Anda di halaman 1dari 15

Menarche pada Perempuan

Marcella Arista
102013113
Fakultas Kedokteran UKRIDA
e-mail : Marcella2013fk113@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Ini
ditandai dengan pertumbuhan yang terus berlanjut menuju kondisi somatic, seksual
dan psikologi yang lebih matur. Perubahan tersebut berlangsung secara bertahap.
Awal perubahan tersebut ditandai dengan Menarche pada anak perempuan.
Dalam proses pubertas, perempuan akan mengalami perdarahan rahim pertama atau
yang disebut menarche, sedangkan pada laki-laki terjadi ejakulasi waktu tidur (mimpi
basah). Sering kali saat terjadinya menstruasi pertama atau menarche, remaja tersebut
akan menjadi kaget. Banyak faktor faktor yang berpengaruh terhadap Menarche ini.
Skenario
Seorang anak perempuan berusia 12 tahun saat bangun tidur kaget karena terdapat
bercak merah di pakaian dalamnya. Ibunya menjelaskan bahwa anaknya mulai
mendapatkan menstruasi
Anamnesis
Anamnesis dilakukan sebelum dimulai pemeriksaan fisik. Anamnesis yang dilakukan
pada pasien sesuai dengan skenario:
Keluhan Utama :
-

Adanya bercak darah pada pakaian dalam

Riwayat penyakit sekarang


-

Ada menderita suatu penyakit atau tidak

Riwayat penyakit dahulu


-

Apakah pasien pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya

Riwayat Tumbuh Kembang


-

Lahir normal, prematur atau tidak, adakah kendala dalam pertumbuhan


dan perkembangan

Riwayat Imunisasi
-

Sudah mendapat imunisasi apa saja

Riwayat Nutrisi
-

Pengukuran tinggi dan berat badan

Riwayat Penyakit Keluarga


-

Adakah penyakit tertentu pada keluarga

Riwayat sosial
-

Perilaku anak sehari hari

Pemeriksaan 1-4
Diagnosis penyakit dari hasil anamnesa dapat ditegakkan berdasarkan dari gejala yang
muncul dan tampak pada pemeriksaan. Pemeriksaan dapat dilakukan secara fisik
maupun penunjang seperti hasil lab. Suatu penyakit yang memiliki cirri yang khas
biasanya dapat langsung didiagnosa dari pemeriksaan fisik.
1. Fisik
Pemeriksaan fisik diawali dengan pemeriksaan Tanda Tanda Vital (TTV). TTV
berupa pengecekan suhu, tekanan nadi, frekuensi nadi permenit dan frekuensi
pernapasan permenit.
Pada pasien yang sedang mengalami Menarche dapat dilakukan pemeriksaan
antropometrik. Antropometri memiliki peran yang penting dalam penelitian

epidemiologi gizi. Ukuran tubuh secara khas mencerminkan pajanan kumulatif


terhadap pola makan / diet (khususnya kandungan energi dalam diet tersebut)
dan keadaan sakit. Ukuran ini dapat pula ditafsirkan dalam kaitannya dengan
standar internasional bagi pertumbuhan pada anak-anak dan bagi ukuran tubuh
serta risiko morbiditas dan mortilitas yang menyertai pada orang dewasa.
Sehingga antropometri merupakan hasil pengukuran yang spesifik mengenai
ukuran dan perubahan proporsi tubuh yang merupakan indicator penting bagi
status gizi.
Ukuran antropometri yang paling sering digunakan adalah.
-

Berat dan tinggi badan, serta massa tubuh. Berat dan tinggi badan
digunakan untuk menghitung indeks massa tubuh pada orang dewasa, dan
sebagai indikator massa tubuh pada orang kurus (wasting) dan tubuh

pendek (stunting) pada anak.


Lingkar bagian tubuh: lingkar lengan atas (LiLA) dapat menunjukkan gizi
kurang pada anak; rasio pinggang:panggul (waist-hip ratio, WHR)

merupakan indikator adipositas sentral pada orang dewasa.


