BBDM 2
Seorang ibu dating ke RS membawa anak perempuan usia 2 tahun dengan keluhan anak belum
bisa duduk dan belum bias berbicara. Anak sering mengalami kesulitan buang air besar sejak
usia 1 bulan. Riwayat kuning saat lahir.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan macroglosia, kulit kering, suara serak, wajah sembab. BB 10
kg, TB 60 cm ( HAZ : -7.97, WAZ : -1.13 )
Pemeriksaan laboratorium menunjukan Hb 10 mg/dl, lekosit 7.000 mmk, TSH 50 uIU/ml (0.05-
5), free T4 0.89 pmol/L (11-19), bone age sesuai newborn.
Referensi :
Anak 2 tahun belum bisa duduk dan belum bisa berbicara itu menandakan adanya
keterlambatan motorik dan bicara. Hal ini berarti anak tersebut mengalami global
developmental delay karena terdapat 2 domain milestone / perkembangan yang
mengalami keterlambatan.
Hormon tiroid mempunyai efek pada pertumbuhan sel, perkembangan dan
metabolisme energi, dapat juga mempengaruhi pertumbuhan pematangan jaringan tubuh
dan energi, penambahan sintesis asam ribonukleat (RNA) serta berperan dalam
perkembangan normal sistem saraf pusat. Dengan demikian hormon ini sangat penting
peranannya pada bayi dan anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangan.
Hormon tiroid mempunyai fungsi yang mirip dengan growth factor. Akan tetapi
perbedaan growth factor yang dihasilkan hormone tiroid ini dengan growth factor biasa
adalah growth factor dari hormone tiroid juga menstimulasi penambahan jumlah sinaps
sinaps di cortex cerebri sehingga apabila terjadi hipotiroid pada saat usia 1000 hari
pertama anak yaitu masa emas perkembangan otak anak maka dapat berakibat
terganggunya perkembangan otak anak dan dapat menyebabkan retardasi mental
sehingga terjadi gangguan perkembangan,
Selain itu bagian otak yang perkembangannya sangat dipengaruhi yaitu korteks
serebri dan basal ganglia, dan juga koklea (alat pendengaran). Akibatnya bila terjadi
defisiensi hormon tiroid pada saat perkembangan dapat terjadi retardasi mental, rigiditas
sistem motorik, dan mutisme karena kurang pendengaran. Maka dapat terjadi keluhan
anak terlambat bicara.
Hubungan anak sering mengalami sulit buang air besar dengan kasus tersebut
adalah dari kasus tersebut, anak curiga mengalami hipotiroid kongenital. Pada keadaan
hipotiroid dapat terjadi sulit buang air besar atau konstipasi. Hal ini dikarenakan pada
keadaan hipotiroid, terjadi penurunan metabolisme tubuh yang juga berdampak terjadinya
penurunan kontraktilitas otot – otot di usus sehingga menyebabkan penurunan motilitas
usus sehingga terjadi penumpukan feses. Feses yang menumpuk akan terjadi peningkatan
absorbsi air sehingga feses menjadi keras. Oleh karena itu terjadi konstipasi.
Untuk perkembangan normal pada anak usia 2 tahun, anak sudah bisa:
a. Naik tangga dan berlari-lari
b. Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti
c. Memegang cangkir sendiri
d. Belajar makan dan minum sendiri
e. Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya
Untuk tinggi badan anak usia 2-12 tahun dapat diukur dengan rumus : umur
(tahun) x 6 + 77, sehingga pada skenario secara normal anak usia 2 tahun seharusnya
memiliki tinggi badan 89 cm. Untuk berat badan anak usia 1-6 tahun dapat diukur dengan
rumus : usia (tahun) x 2 + 8 kg = 12 kg. Sehingga jika dilihat pada skenario baik TB
maupun BB anak kurang dari normal.
