OLEH:
KELOMPOK TUTORIAL A
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018/2019
SKENARIO 1: PERAWAKAN PENDEK
Seorang anak perempuan berusia 5 tahun dibawa ibunya ke dokter RSD
karena tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan teman sebaya. Ibu khawatir
apakah anaknya mengalami kelainan. Ada riwayat dalam keluarganya yaitu
pamannya yang mengalami kelebihan hormon pertumbuhan. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal, pertumbuhan dan perkembangan
otot yang tidak normal. Pengukuran antropometri menunjukkan berat badan 14 kg
dan tinggi 100 cm. Lingkar kepala adalah 50 cm. Lengan dan kaki lebih pendek
dari normal.Tinggi ayah 165 cm, ibu 160 cm.. Pemeriksaan penunjang
menunjukkan tidak ada kelainan pada darah, feses dan urin lengkap. Dokter
menduga anak ini mengalami gangguan di hipofisis-nya. Dokter kemudian
merencanakan tes hormon dan MRI kepala
Klarifikasi istilah
1. Hormon
3. Hipofisis
Kelenjar hipofisis, atau pituitary, adalah kelenjar endokrin kecil yang terletak di
rongga tulang di dasar otak tepat di bawah hipotalamus.
4. MRI
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu teknik penggambaran
penampang
tubuh berdasarkan prinsip resonansi magnetik inti atom hidrogen. Alat tersebut
memiliki kemampuan membuat gambaran potongan coronal, sagital, aksial dan
oblik tanpa banyak memanipulasi tubuh pasien
1. Apa penyebab anak tersebut memiliki tinggi badan yang lebih pendek dari
teman sebayanya?
Short stature bukanlah suatu diagnosis akhir, tapi langkah awal untuk
menentukan apakah SS tersebut patologis atau fisiologis (varian normal). Secara
klinis, membedakan antara yang fisiologis dan patologis dapat diperkirakan dari
kecepatan tumbuh, ada tidaknya disproprosi tubuh, dismorfism / kelainan genetik
dan perbedaan bermakna (>-2SD) tinggi badan saat pengukuran dibandingkan
dengan tinggi potensi genetik. Langkah pertama diagnosis perawakan pendek
adalah pengukuran yang tepat. Setelah memastikan pada kurva pertumbuhan
bahwa anak tersebut benar berada dibawah persentil-3 kurva yang relevan,
langkah berikutnya adalah menentukan kecepatan pertumbuhan dan melihat
potensi tinggi genetiknya. Selanjutnya langkah menuju etiologi SS dapat dilihat
pada algoritma. Dengan memperhatikan algoritma (gambar 1) terlihat anamnesis
dan pemeriksaan fisis yang terarah untuk mencari gejala dan tanda klinis yang
sesuai (tabel 2)
Etiologi perawakan pendek
Etiologi Short Stature (perawakan pendek) dapat diingat dengan menggunakan
mnemonic “KOKPENDK” yang terdiri dari :
1. Kelainan kronis: penyakit organik, non organik (infeksi/noninfeksi)
2. Obat-obatan: glukokortikoid, radiasi
3. Kecil Masa Kehamilan dan BBLR
4. Psikososial
5. Endokrin
6. Nutrisi dan Metabolik
7. Displasia Tulang
8. Kromosom dan Sindrom
Pemeriksaan penunjang
Anak perempuan usia 5 tahun, berat badan 14 kg dan tinggi 100 cm.
Status gizi untuk anak kurang dari 5 tahun dinilai berdasarkan grafik pertumbuhan WHO,
dalam hal ini z-scores. Status gizi berdasarkan TB/U dibagi menjadi perawakan sangat
pendek (dibawah -3), perawakan pendek (dibawah -2), normal (dibawah -1 hingga diatas 2)
dan perawakan tinggi (diatas 2). Dari hasil pengukuran, TB/U anak tersebut berada pada -2
SD, yang berarti anak tersebut berperawakan pendek. [ CITATION WHO06 \l 1057 ]
Dengan melakukan pemeriksaan darah dapat diketahui apakah anak tersebut diabetes
melitus atau tidak. Karena anak dengan diabetes melitus mempunyai resiko tinggi untuk
menderita hipotiroid autoimun. Begitu juga dengan pemeriksaan feses, jika terdapat
cacing, maka dapat dicurigai bahwa pertumbuhan anak terlambat karena anak kekurangan
nutrisi.
MRI kepala : untuk mengetahui apakah ada tumor pada kelenjar pituitarynya sehingga
menyebabkan gangguan pada hormonnya.
Learning Objective
Anatomi Hipothalamus
Letaknya di ventrikel ke tiga dibawah bagian hemisfer serebri.Berbentuk seperti buah pinus .
biasa disebut dengan epifisis serebri. Kelenjar pineal terletak di posterior hipotalamus.
Anatomi Hipofisis
Kelenjar Hipofisis (pituitary) disebut juga
master of gland atau kelenjar pengendali karena menghasilkan bermacam-macam hormon
yang mengatur kegiatan kelenjar lainnya. Kelenjar ini berbentuk bulat dan berukuran kecil,
dengan diameter 1,3 cm. Hipofisis dibagi menjadi hipofisis bagian anterior (adeno hipofisis),
bagian tengah (pars intermedia), dan bagian posterior (neurohipofisis).
L
o
b
s
u
e
K
o
L
n
l
b
j
s
u
a
I
n
r
e
t
m
r
e
o
t
i
n
H
A
P
p
fi
s
t
e
Kelenjar hipofisis merupakan kelenjar berukuran kecil yang ditemukan pada fossa
hipofisialis di dalam cavitas cranii. Fossa hipofisialis tersusun atas struktur bernama sella
tursica yang merupakan bagian dari ossfenoid. Fossa hipofisialis berada tepat di bawah jalur
keluarnya persilangan nervus opticus atau chiasma opticum.
