk pipa harus ditutup semen.
6
8) Fasilitas sesuai dengan persyaratan gedung dan peraturan yang berlaku ditekankan
pada :
a. Lantai, dinding dan langit-langit yang mudah dibersihkan
b. Penerangan yang memenuhi persyaratan kondisi kerja
c. Ventilasi yang cukup, suhu dan kelembaban
d. Memenuhi persyaratan anti kebakaran
9) Ada ruang penerimaan dengan fasilitas pemeriksaan mutu dan jumlah bahan makanan
yang langsung dipindahkan ke tempat penyimpanan.
7
E. Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit
Gambar 1
MEKANISME PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT
Pasien Masuk RS
Ya
Ya Dirawat ?
Tahap Pasien
Pengkajian beresiko
masalah gizi?
Pengkajian Diet Tidak
Tidak
Dukungan Gizi
Penyuluhan
Ya Gizi Umum
Penyajian makanan biasa dan khusus
Masalah Penyesuai
Gizi ? an Diet ?
Tidak
Tidak Ya
stop Perlu Kunjuangan
tindak Rumah
lanjut ?
8
Sumber : Modifikasi dari Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Tahun 1991
Penjelasan :
Gambar 1 tentang Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit
9
3) Selama dirawat, pasien yang berminat, mendapatkan penyuluhan mengenai gizi
umum tentang makanan seimbang untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan serta lingkungannya.
4) Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri, laboratorium, dan lain-
lain. Pengamatan juga dilakukan untuk menilai nafsu makan dan asupan
makanannya. Hasil penilaian tersebut membuka kemungkinan bahwa ia
memerlukan penyesuaian diet atau tidak.
5) Bila tidak, tetap memperoleh makanan biasa sampai diperbolehkan pulang.
6) Bila memerlukan terapi diet, prosesnya sama dengan bila ia dari semula
memerlukan terapi diet.
10
8) Bila pasien ternyata tidak memerlukan penyesuaian diet, maka saat akan pulang
pasien memperoleh penyuluhan / konseling gizi tentang penerapan diet di rumah.
9) Bila memerlukan tindak lanjut, pasien diminta mengikuti proses pelayanan gizi
rawat jalan.
10) Bila tidak, kegiatan pelayanan gizi berakhir, dan pasien dapat dirujuk ke
Puskesmas atau institusi kesehatan lain untuk pembinaan selanjutnya.
Pada tahap Monitoring dan Evaluasi
1. Pasien di-recall asupan makannya selama sehari
2. Pantau hasil pemeriksaan fisik, klinis maupun laboratoriumnya
3. Tanyakan pada pasien apa yang menjadi kendala saat menjalankan diet
4. Revisi kembali cara diet sesuai kemampuan pasien
11
BAB III
KEGIATAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT
A. Penyelenggaraan Makanan
a Pengertian
Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen, dalam
rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang tepat.
Dalam hal ini termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi.
b Sasaran
Sasaran penyelenggaraan makanan di rumah sakit adalah konsumen / pasien. Dalam
penyelenggaraan makanan rumah sakit, standar masukan (input) meliputi biaya,
tenaga, sarana dan prasarana, metode, peralatan, sedangkan standar proses meliputi
penyusunan anggaran belanja bahan makanan, pembelian bahan makanan, penerimaan
dan penyimpanan bahan makanan, persiapan bahan makanan. Sedangkan standar
keluaran (output) adalah mutu makanan dan kepuasan konsumen.
12
d Mekanisme Kerja Penyelenggaraan Makanan untuk Mempertahankan kualitas
Makanan
1. Penyusunan Anggaran Belanja Makanan
Pengertian :
Penyusunan anggaran belanja adalah suatu kegiatan penyusunan anggaran yang
meliputi anggaran pengembangan sarana, fasilitas, sumber daya manusia, serta
anggaran rutin untuk pengadaan bahan makanan basah dan kering.
Tujuan
Tersedianya taksiran anggaran belanja makanan yang diperlukan bagi konsumen atau
pelanggan yang dilayani sesuai dengan standar kecukupan gizi.