Hb 10 mg/dl = rendah (Anak usia 2 hingga 6 tahun: 11,5 hingga 13,5 g/dL)
Leukosit 7000 mmK = normal (Leukosit normal bayi sampai balita adalah 5700-18000
sel/mm3 )
Free T4 = rendah
Bayi kuning saat lahir dapat bersifat fisiologis maupun patologis. Pada keadaan
fisiologis, tubuh bayi memang lebih banyak memproduksi bilirubin dibandingkan orang
dewasa dikarenakan organ hati bayi yang bertugas membuang bilirubin belum
berkembang secara sempurna sehingga bilirubin akan banyak tertumpuk di dalam tubuh
dan akhirnya menimbulkan gejala penyakit kuning. Kondisi ini umumnya dapat sembuh
dengan sendirinya seiring perkembangan fungsi organ hati bayi dalam membuang
bilirubin.
2. Pada skenario disebutkan bahwa anak memiliki tinggi badan 60 cm yang mana apabila
dicocokkan dengan Kurva Height for Age dari WHO tinggi badan 60 cm untuk anak 2 tahun
berada jauh dibawah -3 SD, sehigga diinterpretasikan sebagai perawakan sangat pendek/kerdil.
Hal ini khas terjadi pada penyakit hipotiroid kongenital. Padahal menurut kurva Height for Age
dari WHO normalnya anak usia 2 tahun memiliki tinggi badan dari rentang 79-92 cm.
Hormon tiroid esensial untuk petumbuhan, resorpi tulang dan pembentukan tulang dikarenakan
hormone tiroid berhubungan langsung dengan metabolisme ion kalsium, fosfor, dan metabolism
vitamin D. Pada anak-anak penderita hipotiroid, pertumbuhan tulang lambat dan penutupan
Untuk tinggi badan anak usia 2-12 tahun dapat diukur dengan rumus : umur (tahun) x 6 + 77,
sehingga pada skenario secara normal anak usia 2 tahun seharusnya memiliki tinggi badan 89
cm.
Untuk berat badan anak usia 1-6 tahun dapat diukur dengan rumus : usia (tahun) x 2 + 8 kg = 12
kg.
Sehingga jika dilihat pada skenario baik TB maupun BB anak kurang dari normal.
3. Bayi kuning merupakan dampak dari tingginya kadar bilirubin dalam darah bayi.
Bilirubin itu sendiri merupakan zat berwarna kuning yang diproduksi tubuh saat sel darah merah
pecah. Pada dasarnya, tubuh bayi memang lebih banyak memproduksi bilirubin dibandingkan
orang dewasa. Namun, karena organ hati bayi yang bertugas membuang bilirubin belum dapat
bekerja dengan sepenuhnya berkembang, maka bilirubin akan banyak tertumpuk di dalam tubuh
hingga akhirnya menimbulkan gejala penyakit kuning.
Kondisi ini umumnya dapat sembuh dengan sendirinya seiring perkembangan fungsi organ hati
bayi dalam membuang bilirubin. Akan tetapi, pada kondisi tertentu, bayi kuning juga dapat
menjadi tanda dari suatu masalah kesehatan yang diderita. Biasanya, kondisi bayi kuning yang
patut diwaspadai ini muncul lebih cepat (saat usia bayi di antara 1 – 3 hari) atau justru lebih
lambat (saat usianya sudah lebih dari 2 minggu). Enzim glukoronil teransferase merupakan
enzim yang mengkatatalisis proses konjugasi bilirubin di dalam hepatosit. Pada kelainan tiroid
khususnya hipotiroid (hubungan ke jawaban hanifah) aktivitas enzim ini menurun sehingga
terjadi penurunan ekskresi bilirubin terkonjugasi dari hepatosit ke dalam usus. Hal ini
menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tak terkonjugasi. Peningkatan rasio klesterol-
fosfolipid pada membran hepatosit dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada proses
pengambilan bilirubin tak terkonjugasi oleh hepatosit. Gangguan karena peningkatan rasio
kolesterol fosfolipid ini mengganggu kelarutan bahan–bahan yang akan memasuki sel hepatosit,
salah satunya adalah bilirubin tak terkonjugasi yang berasal dari siklus enterohepatik. Selain itu
tejadi juga gangguan kerja dari enzim Na+, K+-ATPase yang merupkan enzim yang berperan
dalam proses up take bilirubin oleh hati yang terjadi melalui sebuah transport aktif.