Secara anatomi, kelenjar hipofisis dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu glandula
hipofisis anterior dan posterior. Glandula hipofisis anterior dibedakan menjadi tiga bagian
yaitu pars distalis, pars tuberalis, dan pars intermedia sedangkan glandula hipofisis posterior
dibedakan menjadi pars nervosa dan tangkai infundibulum.
Pada perkembangan embriologinya, hipofisis posterior berasal dari evaginasi
diesenfalon (hipotalamus) sehingga secara histologist strukturnya mirip dengan ganglion
saraf pusat, sedangkan hipofisis anterior berasal dari lapisan ektoderm oral di dasar faring
yang membentuk struktur bernama Kantung Rathke.
Kelenjar hipofisis mempunyai lobus anterior berwarna merah muda (karena
vaskularisasi) dan lobus posterior warna pucat (neuronal) mengandung serat-serat saraf.
Pengamatan dengan mikroskop menunjukkan variasi daerah dalam kelenjar pituitari yang
membaginya menjadi adenohipofisis (lobus anterior) dan neurohipofisis (lobus posterior).
Vaskularisasi Hipofisis
Suplai darah melalui arteri kelenjar pituitari berasal dari 2 pasang pembuluh darah yang
muncul dari arteri carotis interna. Vaskularisasi hipofisis oleh arteri hipofisialis superior untuk
bagian Adenohipofisis dan arteri hipofisialis inferior untuk bagian neurohipofisis. Arteri
hipofiseal superior akan menyuplai pars tuberalis, infundibulum dan membentuk sistem
pleksus kapiler primer pada bagian eminensia media. Arteri hipofisieal inferior terutama
memperdarahi lobus posterior walau memberi sedikit cabang ke lobus anterior. Aliran darah
dari arteri hipofiseal akan membentuk pleksus kapiler sekunder pada pars distalis dan
berlanjut ke vena porta hipofisieal. Sekresi hipofisis diregulasi hipotamalus, untuk mengatur
kerja hipofisis. Hipoalamus akan melepaskan massenger ke pleksus kapiler primer eminensia
media, kemudai dialirkan ke pleksus kapiler sekunder pars distalis, disini hormon
menginggalkan kapiler dan menyampaikan rangsangan pada sel parenkim yang dituju.
HISTOLOGI
Hipofisis terletak di bawah hipotalamus yang merupakan bagian otak. Hipofisis berhubungan
dengan hipotalamus, yang menonjol dari diensefalon ke inferior. Pada tiap bagian hipofisis
terdapat berbagai daerah yang mengandung sel khusus yang melepaskan berbagai hormon.
Bagian hipofisis dan nama berbagai daerah tersebut adalah:
1. Adenohipofisis (hipofisis anterior)
Pars distalis (pars anterior)
Sel-sel pada pars distalis terdiri atas kromofil dan kromofob berdasarkan afinitas
granuloma sitoplasmanya. Kromofob memperlihatkan nukleus yang pucat dengan
batas sel yang kurang jelas. Kromofil terdiri atas asidofil dan basofil. Asidofil yang
granulasitoplasmanya bewarna merah kuat dan batas tegas, terdiri atas dua macam:
somatotrof yang menyekresi somatotopin atau GH dan mammotrof yang
menghasilkan hormon prolaktin. Sedangkan basofil yang mengandung granula biru
dalam sitoplasmanya, terdiri atas tiga macam, yaitu: kortikotrof yang mengeluarkan
ACTH, tirotrof yang mengeluarkan TSH,dan gonadotrof yang mengeluarkan FSH dan
LH.
Pars intermedia
Pars intermedia mengandung folikel dan folikel kistik yang dilapisi oleh basofil. Pada
hewan amfibi, pars intermedia berkembang baik dan menghasilkan melanocyte-
stimulating hormone (MSH). MSH meningkatkan pigmentasi kulit dengan
menyebabkan penyebaran granula melanin. Pada manusia dan kebanyakan mamalia,
pars intermedia bersifat rudimenter.
Hormon adalah senyawa yang dihasilkan oleh organ tubuh tertentu, yang bekerja
memacu fungsi organ tubuh tertentu sehingga akan terlihat hasilnya. Artinya,
meskipun dibutuhkan dalam jumlah terbatas, namun fungsinya cukup menentukan.
Hormon di tubuh kita dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar tersebut tidak
memiliki saluran khusus sehingga hormon yang dihasilkan langsung diedarkan oleh
darah.
Mengatur reproduksi, yang meliputi perkembangan sifat kelamin sekunder pada laki-
laki dan perempuan,
Mempertahankan homeostasis (keseimbangan keadaan tubuh dengan lingkungan
sekitar),
Lokasi reseptor
- di permukaan membrane sel (hormone protein, peptide, katekolamin)
- di dalam sitoplasma sel (hormon steroid)
- di dalam inti sel (hormone metabolic tiroid, tiroksin, dan triodotironin)
Hormon steroid dan tirod bergabung dengan reseptor protein di dalam sel
kompleks reseptor hormone yang diaktifkan lalu bergabung dengan gugus spesifik rantai
DNA inti sel menimbulkan transkripsidari gen spesifik untuk membentuk RNA messenger
dalam beberapa menit, bahkan jam/hari terbentuklah protein baru.
Sedangkan tubuh juga memiliki mekanisme umpan balik positif contoh pada LH
akibat dari perangsanagn eseterogen pada kelenjar hipofisis anterior sebelum ovulasi
yang semakin hingga level yang sesuai. Untuk sampai pada organ sasaran hormon
memiliki sistem transpor, ada hormon yang hidrofilik (peptida dan katekolamin)
kemudia larut dalam plasma sehingga ketika mencapai target organ maka reseptornya
berada di bagian permukaan membran. Sedangkan kerja hormon yang hidrofobik
tetapi lipofilik untuk bisa mengalir didarah terdapat suatu protein yang terikat di
plasma baru ketika sampai target yang dituju akan berdifusi ke bagian sitoplasma
karena membran sel
yang terbentuk dari
fosfolipid bilayer.
