Anda di halaman 1dari 2

Abses Ginjal

Abses ginjal adalah abses yang terdapat pada parenkim ginjal. abses ini dibedakan menjadi 2macam
yaitu abses korteksginjal dan abses kortiko-meduler. Abses korteks ginjal atau disebutkarbunkel ginjal
pada umumnya disebabkan oleh penyebaran infeksi kuman stafilokokus aureusyang menjalar secara
hematogen dari focus infeksi di luar system saluran kemih (antara lainkulit). Abses Korti-Medulare
merupakan perjalanan infeksi secara asending oleh bakteri E.coli,Proteus dan Klebsiella ssp. Abses
kortiko-medulae sringkali merupakan penyulit pielonefritisakut. Kebanyakan abses ginjal disebabkan
oleh infeksi nonspesifik ginjal yang sering didasarioleh urolitiasis.Abses perirenal adalah abses yang
terdapat dalam rongga perirenal yaitu rongga yang terletak diluar ginjal tetapi masih dibatasi oleh
kapsula Gerota. Abses perirenal dapat terjadi karenapecahnya abses renal ke dalam rongga perirenal.
Biasanya disebabkan infeksi pielum. Seringdisertai batu pielum.Abses pararenal adalah abses yang
terletak di antara kapsula Gerota dan peritoneum posterior.Abses pararenal dapat terjadi karena: (1)
pecahnya abses perirenal yang mengalir ke ronggapararenal atau (2) karena penjalaran infeksi dari usus,
pancreas, atau dari kavum pleura kerongga pararenal.

EPIDEMIOLOGI :

Abses Perinephric merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada infeksi saluran kemih. Insiden berkisar
antara 1-10 kasus untuk setiap 10.000 penerimaan rumah sakit. Pria dan wanita yang terkena
mempunyai frekuensi yang sama. Pasien dengan diabetes mnenyumbang angka sepertiga dari semua
kasus abses perinephric

ETIOLOGI :
1. Escherichia coli, spesies Proteus, dan Staphylococcus aureus adalah organisme etiologi yang
paling sering.
2. Bakteri gram negatif lainnya yang dapat menyebabkan infeksi ini meliputi Klebsiella,
Enterobacter, Pseudomonas, Serratia, dan Citrobacterspecies.
3. Kadang-kadang, infeksi dapat terjadi dari infeksi enterococci, Streptococcus pneumoniae.
Anaerob seperti Clostridium, Bacteroides, dan Actinomyces dapat menjelaskan sejumlah abses
dengan kultur-negatif.
4. Penyebab lainnya adalah jamur, terutama spesies Candida, dan Mycobacterium tuberculosis.
Beberapa bakteri dapat hadir pada 25% kasus.
5. Abses Perinephric sekunder terhadap infeksi Candida biasanya terjadi pada pasien dengan
diabetes. Faktor predisposisi mencakup operasi (termasuk transplantasi ginjal) dan terapi
antibiotik jangka panjang.

Gambaran Klinis
Pasien mengeluh nyeri pinggang, demam, disertai menggigil, teraba massa dipinggang (padaabses peri
atau pararenal), keluhan miksi jika focus infeksinya berasal dari saluran kemih,anoreksia, malas, dan
lemah. Gejala ini sering didiagnosis banding dengan pielonefritis akut.Nyeri dapat pula dirasakan di
beberapa daerah yaitu:
1. Pleura karena pleuritis akibat penyebaran infeksi ke subprenik dan intrathorakal
2. Inguinal
3. Abdominal akibat iritasi peritoneum posterior.
Nyeri pada saat hiperektensi adalah tanda dari penjalan infeksi ke otot psoas
Pemeriksaan
1. Pemeriksaan urinalisis menunjukkan adanya piuria dan hematuria
2. Kultur urine menunjukkan kuman penyebab infeksi.
3. Pemeriksaan darah terdapat leukositosis dan laju endap darah yang meningkat.
4. Pemeriksaan foto polos abdomen mungkin didapatkan kekaburan pada daerah
pinggangbayangan psoas menjadi kabur, terdapat bayangan gas pada jaringan lunak, skoliosis
ataubayangan opak dari suatu batu di saluran kemih.
5. Pemeriksaan ultrasonografi menunjukkan adanya cairan abses, tetapi pemeriksaan inisangat
tergantung pada kemampuan pemeriksa.
6. Pemeriksaan CT-scan dapat menunjukkan adanya cairan nanah di dalam intrarenal,perirenal,
maupun pararenal.

Tindakan
Pada prinsipnya jika dijumpai suatu abses harus dilakukan drainase, sedangkan sumber
infeksidiberantas dengan pemberian antibiotika yanga adekuat. Drainase abses dapat dilakukan
melaluioperasi terbuka ataupun perkutan melalui insisi kecil di kulit. Selanjutnya, dilakukan
berbagaipemeriksaan untuk mencari penyebab terjadinya abses guna menghilangkan sumbernya.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto polos abdomen
2. IVP
3. MRI (pus yang tebal yang memiliki intensitas sinyal tinggi pada gambar T1. Abses lebih terlihat
pada gambar T1, tetapi jika meluas ke dalam struktur yang berdekatan, mereka lebih terlihat
pada gambar T2)
4. CT-scan (CT scan adalah modalitas diagnostik pilihan karena lebih sensitif dan akurat dalam
mendiagnosis abses intra-abdomen (90%) dibandingkan ultrasonografi (lihat gambar di bawah).
CT scan juga lebih efektif dalam menentukan lokasi yang tepat, ukuran, derajat, dan luasnya
loculation dalam kaitannya dengan struktur retroperitoneal lainnya.
5. USG (Mampu menunjukkan kumpulan cairan yang mungkin saja divisualisasikan dengan kurang
begitu bagus oleh radiografi

Anda mungkin juga menyukai