Anda di halaman 1dari 20

Nama : Dwiqy Fahlavi Muhammad Ramdani

Kelas : Pendidikan Ilmu Komputer A


NIM : 1802390

BAB X
RESUME KOMPONEN-KOMPONEN PEMBELAJARAN

A. Konsep Dasar Komponen-Komponen Pembelajaran


Pengajaran adalah suatu sistem artinya keseluruhan yang terdiri dari komponen-
komponen yang berinteraksi antara satu dengan yang lainnya secara keseluruhan untuk
mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Komponen merupakan bagian
dari suatu sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk
mencapai tujuan sistem. Jadi, komponen pendidikan adalah bagian-bagian dari sistem proses
pendidikan yang menentukan berhasil atau tidaknya proses pendidikan.
1. Tujuan Pembelajaran
2. Bahan Pembelajaran
3. Media Pembelajaran
4. Strategi Pembelajaran
5. Evaluasi Pembelajaran

1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu
kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogamkan tanpa tujuan, karena hal itu
adalah suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana
kegiatan itu akan dibawa. 
Didalam tujuan pembelajaran  terdapat beberapa tingkatan (hierarki) yang tersusun
sebagai berikut :
1. Tujuan Nasional (tercantum dalam UUD 1945).
Tujuan Nasional Indonesia yang tercantum pada alines keempat
Undang-Undang Dasar 1945  yang berbunyi “ kemudian daripada itu untuk
membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial “ mencakup tiga hal yaitu :
a.      Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
b.      Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
c.       Ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Dari ketiga poin diatas dapat disimpulkan bahwa Negara Indonesia melindungi
tanah air dan seluruh rakyat Indonesia baik yang berada di dalam negeri
maupun di luar negeri.
2. Tujuan Pendidikan Nasional (terdapat di dalam undang-undang sistem
pendidikan nasional).
Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan yang menjadi sasaran
akhir yang harus dijadikan sebagai pedoman oleh setiap usaha pendidikan.
Dengan kata lain setiap lembaga dan penyelenggara pendidikan harus dapat
membentuk manusia yang sesuai dengan rumusan, baik pendidikan yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan formal, informal, maupun non
formal. Tujuan pendidikan nasional terdapat pada undang-undang dasar 1945
versi amendemen, yaitu :  
Pasal 31 ayat 3 yang berbunyi “ pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang “. 
    Pasal 31 ayat 5 yang berbunyi “ pemerintah memejukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan
persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia
“.
3. Tujuan Institusional
Tujuan institusional merupakan tujuan yang harus dicapai oleh setiap
lembaga pendidikan.artinya tujuan ini sebagai kualifikasi yang harus dimiliki
oleh setiap siswa setelah mereka menempuh program di suatu lembaga
pendidikan. Tujuan institusional juga merupakan tujuan antara untuk mencapai
tujuan umum yang berbentuk kompetensi lulusan setiap jenjang seperti standar
kompetensi pendidikan dasar, menengah, kejuruan,dan pendidikan tinggi.
4. Tujuan Kurikuler.  
Tujuan kurikuler merupakan tujuan yang harus dicapai untuk setiap
bidang studi atau setiap mata pelajaran. Tujuan kurikuler didefinisikan sebagai
kualifikasi yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik setelah mereka
menyelesaikan suatu mata pelajaran tertentu. Tujuan kurikuler harus dapat
mendukung dan dapat diarahkan untuk mencapai tujuan institusional.
5. Tujuan Instruksional.
Tujuan instruksional adalah suatu pernyataan yang jelas menunjukkan
penampilan / keterampilan yang diharapkan sebagai hasil dari proses belajar.
2. Bahan Pembelajaran
Bahan pembelajaran pada dasarnya adala “isi” dari kurikulum,yakni berupa
mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/sub topik dan rinciannya.isi kurikulum
atau bahn pembelajaran itu dapat dikategorikan menjadi 6 jenis,yaitu
a. Fakta,adalah sesuatu yang telah terjadi atau telah dialami/dikerjakan bisa
berupa objek atau keadaan tetang sesuatu hal.
b. Konsep/teori,adalah suatu ide atau gagasan atau suatu pengertian umum,suatu
set atau sistem pernyataan yang menjelaskan seraingkaian fakta,dimana
pernyataan tersebut harus memadukan universal dan meramalkan.
c. Prinsip merupakan suatu aturan/kaidah untuk melakukan sesuatu,atau
kebenaran dasar sebagai titik tolak untuk berpikir.
d. Proses adalah serangkaian gerakan,perubahan,perkembangan,atau suatu
cara/prosedur untuk melakukan kegiatan secara operasional.
e. Nilai adalah suatu pola ukuran norma, atau suatu tipe/model.ia berkaitan
dengan pengetahuan atas kebeneran yang bersifat umum.
f. Keterampilan adalah suatu kemampuan untuk berbuat sesuatu baik dalam
pengertian fisik maupun mental.