Ketebalan lipatan kulit, merupakan ukuran jaringan adiposa subkutan, dan
jika diukur pada tempat yang sesuai (di pertengahan biseps, di pertengahan
triseps,subskapula, dan suprailiaka) dapat digunakan untuk menghitung
presentase lemak tubuh.

2. Penunjang
Kegunaan dari pemeriksaan penunjang adalah untuk keakuratan diagnosis
suatu penyakit. Semenjak masa remaja mestinya pemeriksaan rutin
sudah dilakukan. Mulai dari persoalan haid, gigi-geligi, anemia, sampai
kewaspadaan jika menemukan

benjolan di bagian tubuh mana saja.

Adapun jenis pemeriksaan yang perlu dilakukan

hanyalah

rutin belaka. Mungkin memeriksakan laboratorium darah selain

pemeriksaan
urin

dan

tinja bila diperlukan. Jika tidak ada keluhan, maka wanita tetap perlu
memeriksa kemungkinan adanya anemia. Bila haid banyak, sering, dan
panjang perlu memeriksakan Hb (haemoglobin) untuk tahu apakah ada
anemia.

Pemeriksaan hematologi

Pemeriksaan kadar Hb, hitung leukosit, hitung trombosit, hitung eritrosit,


LED, hitung retikulosit, sediaan hapus darah tepi untuk menilai morfologi.

Nilai eritrosit rata-rata dan pemeriksaan sumsum tulang.


Pemeriksaan urin
Meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia.
Pemeriksaan tinja
Meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan darah samar.
Pemeriksaan kimia
Meliputi
pemeriksaan
kadar
bilirubin
indirek

serum.

menilai cadangan besi tubuh: Besi Serum (BS)/ Serum Iron (SI), Daya Ikat
Besi Total (DIBT)/Total Iron Binding Capacity (TIBC), Saturasi transferin,

kadar feritin serum


Pemeriksaan lain
Misalnya pemeriksaan faal ginjal, faal hati dan faal kelenjar tiroid.

Tanda tanda pubertas 5


Tanner stage, Tanner Stage / Skala Tanner / adalah skala perkembangan fisik dari
anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Skala ini mendefinisikan pengukuran fisik
berdasarkan perkembangan fisik eksternal berdasarkan karakteristik seks primer dan
sekunder, seperti ukuran payudara, alat kelamin, dan perkembangan rambut kelamin.
Pertama kali diidentifikasi oleh James Tanner. Dibagi atas 5 stage, yaitu :

Tahap

Penjelasan

1.

Rambut mulai berkembang didaerah pubis


Buah dada mengalami elevasi papilla
Tinggi meningkat 5-6 cm/tahun.

2.

Munculnya rambut halus, panjang, berpigmen dan lurus


Papilla teraba dan areola membesar
Tinggi meningkat7-8 cm/tahun

3.

Rambut pubis menyebar ke atas mons pubis

Rambut pubis kasar, gelap, keriting


Payudara dan areolae makin membesar,
Tinggi meningkat 8 cm/tahun,
4.

Distribusi rambut sudah seperti pada orang dewasa, namun jumlah totalnya
masih sedikit.
Areolae dan papilla meninggi
Tinggi 7 cm/tahun.

5.

Jumlahnya sudah seperti orang dewasa serta tersebar membentuk segitiga


terbalik,
Payudara menyerupai orang dewasa
Tidak lagi mengalami pertambahan tinggi pada usia antara 16-17 tahun.