jadi, anak sering mengalami kesulitan buang air besar sejak usia 1 bulan (Konstipasi). Konstipasi
pada keadaan hipotiroid dilatarbelakangi karena laju BMR yang melambat, hal ini akan
mengakibatkan achlorhydria yang menyebabkan motilitas usus berkurang, kemudian peristaltik
menurun dan absorpsi cairan di usu meningkat, sehingga konstipasi atau sulit BAB.
Pada kasus ini, kuning pada pasien disebabkan oleh kondisi hiperbilirubinemia indirek dapat
menjadi tanda dari hipotiroid kongenital,yang tampak dalam beberapa minggu.
Hiperbilirubinemia indirek berkepanjangan berkaitan dengan terjadinyaketerlambatan
maturasi aktivitas enzim hepaticuridine diphosphate glucoronyl transferase (UDPGT). Hal
tersebut dikarenakan hormon tiroid yang mempengaruhi konsentrasi dan aktivitas enzim di
semua jaringan berkurang.
Pada kasus tersebut terjadi makroglosia, kulit kering, suara serak, wajah sembab hal ini
dikarenakan pada kasus tersebut terjadi hypotiroidisme. Hormon tiroksin penting untuk mengatur
metabolisme. Pada keadaan hipotiroid, kekurangan hormon tiroksin akan menyebabkan
terganggunya metabolisme tubuh, termasuk metabolisme mukopolisakarida contohnya
glikosaminoglikan. Glikosaminoglikan yang tidak dimetabolisme akan menumpuk pada jaringan
intersitial baik di dermis, subkutis maupun di otot. Penumpukan pada lidah akan menyebabkan
makroglosia, penumpukan pada plica vocalis akan menyebabkan serak karena terganggunya
vibrasi dari plica vocalis, serta penumpukan pada intersitial jaringan subkutis pada wajah, akan
menyebabkan wajah sembab (mixedema). Hormon tiroksin juga dapat menyebabkan penurunan
sekresi kelenjar keringat sehingga kulit menjadi kering.
Serak pada hipotiroidisme bisa disebabkan dari faktor eksternal maupun internal. Faktor
eksternal disebabkan karena pada hipotiroidisme dapat terjadi goiter ( pembesaran glandula
tiroid) yang dapat menekan plica vocalis dari luar serta menekan n. laryngeus recurent cabang
dari n. vagus. Faktor internal disebabkan oleh penumpukan glikosaminoglikan pada lamina
propia plica vocalis yang menyebabkan terganggunya fungsi plica vocalis, serta dapat terjadi
edem pada n. laryngeus recurent cabang dari n. vagus.
5. Interpretasi hasil Lab Hb 10 mg/dl : Rendah indikasi anemia (N anak usia 2 hingga 6
tahun :11,5-13,5 g/dL)
Free T4 0.89 pmol/L : Rendah (N: 9-30 pmol/L). Sehingga pada kasus ini , Curiga Hipotiroid
Primer - T4 rendah , TSH - tinggi terjadi akibat kegagalan tiroid memproduksi hormon tiroid.
Pada hipotiroidisme kongenital terdapat abnormal bone maturation, pertumbuhannya linier dan
normal bone age
Pada keadaan yg sangat ekstrim..hipotiroid memicu produksi TRH berlebihan yg bereakai silang
dg FSH dan LH sehingga terjadi pubertas dini dengan delayed bone age
6. Berdasarkan keadaan pada skenario dimana bayi mengalami kuning saat lahir, serta hasil
laboratorium menunjukkan nilai TSH tinggi dan nilai FT4 rendah mengarah pada Hipotiroid
Kongenital. Didukung dengan pemeriksaan fisik dan keadaan klinis yang sering dijumpai yaitu;
perkembangan motorik dan pertumbuhan terlambat, konstipasi, aktivitas menurun, makroglosia