FISIOLOGI HIPOTALAMUS
Sekresi setiap hormon hipofisis anterior dirangsang atau dihambat oleh satu atau lebih
dari tujuh hormon hipofisiotropik hipotalamus (tropik artinya "merawat"). Contoh
hormone releasing yaitu TRH, merupakan hormone yang merangsang pengeluaran TSH di
hipofisis anterior. Contoh inhibitor hormone, yaitu PIH, merupakan neurotransmitter yang
sama dengan di nukleuas basal dan dengan jalur kenyamanan di otak, hambat pelepasan
prolactin dari hipofisis anterior.
Selain itu, satu hormone hipofisis anterior mungkin diatur oleh dua atau lebih
hormone hipofisiotropik, yang berefek berlawanan. Sebagai contoh, growth hormone-
releasing hormone (GHRH) merangsang sekresi hormon pertumbuhan, sementara growth
hormone inhibiting hormone (GHIH) yang juga dikenal sebagai somatostatin,
menghambatnya. Hasil somatotrop hipofisis anterior (yaitu, laju sekresi hormon
pertumbuhan) sebagai respons terhadap dua sinyal yang bertentangan bergantung pada
konsentrasi relatif hormon-hormon hipotalamus ini serta intensitas sinyal regulatorik lain.
- Kontrol hormon hipothalamus pelepas dan penghambat
4. Follicle-stimulating hormone (FSH) memiliki fungsi berbeda pada wanita dan pria.
Pada wanita, hormon ini merangsang penumbuhan dan perkembangan folikel
ovarium, tempat berkembangnya ovum atau sel telur. Hormon ini juga mendorong
sekresi hormon estrogen oleh ovarium.Pada pria FSH diperlukan untuk produksi
sperma.
5. Luteinizing hormone (LH) juga berfungsi berbeda pada wanita dan pria. Pada
wanita, LH berperan dalamovulasi dan luteinisasi (yaitu, pembentukan korpus
luteum penghasil hormon di ovarium setelah ovulasi). LH juga mengatur sekresi
hormon-hormon seks wanita,estrogen dan progesteron, oleh ovarium. Pada pria
hormon ini merangsang sel interstisium Leydig di testisuntuk mengeluarkan hormon
seks pria, testosteron, sehingga hormon ini memiliki nama alternatlf interstitial
cell-stimulating hormone (ICSH).
6. Prolaktin (PRL) meningkatkan perkembangan payudara dan produksi susu pada
wanita. Fungsiya pada pria belum jelas, meskipun bukti menunjukkan bahwa
hormon ini mungkin merangsang produksi reseptor LH di testis. Selain itu, studi-
studi terakhir mengisyaratkan bahwa prolaktin mungkin meningkatkan sistem imun
dan menunjang pembentukan pembuluh darah baru ditingkat jaringan pada kedua
jenis kelamin. Kedua efek ini sama sekali tidak berkaitan dengan perannya dalam
fisiologi reproduksi.
TSH, ACTH, FSH, dan LH adalah hormon tropik, karena masing-masing
mengatur sekresi kelenjar endokrin spesifik lain. FSH dan LH secara kolektif disebut
sebagai gonadotropin karena mengontrol sekresi hormon-hormon seks oleh gonad
(ovarium dan testis). Karena hormon pertumbuhan menghasilkan efek merangsang
pertumbuhannya secara tak langsung dengan merangsang pelepasan hormon-hormon
hati, somatomedin, maka. hormon ini juga kadang digolongkan sebagai hormon tropik.
Di antara hormon-hormon hipofisis anterior,prolaktin adalah satu-satunya yang tidak
merangsang sekresi hormon lain. Di antara hormon-hormon tropik, FSH, LH, dan
hormon pertumbuhan berefek pada sel sasaran non-endokrin selain merangsang sekresi
hormon lain.
b. Hipothalamus – Hipofisis posterior
Hipotalamus dan hipofisis posterior bekerja sebagai satu kesatuan untuk mengeluarkan
vasopresin dan oksitosin. Hipotalamus dan hipofisis posterior membentuk suatu sistem
neuroendokrin yang terdiri dari suatu populasi neuron neurosekretorik yang badan selnya
terletak di dua kelompok di hipotalamus, yaitu nukleus supraoptikus dan nukleus
paraventrikel. Akson dari neuron-neuron ini turun melalui tangkai penghubung tipis untuk
berakhir di kapiler di hipofisis posterior. Pelepasan hormon dari hipofisis anterior dan
posterior dikontrol secara langsung oleh hipotalamus. Hipofisis posterior terdiri dari ujung-
ujung saraf ini plus sel penunjang mirip-glia yang disebut pituisit. Secara fungsional dan
anatomis, hipofisis posterior sebenarnya hanya perpanjangan dari hipotalamus. Hipofisis
posterior sebenarnya tidak menghasilkan hormone apapun. Bagian ini hanya menyimpan dan,
setelah mendapat rangsangan yang sesuai, mengeluarkan dua hormon peptida kecil,
vasopresin dan oksitosin, yang disintesis oleh badan sel neuron di hipotalamus, ke dalam
darah. Kedua peptida hidrofilikini dibuat di nukleus supraoptikus dan paraventrikel, tetapi
satu neuron hanya dapat menghasilkan salah satu dari kedua hormon ini. Hormon yang
disintesis dikemas dalam granula sekretorik yang diangkut oleh motor molekular menuruni
sitoplasma akson dan disimpan di terminal neuron di hipofisis posterior. Setiap ujung saraf
ini menyimpan vasopresin atau oksitosin. Karena itu, hormon-hormon ini dapat dikeluarkan
secara independen sesuai kebutuhan. Akibat sinyal stimulatorik ke hipotalamus, vasopressin
atau oksitosin dilepaskan ke dalam darah sistemik dari hipofisis posterior melalui proses
eksositosis granula sekretorik yang sesuai. Pelepasan hormon ini terjadi sebagai respons
terhadap potensial aksi yang berasal dari badan sel hipotalamus dan merambat ke ujung saraf
di hipofisis posterior. Seperti pada neuron lainnya, potensial aksi dihasilkan di neuron
neurosekretorik ini sebagai respons terhadap sinyal sinaptik ke badan sel saraf. [ CITATION
Lau17 \l 1033 ]
Kelenjar hipofisis posterior menghasilkan dua hormon penting yaitu oksitosin dan
vasopresin. Oksitosin kerjanya melelaui sistem fosfolipase/inositol trifosfat yang
meningkatkan kalsium intraseluler dan efek hormon tersebut untuk diekspresikan. Efek dari
oksitosin yaitu parturisi yang meninduksi konraksi otot polos miometrium uteri pada 2-3
minggu terakhir kehamilan hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan tajan jumlah rseotr
oksitosin yang sintesisnya distimulasi oleh konsentrasi estrogen dalam sirkulasi yang tinggi
pada trimester ketiga kehamilan.
