Anda di halaman 1dari 15

BAB III

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti dan telah memenuhi kriteria
yang ditetapkan oleh peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang menyusui dengan
umur anak terkecil 0 – 2 tahun dan sudah mendapatkan menstruasi di wilayah kerja puskesmas
kelurahan Duri Utara.

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan teknik sampling tertentu untuk bisa
mewakili atau memenuhi populasi. Jumlah sample yang dibutuhkan
dapat dihitung dengan rumus :

2
2
(𝑍𝛼 + 𝑍𝛽)
𝑛={ } + 3
(1 + 𝑟)
0,5𝐼𝑛
(1 − 𝑟)

Keterangan :
n = besaran sampel
Zα = deviat baku α
Zβ = deviat baku β
r = simpang baku

Dengan perhitungan :
Zα = 1.96
Zβ = 0.84
r = 0,3
2
2
(1,64 + 0,84)
𝑛={ } + 3
(1,3)
0,5𝐼𝑛
(0,7)
2
(2,48)2
𝑛={ } + 3
0,5𝐼𝑛(1,85)

6,1 2
𝑛={ } + 3
0,92
n = 46,56 dibulatkan menjadi 47 sampel
Hasil dari rumus sampel didapatkan 47 sampel. Untuk mengantisipasi data kurang lengkap atau
responden tidak ikut berpartisipasi pada penelitian, maka dilakukan koreksi jumlah sampel
berdasarkan prediksi sampel drop out dari penelitian.
n
𝑛′ =
1−f
Keterangan :
n’ : besar sampel setelah koreksi
n : jumlah sampel sebelum koreksi
f : prediksi sampel drop out

dengan perhitungan
47
𝑛′ =
1 − 0.1

n’ = 52

maka jumlah sampel yang akan diambil pada penelitian ini berjumlah 52 sampel

Cara pengambilan sampel secara simple random sampling dengan:


Kriteria inklusi
1. Semua ibu menyusui di Kelurahan Duri Utara
2. Ibu yang memiliki anak terkecil usia 0-2 tahun
3. Sudah haid pertama setelah melahirkan
4. Tidak memakai KB hormonal

Kriteria ekslusi :

1. Ibu yang memompa ASI


2. Ibu yang tidak mengetahui dengan pasti kapan mens pertamanya setelah post
partum

3.2 Definisi operasional


Variabel independen
Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Skala
pengukuran
Usia Umur responden dari Kuisioner Hasil yang muncul Ordinal
hari lahir sampai berupa kelompok usia
penelitian dilakukan 1. <20
2. 20 – 29
3. >29
Pengetahuan Pengertian/pemahaman Kuisioner Kuisioner pengetahuan Ordinal
responden tentang terdiri dari 13
menyusui dan pernyataan. Setiap
amenorea pernyataan yang dijawab
laktasi benar maka diberi skor 1.
Kuisioner ini
mengadopsi dari
penelitian Mauliza N
(2014)

Hasil jawaban
pernyataan di jumlahkan,
dan dibagi menjadi
kelompok
1. Kurang ( X <
Mean – SD)
2. Cukup (Mean –
SD ≤ X ≤Mean +
SD
3. Baik ( X ≥
Mean )
Pendidikan Jenjang sekolah formal Kuisioner Tingkat Pendidikan Ordinal
tertinggi yang pernah dibagi menjadi
ditempuh dan 1. Pendidikan
diselesaikan oleh rendah (tidak
responden dengan sekolah - SMP)
memperoleh tanda 2. Pendidikan tinggi
tamat belajar (SMA –
perguruan tinggi)
Pekerjaan kegiatan yang lakukan Kuisioner Hasil yang keluar Nominal
ibu diluar rumah 1. bekerja
dengan tujuan mencari 2. tidak bekerja
nafkah
Status Gizi kondisi gizi seseorang 1. Timbangan Kelompok IMT Ordinal
yang dilihat 2. Buku KIA berdasarkan kemenkes
berdasarkan IMT 1. Kurus (<18,5)
2. Normal (18,5 –
25,0)
3. Gemuk (>25.0)
Social Jumlah penghasilan Kuisioner Hasil yang muncul Nominal
ekonomi dari pekerjaan pokok berdasarkan UMR daerah
dan tambahan Jakarta
yang diperoleh 1. < Rp 3.940.973
responden maupun dari 2. ≥ Rp 3.940.973
kepala keluarga rata-
rata dalam sebulan
Lamanya Lamanya ibu Kuisioner Hasil yang muncul Numerik
menyusui memberikan ASI berupa lamanya Ibu
kepada bayinya dari menyusui dalam satuan
hari pertama menyusui bulan
Frekuensi Jumlah pemberian ASI Kuisioner Hasil yang muncul Ordinal
menyusui dalam 1 hari berdasarkan kelompok
1. <8x sehari
2. 8 – 12x sehari
3. >12x sehari
Paritas Jumlah anak yang telah Kuisioner Hasil yang muncul Numerik
dilahirkan responden berupa banyaknya
baik lahir hidup jumlah paritas ibu
maupun lahir mati

