LOGIN | DAFTAR
Top of Form
Go
Bottom of Form
CME
Penyakit
Obat
Tindakan Medis
Diskusi Dokter
SKP Online
KETOASIDOSIS DIABETIK
Pendahuluan
Patofisiologi
Etiologi
Epidemiologi
Diagnosis
Penatalaksanaan
Prognosis
Oleh :
Pemberian cairan, kalium, serta insulin merupakan trias utama penatalaksanaan ketoasidosis
diabetik.
Penatalaksanaan Awal
Penilaian dilakukan terhadap tingkat dehidrasi, kesadaran (Glasgow Coma Scale), pemeriksaan
sampel darah dan urin. Lakukan pemasangan intravenous line bersama dengan pengambilan
darah.
Pastikan pernafasan pasien baik. Jika terganggu, lakukan resusitasi sesuai panduan. Amankan
jalan nafas pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran. Setelah jalan nafas berhasil
diamankan, lakukan pemasangan nasogastric tube bila pasien koma atau muntah dan
biarkan nasogastric tube tetap terbuka untuk drainase.
Pasang EKG untuk memonitor dampak perubahan kadar kalium pasien akibat ketoasidosis dan
penanganannya.
Lakukan pengukuran urin untuk mengukur balans cairan. Pada pasien yang tidak sadar, pasang
kateter urin supaya balans cairan dapat diukur.
Pemberian Cairan
Pemberian cairan awal diberikan berdasarkan berat badan dan status dehidrasi pasien. Jumlah
cairan awal yang harus diberikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Dehidrasi Berat (kg) Dehidrasi
Mulailah rehidrasi dengan normal saline + potasium (kalium). Tipe cairan yang dimasukkan
memerlukan penyesuaian terhadap kadar glukosa, natrium dan kalium dalam darah.
Bolus Cairan
Tidak semua pasien dengan ketoasidosis diabetik memerlukan bolus cairan. Perlu diingat bahwa
asidosis itu sendiri sudah mengakibatkan perfusi perifer yang buruk dan mengacaukan
keakuratan penilaian dehidrasi. Perfusi perifer akan diperbaiki dengan koreksi asidosis. Bila
terdapat hipoperfusi, berikan 0,9% saline 10 ml/kgBB. Pasien dengan ketoasidosis diabetik
jarang memerlukan > 20 ml/kgBB total sebagai bolus.
Rehidrasi dengan normal saline dan kalium sebaiknya dilanjutkan sedikitnya 6 jam pertama. Bila
glukosa darah menurun sangat cepat dalam beberapa jam, atau mencapai sekitar 216-270 mg/dL
ubahlah ke normal saline dengan juga memasukkan 5% dextrosa dan kalium. Pilihan cairan
setelah 6 jam pertama akan dipengaruhi oleh kadar serum sodium (natrium) yang telah dikoreksi
melalui pemberian cairan sebelumnya, dan kadar glukosa darah. Kadar natrium yang telah
terkoreksi semestinya akan stabil, atau meningkat seiring dengan menurunnya kadar glukosa
darah
Setelah 6 jam pertama pemberian cairan, 0,45% NaCl dengan 5% dextrosa dan kalium mungkin
dapat dimasukkan ketika kadar glukosa darah < 216-270 mg/dL. Namun, 0,9% saline + dextrose
dan kalium sebaiknya dilanjutkan, apabila:
Hiponatremia terjadi
Kadar serum natrium yang telah terkoreksi gagal untuk menstabilkan keadaan
Kadar serum natrium meningkat seiring dengan penurunan kadar glukosa darah
Terjadi hiperosmolar, atau ada kemungkinan pergeseran cepat terhadap osmolaritas darah
Usahakan untuk menjaga kadar glukosa darah antara 90-216 mg/dL. Naikkan konsentrasi
dextrosa ke 10% seiring dengan pemberian normal saline dan kalium, bilamana asidosis masih
tetap terjadi dan kadar glukosa darah < 100 mg/dL, atau jatuh secara cepat ke dalam kisaran 100-
270 mg/L.