Ejeksi susu juga mempengaruhi keluarnya air susu isapan menstimulasi ujung saraf
sensorik pada puting dan areola payudara, dan impuls tersebut berjalan di sepanjang serat
aferen menuju kora spinalis. Kemudian akan bergerak naik melalui traktus spinotalamikus
lateral, dorsal, dan vental menuju otak tengah dimana serta eksitatorik diperoyeksikan secara
langsung ke neuron iksitosin pada hipotalamus. Oksitosin berikatan dengan reseptor pada sel
mioepitel payudara, menyebabkan kontraksi sertanya yang menyerupaia otot hal ini
meningktakan tekanan dalam payudara. Suara tangisan bayi juga dapat menybeabkan susu
keluar. Selain itu hormon oksitosin juga menyebabkan perilau maternal keinganan untuk
merawat anaknya walau bukan anaknya sendiri. Selain kedua efek fisiologik utama tersebut,
oksitosin terbukti juga mempengaruhi berbagai perilaku, terutama perilaku ibu. Sebagai
contoh, hormon ini meningkatkan ikatan batin antara ibu dan bayinya. Oleh karena itu
oksitosin juga disebut “hormon cinta” atau “senyawa kimia pelukan”.
Kelenjar pineal, sebuah struktur kecil berbentuk kerucut pohon cemara yang terletak
di tengah otak, mengeluarkan hormon melatonin, yaitu suatu hormon indolamin. Salah satu
peran melatonin yang telah diterima secara luas adalah membantu menjaga irama sirkadian
tubuh sesuai siklus terang-gelap.
Laju sekresi hormon bukan satu-satunya faktor di tubuh yang berfluktuasi secara
siklis dalam periode 24 jam. Manusia memiliki jam biologis serupa untuk banyak fungsi
tubuh lain, berkisar dari ekspresi gen, hingga proses fisiologik misalnya regulasi suhu hingga
perilaku. jam biologis utama yang berfungsi sebagai pemacu untuk irama sirkadian tubuh
adalah nukleus suprakiasmatikus (SCN). Nukleus ini terdiri dari dua kelompok badan sel
saraf (satu di setiap sisi otak) di hipotalamus di atas kiasma optikum, yaitu titik tempat
sebagian dari serat saraf masing-masing mata memintas ke separuh otak yang berlawanan
(supra artinya "di atas"; kiasma artinya "persilangan").
Dengan sendirinya, jam biologis ini umumnya melakukan siklus yang sedikit lebih
lambat daripada siklus lingkungan yang 24 jam. Tanpa sinyal dari luar, SCN membentuk
siklus yang rerata berlangsung sekitar 25 jam. Siklus ini konsisten untuk orang yang
bersangkutan, tetapi agak bervariasi di antara orang. Jika jam utama ini tidak secara terus-
menerus menyesuaikan dengan dunia luar, irama sirkadian tubuh akan secara progresif keluar
dari sinkronisasi dengan siklus terang (periode aktivitas) dan gelap (periode istirahat). Karena
itu, SCN harus disetel ulang setiap hari oleh petunjuk lingkungan sehingga irama biologis
sinkron dengan tingkat aktivitas yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Efek tidak
dipertahankannya sinkronisasi jam internal dengan lingkungan sangat dikenal oleh orang
yang mengalami jet lag ketika irama inheren mereka tidak sama dengan sinyal eksternal.
SCN bekerja sama dengan kelenjar pineal dan produk hormonnya melatonin untuk
menyinkronkan berbagai irama sirkadian dengan siklus siang-malam 24 jam. SCN
menyampaikan pesan mengenai status pencahayaan ke kelenjar pineal. Ini adalah cara utama
jam internal dikoordinasikan dengan waktu 24 jam sehari. Melatonin adalah hormon
kegelapan. Sekresi melatonin meningkat hingga 10 kali lipat selama malam hari dan
kemudian turun ke kadar rendah selama siang hari. Fluktuasi sekresi melatonin, pada
gilirannya, membantu menyamakan irama biologis tubuh dengan sinyal siang-malam
eksternal. [ CITATION Lau14 \l 1057 ]
Gangguan pada kelenjar hipofisis
Selain itu juga pada kekurangan hormon pertumbuhan juga dapat menyebabkan penyakit
dwarfisme dan akondroplasia. Perbedaannya ialah pada dwarfisme, terjadi sebelum lempeng
menutup sedangkan pada akondroplasia terjadi sesudah lempeng menutup. Banyak faktor
penyebab dari kedua nya, mulai dari tumor hingga mutasi genetik.
Mutasi pada FGFR3 dapat menyebabkan penyakit akondroplasia Gen FGFR 3 sifatnya
agresif terhdap hormon pertumbuhan sehingga menyebabkan growth hormon deficiency.
Selain itu penyakit kekurangan pertumbuhan juga bisa disebabkan oleh sindrom turner, gizi
buruk, bahkan stress.