Variabel dependen
Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Skala pengukuran
Lamanya Waktu Amenorrhea kuisioner Hasil yang muncul Numerik
amenorrhea yang dialami ibu sejak
berupa lamanya Ibu
laktasi hari pertama
melahirkan mengalami
amenorrhea laktasi
dalam satuan bulan

3.3 Desain Penelitian


Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan
penelitian, yang membantu penelitian dalam pengumpulan dan menganalisis data. Adapun
desain penelitian menurut Mc Millan dalam Ibnu Hadjar adalah rencana dan struktur
penyelidikan yang digunakan untuk memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab
pertanyaan penelitian. Jenis penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik untuk
melihat hubungan antara lamanya menyusui dan faktor – faktor lainnya yang berhubungan
dengan lamanya Amenorrhea laktasi, dan dikarenakan variabel terikat dan variable bebas
diambil dalam waktu bersamaan, maka penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional.

3.4 Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian dilakukan di Jakarta, tepatnya di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Duri Utara

3.5 alat pengumpulan data


3.5.1 Instrumen
alat pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini adalah kuisioner.
a. Bagian 1
Kuisioner bagian 1 terkait dengan demografi responden (usia, pendidikan,
pekerjaan, status gizi, social ekonomi), variabel independen (lamanya menyusui,
Frekuensi menyusui, Paritas) dan variabel dependen (lamanya amenorehea laktasi)
b. Bagian 2
Kuisioner yang berisi pertanyaan mengenai pengetahuan Ibu mengenai
Amenorrhea laktasi. Kuisioner ini mengadopsi dari penelitian Mauliza N (2014).
Kuisioner berisi 13 pertanyaan.
3.5.2 Teknik pengumpulan data

Data dikumpulkan dengan cara meminta persetujuan sebagai responden melalui


informed consent ke responden yang tinggal di RW yang terpilih dengan lotre dan
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Peneliti kemudian meminta responden
untuk mengisi kuisioner. Data yang digunakan adalah data primer.

3.6 Dana penelitian

Nama barang Kuantitas Harga satuan Total biaya


Kertas HVS A4 1 RIM Rp.60.000 Rp.60.000
80 gr
Tinta Printer 1 botol Rp. 100.000 Rp.100.000
Epson (hitam)
Kuisioner 4 lembar x 80 Rp. 1.000 Rp. 80.000
kopi
Hard Cover 1 buku Rp. 25.000 Rp. 25.000

Printing dan Rp. 100.000


fotokopi
Total Biaya Rp. 365.000

3.7 Analisis Data


Semua data yang telah diperoleh akan diolah dengan menggunakan program komputer SPSS
16.0. Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa data univariat, dan
bivariate.
a. Analisa data univariat.

Bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik dari setiap variable yang diteliti. Variabel
yang diteliti adalah demografi responden (Usia, Pengetahuan, Pendidikan, Pekerjaan,
Status Gizi, Social ekonomi), variabel independen (lamanya menyusui, Frekuensi
menyusui, Paritas) dan variabel dependen (lamanya amenorehea laktasi).

b. Analisa data bivariat.


Bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variable antara variabel independen dan
dependen dengan mencari p-value, kemudian akan disajikan dalam bentuk tabel. Pada
penelitian ini menggunakan analisis bivariat untuk menilai hubungan lamanya menyusui
dan faktor – faktor lainnya terhadap lamanya amenorrhea laktasi.