Pemberian insulin dalam infus diturunkan bila kadar glukosa darah terus menurun meski sudah
diberikan dextrosa 10%. Pasien dalam keadaan ini, diturunkan pemberian insulinnya ke 0.05
unit/kgBB/hari, dengan mengingat bahwa ada perbaikan terhadap metabolik asidosis. Dalam hal
ini, perlu untuk konsultasi dengan spesialis pediatrik endokrin.
Bila pasien menjadi hipoglikemik, lakukan tata laksana hipoglikemia. Bila pasien secara
metabolik stabil, rehidrasi dilanjutkan secara oral setelah 24-36 jam pertama terapi cairan
intravena. Keadaan stabil ini biasanya akan terjadi bersamaan dengan terapi insulin yang diubah
pemasukannya dari infus ke suntikan subkutan.
Kalium
Mulailah dengan memasukkan KCl pada konsentrasi 40 mmol/L bila BB < 30 kg, atau 40-60
mmol/L bila BB > 30 kg. Pemberian kalium selanjutnya ditentukan berdasarkan kadar serum
kalium.
Ketika terapi insulin dimulai, pemberian kalium ulangan diberikan tiap satu jam. Tunda
pemberian kalium bila kadar serum kalium > 5,5 mmol/L, atau pasien anuria, sampai kadar
kalium adalah < 5,5 mmol/L, atau output urine tercatat. Mulailah dengan memasukkan KCl pada
konsentrasi 40 mmol/L bila berat < 30 kg, atau 40-60 mmol/L bila berat di atas 30 kg.
Insulin
Waktu terbaik untuk mengubah cara pemberian insulin ke subkutan adalah pada waktu sebelum
makan. Infus insulin hanya boleh dihentikan 30 menit setelah suntikan insulin rapid-
acting secara subkutan pertama. Waspadai koma karena hiperosmolar hiperglikemik nonketotik,
dan konsultasikan keadaan ini dengan tim pediatrik dan/atau pediatrik endokrin dalam hal
pemberian insulin.
Bikarbonat
Pemberian bikarbonat tidak rutin direkomendasikan karena dapat menyebabkan asidosis
paradoksikal pada susunan saraf pusat. Asidosis yang berlanjut menunjukkan pemberian insulin
dan cairan yang tidak adekuat.
Pada kasus yang jarang, pasien anak yang sangat sakit, contohnya dengan pH<7,0, HCO3< 5
mmol/L, diberikan adrenalin untuk menaikkan tekanan darah, atau mereka yang mengalami
hiperkalemia, mungkin dapat ditolong dengan pemberian bikarbonat ini. Pada keadaan tersebut,
konsultasikan terlebih dahulu dengan spesialis endokrin sebelum memberikan dosis kecil
bikarbonat.
Dosis HCO3 (mmol) = 0,15 x BB (kg) x defisit basa. Masukkan dalam waktu lebih dari 30-60
menit dosis tersebut dengan monitoring jantung, kemudian lakukan penilaian kembali status basa
darah. Awasi risiko hipokalemia akibat pemberian bikarbonat ini.
Monitor ketat keseimbangan antara cairan yang masuk dan yang keluar. Lakukan observasi tiap
jam (dapat lebih sering bila terindikasi secara klinis): nadi, tekanan darah, tingkat kesadaran
(GCS), dan status neurologis (respon pupil, penilaian perubahan akan gangguan tidak dapat
istirahat baik, cengeng, sakit kepala).
Lakukan pemeriksaan tiap jam kadar glukosa dan zat-zat keton dalam darah sementara pasien
sedang dalam terapi infus insulin. Periksa kembali kalium dalam tempo 1 jam setelah dimulainya
infus insulin. Periksa gas darah vena dan glukosa darah tiap 2 jam untuk 6 jam pertama,
selanjutnya setelah tiap 2-4 jam kemudian dan ukur suhu badan tiap 2-4 jam.