Working diagnosis 6,7


Menarche adalah menstruasi pertama perempuan yang umumnya terjadi pada usia
sekitar 10-11 tahun. Pada masa ini, terjadi perubahan fisik yang cukup nyata dan
terlihat sangat berbeda dari sebelumnya, terutama pada wanita. Peristiwa penting yang
terjadi pada gadis remaja adalah haid (menstruasi) pertama kali biasanya pada usia 10
sampai 16 tahun.
Rangsangan pancaindra dengan diubah di dalam korteks serebri dan melalui nukleus
amigdala disalurkan menuju hipotalamus. Rangsangan pada hipotalamus, merangsang
pembentukan dalam bentuk gonadothropic releasing factor (hormon) yang
merangsang hipofisis anterior dengan sistem portal sehingga hipofisis mengeluarkan
follocle stimulating hormone (FSH) yang akan merangsang ovarium (folikel de graff)
untuk mengeluarkan hormone estrogen.
Estrogen dengan konsentrasi rendah sudah mampu merangsang pertumbuhan
payudara karena organ ini mempunyai reseptor untuk estrogen, khususnya pada
glandulanya. Estrogen juga menimbulkan perubahan organ-organ seks sekunder,

diantaranya : distribusi rambut, deposit jaringan lemak, pertumbuhan vulva, dan


akhirnya perkembangan endometrium di dalam uterus.
Pengeluaran FSH bersifat plateu atau mendatar sedangkan pengeluaran luteinizing
hormone (LH) jauh lebih rendah sehingga tidak dapat menimbulkan rangsangan
sehingga terjadi ovulasi. Rangsangan estrogen yang cukup lama terhadap
endometrium akhirnya menimbulkan pendarahan lucut pertama yang disebut
menarke. Sebagian besar menarke berlangsung tanpa diikuti ovulasi pada tahun
pertama. Mekanisme ini sangat penting untuk memberikan kesempatan yang cukup
agar tanda-tanda seks sekunder perempuan berkembang dengan baik.
Selain dipengaruhi oleh hormon-hormon diatas, menstruasi pertama (menarche) juga
dipengaruhi oleh status gizi si anak perempuan. Menarche akan terjadi bila lemak
tubuh sudah mencapai 20-24% atau minimal 17%. Setelah itu, menstruasi akan teratur
jika lemak tubuh mencapai 22%.
Hormone yang berperan 8,9
Hormon-hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus adalah:
a. Hormon pelepas Hormon Luteinisasi (LHRH)
Sebutan LHRH didasarkan pada khasiat biologisnya, disebut juga GnRH
(Gonadotropin Releasing Hormone) karena mampu memicu sintesis maupun
pelepasan kedua jenis gonadotropin LH dan FSH.
b. Hormon pelepas Tirotropin (Thyrotropin Releasing Hormone)
Hormon ini dihasilkan di hipotalamus serta di bagian-bagian lain otak, dan
disekresikan ke dalam pembuluh-pembuluh portal. Hormone tersebut bekerja pada
sel-sel hipofisisanterior untuk merangsang produksi baik hormon perangsang
tiroid (Thyroid stimulating Hormone, TSH) maupun prolaktin. Hal ini
menerangkan mengapa kadar prolaktin sering meningkat pada penderita-penderita
dengan hipothyroidisme primer adalah karena meningkatnya keluaran TRH.
Hormon-hormon yang dihasilkan oleh hipofisis anterior adalah:
a. Hormon Perangsang Folikel (Follicle Stimulating Hormone)

Terhadap ovarium, FSH bertanggung jawab hanya untuk pematangan folikel


sampai tahap folikel tersier saja. Disamping itu, FSH juga ikut memicu
sintesis steroid seks di ovarium
b. Hormon Luteinisasi (Luetinizing Hormone, LH)
Steroid seks yang dikeluarkan oleh ovarium ke dalam sirkulasi darah berasal
dari