Dikarenakan variabel Y merupakan data numerik dengan distribusi tidak normal, maka
uji statistic untuk variabel X dengan data numerik menggunakan uji Kendall’s tau-b. Uji
statistic untuk variabel X dengan data kategorik 2 kelompok menggunakan uji Mann
Whitney’s. Jenis uji statistik untuk variabel X dengan data kategorik 3 kelompok
menggunakan uji Kruskal Wallis, Uji post-hoc akan dilakukan jika ada variabel yang
bermakna dari hasil uji Kruskal Wallis, dengan menggunakan Mann Whitney U test
untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan.

Hasil dari statistic diketahui berdasarkan nilai p value yang dibandingkan dengan nilai
α = 0,05. Jika p value ≤ α, maka terdapat hubungan yang signifikan antara variable
independen dengan variabel dependen. Jika p value > α, maka tidak ada hubungan
signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan frekuensi setiap variabel dalam penelitian.

4.1.1 Karakteristik responden

Gambaran responden berdasarkan umur, lama menyusui, dan paritas disajikan pada tabel 4.1,
dan gambaran responden berdasarkan pekerjaan, pendidikan,ekonomi, status gizi, dan
pengetahuan disajikan pada tabel 4.2.

Tabel 4.1 Gambaran usia, pekerjaan, pendidikan, ekonomi, status gizi, dan tingkat
pengetahuan responden wilayah kerja Puskesmas Duri Utara (n=52)

Frekuensi Persentase (%)


<20 8 15,4
Usia 20 - 29 37 71,2
>29 7 13,5
Ya 29 55,8
Pekerjaan
Tidak 23 44,2
Pendidikan Rendah 18 34,6
Tinggi 34 65,4
Ekonomi < Rp. 3.940.973 22 42,3
≥ Rp. 3.940.973 30 57,7
Kurus 13 25
Status gizi
Normal 27 51,9
Gemuk 12 23,1
Buruk 8 15,4
Pengetahuan Cukup 34 65,4
Baik 10 19,2
ASI Ya 24 46,2
eksklusif
Tidak 28 53,8
<8x/hari 17 32,7
Frekuensi
8-12x/hari 23 44,2
menyusui
>12x/hari 12 23,1

Jumlah responden pada penelitian ini berjumlah 52 dan didapatkan responden terbanyak berada
di kelompok usia 20 – 29, yaitu sebanyak 37 responden (71,2%), diikuti kelompok usia <20
sebanyak 8 responden (15,4%), dan kelompok paling sedikit adalah >29 sebanyak 7 responden
(13,5%)
Gambaran pekerjaan pada responden menunjukan bahwa sebanyak 29 responden (55,8%)
bekerja, dan yang tidak bekerja sebanyak 23 responden (44,2%).

Gambaran tingkat pendidikan pada responden penelitian ini adalah sebanyak 34 responden
(65,4%) memiliki pendidikan tinggi, dan 18 responden memiliki pendidikan rendah (34,6%).

Status ekonomi responden pada penelitian ini, sebesar 30 responden (57,7%) memiliki
pendapatan keluarga diatas UMR provinsi Jakarta, dan 22 responden (42,3%) memiliki
pendapatan keluarga diatas UMR provinsi Jakarta.

Status gizi responden penelitian ini adalah sebanyak 27 responden (51,9%) memiliki IMT
normal , 13 responden (25%) termasuk kategori kurus, dan 12 responden (23,1) termasuk
kategori gemuk.

Tingkat pengetahuan responden mengenai amenorrhea laktasi adalah sebanyak 34 responden


(65,4%) memiliki pengetahuan yang cukup, diikuti 10 responden (19,2%) dengan pengetahuan
baik, dan 8 responden (15,4%) memiliki pengetahuan buruk.

Pemberian ASI eksklusif yang diberikan oleh responden kepada bayinya didapatkan sebanyak
28 responden tidak memberikan ASI eksklusif (53,8%), sedangkan responden yang
memberikan ASi eksklusif sebesar 24 responden (46,2%).