Penanganan Hiper-/Hiponatremia
Efek dilusi hiperglikemia menekan kadar serum sodium dalam darah. Untuk mengkoreksi
konsentrasi sodium, gunakan formula berikut ini:
Bila kadar natrium tidak naik seiring dengan masih terjadinya gangguan kadar glukosa selama
dalam penanganan, atau terjadi hiponatremia, biasanya menunjukkan koreksi volume cairan yang
berlebihan dan penggantian elektrolit yang tidak adekuat. Konsultasikan dengan dokter senior
bila kadar natrium > 160 mmol/L. Keadaan ini menempatkan pasien dalam risiko menumpuknya
edema serebral.
Penanganan Hipoglikemia
Bolus dekstrosa diberikan bila kadar glukosa darah di bawah <72 mg/dL dan pasien
masih mengalami asidosis. Berikan 10% dextrosa 2-5 ml/kgBB dalam bolus intravena,
dilanjutkan dengan dekstrosa 10% dalam infus bersama NaCl 0.45% dan kalium. Jangan
menghentikan infus insulin.
Bila hipoglikemia terus terjadi setelah lebih dari 2 jam walau sudah dilakukan penanganan di
atas, pemasukkan insulin dapat diturunkan ke 0,05 unit/kgBB/jam selama zat-zat keton dan
asidosis berhasil diturunkan dan dibersihkan dari dalam darah. Lanjutkan dengan 10% dextrosa
dalam cairan IV sampai tercapai kadar glukosa darah yang stabil. Bila kadar gula darah jatuh di
bawah 4 mmol/L dan pH terakhir adalah > 7,3 pengobatan oral untuk hipoglikemia dapat
diberikan sebagai pengganti pemberian intravena di atas.
Edema Serebral
Dapat terjadi secara subklinis dan mendadak, biasanya antara 6 dan 12 jam setelah dimulainya
terapi cairan, sehingga pemasukan cairan dan koreksi biokemikal semestinya diberikan secara
perlahan.
Secara optimal, turunnya kadar glukosa darah dan osmolaritas serum tidak melebihi 90
mg/dL/jam. Namun, pada pasien anak, awalnya kadar glukosa darah dapat jatuh secara cepat.
Berikan manitol 20% 0,5 gram/kgBB IV (kisaran 0,25-1,0 gram/kgBB) dalam waktu 20 menit
secepatnya ketika ada kecurigaan diagnosis klinis.
Penanganan dilakukan segera tanpa menunggu hasil pencitraan otak. Dosis ini dapat diulang bila
tidak ada respon awal setelah 30 menit sampai 2 jam. Segera turunkan cairan infus 1/3 nya.
Posisikan pasien dengan kepala lebih tinggi lalu transfer segera ke ICU.[17]
Perawatan di ICU
Pasien koma
Pasien dengan asidosis berat (pH < 7,0, atau bikarbonat < 5 mmol/L)
Pasien yang dirawat di rumah sakit dengan bangsal rawat yang tidak memiliki perawatan
intensif[15]
Referensi
Lebih Lanjut
DISKUSI TERKAIT
Penanganan gawat darurat pada pasien yang terhirup bahan kimia pabrik dan tergigit ular
Oleh: dr.yoshua viventius
4 Balasan
Penanganan Gawat Darurat Pasien yang:1. Terhirup bahan kimia dari pabrik/obat nyamuk.2.
Tergigit ular
Oleh: dr.aldilasani
8 Balasan
Alodokter ! mari berdiskusisaya pernah dapat pasien datang dengan sesak nafas dan saya cek
GDA stik hasilnya HI. tidak pernah sesak sebelumnya. RPD : HT dan...
2 Balasan
Ijin bertanya.Pasien wanita 53 tahun datang ke tempat praktek dgn keluhan PREDIABETES dan
Hipertensi. IMT awal 28 kg/m2. Pasien juga mempunyai kebiasaan...
Lebih Lanjut
Tentang Kami
Advertise with us
Privasi
Kontak Kami