Mengenai terapi nya bisa diberikan terapi hormon pertumbuhan pada penderita tersebut
Akromegali
Bila tumor asidofilik timbul sesudah masa remaja yakni, sesudah epifisis tulang
panjang bersatu dengan batang tulang maka orang itu tidak dapat tumbuh lebih tinggi lagi
namun tulangnya dapat menjadi lebih tebal dan jaringan lunaknya dapat terus tumbuh.
Keadaan ini, seperti yang digambarkan pada gambar, disebut sebagai akromegali.
Pembesaran tampak jelas terutama pada tulang tangan dan kaki serta pada tulang
membranosa, termasuk tulang tengkorak, hidung, penonjolan tulang dahi, tepi supraorbita,
rahang bagian bawah, dan bagian tulang vertebra, sebab pertumbuhan tulang-tulang ini tidak
berhenti pada masa remaja. Akibatnya, tulang rahang bagian bawah tampak menonjol ke
depan, kadangkala sampai setengah inci ke depan, dahi menyempit ke depan sebab
pertumbuhan tepi supraorbita yang berlebihan, hidung membesar sampai dua kali ukuran
normal, kakinya membutuhkan sepatu berukuran 14 atau lebih besar, dan jari-jari nya sangat
tebal sehingga ukuran tangannya sampai dua kali ukuran normal. Selain efek tersebut,
perubahan pada vertebra biasanya menyebabkan orang itu bungkuk, yang secara klinis
disebut sebagai kifosts. Akhirnya, banyak organ jaringan lunak, seperti lidah, hati, dan
khususnya ginjal, sangat membesar. [ CITATION Guy \l 1033 ]
DWARFISME
A. DEFINISI
Defisiensi GH
Secara etiopatogenetis, defisiensi GH dapat terjadi akibat gangguan terhadap poros
hipotalamus-pituitari-GH-IGF-1. Defisiensi GH idiopatik terjadi akibat defisiensi GH
Releasing Hormone (GHRH). Pada tumor pituitari dan agenesis pituitari tidak terdapat
produksi GH. Defek/mutasi atau tidak adanya gen-gen tertentu dapat menyebabkan defisiensi
GH.
a. Defisiensi GH kongenital. Pasien biasanya pendek gemuk, muka dan suara imatur,
pematangan tulang terlambat, lipolisis berkurang, terdapat peningkatan kolesterol
total/LDL dan hipoglikemia. Apabila disertai defisiensi ACTH, gejala hipoglikemiaa
lebih menonjol apabila disertai defisiensi TSH akan terdapat gejala-gejala
hipotiroidisme. Biasanya IQ normal, kecuali apabila sering mengalami serangan
hipoglikemia berat.
b. Defisiensi GH didapat. Biasanya keadaan ini bermula pada penghujung masa kanak-
kanak atau pada masa pubertas tersering akibat tumor-tumor pada hipotalamus-
pituitari, sehingga sering disertai defisiensi hormon-hormon tropik lainnya
(gonadotropin, TSH, dll) bahkan dapat disertai defisiensi hormon pituitari posterior.
Tumor-tumor tersebut antara lain adalah kraniofaringioma, germinoma, glioma,
histiositoma. Iradiasi kronis terhadap hipotalamo- hipofisis juga dapat menyebabkan
defisiensi GH.
c. Lain-lain. Termasuk kelompok ini adalah sindrom Laron dan suku Pygmi (Afrika).
Pada sindrom Laron, sudah terlihat perawakan sejak dari lahir oleh karena tidak
adanya Respons terhadap GH. Keadaan ini merupakan defek reseptor/post reseptor
GH yang diturunkan secara autosom resesif. Akibatnya, terjadi peningkatan GH
serum, sebaliknya IGF-I hampir tidak ada. Pada Pygmi, GH serum normal, IGF-I
menurun dan IGF-II normal. [ CITATION Placeholder3 \l 1057 ]
Pada umumnya, pertumbuhan bagian-bagian tubuh sesuai satu sama lain, tetapi kecepatan
pertumbuhannya sangat berkurang. Defisiensi hormon pertumbuhan biasanya disebabkan
oleh defisiensi GRH. Pada keadaan ini, respons hormon pertumbuhan terhadap GRH tetap
normal, tetapi sebagian penderita mengalami kelainan pada sel-sel pensekresi hormon
pertumbuhan. Adapun etiologi lain dari dwarfisme yaitu:
Tumor Otak
Kebanyakan kasus hipopituitari disebabkan oleh adenoma hipofisis. Sel tumor dapat
menekan jaringan normal di kelenjar, dan tidak jarang pula tumor terjadi di luar
hipofisis seperti chraniopharyngioma, meningioma, chordoma, ependymoma, glioma
atau metastasis dari kanker di tempat lain di tubuh.
Infeksi, Peradangan, dan Infiltrasi Otak
Pituitari juga dapat terganggu akibat infeksi pada otak (abses otak, meningitis,
ensefalitis) atau kelenjar itu sendiri, atau mungkin disusupi oleh sel-sel yang abnormal
(neurosarcoidosis, histiocytosis) atau besi yang berlebihan (hemochromatosis).
Cedera Fisik
Penyebab fisik eksternal untuk hipopituitari termasuk cedera otak traumatis,
perdarahan subarachnoid, bedah saraf, dan radiasi pengion (misalnya terapi radiasi
untuk tumor otak sebelumnya).
C. KLASIFIKASI
Dwarfisme dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Dwarfisme Proporsional
1. Pada jenis ini, pasien memiliki ukuran tubuh, tangan, dan kaki lebih kecil dan
pendek dari seharusnya dan proporsional.
2. Umumnya, jenis dwarfisme proporsional terjadi karena kelenjar hipofisis gagal
memberikan suplai growth hormone yang adekuat, padahal keberadaannya sangat
esensial dalam pertumbuhan bayi
3. Beberapa ciri yang dapat ditemukan yaitu:
Tinggi kurang dari persentil ketiga pada grafik standar pertumbuhan pediatri
Pertumbuhan yang terlambat dibandingkan anak seusianya
Pematangan seksual/Akil balik yang tertunda atau bahkan tidak terjadi sama
sekali
2. Dwarfisme Disproporsional
1. Pada jenis ini, ada pasien yang memiliki ukuran tubuh dan kepala sesuai dengan
pertumbuhan normal, namun kaki dan tangannya lebih pendek ataupun sebaliknya,
sehingga Nampak tidak proporsional.