Banyaknya menyusui yang dilakukan oleh responden didapatkan 23 responden (44,2%)


menyusui sebnyak 23 responden, 17 responden (32,7%) menyusui <8x/hari, dan yang
menyusui >12x/hari sebanyak 12 responden (23,1%).

Tabel 4.2 Gambaran usia, lama menyusui, dan paritas responden wilayah kerja
Puskesmas Duri Utara (n=52)
Mean Modus Minimum Maksimum
Lama
4,8 6 (n=19, 36,5%) 2 (n=9, 17,3%) 12 (n=1, 1,9%)
menyusui
Paritas 1,96 1 (n=23, 44,2%) 1 (n=23, 44,2%) 4 (n=4, 7,7%)

Gambaran lama menyusui responden pada penelitian ini adalah sebanyak 19 responden
(36,5%) menyusui selama 6 bulan, dengan rerata lama menyusui 4,8 bulan. Lama menyusui
yang paling cepat adalah 2 bulan pada 9 responden (17,3%), dan yang terlama selama 12 bulan
pada 1 responden (1,9%).
Gambaran jumlah paritas responden pada penelitian ini adalah sebanyak 23 responden (44,3%)
melahirkan 1 kali, dengan rerata jumlah paritas 1,96. Jumlah paritas paling sedikit sebanyak 1
pada 23 responden (44,2%), dan 4 responden (7,7%) memiliki jumlah paritas 4.

4.1.2 Frekuensi lamanya amenorrhea laktasi

Tabel 4.3 Frekuensi lamanya amenorrhea laktasi pada responden wilayah kerja
Puskesmas Duri Utara (n=52)

Mean Modus Minimum Maksimum


Lama
amenorrhea 4,19 4 (n=12, 23,1%) 1 (n=2, 3,8%) 8 (n=1, 1,9%)
laktasi

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa lamanya amenorrhea laktasi pada 12 responden selama 4 bulan.
Rerata lama amenorrhea laktasi pada penelitian ini adalah 4,19 bulan. Waktu paling singkat
untuk masa amenorrhea laktasi adalah 1 bulan pada 2 responden (3,8%), dan yang terlama
adalah 8 bulan pada 1 responden (1,9%).
4.2 Analisis bivariat
Tabel 4.4 hasil uji bivariat Kendall’s tau-b (n = 52)
Lamanya Amenorrhea
laktasi
r 0,477
Lama menyusui
p 0,001
r 0,29
Paritas
p 0,797

Pada tabel 4.4 tergambarkan bahwa lama menyusui memiliki hubungan yang bermakna
terhadap lamanya amenorrhea laktasi (p=0,001). Koefisien korelasi antara variabel lama
menyusui dengan lamanya amenorrhea laktasi bernilai positif sebesar 0,477, yang berarti
memiliki kekuatan hubungan yang cukup. Variabel paritas (p=0,797) tidak memiliki hubungan
yang bermakna (p>0,05).
Tabel 4.5 hasil uji bivariat Mann Whitney’s
Median
n P
(Minimum – maksimum)
Ya 29 3 (1-7)
Pekerjaan 0,011
tidak 23 5 (2 – 8)
Rendah 18 4 (2 – 7)
Pendidikan 0,429
Tinggi 34 4 (1 – 8)
<Rp. 3.940.973 22 4 (1 – 8)
Ekonomi 0,947
≥ Rp. 3.940.973 30 4 (1 – 7)
ASI Ya 24 5 (3 – 8)
0,001
eksklusif Tidak 28 3 (1 – 7)

Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa pekerjaan dan pemberian ASI eksklusif memiliki hubungan
yang bermakna terhadap lamanya amenorrhea laktasi. Variabel pekerjaan didapatkan nilai
p=0,011, dengan nilai median 3 untuk responden yang bekerja, dan nilai median 5 untuk
responden yang tidak bekerja. Variabel pemberian ASI eksklusif didapatkan nilai p=0,001,
dengan nilai median 5 untuk Ibu yang memberi ASI eksklusif, dan nilai median 3 untuk Ibu
yang tidak memberi ASI eksklusif. Variabel pendidikan (0,429) dan ekonomi (0,947) tidak
memiliki hubungan bermakna terhadap lamanya amenorrhea laktasi (p>0,05).