teka

interna,

yang

meliputi

androstendion,

testosteron,

dan

dehidrotestosteron. Sedangkan estradiol selain dibuat di dalam sel-sel teka


interna juga dibuat di dalam sel-sel granulosa. Sintesis steroid-steroid ini
dimulai di sel-sel teka. Dari berbagai androgen, ternyata androstendionlah ang
paling banyak dipakai sebagai pembakal estrogen.
Dibawah pengaruh LH, androstendion dimetabolisasi di dalam sel-sel teka,
sedangkan androgen lainnya masuk ke dalam sel-sel granulosa. FSH
merangsang aromatisasi, sehingga zalir folikiel cukup mengandung estradiol.
Pada satu pihak, estradiol terlihat merangsang sintesis reseptor FSH di dalam
granulosa, tetapi ada pihyak lain estradiol dan FSH tersebut secara sinergis
mempengaruhi proliferasi dan biosintesis dari sel-sel granulosa itu sendiri.
c. Hormon Perangsang Thyroid (Thyroid Stimulating Hormone, TSH)
TSH merupakan hormon glikoprotein dengan subunit nya yang sangat mirip
dengan yang ada pada LH, FSH dan hCG. TSH bekerja dengan mengikat
membran sel tiroid dan merangsang sintesis hormon-hormon tiroid.
d. Prolaktin
Sel penghasil prolaktin adalah laktotrof. Hormon ini dijumpai dalam plasma
wanita dan pria normal, zalir-zalir tubuh lain, seperti zalir amnion, air susu,
semen, lekosit, getah serviks dan zalir serebrospinal.
Prolaktin merupakan hormon penting untuk menyusui anaknya. Bersama
dengan hormon lain PRL membatu pertumbuhan payudara serta permulaan
dan pengekalan sekresi air susu.
Steroid Seks (Estrogen, Progesteron, dan Androgen) pada Ovarium

a. Estrogen
Khasiat biologis utama dari estrogen adalah sebagai perangsang sintesis DNA
melalui RNA, pembentuk utusan RNA, sehingga terjadi peningkatan sintesis
protein.
Pada endometrium estradiol memicu proliferasi endometrium dan memperkuat
kontraksi otot uterus. Pada serviks, sawar yang terutama menghalangi
masuknya spermatozoa ke dalam uterus adalah getah serviks yang kental.
Produksi estradiol yang kian meningkat pada fase folikuler akan meninggikan
sekresi getah serviks dan mengubah konsentrasi getah pada saat ovulasi
menjadi encer dan bening, sehingga memudahkan penyesuaian, memperlancar
perjalanan spermatozoa dan meninggikan kelangsungan hidupnya.
Pada vagina estradiol menyebabkan perubahan selaput vagina, meningkatkan
produksi getah dan meningkatkan kadar glikogen, sehingga terjadi
peningkatan produksi asam laktat oleh bakteri Doderlein. Nilai ph menjadi
rendah dan memperkecil kemungkinan terjadinya infeksi. Pada ovarium
memicu sintesis selain reseptor FSH di dalam sel-sel granula, reseptor LH di
sel-sel teka. Selain itu estradiol juga mengatur kecepatan pengeluaran ovum
dan mempersiapkan spermatozoa dalam genetalia wanita agar dapat
menembus selubung ovum.
b. Progesteron
Progesteron mempersiapkan tubuh untuk menerima kehamilan, sehingga
merupakan syarat mutlak untuk konsepsi dan implantasi. Semua khasiat
progesteron terjadi karena ada pengaruh estradiol sebelumnya, karena
estradiol mensintesis reseptor untuk progesteron.
Pada

endometrium

progesteeron

menyebabkan

perubahan

sekretorik.

Perubahan ini mencapai puncaknya pada hari ke-22 sklus haid normal. Bila
mana progesteron terlalu lama mempengaruhi endometrium, maka akan terjadi
degenerasi endometrium, sehingga tidak cocok lagi utnuk menerima nidasi.
Pada serviks dibawah pengaruh progesteron selama fase luteal, jumlah getah
serviks berkurang dan molekkul-molekul besar membentuk jala tebal,

