PBL SK4 Melia
PBL SK4 Melia
8 Tatalaksana
1. FARMAKOLOGI
Berdasarkan tempat kerja maka amubisid dibagi atas tiga golongan :
1. Amubisid Jaringan yaitu obat yang berkerja terutama pada dinding usus,hati dan
jaringan ekstraintestinal lainnya ; yang termasuk golongan ini adalah
dehidroemetin,emetin dan klorokuin
2. Amubisid luminal yaitu yang berkerja dalam rongga usus dan disebut juga
amubisid kontak; yang termasuk golongan ini adalah yang biasa digunakan
iodokuinol,diloksanid furoat, dan paramomisin
3. Amubisid yang bekerja pada lumen usus dan jaringan contohnya antara lain
metronidazol dan tinidazol
1. Amubisid Jaringan
A. Emetin
Farmakologi
Golongan obat ini memperlihatkan efek amubisid langsung, tetapi
mekanisme kerjanya belum jelas.
Derivat 8-hidroksikuinolon ini hanya berkerja dalam lumen usus dan
tidak efektif untuk abses amuba atau amubiasis hati.
Golongan ini motil terhadap bentuk kista maupun motil.
Efektiv rendah untuk disentri amuba akut
Efek Samping dan kontra Indikasi
Efek samping yang terpenting adalah sub acute myelo-optic
neuropathy (SMON).
Gejala utama SMON adalah atrofi optik,penurunan fisus dan neuropati
perifer
B. Klorokuin
Farmakokinetik
Absorpsi klorokuin setelah pemberian oral terjadi lengkap dan cepat,
dan makan mempercepat absorpsi ini.
Kaolin dan antasid yang mengandung magnesium dan kalsium dapat
mengganggu absopsi sehingga obat ini jngan diberikan bersama-sama
dengan klorokuin.
Kadar puncak plasma dicapai setelah 3-5 jam.
Metabolisme klorokuin dalam tubuh berlangsung lambat skali dan dan
metabolitnya dieskresi melalui urin
Dosis untuk orang dewasa adalah 1 gram/hari selama 2 hari, kemudian
500 mg/hari selama 2-3 minggu.
Obat ini juga efektif terhadap amembiasis hati.
2. Amubisid Luminal
A. Dilokanit furoat
Farmakodinamik
In vitro
Diloksanid memperlihatkan sifat amubisid langsung dengan
mekanisme yang belum diketahui
Efektif untuk kista
Tidak relatif pengobatan intestinal akut
Farmakokinetik
90% diloksanid diabsorpsi melalui saluran cerna secara cepat
Kadar puncak dalam darah dicapai dalam waktu satu jam dan masa
eliminasi paruh nya 6 jam
Diekskresi sebagian besar melalui urin dalam bentuk glukuronid
Efek Samping
Yang berat tidak ditimbulkan
Sering timbul keluhan saluran cerna misalnya meteorismus dan
flatus
Kram perut
Mual,muntah
Urtikaria
Indikasi
Merupakan obat terpilih untuk pengobatan pembawa carrier kista
amuba
B. Paromisin
Termasuk golongan aminoglikosid yang bersifat amubisid secara
in vitro atau in vivo
Bekerja secara langsung terhadap amuba, tetapi juga bersifat
antibakteri terhadap organisme normal maupun patogen dalam
usus
Setelah pemerian oral hanya sedikit yang diabsorpsi
Efek samping pada saluran pencernaan
Obat ini cukup efektif untuk pengobatan amubiasis intestinal yang
akut maupun kronik tetapi tidak efektig untuk amubiasis ekstra
intestinal
3. Amubisid lainnya
A. Metronidazol dan Tinidazol
Farmakologi
Metronidazol memperlihatkan daya amubisid langsung
Pada biakan E. Histolityca dengan kadar 1-2 mikrogram/ml smua
parasit musnah dalam 24 jam
Tinidazol memperlihatkan spektrum antimikroba yang sama
Tinidazol masa paruhnya lebih oanjang sehingga dapat diberikan
sebagai dosis tunggal perhari
Efek samping tinidazol lebih ringan (dosis 2g/hari selama 3 hari).
Metronidazol tablet 250 mg dan 500 mg dosis oral 3 x 750 mg/hari
selama 5-10 hari.
Efek samping dan kontraindikasi
Sakit kepala
Mual
Mulut kering
Rasa kecap logam
Dan spasme usus jarang dijumpai
Lidah berselaput
Glositis dan stoamtitis
Pada pasien dengan riwayat penyakit darah dan SSP pemberian
obat ini tidak dianjurkan
Indikasi
Metronidazol dan Tinidazol terutama digunakan untuk
amubiasis,trikomoniasis dan infeksi bakteri an aerob.
Metronidazol efektif untuk amubiasis intestinal maupun
ekstraintestinal. Namun efeknya lebih jelas pada jaringan sebab
sebagian besar metronidazol mengalami penyerapan di usus halus.
2. NON-FARMAKOLOGI
1. Operasi
Jika amebiasis menimbulkan perforasi usus (pecahnya usus) atau kolitis
parah (fulminant colitis), dokter akan melakukan operasi untuk
mengangkat usus yang bermasalah. Selain itu, operasi juga bisa dilakukan untuk
mengatasi abses hati yang tidak membaik setelah pemberian antibiotik.
2.9 Komplikasi
Beberapa penyulit dapat terjadi pada disentri ameba, baik berat maupun
ringan. Berdasarkan lokasinya, penyulit tersebut dapat dibagi menjadi :
1) Komplikasi Intestinal
Perdarahan usus
Perforasi usus
Ameboma
Intususepsi
2) Komplikasi Ektra Intestinal
Amebiasis hati
Amebiasis pleuropulmonal
Abses otak, limpa, dan organ lain
Amoebiasis kulit
Sumber:
Sutanto I, dkk, Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Balai penerbit FKUI.