Tabel 4.6 Hasil uji bivariat Kruskall Wallis


Median
n P
Minimum - maksimum
<20 8 4,5(3 – 7)
Usia 20 - 29 37 4(1 – 8) 0,328
>29 7 3(1-7)
Buruk 8 3,5(2 – 7)
Pengetahuan Cukup 34 4(1 – 8) 0,393
Baik 10 5(2 – 7)
<8x/hari 17 4(1 – 8)
Frekuensi
8-12x/hari 23 5(2 – 7) 0,028
menyusui
>12x/hari 12 3(2 – 7)
Kurus 13 3(1 – 8)
Gizi Normal 27 4(2 – 7) 0,7
Gemuk 12 4,5(2 – 7)
Uji kruskall-walls. Uji post-hoc Mann-whitney untuk variable frekuensi menyusui : <8 vs 8-
12 p = 0,048; <8 vs >12 p = 0,219; 8-12 vs >12 p=0,024
Pada tabel 4.5, variabel yang memiliki hubungan bermakna adalah frekuensi menyusui
(p=0,028) dengan nilai median 5. Variabel usia (p=0,328), gizi (p=0,7), dan pengetahuan
(p=0,393) tidak memiliki hubungan bermakna (p>0,05).

Uji post-hoc Mann-Whitney pada variabel yang bermakna, yaitu frekuensi menyusui,
didapatkan : (1) kelompok menyusui <8x/hari dan 8-12x/hari, p=0,048; (2) kelompok
menyusui <8x/hari dan >12x/hari, p=0,219; (3) kelompok menyusui 8-12x/hari dan >12x/hari,
p=0,024. Maka dapat ditarik kesimpulan terdapat perbedaan lama amenorrhea laktasi antara
kelompok (1) <8x/hari dan 8-12x/hari; (2) 8-12x/hari dan >12x/hari.
BAB V

PEMBAHASAN

Pada bagian pembahasan, hasil penelitian akan dihubungkan dengan tujuan pembahasan,
kemudian selanjutnya akan dikaitkan dengan teori dan penelitian sebelumnya.

5.1 Lamanya amenorrhea laktasi berdasarkan usia Ibu

Usia Ibu antara 20 – 29 tahun sebanyak 37 orang (71,2%). Median waktu lamanya amenorrhea
laktasi pada umur <20tahun lebih lama yaitu 4,5 bulan jika dibandingkan dengan usia >29
tahun yang terjadi selama 3 bulan. Pada hasil analisis bivariat, usia (p=0,328) tidak memiliki
hubungan yang bermakna (p>0,05) dengan lamanya amenorrhea laktasi. Hal ini sesuai dengan
penelitian oleh Irawaty P, et al, yaitu tidak adanya hubungan antara usia dengan lebih lamanya
masa amenorrhea laktasi (p>0,05).15

Tetapi hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Manan et al dan Suparmi, yang
menjelaskan bahwa usia ada kaitannya dengan lama amenorrhea laktasi karena pengaruh pada
proses reproduksi wanita. Semakin tua, kepekaan ovarium terhadao rangsangan hormone
gonadotropin akan semakin menurun, dan juga jumlah folikel pada ovarium akan menurun,
sehingga menyebabkan munculnya kembali menstruasi akan lebih lama dibandingkan dengan
umur yang lebih muda.12

5.2 Lamanya amenorrhea laktasi berdasarkan paritas

Banyaknya paritas terhadap lamanya amenorrhea laktasi tidak tidak memiliki hubungan yang
bermakna ((p=0,797). Hasil ini sesuai dengan penelitian oleh Irawati P et al, dengan p=0,17.15
Hal ini tidak sesuai dengan pada penelitian oleh Shretsa, yang menunjukkan paritas memiliki
efek protektif terhadap lamanya amenorrhea laktasi (p<0,05).10 Pada penelitian oleh WHO,
yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara paritas dengan lamanya amenorrhea.

Penelitian dari WHO menjelaskan Ibu primipara lebih memungkinkan untuk memberikan
bayinya makanan lain selain ASI pada usia < 6 bulan, jika dibandingkan dengan Ibu multipara.
Hal ini akan menyebabkan frekuensi pemberian ASI dan lama pemberian ASI akan berkurang.
Penelitian lain menyebutkan Ibu primipara cenderung khawatir ASI yang dihasilkan akan tidak
cukup untuk memenuhi gizi bayinya, sehingga Ibu primipara cenderung memberikan makanan
lain.