3. Media Pembelajaran
Secara umum media merupakan kata jamak dari medium,yang berarti
perantara atau pengantar selain itu media pengajaran adalah seluruh alat dan bahan
yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan seperti radio, tellevisi, buku, koran,
majalah dan sebagainya.
Media pembelajaran memiliki fungsj untuk mewujudkan tujuan pembelajaran
yang diharapkan antaralain :
a. Menangkap suatu objek atau peristiwa tertentu.peristiwa-peristiwa penting atau
objek yang langka,dapat diabadikan dengan foto film atau direkan melalu
kemudin peristiwa iyu dapat disampaikan dan dapat digunakan manakala
diperlukan.
b. Memanipulasi keadaan,peristiwa atau objek tertentu.dengan menggunakan
model sebagai media,maka guru/dosen dapat menyuguhkan mpengalaman
yang konkrit kepada mahasiswa.
c. Kesempatan belara yang lebuh merata.dengan menggunakan berbagai media
seoerti audio, video, slide suara, dan sebagainya, memungkinkan setiiap orang
dapat belajar dimana saja dan kapan saja.
d. Pengajaran lebih berdasarkan il,u.dengan menggunakan media proses belajar
mengajar akan lebih terencana dengan baik sebab media dianggap sebagai
bagian yang integral dari sistem belajar mengajar.
e. Mempercepat gerakan suatu proses yang terlalu lambat sehingga dapat dilihat
dalam waktu yang relatif cepat.
Bentuk dari media pembelajaran antara lain :
a. Media visual
Media visual adalah media yang hanya dapat dlihat dengan menggukan
indera pengelihatan.jenis media ini sering digunakan oleh guru-guru untuk
membantu menyampaikan isi atau materi pelajaran.
b. Media audio
Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk
auditif (hanya dapat didengar) yang merangsang pikiran, perasaan, perhatian
dan kemauan para siswa untuk mempelajari bahan ajar.program kaset suara
dan program radio adalah bentuk dari media audio.
c. Media audio visual
Media ini merupakan kombinasi audio dan visual atau biasa disebut
dengan media padang-dengar.sudahbarang tentu apabila anda menggunakan
media ini semakin lengkap dan optimal penyajian bahan ajar kepada para
siswa,selain itu media ini dalam batas-batas tertentu dapat juga menggantikan
peran dan tugas guru.
d. Kelompok media penyaji
Kelomppok media penyaji yaitu a) kelompk satu; grafis, bahan cetak,
dan gambar diam. b) kelompok kedua; media proyeksi diam. c) kelompok
ketiga; media audio. d) kelompok keempat; media audio. e) kelompok kelima;
media gambar hodup/film. f) kelompok keenam; media televisi) kelompok
ketujuh; multi media.
4. Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien. Sehingga strategi pembelajaran mengacu kepada pengertian sebagai
seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan.
Komponen dari strategi pembelajaran itu sendiri antara lain tujuan, bahan pelajaran,
kegiatan belajar mengajar, metode, alat, sumber pelajaran dan evaluasi. Agar tujuan
itu tercapai, semua komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga antar sesama
komponen terjadi kerjasama. Karena itu guru tidak boleh hanya memperhatikan
komponen-komponen tertentu saja, tetapi harus mempertimbangkan komponen secara
keseluruhan.
Jenis jenis strategi pembelajaran :
a) Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE)
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang
guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai
materi pelajaran secara optimal.Strategi pembelajaran ekspositori merupakan
salah satu dari macam-macam pendekatan pembelajaran yang berorientasi
kepada guru. Hal ini dikarenakan guru memegang peranan yang sangat penting
atau dominan dalam strategi ini.
b) Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)
Strategi Pembelajaran Inquiry (SPI) adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawabannya dari suatu masalah yang
ditanyakan.  Proses berpikir ini biasa dilakukan melalui tanya jawab antara
guru dan siswa.Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari
pendekatan yang berorientasi pada siswa. SPI merupakan strategi yang
menekankan kepada pembangunan intelektual anak. Perkembangan mental
(intelektual) itu menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation,
physical experience, social experience dan equilibration.
c) Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)
Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian
aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah
yang dihadapi secara ilmiah.
d) Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan
strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa.