sehhingga merpakan sawar yang tidak dapat dilintasi spermatozoa. Bersamaan


dengan itu, porsio dan serviks menjadi sangat sempit, getah serviks menjadi
kental dan daya membenang menghilang. Pada miometrium progesteron
menurunkan tonus miometrium sehingga kkntraksii berjalan lambat. Dalam
kehamilan khasiat ini bermanfaat karena membuat uterus menjadi tenang.
Peningkatan suhu basal badan segera setelah ovulasi disebabkann oleh adanya
khasiat termogenic dari progesteron terhadap pusat pengaturan panas di
hipothalamus. Perubahan itu terjdai melalui peningktan sekresi norepinefrin
yang timbul sekunder akibat meningkatnya kadar progesteron plasma yang
mencapai kadar 4 ng/ml.
c. Androgen
Merupakan hormone steroid dan dibentuk oleh ovarium khususnya sel sel
stroma. Androgen yang terbentuk pada seorang wanita merupakan pembakal
untuk pembentukan estrogen. Pada wanita sepertiga samapi setengah dari
androstendion dibentuk oleh ovarium dan sisanya oleh adrenal.
Faktor yang mempengaruhi Pubertas 10
1. Hubungan faktor genetik dan waktu pubertas
Pengaruh faktor genetik terhadap waktu pubertas diakibatkan oleh
karakteristik ras atau herediter. Variasi pubertas dari individu dipengaruhi
oleh keturunan dan etnik yang tergantung dari kontrol genetik yang
mengekspresikan signal atau reseptor signal pada hipotalamus. Faktor
genetik memiliki hubungan yang sangat kuat antara IMT dan waktu
pubertas.
Hal ini diakibatkan perbedaan faktor genetik yang akan mempengaruhi
faktor hormon, sebagai contoh faktor hormonal akan merangsang
peningkatan IMT pada remaja dan awal pubertas. Beberapa laporan juga
menyebutkan hubungan yang signifikan antara umur menarche ibu dan
anak.
2. Hubungan lingkungan dan waktu pubertas

Di samping faktor genetik, faktor lingkungan seperti stres juga berperan


dalam awitan pubertas. Berbagai stres seperti penyakit akut ataupun kronis
dapat menekan HPG Axis. Latihan fisik dan kompetisi olahraga yang
intensif seperti senam dapat mengakibatkan stres fisik dan psikologis yang
berhubungan dengan keterlambatan pubertas.
Pada anak yang bermigrasi atau diadopsi ke luar negeri dapat terjadi kejar
tumbuh (catch-up growth) dan terpicu pubertas dini. Hal Ini diduga akibat
anak keluar dari lingkungan yang penuh stres. Keadaan ini dihubungkan
pula dengan peningkatan aktivitas metabolik pada masa kejar tumbuh.
Namun pada keadaan lain lingkungan yang penuh stres dan hubungan
orangtua yang tidak nyaman dapat pula menyebabkan timbulnya pubertas
dini.
Respon neuroendokrin terhadap berbagai faktor lingkungan menunjukkan
pola yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan tertentu
menggunakan beberapa jalur spesifik dalam mempengaruhi pubertas.
Berbagai faktor seperti siklus terhadap cahaya, musim, dan bahan kimia
yang mengganggu sistem endokrin juga dikatakan dapat mempengaruhi
awitan pubertas.
3. Hubungan Index Massa Tubuh dengan Pubertas
Beberapa penelitian pada remaja menunjukkan adanya hubungan IMT
dengan waktu pubertas. Pada keadaan malnutrisi dapat dijumpai pubertas
yang terlambat. Studi di Amerika Serikat mendapatkan awitan pubertas
yang lebih dini dibandingkan data normal yang dibuat 2 dekade
sebelumnya. Hal ini dihubungkan dengan peningkatan prevalensi
overweight dan obesitas pada remaja.
Usia menarche sangat tergantung dari status nutrisi. Dimana didapatkan
usia menarche yang lebih cepat pada anak dengan status nutrisi yang baik
dibandingkan dengan anak dengan status nutrisi yang buruk.
4. Hubungan penyakit kronis dengan waktu pubertas