2. Umumnya dwarfisme disproporsional terjadi karena faktor genetik.
3. Jenis dwarfisme disproporsional yang paling umum adalah akondroplasia, dimana
terdapat berbagai ciri seperti:
Tubuh berukuran normal
Tangan dan kaki yang lebih pendek
Jari-jari yang pendek
Pergerakan siku tangan yang terbatas
Kepala berukuran lebih besar, dengan dahi yang lebih menonjol dan batang
hidung yang lebih rata
Pertumbuhan kaki yang abnormal dan progresif
Pertumbuhan tulang belakang bagian bawah yang abnormal dan progresif
Tinggi pada usia dewasa sekitar 122 cm
4. Dwarfisme disproporsional juga dapat terjadi karena kelainan langka dan disebut
Spondyloepiphyseal Dysplasia Congenita (SEDC). Ciri yang dapat ditemukan
seperti:
Tubuh yang sangat pendek
Leher yang pendek
Kaki dan tangan yang lebih pendek
Dada yang lebih lebar dan membulat
Tulang pipi yang lebih rata
Terdapat celah di langit-langit mulut
Deformitas pada tulang panggul yang menyebabkan tulang paha mengarah
kedalam
Kaki yang bentuknya abnormal, seperti terpelintir
Tulang leher yang tidak stabil
Tulang belakang bagian atas menjadi bungkuk secara progresif
Kelainan pada pengelihatan dan pendengaran
Arthritis dan masalah pada persendian
Tinggi pada usia dewasa berkisar antara 91cm hingga 122cm
D. MANIFESTASI KLINIS
Secara umum, dwarfisme disebabkan oleh kondisi defisiensi GHRH, sehingga kelenjar
hipofisis anterior tidak dapat mensekresi GH dan terjadilah defisiensi hormon pertumbuhan.
Hal tersebut akan menyebabkan defisiensi IGF-1 dan somatomedin, sehingga tubuh tidak
mengalami perkembangan tulang dan otot. Oleh karena itu, seseorang dengan dwarfisme
memiliki proporsi tubuh kecil atau tidak sesuai dengan tinggi badan orang pada umumnya
pada usia yang sama. Seorang anak yang berumur 10 tahun dapat mempunyai pertumbuhan
tubuh seorang anak yang berumur 4 tahun sampai 5 tahun, sedangkan bila orang yang sama
mencapai umur 20 tahun dapat mempunyai pertumbuhan tubuh seorang anak yang berumur 7
sampai 10 tahun (Guyton, 2008). Namun demikian, meskipun defisiensi hormon
pertumbuhan biasanya disebabkan oleh defisiensi GHRH, pada keadaan lain dapat terjadi
pula suatu kodisi dimana respons hormon pertumbuhan terhadap GHRH masih normal,
namun sebagian penderita mengalami kelainan pada sel-sel pensekresi hormon pertumbuhan
yaitu pada kelenjar hipofisis anterior. Penyebab hipofungsi hipofise dapat bersifat primer dan
sekunder. Primer jika gangguannya terdapat pada kelenjar hipofise itu sendiri, dan sekunder
bila gangguan ada pada hipotalamus.
Pasien dwarfisme panhipopituitarisme tidak melewati masa pubertas dan pasien
tersebut tidak pernah dapat menyekskresi hormon gonadotropin dalam jumlah yang cukup
guna pertumbuhan fungsi seksual dewasa. Apabila hipopituitarisme berlanjut pada saat
dewasa, gejala utama ditandai dengan efek defisiensi gonadotropin. Pada wanita biasanya
terjadi amenore dan infertilitas sedangkan pada pria biasanya terjadi infertilitas dan impotensi
defisiensi tirotropin dan kortikotropin yang dapat mengakibatkan atropi tiroid dan korteks
adrenal.Akan tetapi sepertiga pasien dwarfisme hanya mengalami defisiensi hormon
pertumbuhan saja; pasien seperti ini mengalami pematangan seksual dan adakalanya dapat
juga bereproduksi (Guyton, 2008).
F. DIAGNOSIS
Komplikasi yang mungkin terkait dengan perawakan pendek adalah bervariasi sesuai
dengan penyebab dwarfisme. Komplikasinya antara lain adalah sebagai berikut :
Stenosis spinal
Seseorang dengan achondroplasia (salah satu jenis kelainan genetik yang umumnya
merupakan penyebab dwarfisme), kanal tulang belakang lebih kecil dari pada rata-
rata. Penyempitan ini dapat memampatkan saraf tulang belakang dan dapat
mengakibatkan komplikasi neurologis yang serius. Hal ini penting untuk belajar
mengenali beberapa gejala stenosis tulang belakang: inkontinensia, refleks tendon
berlebihan, gemetar, mati rasa atau kesemutan di kaki, pincang, dan kelemahan
otot.Masalah ini umumnya terjadi pada akhir masa remaja. Jika stenosis tulang
belakang tidak diobati, dapat menyebabkan kelumpuhan progresif dan masalah
kontrol kandung kemih.
Infeksi telinga dan gangguan pendengaran
Telinga bagian tengah, yang berisi tulang dan tabung eustachius, seringkali lebih kecil
dan sedikit cacat pada anak-anak dengan dwarfisme.Anak-anak lebih rentan terhadap
infeksi bakteri pada telinga, yang sering memblokir tabung Eustachio dan
menyebabkan infeksi telinga.
Nyeri sendi dan osteoarthritis
Beberapa jenis dwarfisme dapat meninggalkan tubuh yang sangat cacat.Seringkali,
dua bagian dari anggota tubuh yang sama (misalnya kaki dan paha) tidak sejajar.