Dalam pembelajaran ini materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada
siswa, akan tetapi siswa dibimbing untuk proses menemukan sendiri konsep
yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus menerus dengan
memanfaatkan pengalaman siswa.Model strategi pembelajaran peningkatan
kemampuan berpikir adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada
pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau
pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajarkan
e) Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.Strategi pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem
pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang
mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku
yang berbeda (heterogen).
f) Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Strategi pembelajaran kontekstual/Contextual teaching and learning
(CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
g) Strategi Pembelajaran Afektif (SPA)
Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi
pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai
(value) yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran seseorang yang
tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batas tertentu, afeksi dapat muncul dalam
kejadian behavioral.Akan tetapi, penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan
yang bisa dipertanggungjawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang
terus menerus, dan hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan.
5. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi Pembelajaran adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis dalam
menetapkan apakah terjadi perubahan pada kenyataan dalam diri seorang siswa. Bisa
juga merupakan proses menggambarkan, memperoleh hingga menyajikan informasi
menilai alternatif keputusan. Evaluasi memiliki tujuan yang berbeda dalam setiap
ujian, sederhanannya evaluasi digunakan untuk memperbaiki sistem. Caranya adalah
dengan memberi penilaian berdasarkan data yang diambil dari sekelompok atau suatu
objek.
Jenis – jenis penilaian pada evaluasi pembelajaran antara lain :
a. Penilaian formatif
Yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh para peserta
didik setelah menyelesaikan program dalam satuan materi pokok suatu bidang
study tertentu
 Fungsi
Untuk memperbaiki proses pembelajaran kearah yang lebih baik dan
efisien atau memperbaiki satuan atau rencana pebelajaran. 
 Tujuan
Untuk mengetahui hingga dimana penguasaan peserta didik tentang
materiyang diajarkan dalam satu rencana atau satuan pelajaran.
 Aspek-aspek yang dinilai
Aspek-aspek yang dinilai pada penailain formatif adalah hasil
kemajuan belajar siswa yang, meliputi pengetahuan, keterampilan,
sikap terhadap materi ajaragama yang di sajikan.
b. Penilaian sumatif 
Yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik yang telah
selesai mengikuti pembelajaran dalam satu semester atau akhir tahun.
 Fungsi
Untuk mengetahui angka atau nilai murid setelah mengikuti program
belajar dalam satu semster. 
 Tujuan
Untuk mengetahui taraf hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik
setelahmelakukan program pembeljaran dalam satu semester, akhir
taun atau akhir program pembelajaran pada suatu unit pendidikan
tertentu.
 Aspek-aspek yang dinilai
Aspek-aspek yang dinali ialah kemajuan hasil belajar meliputi
pengetahuan, keterampilan, sikap dan penguasaan murid tentang materi
pembelajaran yang diberikan.
 Waktu pelaksanaan
Penilaian ini dilaksanakan sebelum peserta didik mengikuti
proses pembelajaran permulaan atau peserta didik tersebut baru akan
mengikuti pendidikandisuatu tingkat tertentu.
c. Penilain penempatan (placement)
Peserta didik untuk kepentingan penempatan di dalam situasi belajar yang
sesuai dengan kondisi peserta didik.
 Fungsi
Untuk mengetahui keadaan peserta didik sepintas lalu termasuk
keadaan seluruh pribadinya, peserta didik tersebut ditempatkan pada
posisinya. Umapamanya peserta didik berbadan kecil jangan
ditempatkan di belakang, tapi sebaiknya di depan agar tidak mengalami
kesulitan dalam PBM.
 Tujuan
Untuk menempatkan peserta didik pada temapatnya yang sebenar-
benarnya, berdasarkan bakat, minat, kemampuan, kesanggupan, serta
keadaan diri peserta didik sehingga peserta didik tidak mengalami
hambatan dalam mengikuti pelajaran atau setiap program bahan yang
disajikan guru.