Proses
a. Anggaran belanja untuk bahan basah dibuat setiap hari sesuai kebutuhan
berdasarkan menu, standar porsi, dan jumlah dokter, serta asumsi pasien yang
dirawat.
b. Anggaran belanja untuk bahan kering dibuat setiap hari sesuai kebutuhan
berdasarkan menu, standar porsi, dan asumsi pasien yang dirawat.
c. Evaluasi anggaran belanja pelayanan gizi dilakukan dengan membandingkan
dengan anggaran belanja bulan lalu.
d. Anggaran belanja yang telah dibuat oleh Kepala Urusan Pelayanan Gizi dan Tata
Boga diajukan kepada Manajer Umum dan disetujui oleh Wakil Direktur/ Direktur.
13
Proses :
a. Penyusunan formula dibuat oleh ahli gizi RS Kartika Cibadak dengan mengacu
pada perhitungan diet pasien dan Buku Pelayanan Gizi Rumah Sakit.
b. Penyusunan menu dibuat oleh Urusan Pelayanan Gizi, dengan persetujuan Tim
Pengendalian Mutu Makanan.
c. Menu pasien disusun dengan siklus menu 10 (sepuluh) + 1 (satu) hari.
d. Menu untuk pasien dan keluarga dengan kelas perawatan VIP.
Pengertian :
Adalah kegiatan menyusun kebutuhan bahan makanan basah dan kering yang akan
diolah menjadi makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi pelanggan.
Tujuan :
Mendapatkan perhitungan kebutuhan bahan makanan yang tepat dan akurat baik
kualitas maupun kuantitasnya.
Proses :
a. Mengumpulkan data pelanggan yang akan dilayani.
b. Memilih daftar menu sesuai dengan siklus menu, standar porsi dan standar resep.
c. Tentukan jenis bahan makanan basah dan kering yang akan digunakan sesuai
dengan standar harga yang ada dengan penambahan 10% dari kebutuhan.
d. Ajukan rencana anggaran tersebut kepada Manajer Umum dan Wakil Direktur
Umum / Direktur RS Kartika Cibadak.
14
Tujuan :
Tersedianya bahan makanan sesuai kebutuhan tepat waktu dan disimpan ditempat yang
telah ditentukan.
Proses :
a. Petugas gudang melakukan pemesanan/pembelian ke rekanan yang telah
ditentukan.
b. Rekanan akan mengirim bahan makanan sesuai dengan pemesanan.
Pengertian
Adalah kegiatan yang meliputi pemeriksaan, penyortiran, pencatatan dan pelaporan
tentang jenis, kualitas dan kuantitas bahan makanan yang diterima sesuai dengan
pesanan serta spesifikasi bahan yang telah ditetapkan.
Tujuan
Tersedianya bahan makanan dengan kualitas baik yang siap diolah.
Mencegah terjadinya penyimpangan dan kesalahan dalam penerimaan bahan
makanan.
Proses
a Lakukan pengecekan jumlah bahan makanan dengan cara dihitung dan ditimbang
sesuai kebutuhan.
b Lakukan pengecekan kualitas bahan makanan, apabila bahan makanan tidak sesuai
dengan spesifikasi, harus segera dikembalikan ke rekanan kemudian diganti dengan
bahan makanan yang berkualitas baik.
Tujuan :
Terhindar dari kontaminasi dan pencemaran
15
Agar bahan makanan dapat awet dan dapat digunakan sebagaimana mestinya
Proses :
1. Tempatkan setiap bahan makanan secara terpisah menurut jenisnya dalam wadah
tertutup untuk mencegah kontaminasi silang.
2. Tempatkan secara rapi dan ditata agar tidak terlihat padat/tumpang tindih untuk
setiap bahan makanan untuk menjaga sirkulasi udara, pernafasan makanan, serta
pemerataan suhu lingkungan.
3. Bahan makanan yang berbau tajam harus tertutup rapat agar baunya tidak keluar
dan mencegah penyerapan oleh bahan makanan lain, seperti: udang, buah durian
dan lain-lain.
4. Jaga pintu lemari penyimpanan agar tidak terlalu sering dibuka karena akan
meningkatkan suhu.
5. Lakukan pengambilan bahan makanan secara FIFO (First In First Out) yaitu: bahan
makanan yang disimpan lebih dahulu harus digunakan terlebih dahulu pula.
6. Bahan makanan mentah harus disimpan dalam keadaan terpisah dengan makanan
matang.
7. Setiap barang yang diterima harus diperiksa secara organoleptic (dengan
menggunakan panca indera) sebelum layak disimpan.