Beberapa laporan mendapatkan efek patologi yang mempengaruhi


menarche. Studi di Brazil melaporkan 422 anak perempuan diabetes dan
455 anak perempuan normal, didapatkan anak diabetes mengalami waktu
pubertas yang lebih cepat.
5. Hubungan tingkat sosioekonomi dengan waktu pubertas
Suatu studi pada anak bavarian, didapatkan perbedaan yang bermakna
antara terjadinya menarche dengan tingkat sosioekonomi, dimana
ditemukan rerata usia menarche pada anak dengan sosioekonomi tinggi
12.9 tahun, 14.4 tahun pada sosioekonomi menengah dan 16.6 tahun pada
sosioekonomi rendah.3
Gangguan menstruasi 11,12
Kelainan haid biasanya terjadi karena ketidak seimbangan hormon-hormon yang
mengatur haid, namun dapat juga disebabkan oleh kondisi medis lainnya.
Banyaknya perdarahan ditentukan oleh lebarnya pembukuh darah, banyaknya
pembuluh darah yang terbuka, dan tekanan intravaskular. Lamanya pedarahan
ditentukan oleh daya penyembuhan luka atau daya regenerasi. Daya regenerasi
berkurang pada infeksi, mioma, polip dan pada karsinoma.
1. Amenorrhea
Amenorrhea bukan merupakan penyakit namun merupakan gejala.
Amenorrhe dapat terjadi pada menopouse, sebelum pubertas, dalam
kehamilan dan dalam masa laktasi.
Amenorrhea dapat dibagi menjadi amenorrhea primer dan sekunder.
-

Amenorrhe primer berarti seorang perempuan belum mengalami haid

setelah usia 16 tahun tetapi telah terdapat tanda-tanda seks sekunder atau
tidak terjadi haid sampai 14 tahun tanpa adanya tanda-tanda seks
sekunder. Amenorrhea biasanya terjadi pada gadis dengan underweight
atau pada aktivitas berat dimana cadangan lemak mempengaruhi untuk
memacu pelepasan hormon.

Amenorrhea sekunder berarti telah terjadi haid, tetapi haid terhenti

untuk masa tiga siklus atau lebih dari enam bulan.


Komplikasi yang paling ditakutkan dari amenorrhea adalah infertilitas.
Komplikasi lainnya adalah tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat
menggangu kompartemen IV dan terjadilah lingkaran setan terjadinya
amenorrhea. Komplikasi lainnya munculnya gejala-gejala lain akibat
insufisiensi hormon seperti osteoporosis.
2. Oligomenorrhea
Oligomenorrhea disebut juga sebagai haid jarang atau siklus panjang.
Oligomenorrhea terjadi bila siklus lebih dari 35 hari. Darah haid biasanya
berkurang.
Oligomenorrhea biasanya berhubungan dengan anovulasi atau dapat juga
disebabkan kelainan endokrin seperti kehamilan, gangguan hipofisehipotalamus, dan menopouse atau sebab sistemik seperti kehilangan berat
badan berlebih. Oligomenorrhea sering terdapat pada wanita astenis. Dapat
juga terjadi pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik dimana pada
keadaan ini dihasilkan androgen yang lebih tinggi dari kadara pada wanita
normal.
Komplikasi yang paling menakutkan adalah terganggunya fertilitas dan
stress emosional pada penderita sehingga dapat meperburuk terjadinya
kelainan haid lebih lanjut. Prognosa akan buruk bila oligomenorrhea
mengarah pada infertilitas atau tanda dari keganasan.
3.

Polimenorrhea
Polimenorrhea adalah kelainan haid dimana siklus kurang dari 21 hari.
Bila siklus pendek namun teratur ada kemungkinan stadium proliferasi
pendek atau stadium sekresi pendek atau kedua stadium memendek. Yang
paling sering dijumpai adalah pemendekan stadium proliferasi. Bila siklus
lebih pendek dari 21 hari kemungkinan melibatkan stadium sekresi juga
dan hal ini menyebabkan infertilitas.