5.3 Lamanya amenorrhea laktasi berdasarkan pekerjaan


Sebanyak 29 Ibu bekerja (55,8%) memiliki masa amenorrhea laktasi lebih cepat, yaitu 3 bulan
jika dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja yaitu pada bulan ke lima. Pada hasil analisis
bivariat, pekerjaan memiliki hubungan bermakna dengan lamanya amenorrhea laktasi
(p=0,011). Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Singh et al.7 Hal ini tidak sesuai dengan
penelitian oleh Irawaty P et al

Berdasarkan penelitian oleh Tisfay, disebutkan ibu yang bekerja memiliki resiko 0,98 kali lebih
cepat masa amenorrhea laktasinya. Hal ini juga didukung dengan penelitian oleh Vekemans.
Ibu yang bekerja akan memiliki waktu untuk menyusui lebih sedikit jika dibandingkan dengan
ibu yang tidak menyusui. Penelitian oleh Singh menjelaskan Ibu yang bekerja pada
sosioekonomi yang rendah cenderung lebih pendek masa amenorrhea laktasinya karena
kemungkinan bekerja lebih lama, sehingga mereka cenderung memberikan makanan lain selain
ASI lebih awal karena mereka tidak dapat menyusui ASI secara sering.

5.4 Lamanya amenorrhea laktasi berdasarkan pendidikan

Sejumlah 34 Ibu (65,4%) memiliki pendidikan tinggi. Median antara Ibu dengan pendidikan
rendah dan Ibu dengan pendidikan tinggi sama, yaitu 4 bulan. Pada hasil uji bivariat, nilai
p=0,429, sehingga tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan lamanya amenorrhea
laktasi. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Irawati P, yang menyebutkan Ibu dengan
pendidikan lebih rendah (DII/DIII) memiliki nilai median 20 minggu, jika dibandingkan
dengan Ibu berpendidikan lebih tinggi (S1/S2) yang terjadi pada minggu ke 16.

Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ojofeitimi, dan Singh. Mereka
menyebutkan Ibu dengan pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki pekerjaan diluar
rumah, sehingga waktu Ibu untuk menyusui bayinya akan berkurang. 7

5.5 Lamanya amenorrhea laktasi berdasarkan ekonomi

Status ekonomi keluarga tidak memiliki hubungan bermakna dengan lamanya amenorrhea
laktasi (p=0,947). Hasil ini sesuai dengan penelitian Irawaty P dengan nilai p=0,21.15 Tetapi
hasil ini tidak sesuai dengan penelitian oleh McNeilly yang menyatakan sosioekonomi
memiliki hubungan baik terkait lamanya amenorrhea laktasi. Penelitian oleh Singh
menjelaskan Ibu pada sosioekonomi lebih tinggi dimungkinkan karena pendidikan Ibu yang
lebih tinggi, sehingga lebih cenderung memiliki pekerjaan jika dibandingkan dengan Ibu
dengan pendapatan keluarga rendah. 7

5.6 Lamanya amenorrhea laktasi berdasarkan pengetahuan


Sebanyak 34 responden (65,4%) memiliki pengetahuan yang cukup. Pada hasil analisis bivariat,
pengetahuan tidak memiliki hubungan dengan lamanya masa amenorrhea (p=0,393). Maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara pengetahuan dengan lamanya metode
amenorrhea laktasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Kasmiandriani.

5.7 Lamanya amenorrhea laktasi berdasarkan gizi

Status gizi menunjukkan hubungan yang tidak bermakna terhadap lamanya amenorrha (p=0,7).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Papua oleh Tracer DP. Hasil ini berbeda
dengan penelitian lain, salah satunya penelitian di Afrika, dimana status gizinya cenderung
rendah, lama amenorrhea laktasi dapat mencapai 3 tahun. Ibu dengan gizi buruk memiliki
kemungkinan untuk tetap amenoragik pasca masa laktasi. Gizi buruk pada Ibu menyusui
cenderung memproduksi asi dengan volume yang lebih sedikit, sehingga akan terjadi
penambahan durasi menghisap putting Ibu oleh bayi (suckling reflex), sehingga menyebabkan
meningkatnya lama amenorrhea.

