3. Potassium-sparing diuretics
Potassium-sparing bekerja dengan menghambat kanal apical sodium
(amiloride, triamteren) dan yang antagonis pada mineralocorticoid receptors
(spironolactone, eplerenone).
Loop diuretic menghambat reabsorbsi NaCl pada makula densa dan menstimulus
sekresi renin dan produksi prostaglandin (PG), yang kemudian didominasi melalui
cyclooxygenase-2. Ketika ini terjadi, PG E2 memberi umpan balik pada tubulus,
menyebabkan natriuresis dengan menghambat transport NaCl di sepanjang thick
ascending limb dan duktus kolektivus.
NSAID menghalangi PG dan memperantarai antinatriuresis. Ketika digunakan
secara terus-menerus, NSAID meningkatkan jumlah Na-K-Cl cotransporter 2
(NKCC2) disepanjang thick ascending limb.
Selain itu, loop diuretics menghambat transporter kedua isoform, NKCC1, yang
juga diekspresikan oleh sel-sel otot polos pembuluh darah. Loop diuretics
menyebabkan vasodilatasi pada arteriolar afferent dengan menghalangi NKCC1,
sehingga membantu mempertahankan glomerular filtration rate (GFR) meskipun
volume extracellular fluid (ECF) lebih rendah.
Efek kerja dari loop diuretics dapat terlihat jika dosis sudah mencapai threshold.
Namun, threshold pada setiap orang berbeda-beda. Pada kondisi chronic kidney
disease (CKD), dosis loop diuretics yang diberikan harus lebih tinggi, dibandingkan
dengan pemberian kepada pasien dengan normal renal function.
Pada pemberian furosemide oral lebih efektif jika diberikan secara berulang
dengan dosis yang sama, dibandingkan dengan menaikkan dosisnya. Hal ini
dikarenakan biovaibilitas furosemide yang lebih rendah dibanding bumetanide dan
torsemide.
Alpha-1 blocker sendiri bekerja dengan menghalangi alpha receptors sehingga
otot polos pada bladder terelaksasi, sehingga membantu dalam pengeluaran urin dan
mengurangi nyeri akibat bladder yang menekan prostat.
5-alpha-reductase inhibitor, bekerja dengan menghambat aksi dari 5-alpha-
reductase, yaitu enzim yang mengkonversikan testosterone menjadi
dihydrotestosterone. Dimana dihydrotestosterone dapat memicu pertumbuhan dari
prostate. Ketika kondisi BPH perubahan hormon ini dihalangi sehingga dapat
mengurangi gejala dan melancarkan pengeluaran urin.
Pada penggunaan alpha-blockers seringnya memberikan efek samping yang kecil
namun signifikan. Sementara, pada penggunaan 5-alpha-reductase inhibitors memiliki
onset efek yang lambat, tetapi membantu mengurangi gejala, mengecilkan ukuran dari
kelenjar postat, dan melancarkan aliran urin. Kemudian efek samping dari
penggunaan alpha blockers lebih sering ditemukan, dibanding dengan penggunaan 5-
alpha-reductase inhibitors.
Dalam penentuan antibiotik pada ibu hamil, harus dilihat dulu usia kandungan.
Ada beberapa antibiotik yang beresiko jika diberikaan pada usia awal kehamilan,
karna awal kehamilan merupakan usi rentan terjadi defek pada bayi. Antibiotik yang
dapat digunakan untuk kasus ISK pada ibu hamil, yaitu nitrofurantoin dan kombinasi
dari trimethoprim-sulfamethoxazole. Nitrofurantoin terkonsentrasi tinggi di dalam
urin dan sangat aktif terhadap semua patogen kecuali spesies Proteus. Tidak terabsorb
secara signifikan diluar urinary tract, dan tidak mengganggu flora normal disekitar.
Pnggunaan antibiotik kasus ISK pada anak, di salah satu jurnal disebutkan bahwa
pemberian antibiotik selama 10 hari lebih ampuh untuk mengeliminasi bakteri dari
urin dibandingkan dengan single-dose treatments.