Tungkai yang cacat tersebut bisa menyakitkan dan dapat membuat berjalan sulit.
Palate sumbing dan malformasi dari gigi dan rahang
Gigi anak-anak dengan beberapa jenis dwarfisme, seperti sindrom Seckel, dapat
tumbuh di tempat yang abnormal. Rahang atas anak-anak dengan sindrom Turner atau
Seckel, berkembang lebih lambat dari rahang bawah. Rahang bawah, biasanya tidak
terpengaruh, kadang-kadang bergerak kedepan. Pada sindrom Kniestatau diastrophic
displasia dapat terjadi bibir sumbing yang dapat mempengaruhi rahangatas. Cacat ini
dapat dikoreksi melalui pembedahan.
Masalah Pernapasan
Sleep apnea terdiri dari pernafasan sangat singkat jeda selama tidur. Ditemukant
erutama pada bayi dengan achondroplasia, sleep apnea adalah umums elama tahun
pertama bayi. Hal ini disebabkan oleh foramen magnum stenosis: Ketika pembukaan
di dasar tengkorak dimana tulang belakang lewat (foramen magnum) terlalu kecil,
serabut saraf mengontrol fungsi pernafasan dan denyut jantung mengalami kompresi.
Jika ada stenosis, operasi dapat dilakukan pada 4 sampai 6 bulan.
Masalah neuropsikologi
Dwarfisme tidak menyebabakan penurunan IQ, tetapi pada kondisi tertentu misalnya
pada kasus hipoglikemi yang berulang yang terjadi pada pasien dwarfisme dapat
terjadi penurunan IQ.
I. PROGNOSIS
Prognosis untuk setiap jenis dwarfisme bervariasi.Dwarfisme panhipopituitarisme tidak
melewati terjadinya awal perkembangan seksual dewasa (pubertas) dan tidak pernah
menghasilkan cukup hormon gonadotropik untuk mengembangkan fungsi seksual dewasa.
Orang-orang ini juga memiliki beberapa kondisi medis lainnya. Dwarfisme karena hanya
kekurangan hormon pertumbuhan memiliki prognosis yang berbeda. Jika individu yang
hanya kekurangan hormon pertumbuhan maka pertumbuhan terapi penggantian hormon dapat
diberikan. Keberhasilan pengobatan dengan hormon pertumbuhan bervariasi namun,
peningkatan ketinggian 10-15 cm dapat terjadi pada tahun pertama pengobatan. Setelah tahun
pertama ini, respon terhadap hormon tersebut tidak berhasil. Oleh karena itu, jumlah hormon
pertumbuhan diberikan harus tiga kali lipat untuk mempertahankan tingkat ini. Penggunaan
jangka panjang dianggap berhasil jika individu tumbuh setidaknya 2 cm per tahun lebih dari
mereka akan tanpa hormon.
DIABETES INSIPIDUS
2.1 Definisi
Diabetes Insipidus merupakan sindroma yang ditandai dengan poliuria dan polidipsi
akibat terganggunya sekresi vasopressin oleh system saraf pusat yang dapat disebut dengan
diabetes insipidus sentral dan akibat kegagalan ginjal dalam rangsangan AVP dan
ketidakmampuan responsive tubulus ginjal terhadap vasopressin yang dapat disebut dengan
diabetes insipidus nefrogenik.
2.2 Etiologi
Diabetes insipidus dapat terjadi sekunder akibat (akibat lanjut) trauma kepala, tumor
otak atau operasi ablasi, atau penyinaran pada kelenjar hipofisis. Kelainan ini dapat pula
terjadi bersama dengan infeksi sistem saraf pusat (meningitis, ensefalitis) atau tumor
(misalnya, kelainan metastatic, limfoma dari payudara dan paru).
Penyebab diabetes insipidus yang lainnya adalah kegagalan tubulus renal untuk
bereaksi terhadap ADH, bentuk nefrogenik dari diabetes insipidus yang berkaitan dengan
keadaan hipokalemia, hiperkalsemia dan penggunaan sejumlah obat (misalnya lithium,
demeclocyclin).
Pada diabetes insipidus sentral dan nefrogenik, urin bersifat hipotonik. Kausa sentral
tersering adalah kecelakaan trauma kepala, tumor intracranial, dan pasca bedah intracranial.
Kausa yang lebih tercantum adalah:
a) Idiopatik
Diabetes insipidus nefrogenik (DIN) adalah diabetes insipidus yang tidak responsive
terhadap ADH eksogen .
2.3 Patofisiologi
Ada beberapa keadaan yang dapat mengakibatkan Diabetes Insipidus, termasuk
didalamnya tumor-tumor pada hipotalamus, tumor-tumor besar hipofisis di sela tursika,
trauma kepala, cedera operasi pada hipotalamus. Secara pathogenesis, diabetes insipidus
dibagi menjadi dua jenis, yaitu diabetes insipidus sentral, dan diabetes insipidus netrogenik.
Diabetes insipidus sentral disebabkan oleh kegagalan pelepasan hormone antidiuretik (ADH)
yang secara fisiologis dapat menyebabkan kegagalan sintesis (penyimpanan) dan gangguan
pengangkutan ADH yang disimpan untuk sewaktu-waktu dilepaskan ke dalam sirkulasi jika
dibutuhkan (akibat kerusakan osmorreceptor yang terdapat pada hipotalamus anterior dan
disebut Kerney’s osmoreceptor cell yang berada di luar darah otak).
Diabetes insipidus Netrogenik (DIN) yaitu istilah yang dipakai pada diabetes
insipidus yang tidak responsive terhadap ADH eksogen. Penyebabnya adalah kegagalan
pembentukan dan pemeliharaan gradient osmosis dalam medulla renalis dan kegagalan
utilisasi gradient pada keadaan dimana ADH berada dalam jumlah yang cukup dan berfungsi
normal. Kehilangan cairan yang banyak melalui ginjal ini dapat dikompensasikan dengan
minum banyak air. Penderita yang mengalami dehidrasi, berat badan menurun, serta kulit dan
membrane mukosa jadi kering. Karena meminum banyak air untuk mempertahankan hidrasi
tubuh, penderita akan mengeluh perut terasa penuh dan anoreksia. Rasa haus dan BAK akan
berlangsung terus pada malam hari.