5.8 Lamanya amenorrhea laktasi berdasarkan pemberian ASI eksklusif

Pemberian ASI eksklusif dilakukan oleh 24 responden (46,2%). Pada uji bivariat, pemberian
ASI eksklusif memiliki hubungan yang bermakna dengan lamanya amenorrhea laktasi, dengan
nilai p=0,001, sehingga dapat disimpulkan bahwa lama masa amenorrhea laktasi pada Ibu yang
memberi ASI eksklusif akan lebih lama.

5.9 Lamanya amenorrhea laktasi berdasarkan

5.7.1 Lamanya menyusui

Didapatkan bahwa lama menyusui memiliki hubungan yang bermakna terhadap


lamanya amenorrhea laktasi (p=0,001). Hubungan antara lama menyusui dengan masa
amenorrhea sebesar 0,477, yang berarti hubungan cukup kuat.
5.7.2 Frekuensi menyusui

Sebanyak 23 Ibu yang menyusui 8 – 12x memiliki nilai tengah masa amenorrhea laktasi
selama 5 bulan. Pada uji post-hoc didapatkan adanya perbedaan antara ama amenorrhea
laktasi antara kelompok (1) <8x/hari dan 8-12x/hari (p=0,048); dan (2) 8-12x/hari dan
>12x/hari (p=0,024)

Hal ini sesuai dengan penelitian Singh et al (p<0,01). Semakin lama dan sering seorang Ibu
menyusui, maka akan lebih lama produksi hormon yang berkaitan dengan kembalinya
menstruasi. Penelitian oleh Suparmi menunjukkan Ibu yang memberikan ASI selama 5 – 6
bulan menurunkan kembalinya mens sebanyak 45%. Pada saat menyusui juga terdapat
stimulasi menghisap pada putting payudara ibu, dan memiliki efek ke produksi prolaktin oleh
kelenjar pituitary. Prolaktin memiliki efek mengsupresi GnRH, sehingga sekresi FSH dan LH
akan terhambat, dan menyebabkan amenorrhea pada Ibu post-partum. 7,12
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan :

1. Rerata lama menyusui 4,8 bulan pada Ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Duri
Utara.
2. Rerata lama amenorrhea laktasi adalah 4,19 bulan pada Ibu menyusui di wilayah kerja
Puskesmas Duri Utara.
3. Terdapat hubungan yang bermakna antara lama menyusui, ASI eksklusif, frekuensi
menyusui, dan pekerjaan terhadap lamanya amenorrhea laktasi pada Ibu menyusui di
wilayah kerja Puskesmas Duri Utara.

6.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah, namun
demikian masih memiliki keterbatasan, yaitu :

1. Responden penelitian ini hanya terbatas pada Ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas
Duri Utara, sehingga hasilnya belum dapat digeneralisasikan pada kelompok dengan
jumlah yang lebih besar.
2. Peneliti tidak bisa mengontrol jawaban responden secara langsung, sehingga dapat
dimungkinkan adanya bias dalam pengisian kuisioner meski sudah dipandu saat
dilakukan pengisian.

6.3 Saran

1. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan menggunakan metode


yang berbeda dan sampel yang lebih besar sehingga tingkat pembuktian hasil lebih
tinggi dan dapat digunakan untuk menggambarkan keadaan umum.
2. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel lainnya yang
berhubungan dengan lamanya amenorrhea laktasi, sebagai contoh kadar prolaktin,
penggunaan kontrasepsi, dan cara menyusui Ibu.