 Aspek-aspek yang dinilai
Aspek-aspek yang dinilai meliputi keadaan fisik dan psikologi,
bakat,kemampuan, pengetahuan, pegalaman keterampilan, sikap, dan
aspek-aspek lain yangdianggap perlu bagi kepentingan pendidikan
peserta didik selanjutnya. Kemungkinan penilaian ini dapat juga
dilakukan setelah peserta didik mengikuti pelajran selamasatu semester,
satu tahun sesuai dengan maksud lembaga pendidikan yang
bersangkutan.
 Waktu pelaksanaan
Penilaian ini sebaiknya dilaksanakan sebelum peserta didik menduduki
kelas tertentu sewaktu penerimaan murid baru atau setelah naik kelas.
d. Penilaian Diagnostik 
Yaitu penilain yang dilakukan terhadap hasil penganalisisan tentang
keadaan belajar peserta didik baik merupakan kesulitan atau hambatan yang
ditemui dalam proses belajar.
 Fungsi
Untuk mengetahui masalah-masalah yang diderita atau mengganggu
peserta didik, sehingga peserta didik mengalami kesulitan, hambatan,
atau gangguan ketika mengikuti program pembelajaran dalam suatu
bidang study. Kesulitan peserta didik tersebut diusahakan
pemecahannya.
 Tujuan
Untuk membantu kesulitan atau mengatasi hambatan yang dialami
peserta didikwaktu mengikuti kegiatan pembelajaran pada suatu bidang
study atau keseluruhan program pembelajaran.
 Aspek-aspek yang dinilai
Aspek-aspek yang dinilai, termasuk hasil belajar yang diperoleh murid,
latar belakang kehidupannya, serta semua aspek yang berkaitan dengan
kegiattan pembelajaran.
 Waktu pelaksanaan
Pelaksanaan tes diagnostik ini, sesuai dengan keperluan pembinaan dari
suatu lembaga pendidikan, dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan para peserta didiknya.
A. Objek Evaluasi
Objek evaluasi biasa disebut juga dengan sasaran evaluasi. Yaitu segala
sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai menginginkan
informasi tentang sesuatu tersebut.
Unsur-unsur Objek Evaluasi Pembelajaran
1. Input
Calon siswa sebagai pribadi yang utuh, dapat ditinjau dari beberapa segi
yang menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang digunakan sebagai alat
untuk mengukur. Aspek yang bersifat rohani setidak-tidaknya mencakup 4 hal.
a. Kemampuan (Psikomotorik)
Untuk dapat mengikuti program dalam suatu lembaga/sekolah/institusi
maka calon siswa harus memiliki kemampuan yang sepadan. Alat ukur
yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini disebut tes kemampuan
atau attitude test.
b. Kepribadian
Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri manusia dan
menampakkan bentuknya dalam tingkah laku. Dalam hal-hal tertentu,
informasi tentang kepribadian sangat diperlukan. Alat untuk mengetahui
kepribadian seseorang disebut tes kepribadian atau pesonality test.
c. Sikap-sikap
Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai
gejala atau gambaran kepribadian yang memancar keluar. Namun karena
sikap ini merupakan sesuatu yang paling menonjol an sangat dibutuhkan
dalam pergaulan maka banyak orang yang menginginkan informasi khusus
tentangnya.
d. Inteligensi
Untuk mengetahui tingkat inteligensi ini digunakan tes inteligensi yang
sudah banyak diciptakan oleh para ahli. Dalam hal ini yang terkenal adalah
tes buatan Binet dan Simon yang dikenal dengan tes Binet-Simon. Selain
itu ada lagi tes-tes yang lain misalnya SPM, Tintum, dan sebagainya. Dari
hasil tes akan diketahui IQ (Intelligence Quotient) orang tersebut.
2. Transformasi
Unsur-unsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian antara lain:
a. Kurikulum/materi
b. Metode dan cara penilaian
c. Sarana pendidikan/media
d. Sistem administrasi
e. Guru dan personal lainnya
3. Output
Penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk mengetahui seberapa
jauh tingkat pencapaian/prestasi belajar mereka selama mengikuti program.
Alat yang digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut tes pencapaian
atau achievement test.