8. Buat catatan dalam buku stok setiap penerimaan barang yang diisi: nama bahan,
tanggal pembelian, tempat pembelian, nama petugas dan tempat penyimpanan
9. Simpan bahan makanan dalam suhu tertentu yaitu:
a. Daging, ikan dan olahannya: (-) 5o sampai dengan 0o C untuk jangka waktu 1-3
hari
b. Telur, susu dan olahannya: 5o sampai dengan 7o C untuk jangka waktu 1-3 hari.
c. Sayur, buah dan minuman: 10o untuk jangka waktu 1-3 hari.
d. Tepung dan biji-bijian: 25o C untuk jangka waktu 1-3 hari.
16
7. Pengolahan Bahan Makanan
Pengertian :
Adalah suatu proses atau cara untuk mengolah bahan mentah menjadi makanan
meliputi pemilihan, pencucian, pemotongan, persiapan bumbu bahan makanan siap
untuk diolah dan disajikan.
Tujuan :
Mengurangi resiko kehilangan zat gizi bahan makanan
Meningkatkan nilai cerna.
Mempertahankan rasa, warna, tekstur dan penampilan makanan.
Aman dari mikroorganisme dan benda asing.
Penyajian makanan dilakukan tepat waktu dan tepat sasaran.
Menjamin ketersediaan makanan yang sesuai dengan standar menu yang telah
ditetapkan dan standar diet pasien.
Proses :
Siapkan bahan makanan mentah sesuai dengan menu yang akan dimasak
Perhatikan jenis potongan bahan makanan sesuai kebutuhan
Gunakan peralatan masak yang bersih dan sesuai dengan kebutuhaan
Gunakan suhu pemasakan yang sesuai agar tingkat kematangannya sempurna
Dahulukan memasak atau mengolah makanan yang tahan lama seperti goreng-
gorengan
Untuk masakan yang berkuah seperti sup atau cah sebaiknya dimasak terakhir
17
b. Pisahkan makanan berkuah antara lauk, saus dan kuahnya.
c. Gunakan container tertutup untuk menyimpan makanan
d. Simpan makanan kering (goreng-gorengan) dalam suhu kamar antara 25-30 ° C
e. Simpan makanan basah (kuah, sup, gulai) yang siap disajikan pada suhu
diatas 60 ° C
f. Simpan makanan basah yang disajikan dalam bentuk dingin pada suhu dibawah
10 ° C
9. Penyajian Makanan
Pengertian :
Adalah suatu cara untuk menyampaikan makanan yang telah selesai diolah/dimasak
untuk segera dihidangkan kepada pasien dan dokter sesuai standar yang telah
ditentukan.
Tujuan :
1. Makanan yang telah siap saji terhindar dari kontaminasi dan pencemaran.
2. Makanan tersaji tepat waktu.
Proses :
a. Lakukan penataan makanan di nampan sesuai dengan etiket. Dalam etiket tersebut
tercantum nama pasien, kamar pasien serta diet pasien.
b. Gunakan APD (Alat Pelindung Diri) lengkap untuk menjaga agar makanan tetap
bersih dan tidak terkontaminasi.
c. Bungkus nampan makanan dengan plastik wrapping agar terhindar dari pencemaran.
d. Sajikan makanan dalam keadaan panas, agar tetap hangat pada saat didistribusikan.
e. Jadwal penyajian makanan adalah sebagai berikut:
1. Pukul 05.00 WIB: Penggantian gelas, pemberian air minum.
2. Pukul 07.00 WIB: Sarapan.
3. Pukul 09.00 WIB: Snack (untuk semua kelas).
4. Pukul 11.30 WIB : Makan siang.
5. Pukul 13.00 WIB : Snack sore.
6. Pukul 16.00 WIB : Makan sore.
10. Pendistribusian Makanan
18
Pengertian:
Adalah proses mengantar makanan dan minuman yang telah ditata dan siap untuk
dikonsumsi pasien rawat inap
Tujuan:
Tidak terjadi kesalahan pemberian makanan/diet pasien, serta tepat waktu sesuai
jadwal yang sudah ditetapkan.
Proses:
1. Susun nampan yang sudah di-wrapping ke dalam trolley.
2. Distribusikan makanan yang sudah siap didistribusikan ke ruang perawatan dengan
menghangatkan terlebih dahulu makanan kedalam microwave.
3. Antar makanan ke kamar-kamar pasien, pada saat mengantar makanan gunakan
petunjuk teknis komunikasi pendistribusian makanan.
4. Setelah selesai melakukan pendistribusian, pastikan tidak ada pasien yang belum
mendapatkan makan dengan cara roll call bersama petugas distribusi lainnya.