Anda mungkin juga menyukai

  • Asma
    Asma
    Dokumen12 halaman
    Asma
    タナトス Thanatos
    Belum ada peringkat
  • ISPA
    ISPA
    Dokumen8 halaman
    ISPA
    タナトス Thanatos
    Belum ada peringkat
  • Ablasio Retina
    Ablasio Retina
    Dokumen40 halaman
    Ablasio Retina
    タナトス Thanatos
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen26 halaman
    Bab I
    タナトス Thanatos
    Belum ada peringkat
  • Lamp Iran
    Lamp Iran
    Dokumen13 halaman
    Lamp Iran
    タナトス Thanatos
    Belum ada peringkat
  • Kejang Anak
    Kejang Anak
    Dokumen9 halaman
    Kejang Anak
    タナトス Thanatos
    Belum ada peringkat
  • S DHF
    S DHF
    Dokumen27 halaman
    S DHF
    タナトス Thanatos
    Belum ada peringkat
  • Tablet FE Pada Remaja Putri
    Tablet FE Pada Remaja Putri
    Dokumen10 halaman
    Tablet FE Pada Remaja Putri
    タナトス Thanatos
    Belum ada peringkat
  • Yohihihj
    Yohihihj
    Dokumen24 halaman
    Yohihihj
    タナトス Thanatos
    Belum ada peringkat
  • Jarum Dan Benang Bedah
    Jarum Dan Benang Bedah
    Dokumen10 halaman
    Jarum Dan Benang Bedah
    タナトス Thanatos
    Belum ada peringkat
  • Ablasio Retina
    Ablasio Retina
    Dokumen27 halaman
    Ablasio Retina
    タナトス Thanatos
    Belum ada peringkat
  • Referat Transportasi Pesawat 2
    Referat Transportasi Pesawat 2
    Dokumen25 halaman
    Referat Transportasi Pesawat 2
    タナトス Thanatos
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen26 halaman
    Kata Pengantar
    タナトス Thanatos
    Belum ada peringkat
  • Uujo
    Uujo
    Dokumen20 halaman
    Uujo
    タナトス Thanatos
    Belum ada peringkat
  • 3 Teknik Pakai Baju OK
    3 Teknik Pakai Baju OK
    Dokumen18 halaman
    3 Teknik Pakai Baju OK
    タナトス Thanatos
    Belum ada peringkat
  • Referat Transportasi Pesawat 2
    Referat Transportasi Pesawat 2
    Dokumen25 halaman
    Referat Transportasi Pesawat 2
    タナトス Thanatos
    Belum ada peringkat
  • Ryj 6 Uw
    Ryj 6 Uw
    Dokumen5 halaman
    Ryj 6 Uw
    タナトス Thanatos
    Belum ada peringkat
  • Dokcil P3K
    Dokcil P3K
    Dokumen27 halaman
    Dokcil P3K
    タナトス Thanatos
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading Indo
    Journal Reading Indo
    Dokumen10 halaman
    Journal Reading Indo
    タナトス Thanatos
    Belum ada peringkat
  • Episkleritis Os
    Episkleritis Os
    Dokumen34 halaman
    Episkleritis Os
    タナトス Thanatos
    Belum ada peringkat
  • Transportasi Jenazah
    Transportasi Jenazah
    Dokumen34 halaman
    Transportasi Jenazah
    タナトス Thanatos
    Belum ada peringkat
  • Episkleritis
    Episkleritis
    Dokumen19 halaman
    Episkleritis
    タナトス Thanatos
    Belum ada peringkat
  • Katarak Pada Diabetes Mellitus
    Katarak Pada Diabetes Mellitus
    Dokumen21 halaman
    Katarak Pada Diabetes Mellitus
    タナトス Thanatos
    Belum ada peringkat
  • POAG
    POAG
    Dokumen32 halaman
    POAG
    タナトス Thanatos
    Belum ada peringkat
  • Impetigo Krustosa
    Impetigo Krustosa
    Dokumen6 halaman
    Impetigo Krustosa
    タナトス Thanatos
    Belum ada peringkat
  • Pemeriksaan Mata
    Pemeriksaan Mata
    Dokumen30 halaman
    Pemeriksaan Mata
    タナトス Thanatos
    Belum ada peringkat
  • Katarak Pada Diabetes Mellitus
    Katarak Pada Diabetes Mellitus
    Dokumen21 halaman
    Katarak Pada Diabetes Mellitus
    タナトス Thanatos
    Belum ada peringkat
  • Anatomi SSP
    Anatomi SSP
    Dokumen35 halaman
    Anatomi SSP
    タナトス Thanatos
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen5 halaman
    Kata Pengantar
    タナトス Thanatos
    Belum ada peringkat