B. Prinsip prinsip Evaluasi pembajaran
Untuk memperoleh hasil evavluasi yang lebih baik, maka kegiatan evaluasi harus
bertitik tolak dari prinsip-prinsip umum sebagai berikut:
1. Valid
Evaluasi pembelajaran harus dapat memberikan informasi yang akan
dievaluasi. Misalnya, jika yang akan diukur adalah hasil belajar kognitif, maka
teknik dan instrument yang digunakan yang betul-betul cocok untuk mengukur
hasil belajar kognitif tersebut, bukan yang sebenarnya cocok untuk mengukur
hasil belajar psikomotor atau afektif.
2. Mendidik
Evaluasi pembelajaran harus memberi sumbangan positif terhadap pencapaian
belajar peserta didik. Hasil evaluasi bagi peserta didik yang sudah berhasil
lulus hendaknya dinyatakan dan dapat dirasakan sebagai penghargaan,
sedangkan bagi yang kurang berhasil dapat dijadikan sebagai pemicu semangat
belajar.
3. Berorientasi pada kompetensi
Evaluasi pembelajaran harus mengacu kepada rumusan kompetensi-
kompetensi yang telah dirumuskan di dalam kurikulum dan diarahkan untuk
menilai pencapaian kompetensi tersebut.
4. Adil dan objektif
Evaluasi pembelajaraan harus adil terhadap semua peserta didik dan tidak
membedakan latar belakang peserta didik yang tidak berkaitan dengan
pencapaian hasil belajar. Objektivitas penilaian tergantung dan dipengaruhi
oleh faktor-faktor pelaksana, criteria untuk skoring dan pembuatan keputusan
pencapaian hasil belajar.
5. Terbuka
Kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan harus jelas dan terbuka
bagi semua pihak sehingga keputusan tentang keberhasilan peserta didik jelas
bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
6. Berkesinambungan
Evaluasi pembelajaran dilakukan secara berencana, bertahap, dan terus
menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan kemajuan belajar
peserta didik sebagai hasil kegiatan belajarnya.
7. Menyeluruh
Evaluasi terhadap proses dan hasil belajar peserta didik harus dilaksanakan
secara menyeluruh, utuh, dan tuntas yang mencakup seluruh aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik dengan menggunakan teknik dan prosedur yang
komprehensif dengan berbagai bukti hasil belajar peserta didik.
8. Bermakna
Evaluasi pembelajaran hendaknya mudah dipahami, mempunyai arti, berguna,
dan bisa ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
C. Macam-Macam Teknik Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar dapat menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai. Ditinjau dari tekniknya, penilaian dibagi
menjadi dua yaitu tes dan non tes.
1. Teknik Tes
Teknik tes merupakan teknik yang digunakan dengan cara melaksanakan tes
berupa pertanyaan yang harus dijawab, pertanyaan yang harus ditanggapi atau
tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang di tes. Dalam hal tes hasil
belajar yang hendak diukur adalah kemampuan peserta didik dalam menguasai
pelajaran yang disampaikan meliputi aspek pengetahuan dan keterampilan.
Berdasarkan alat pelaksanaannya secara garis besar alat penilaian dengan
teknik tes dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a) Tes Tertulis
Tes tertulis adalah suatu teknik penilaian yang menuntut jawaban secara
tertulis, baik berupa pilihan maupun isian.
b) Tes Lisan
Tes lisan adalah teknik penilaian hasil belajar yang pertanyaan dan
jawabannya atau pernyataannya atau tanggapannya disampaikan dalam
bentuk lisan dan spontan. Tes jenis ini memerlukan daftar pertanyaan dan
pedoman pensekoran.
c) Tes Praktik/Perbuatan
Tes praktik/perbuatan adalah teknik penilaian hasil belajar yang menuntut
peserta didik mendemontrasikan kemahirannya atau menampilkan hasil
belajarnya dalam bentuk unjuk kerja.
2. Teknik Nontes
Teknik nontes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran
terutama mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian. Teknik penilaian
nontes dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a) Pengamatan/observasi
Pengamatan/observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan oleh
pendidik dengan menggunakan indera secara langsung. Observasi
dilakukan dengan cara menggunakan instrumen yang sudah dirancang
sebelumnya.
b) Penugasan
Penilaian dengan penugasan adalah suatu teknik penilaian yang menuntut
peserta didik melakukan kegiatan tertentu di luar kegiatan pembelajaran di
kelas. Penilaian dengan penugasan dapat diberikan dalam bentuk individual
atau kelompok. Penilaian dengan penugasan dapat berupa tugas atau
proyek.
c) Produk
Penilaian produk adalah suatu penilaian terhadap keterampilan
menghasilkan suatu produk dalam waktu tertentu sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan baik dari segi proses maupun hasil akhir.
d) Portofolio
Portofolio merupakan kumpulan karya siswa yang tersusun secara
sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran.