5. Lakukan serah terima dengan PJ perawatan dan catat dalam buku serah terima
makanan dengan ditandatangani oleh PJ dan petugas pantry sebagai bukti bahwa
makanan yang didistribusikan telah diperiksa oleh PJ perawatan.
Memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap agar memperoleh gizi yang sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi penyakit. Membantu mempercepat proses penyembuhan.
c Proses
Tentukan diet pasien oleh dokter yang merawat / dokter ruangan pada saat pasien
pertama kali masuk di ruang perawatan.
19
Informasikan diet yang diberikan dokter kepada Ahli gizi atau Penanggung jawab urusan
pelayanan gizi (diluar jam kerja ahli gizi), dan didokumentasikan di formulir pemesanan
makan pasien baru rawat inap.
Lakukan pengkajian riwayat gizi dari pola makan, variasi, frekuensi serta pantangan
makan.
Ahli gizi akan menerjemahkan diet yang diberikan dokter kedalam bentuk menu
makanan.
Juru masak akan mengolah makanan sesuai dengan petunjuk diet yang telah diberikan
oleh Ahli gizi.
Sajikan makanan yang sudah matang dan distribusikan.
Lakukan konsultasi gizi (pendidikan kesehatan) dengan memberikan penjelasan kepada
pasien yang bermasalah (beresiko) status gizinya dan pasien yang mendapat diet khusus
yang harus dijalankan dalam upaya mempercepat proses penyembuhan.
Lakukan pemantauan / evaluasi terhadap perubahan diet dan sisa makanan.
Tindak lanjuti apa yang didapat dari hasil evaluasi.
Lakukan konsultasi oleh Ahli Gizi untuk menjelaskan tujuan diet yang harus dijalankan
oleh pasien.
Apabila ada perubahan diet dari DPJP, perawat menginformasikan kepada penanggung
jawab urusan pelayanan gizi dan mendokumentasikannya di formulir perubahan diet
pasien rawat inap.
a Pengertian
Adalah kegiatan pemberian informasi tentang pelayanan gizi di rawat jalan yang dilakukan
oleh perawat/bidan dan ahli gizi.
b Tujuan
Membuat perubahan perilaku makan pada pasien rawat jalan.
c Proses
Dirawat jalan memberikan informasi kepada pasien melalui konsultasi secara perorangan
oleh ahli gizi.
20
BAB IV
ORGANISASI DAN KETENAGAAN
A. Struktur Organisasi
Gambar 2
STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTUR
PENYAJIAN &
PENDISTRIBUSIAN
JURU MASAK
PETUGAS
PENYAJIAN &
PENDISTRIBUSIAN
Kualifikasi
Minimal DIII Gizi
21
2. Petugas Pengolahan Makanan
Kualifikasi
Pendidikan SMK Tataboga, SMU (yang mempunyai pengalaman di pengolahan
makanan minimal 1 tahun).
Kualifikasi
Pendidikan dengan pendidikan setara SMU (dengan pengalaman minimal 1 tahun di
pendistribusian makanan rumah sakit), dan SMK Tataboga.
Urusan Pelayanan Gizi dan Tata Boga dipimpin oleh Kepala Urusan yang membantu
Manager Umum dalam mengkoordinir semua kebutuhan urusan tata boga. Sedangkan
untuk hal pengelolaan, pelaksanaan pelayanan gizi dan tata boga rumah sakit, terdiri
dari :
1. PJ Penyajian dan pendistribusian yang membawahi petugas penyajian dan
pendistribusian.
2. PJ Pengelolaan makanan yang membawahi para juru masak.
22
Menyusun rencana anggaran rutin dan tahunan kebutuhan karyawan/personil,
fasilitas dan bahan makanan.
Berkoordinasi dengan bidang dan bagian terkait.
Mengawasi tata cara pengolahan makanan yang disajikan.
Mengontrol pengadaan bahan makanan basah maupun bahan makanan kering.
Bersama dengan ahli gizi mengevaluasi menu makan pasien dan dokter.
Menyusun laporan kegiatan di urusan gizi dan tata boga untuk manajemen rumah
sakit.
2. Ahli Gizi
Membuat dan mengusulkan menu makanan/minuman pasien dengan diet dan tanpa
diet dan dokter.
Berkoordinasi dengan Ka.Ur Tata Boga dalam hal penerimaan bahan makanan,
penyimpanan, pengolahan, penyajian dan pendistribusian makanan.