2.4 Manifestasi Klinis
- Poluria : Urine yang dikeluarkan setiap hari bisa sampai atau lebih dari 20L. urine
sangat encer dengan berat jenis antara 1,001-1,005 dan 50-200 mOsmol kgBB.
- Polidipsia karena rasa haus yang berlebihan
- Tidur terganggu karena poliuria dan nokturia.
- Penggantian air yang tidak cukup bisa mengakibatkan :
- Hiperosmolalitas dan gangguan SSP (cepat marah, disorientasi, koma, dan
hipertermia)
- Hipovolemia, hipotensi, takikardia, mukosa kering dan turgor kulit buruk.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Diagnostis diabetes insipidus ditegakkan berdasarkan gejala klinis, laboraturium
(urinalisis fisis dan kimia serat tes deprivasi air). Untuk mendiagnosis penyebab suatu
poliuria adalah akibat diabetes insipidus, bukan karena penyakit lain, caranya adalah dengan
menjawab menanyakan pertanyaan yang dapat kita ketahui dengan anamnesa dan
pemeriksaan. Pertama mengetahui jawaban dari pasien apa penyebab poliuria apakah karena
pemasukan cairan (air) yang berlebihan dan pengeluaran yang berlebihan juga. Bila pada
anamnesa ditemukan bahwa pasien banyak minum, maka wajar apabila poliuria itu terjadi.
Kedua mengetahui penyebab poliuria ini adalah faktor renal atau tidak. Poliuria bisa terjadi
pada gagal ginjal akut periode dieresis ketika penyembuhan. Namun, apabila poliuria ini
terjadi karena penyakit gagal ginjal akut, maka akanada riwayat oliguria (sedikir kencing).
Ketiga mengetahui bahan utama pembentuk urin pada poliuria adalah air atau mengandung
zat-zat terlarut. Pada umumnya, poliuria akibat diabetes insipidus mengeluarkan air murni,
namun tidak menutup kemungkinan ditemukannya zat-zat terlarut. Apabila ditemukan zat-zat
terlarut berupa kadar glukosa yang tinggi atau abnormal maka dapat dicurigai bahwa poliuria
tersebut akibat diabetes mellitus yang merupakan salah satu pembeda diagnosis dari diabetes
insipidus.
Jika dicurigai penyebab poliuria adalah diabetes insipidus, maka harus dilakukan
pemeriksaan untuk menunjang diagnosis untuk membedakan apakah jenis diabetes insipidus
yang dialami, karean penatalaksanaan dari dua jenis diabetes insipidus ini berbeda. Adapun
beberapa pemeriksaan pada diabetes insipidus, antara lain:
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Tes deprivasi air diperlukan untuk pasien dengan diabetes insipidus dengan defisiensi
ADH parsial dan juga untuk membedakan diabetes insipidus dengan polidipsia primer pada
anak. Pemeriksaan harus dilakukan pagi hari. Hitung berat badan anak dan periksa kadar
osmolalitas plasma urin setiap 2 jam. Pada keadaan normal, osmolalitas akan naik (<300)
namun output urin akan berkurang dengan berat jenis yang baik (800-1200).
Kadar plasma yang selalu kurang drai 0,5 pg/mL menunjukkan diabetes insipidus
neurogenik berat. Kadar AVP yang subnormal pada hiperosmolalitas yang menyertai
menunjukkan diabetes insipidus neurogenik parsial. Pemeriksaan ini berguna dalam
membedakan diabetes insipidus parsial dengan polidipsia primer.
Rontgen cranium
Rontgen cranium dapat menunjukkan adanya bukti tumor intrakranium seperti kalsifikasi,
pembesaran slla tursunika, erosi prosesus klinoid, atau makin melebarnya sutura.
MRI
MRI diindikasikan pada pasien yang dicurigai menderita diabetes insipidus. Gambaran
MRI dengan T1 dapat membedakan kelenjar pitutaria anterior dan posterior dengan isyarat
hiperintense atau disebut titik terang atau isyarat terang.
2.8 Penatalaksanaan
Bisa juga digunakan terapi adjuvant yang mengatur keseimbangan air, seperti:
1. Diuretik Tiazid
2. Klorpropamid
3. Klofibrat
4. Karbamazepin
Untuk mencegah dehidrasi, penderita harus selalu minum cairan dalam jumlah yang
cukup ketika merasa haus. Penderita bayi dan anak-anak harus sering diberi minum.
Terutama pada bayi.
2.9 Komplikasi
- Hipertonik enselopati
- Gagal tumbuh
- Kejang terlalu cepat koreksi hipernatremia, sehingga edema serebral
DAFTAR PUSTAKA
Paulsen, F., & Waschke, J. (2012). Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Jakarta: EGC.
Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A. W., K, M. S., Setiyonadi, B., & Syam, A. F. (2014). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.
Sherwood, L. (2014). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kedokteran.
Tridjaja, B. (2013). Short Stature (Perawakan Pendek) dan tata laksana. Dalam IDAI, Best
Practices in Pediatrics (hal. 11-15). Jakarta: IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
CABANG DKI JAKARTA.
Genetics Home Reference (2018, 20 November). Isolated growth hormone deficiency. Diperoleh18
November 2018, dari https://ghr.nlm.nih.gov/condition/isolated-growth-hormone-deficiency#
http://made-m-p-fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-92524-Keperawatan%20Endokrin-
Diabetes%20Insipidus.html
Eroschenko, V. 2015. Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional 12tth Edition.
Jakarta: EGC.
Gartner, L., & Hiatt, J. 2007. Histologi 3th Edition. China: Elsevier\