Portofolio digunakan oleh pendidik dan siswa untuk memantau
perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa dalam mata
pelajaran tertentu. Portofolio menggambarkan perkembangan prestasi,
kelebihan dan kekurangan kinerja siswa, seperti kreasi kerja dan karya
siswa lainnya. Adapun bagian-bagian dari portofolio adalah halaman Judul,
daftar isi, dokumen, dokumen portofolio, pengelompokan dokumen,
catatan pendidik dan orangtua.
D. Bentuk Alat Evaluasi Pembelajaran
Secara keseluruhan, teknik dan bentuk evaluasi dapat digambarkan sebagai
berikut:
i. Teknik Tes
1) Tertulis (written test)
Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk
memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang
seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan cepat dan tepat
(Indrakusuma, 1993:21). Bentuk Tes Tulis :
a) Tes Subyektif
Tes subyektif ada dua jenis yaitu :
(i) Tes uraian bentuk bebas atau terbuka
(ii) Tes uraian bentuk terbatas
b) Tes Obyektif
Tes obyektif ada lima macam yaitu :
(i) Bentuk benar salah
Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement). Statement
tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya
bertugas untuk menandai masing-masing pernyataan itu dengan
melingkari huruf B jika pernyataan itu betul menurut pendapatnya
dan melingkari huruf S jika pernyataannya salah.
(ii) Bentuk menjodohkan
Matching test dapat kita ganti dengan istilah mempertandingkan,
mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching test
terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-
masing pertanyaan mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri
jawaban. Tugas murid ialah mencari dan menempatkan jawaban-
jawaban sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaannya.
(iii) Bentuk isian
Completion test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes
menyempurnakan, atau tes melengkapi. Completion test terdiri atas
kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan.
Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh murid ini adalah
merupakan pengertian yang kita minta dari murid.
(iv)Bentuk pilihan ganda
Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau
pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan
untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa
kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Atau Multiple choice
test terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan
jawaban atau alternatif (option). Kemungkinan jawaban (option)
terdiri atas satu jawaban benar yaitu kunci jawaban dan beberapa
pengecoh.
2) Lisan (oral test)
Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan
tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Thoha
(2003:61) menjelaskan bahwa tes ini termasuk kelompok tes verbal, yaitu
tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan. Dari segi persiapan
dan cara bertanya, tes lisan dapat dibedakan menjadi dua yakni:
a) Tes lisan bebas
Yaitu pendidik dalam memberikan soal kepada peserta didik tanpa
menggunakan pedoman yang dipersiapkan secara tertulis.
b) Tes lisan
berpedoman Pendidik menggunakan pedoman tertulis tentang apa yang
akan ditanyakan kepada peserta didik.
3) Perbuatan (performance test)
Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk
lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan
atau penampilan. Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik
melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan hasil akhir yang
dicapainya. Untuk menilai tes perbuatan pada umumnya diperlukan sebuah
format pengamatan, yang bentuknya dibuat sedemikian rupa sehingga tutor
dapat menuliskan angka-angka yang diperolehnya pada tempat yang sudah
disediakan. Bentuk formatnya dapat disesuaikan menurut keperluan. Untuk
tes perbuatan yang sifatnya individual, sebaiknya menggunakan format
pengamatan individual.

Dalam pembelajaran matematika, tes perbuatan bisa berupa memperagakan


apakah suatu bangun datar merupakan jaring-jaring kubus atau bukan,
menggambarkan suatu bangun ruang dan menunjukkan semua bidang
diagonal serta diagonal bidang, membuat lukisan dengan menggunakan
jangka, mistar, dan busur derajat, dan sebagainya.

Misalnya, coba praktekkan bagaimana mencari rumus volume kerucut dari


alat yang disediakan yakni sebuah tabung dan sebuah kerucut yang
ukurannya sama serta pasir.
ii. Teknik Non-Tes
Teknik ini dapat digunakan sebagai suatu kritikan terhadap kelemahan teknik
tes. Dengan teknik ini, maka evaluasi dilakukan dengan tanpa ”menguji”
peserta didik, malainkan dengan observasi, wawancara, dan lain-lain seperti
yang akan dipaparkan di bawah ini.