Mengontrol data diet pasien dan perubahannya setiap shift.
Berkoordinasi dengan bidang keperawatan dan DPJP untuk ketentuan diet pasien.
Menginformasikan kepada pasien tentang diet yang harus dipatuhi oleh pasien
selama pasien menjalani perawatan.
Menindaklanjuti secara rutin daya terima pasien terhadap makanan yang diberikan.
Membuat program kerja pelayanan gizi.
Memberikan diklat kepada petugas tata boga dan perawat tentang diet pasien dan
assesment status gizi pasien.
3. Juru Masak
Menyusun daftar permintaan bahan makanan sesuai dengan menu.
Mempersiapkan bahan makanan yang akan diolah sekaligus memeriksa kualitas
dan kuantitasnya.
Memeriksa peralatan masak dan peralatan penunjang pelayanan yang akan
digunakann agar selalu dalam keadaan baik dan siap pakai.
Melakukan pengolahan bahan makanan menjadi makanan yang siap disajikan
kepada pasien, dokter dan karyawan.
Membersihkan dan merawat peralatan masak dan peralatan penunjang pelayanan
setelah digunakan.
23
Membersihkan ruangan tempat kerja dan menyimpan semua peralatan masak dan
peralatan penunjang pelayanan yang telah bersih pada tempatnya.
4. Pantry
Mencatat daftar nama pasien rawat inap dan mencatat daftar dokter praktek
setiap hari
Merekap orderan makan pasien sesuai diet ke bagian pengolahan.
Menyajikan makanan dan minuman pasien sesuai dengan waktu, nama
pasien, no kamar, diet , pesanan dan menyajikan pesanan makanan dokter.
Mendistribusikan makanan pasien tepat waktu.
Melakukan clear up makanan pasien.
Melakukan clean up makanan pasien.
Melakukan inventaris/stok harian alat makan minum pasien.
Melakukan pencatatan sisa makanan pasien.
24
BAB V
SARANA, PERALATAN DAN PERLENGKAPAN
Agar pelayanan gizi dan tata boga di RS Kartika Cibadak dapat berjalan dengan lancar
dan optimal, maka perlu didukung dengan adanya sarana, peralatan dan perlengkapan yang
memadai baik untuk kegiatan pelayanan gizi di Instalasi Rawat Jalan, Rawat Inap maupun
ruang di Urusan Gizi dan Tata Boga.
25
b Memperpanjang usia pakai alat (life time) di pelayanan gizi.
Proses :
a Lakukan pengecekan dan pemeliharaan secara rutin dan periodik terhadap ruangan dan
peralatan.
b Segera laporkan setiap ada kerusakan ruangan dan peralatan kepada unit terkait.
c Segera ajukan penggantian terhadap peralatan yang tidak dapat diperbaiki.
26
BAB VI
SANITASI MAKANAN DAN KESELAMATAN KERJA
A. Sanitasi Makanan
1. Pengertian
Sanitasi makanan merupakan salah satu upaya pencegahan yang menitik beratkan pada
kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari
segala bahan yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan mulai dari sebelum
makanan diproduksi, selama proses pengolahan, penyiapan, pengangkutan, penjualan
sampai pada saat makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada
konsumen (Direktorat Hygiene dan Sanitasi, Ditjen Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Menular).
Jadi hendaknya upaya ini harus dilakukan di Urusan Gizi dan Tata Boga RS Kartika
Cibadak sesuai dengan prosedur yang ada mengenai sanitasi.
2. Tujuan
Kegiatan ini ditujukan agar RS Kartika Cibadak dapat :
a. Menyediakan makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan pasien,
keluarga pasien dan dokter.
b. Menurunkan angka kejadian penularan penyakit atau gangguan kesehatan melalui
makanan.
c. Mewujudkan perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan makanan.
3. Pelaksanaan sanitasi makanan dalam penyelenggaraan makanan
a. Ruang pengolahan / dapur harus dipelihara kebersihannya sesuai dengan ketentuan.
b. Tersedianya saluran limbah, sebagai pembuangan limbah makanan yang aman dari
binatang pengganggu.
c. Tersedianya air bersih dalam jumlah yang mencukupi sesuai standar mutu air
dengan melakukan kontrol air dan pest kontrol secara rutin sesuai ketentuan.
d. Alat pengangkut makanan dan minuman harus tertutup dan bahan mudah
dibersihkan.
e. Rak penyimpanan bahan makanan harus mudah dipindahkan untuk memudahkan
proses pembersihan.