4. Metrorrhagia

Metrorrhagia adalah perdarahan tidak teratur dan tidak ada hubungannya


dengan haid namun keadaan ini sering dianggap oleh wanita sebagai haid
walaupun berupa bercak. Metrorrhagia dapat disebabkan oleh kehamilan
seperti abortus ataupun kehamilan ektopik dan dapat juga disebabkan oleh
faktor luar kehamilan seperti ovulasi, polip endometrium dan karsinoma
serviks. Akhir-akhir ini, estrogen eksogen menjadi penyebab tersering
metrorrhagia. Terapi yang diberikan tergantung etiologi.
5. Menorrhagia
Menorrhagia adalah pengeluaran darah haid yang terlalu banyak dan
biasanya disertai dengan pada siklus yang teratur.
Etiologi menorrhagia dikelompokan dalam 4 kategori yaitu
i. Gangguan pembekuan
ii. disfunctional uterine bleeding (DUB)
iii. Gangguan pada organ dalam pelvis
iv. Gangguan medis lainnya
6. Hipomenorrhea (kriptomenorrhea)
Hipomenorrhea adalah suatu keadan dimana jumlah darah haid sangat
sedikit (<30cc), kadang-kadang hanya berupa spotting. Dapat disebabkan
oleh stenosis pada himen, servik atau uterus. Pasien dengan obat
kontrasepsi kadang memberikan keluhan ini. Hal ini juga dapat terjadi
pada hipoplasia uteri dimana jaringan endometrium sedikit.
7. Dismenorrhea
Dismenorrhea adalah nyeri sewaktu haid. Dismenorrhea terdiri dari gejala
yang kompleks berupa kram perut bagian bawah yang menjalar ke
punggung atau kaki dan biasanya disertai gejala gastrointestinal dan gejala
neurologis seperti kelemahan umum.
Klasifikasi pada dismenorrhea ini ada dua:

Dismenorrhea primer (idiopatik)


Dismenorrhea yang mulai terasa sejak menarche dan tidak ditemukan
kelainan dari alat kandungan atau organ lainnya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi yaitu hiperaktivitas uterus, endotelin, prostaglandin,
vasopressin dan kerusakan saraf perifer.

Dismenorrhea sekunder
Dismenorrhea sekunder biasanya terjadi kemudian setelah menarche.
Biasanya disebabkan hal lain. Nyeri biasanya bersifat regular pada setiap
haid namun berlangsung lebih lama dan bisa berlangsung selama siklus.

Penutup
Anak tersebut mengalami menarche atau yang disebut menstruasi pertama.
Munculnya Menarche dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang mempercepat
maupun yang memperlambat. Faktor tersebut adalah genetik, lingkungan, gizi,
hormon, faktor psikologis dan sebagainya.

Daftar pustaka
1. Welsby, philip d. Pemeriksaan Fisik dan Anamnesa Klinis.Jakarta: EGC .
2006.Hal 182-3.
2. Gibney MJ, Margetts BM, Kearney JM, Arab L. Gizi kesehatan masyarakat.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.
3. Barasi ME. At a glance ilmu gizi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.
4. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2009.h.260-4.
5. Sudoyo aru, Setiohadi. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
InternaPublishing;2009.
6. Manuaba IBG, Manuaba C, Manuaba F. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta:
EGC; 2007.h.78.
7. Behrman richard. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC;2005.
8. Styne, DM. Pubertas. Dalam: Greenspan FS, Baxter JD, penyunting,
endokrinologi dasardan klinik Edisi ke-4. Jakarta: EGC, 1998.
9. Sheerwood L. Introduction to human physiology. International edition. 8th ed.
China: Brooks/Cole Cengage learning;2010.

10. Rudolph Abraham. Buku ajar pediatric. Vol : 3. Jakarta : EGC; 2006.
11. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.
Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2012.h.1284-8.
12. DiGeorge AM, Garibaldi L. gangguan perkembangan pubertas. Dalam:

Behrman,Kliegman, Arvin, penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics vol.3,


15th ed Jakarta :EGC,2000.h.1926-1934.

Anda mungkin juga menyukai