Teknik Non-tes dibagi menjadi beberapa golongan, antara lain :
a) Pengamatan (Observation)
adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis,
objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi
yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan
tertentu.
b) Wawancara (Interview)
merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non-tes yang dilakukan
melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung
dengan peserta didik.
c) Skala sikap (Attitude Scale/Skala Likert).
Peserta didik tidak hanya disuruh memilih pernyataan-pernyataan positif
saja, tetapi juga pernyataan-pernyataan yang negatif. Tiap item dibagi
menjadi lima skala, yakni SS, S, TT, TS, dan STS.
d) Daftar cek (Check List),
yaitu suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati.
Daftar ini memungkinkan guru sebagai penilai untuk mencatat tiap-tiap
kejadian yang betapapun kecilnya, tetapi dianggap penting.
e) Skala penilaian (Rating Scale).
Dalam daftar cek, penilai hanya dapat mencatat ada tidaknya veriabel
tingkah laku tertentu, sedangkan dalam skala penilaian fenomena-
fenomena yang akan dinilai itu disusun dalam tingkatan-tingkatan tertentu.
f) Angket (Quesioner).
Angket mempunyai kesamaan dengan wawancara, kecuali dalam
implementasinya. Angket dilaksanakan secara tertulis, sedangkan
wawancara dilaksanakan secara lisan.
g) Studi kasus (Case Study)
adalah studi yang mendalam dan komprehensif tentang peserta didik, kelas
atau sekolah yang memiliki kasus tertentu. Misalnya, peserta didik yang
sangat cerdas, sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal atau kesulitan
dalam belajar.
h) Catatan insidental (Anecdotal Records)
adalah catatan-catatan singkat tentang peristiwa-peristiwa sepintas yang
dialami peserta didik secara perseorangan. Catatan ini merupakan
pelengkap dalam rangka penilaian guru terhadap peserta didiknya, terutama
yang berkenaan dengan tingkah laku peserta didiknya.
i) Sosiometri
adalah suatu prosedur untuk merangkum, menyusun, dan sampai bats
tertentu dapat mengkuantifikasi pendapat-pendapat peserta didik tentang
penerimaan teman sebayanya serta hubungan diantara mereka. Teknik ini
merupakan salah satu cara untuk mengetahui kemampuan sosial peserta
didik. Langkah-langkahnya yaitu memberikan petunjuk atau pertanyaan,
mengumpulkan jawaban yang sejujurnya dari semua peserta didik,
jawaban-jawaban tersebut dimasukkan ke dalam tabel.
j) Inventori
kepribadian, jenis non-tes ini hampir serupa dengan tes kepribadian.
Bedanya, pada inventori, jawaban peserta didik tidak memakai kriteria
benar salah. Semua jawaban peserta didik adalah benar selama dia
menyatakan yang sesungguhnya. Walaupun demikian, dipergunakan pula
skala-skala tertentu untuk kuantifikasi jawaban sehingga dapat
dibandingkan dengan kelompoknya.
k) Teknik pemberian penghargaan kepada peserta didik.
Kegiatan evaluasi bukan hanya dilakukan pada dimensi hasil, tetapi juga
pada dimensi proses. Salah satu bentuk penilaian proses adalah pemberian
penghargaan (reward).
E. Langkah Pengembangan Evaluasi Pembelajaran
Seorang evaluator dalam melakukan kegiatan evaluasi harus mengikuti langkah-
langkah yang digariskan. Tujuannya adalah agar evaluasi yang diberikan sesuai
dengan kebutuhan, sistematis, efisien dan dapat dipertanggung jawabkan.
Dalam melakukan pengembangan evaluasi, hal-hal yang patut diperhatikan adalah
sebagai berikut:
1) Analisis Kebutuhan.
Adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk mengidentifikasi
kebutuhan dan menentukan skala prioritas pemecahannya. Analisis kebutuhan
merupakan bagian integral dari sistem pembelajaran secara keseluruhan, yang
dapat digunakan untuk menyelesaiakan masalah-masalah pembelajaran.
langkah-langkah yang dilakukan adalah mengindentifikasi dan mengklarifikasi
masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, analisa data dan
kesimpulan.
2) Menentukan Tujuan Penilaian.