27
f. Peralatan yang kontak dengan makanan harus mudah dibersihkan, tidak mudah
rusak akibat zat asam/basa atau garam-garaman dan tidak terbuat dari logam yang
berat dapat menimbulkan keracunan.
g. Bahan makanan harus bermutu baik, masih segar, aman, utuh, tidak busuk, tidak
kotor, cukup matang (untuk buah).
h. Penanganan bahan makanan harus memperhatikan cara penanganan yang baik dan
tepat dengan memperhatikan pula persyaratan hygiene baik tenaga penjamah dan
dalam melakukan prosedur kerja.
i. Makanan yang sudah diolah dinyatakan layak dikonsumsi apabila tidak melebihi
waktu selama 6 jam dari mulai makanan matang hingga disajikan pada pasien.
4. Pengawasan sanitasi dalam penyelenggaraan makanan
a. Dilakukannya pemeriksaan kesehatan dan usap dubur / kulit secara berkala sesuai
dengan ketentuan terhadap tenaga penjamah makanan dan juga peralatan.
b. Melakukan kontrol kualitas bahan makanan melalui pest-control.
c. Dilakukan bongkar kecil dan bongkar besar secara rutin terhadap kebersihan
ruangan / lingkungan sekitar Urusan Gizi dan Tata Boga.
B. Keselamatan Kerja
1. Pengertian
Keselamatan kerja adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan dalam
rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupun
kelalaian/kesengajaan.
2. Tujuan
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan akibat kerja.
b. Memberi pertolongan kecelakaan dan perlindungan bagi karyawan.
c. Menciptakan keamanan, kenyamanan dan keselamatan dalam bekerja.
d. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja seperti keracunan,
infeksi dan penularan penyakit.
3. Prinsip keselamatan kerja dalam proses penyelenggaraan
a. Gunakan alat pelindung diri pada saat melakukan proses pekerjaan sesuai dengan
prosedur yang berlaku.
28
b. Lakukan proses kerja sesuai dengan petunjuk dan prosedur yang berlaku.
c. Menggunakan dengan baik peralatan sesuai dengan fungsinya.
d. Tidak diperkenankan merokok di ruang penerimaan dan penyimpanan bahan
makanan dan selama proses pengolahan.
e. Lakukan pembersihan dan pemeliharaan alat kerja dan sarana pendukung.
f. Lakukan pemeriksaan kesehatan pekerja secara teratur.
29
BAB VII
PEMBIAYAAN MAKANAN
30
BAB VIII
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN GIZI
C. Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya dimaksud adalah proses dimana RS Kartika Cibadak mengatur biaya
guna mencegah adanya pemborosan dari biaya yang dikeluarkan, dalam hal ini biaya
bahan makanan.
Urusan Gizi dan Tata Boga harus pintar dalam mengelola pemakaian bahan makanan
dimana cara menukar, mengubah atau mengganti makanan dengan bahan lain merupakan
salah satu cara pengendalian biaya dalam kegiatan perencanaan menu, pembelian,
penerimaan dan pengolahan.
31
D. Indikator Keberhasilan Pelayanan Gizi Rumah Sakit
RS Kartika Cibadak dalam meningkatkan mutu pelayanan gizi dilakukan dengan adanya
penanganan keluhan pelanggan terhadap pelayanan gizi berdasarkan prosedur yang ada.
Dan melakukan monitoring serta evaluasi terhadap kegiatan pelayanan gizi sesuai prosedur
yang telah ditetapkan.
Untuk mengukur tingkat keberhasilan pelayanan gizi di Instalasi Rawat Inap dilakukan
kegiatan pencatatan dan pelaporan pelayanan gizi di ruang rawat inap sesuai prosedur yang
telah ditetapkan.
Berdasarkan hal itu semua kemudian dilakukan evaluasi serta tindak lanjut terhadap hasil
temuan untuk bagaimana meningkatkan mutu dari pada pelayanan gizi yang baik di
lingkungan RS Kartika Cibadak.
32
BAB X
PENUTUP
33
BUKU RUJUKAN
34
LAMPIRAN
1. Formulir Pemesanan Makan Pasien Baru Rawat Inap
2. Formulir Pemesanan Dan Penerimaan Bahan Makanan
3. Formulir Perubahan Diet Pasien Rawat Inap
4. Formulir Menu Untuk Pasien
5. Formulir Asuhan Gizi
35