Tujuan penilaian merupakan dasar untuk menentukan arah, ruang lingkup
materi, jenis/model dan karakter alat penilaian. Ada empat kemungkinan
tujuan penilain : (1) penilaian formatif, yaitu untuk memperbaiki kinerja atau
proses pembelajaran; (2) penialian sumatif, yaitu untuk menentukan
keberhasilan peserta didik; (3) penialian diagnostik, yaitu untuk
mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran; (4)
penilaian penempatan, yaitu untuk menempatkan posisi peserta didik sesuai
dengan kemampuannya.
3) Mengidentifikasi Kompetensi dan Hasil Belajar.
Bertujuan untuk mengidentifikasi kompetensi yang akan diuji sesuai dengan
standar kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator yang terbagi
dalam tiga domain (1) domain kognitif meliputi: pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sisnteis dan evaluasi; (2) domain afektif meliputi:
penerimaan, respons, penilaian, organisasi, kakaterisasi; (3) domaian
psikomotor meliputi: persepsi, kesiapan melakukan pekerjaan, respon
terbimbing, kemahiran, adaptasi dan orijinasi
4) Menyusun Kisi-Kisi.
Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item
untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan jenjang kemampuan
tertentu yang berfungsi sebagai pedoman untuk menulis soal atau merakit soal
menjadi perangkat tes. Kisi-kisi yang baik akan memperoleh perangkat soal
yang relatif sama sekalipun penulis soalnya berbeda.

Kisi-kisi penting dalam perencanaan penilaian hasil belajar karena di dalamnya


terdapat sejumlah indikator sebagai acuan dalam mengembangkan instrumen
(soal) dengan persyaratan (1) representatif, yaitu harus betul-betul mewakili isi
kurikulum sebagai sampel perilaku yang akan di nilai; (2) komponen-
komponennya harus terurai/terperinci, jelas, dan mudah dipahami; (3) soalnya
dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang diterapkan.

Manfaat dari indikator dalam kisi-kisi adalah (1) dapat memilih materi,
metode, media dan sumber belajar yang tepat, sesuai dengan kompetensi yang
telah di tetapkan; (2) sebagai pedoman dan pegangan untuk menyusun soal
atau isntrumen penilaian lain yang tepat, sesuai dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang telah di tetapkan.
5) Mengembangkan Draft.
Draft instrumen merupakan penjabaran indikator menjadi pertanyaan-
pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan pedoman kisi-kisi. Setiap
pertanyaan harus jelas dan terfokus serta menggunakan bahasa yang efektif,
baik bentuk pertanyaan maupun bentuk jawabannya. Kualitas butir soal akan
menentukan kualitas tes secara keseluruhan. Dengan prosedur soal yang
disusun ditelaah oleh tim ahli yang terdiri dari ahli bahasa, ahli bidang studi,
ahli kurikulum dan ahli evaluasi. Untuk draft dalam bentuk non-tes dapat
dibuat dalam bentuk angket, pedoman observasi, pedoman wawancara, studi
dokumentasi, skala sikap, penilaian bakat, minat dan sebagainya.
6) Uji Coba dan Analisis Soal.
Bertujuan untuk mengetahui soal-soal mana yang perlu diubah, diperbaiki,
bahkan dibuang sama sekali, serta soal mana yang baik untuk diperguankan
selanjutnya. Soal yang baik adalah soal yang sudah mengalami beberapa kali
uji coba dan revisi yang didasarkan atas: (1) analisis empiris, yang
dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan setiap soal yang
digunakan. Informasi empiris pada umumnya menyangkut segala hal yang
dapat memengaruhi validitas soal meliputi: aspek-aspek keterbacaan soal,
tingkat kesukaran soal, bentuk jawaban, daya pembeda soal, pengaruh kultur,
dan sebagainya; (2) analisis rasional, yang dimaksudkan untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahan setiap soal. Kedua analisis tersebut dilakukan pula
terhadap instrumen evaluasi dalam bentuk nontes.
7) Revisi dan Merakit Soal (Instrumen Baru).
Soal yang sudah di uji coba dan di analisis, direvisi kembali sesuai dengan
proporsi tingkat kesukaran soal dan daya pembeda. Dengan demikian, ada soal
yang masih dapat diperbaiki dari segi bahasa, atau direvisi total, baik
menyangkut pokok soal (stem) maupun alternatif jawaban (option) yang
kemudian dilakukan perakitan soal menjadi suatu instrumen yang terpadu
dengan memperhatikan validitas skor tes, nomor urut soal, pengelompokkan
bentuk soal, penataan soal dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai