Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, dan secara lebih operasional UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam UU ini di sebutkan secara jelas dan eksplisit kualifikasi pendidik, yaitu guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur dan fasilitator (Pasal 1 Butir 6 UU No.20/2003). Pada satuan pendidikan dasar dan menengah (sekolah/ madrasah) berkinerja pendidik yang disebut guru, guru BK atau konselor (sesuai dengan penyebutan yang ada secara eksplisit pada PP No. 74/ 2008 tentang Guru). Yang dimaksud guru BK di sini adalah pendidik yang berstatus guru yang ditugaskan menyelenggarakan pelayanan Bimbingan dan Konseling (BK), sedangkan Konselor adalah pendidik yang sudah menyandang gelar profesi Konselor, yaitu gelar yang diperoleh setamat dari Pendidikan Profesi Konselor (PPK) yang selama ini telah terselenggara di sejumlah LPTK. Dalam hal ini, di sejumlah sekolah/ madrasah di Indonesia telah bertugas pendidik yang bergelar Konselor. Dengan demikian kurikulum yang dikembangkan perlu mengefektifkan tenaga pendidik tersebut di sekolah/ madrasah (yaitu guru, guru BK atau Konselor). Hal ini telah dengan sangat bijak dikemukakan pada PP No. 74/ 2008 tentang Guru yang sekaligus mencantumkan keberadaan guru, guru BK atau Konselor. Guru BK secara eksplisit dicantumkan karena kondisi sekarang memang jumlah Konselor (tamatan program PPK) belum memadai, sehingga untuk penyelenggara BK masih kebanyakan ditugaskan kepada guru (yang selanjutnya disebut guru BK). Keberadaan Konselor disebutkan secara eksplisit dalam PP tersebut mengacu kepada kondisi ke depan sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 20/ 2003 yaitu bahwa pendidik profesional penyelenggara pelayanan BK adalah Konselor. Sesuai dengan landasan operasional dan amanat UU serta PP di atas jelaslah bahwa pelayanan BK seharusnyalah diselenggarakan di sekolah/ madrasah seiring dengan diberlakukannya kurikulum pada satuan pendidikan tersebut. Dalam hal ini penyelenggara BK untuk sementara ini sebagian terbesar oleh guru BK, sedangkan ke depan oleh Konselor yang mana sebagian dari mereka memang telah bertugas pada satuan-satuan pendidikan yang dimaksud. Dalam kaitannya dengan pengembangan Kurikulum 2013 yang direncanakan akan segera diberlakukan, pelayanan BK yang dimaksud akan memperkuat kurikulum baru itu; oleh karenanya keberadaan pelayanan BK tersebut perlu mendapat tempat dan arahan operasional yang eksplisit jelas dan terukur. Hal ini semua diperlukan untuk menyukseskan kurikulum baru yang dimaksud dalam pengembangan potensi peserta didik secara optimal, sesuai dengan fokus pengembangan upaya pendidikan yaitu dikuasainya oleh peserta didik kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan yang berguna bagi peserta didik, masyarakat, bangsa dan Negara (Pasal 1 Butir 1 UU No. 20/2003) B. PELAKSANAAN LAYANAN PEMINATAN DI SATUAN PENDIDIKAN 1. Di SD/MI/SDLB peserta didik diarahkan untuk memahami bahwa pendidikan di SD/MI/SDLB merupakan pendidikan wajib yang harus dikuti oleh seluruh warga negara Indonesia dan setamatnya dari SD/MI/SDLB harus dilanjutkan ke studi di SMP/MTs/SMPLB, dan oleh karenanya peserta didik perlu belajar dengan sungguh- sungguh. 2. Di SMP/MTs/SMPLB peserta didik diarahkan untuk memahami dan mempersiapkan diri bahwa: a. Semua warga negara Indonesia wajib mengikuti pelajaran di sekolah sampai dengan jenjang SMP/MTs/SMPLB dalam rangka Wajib Belajar 9 Tahun. b. Peserta didik SMP/MTs/SMPLB perlu memahami berbagai jenis pekerjaan/ karir dan mulai mengarahkan diri untuk pekerjaan/karir tertentu. c. Setamat dari SMP/MTs/SMPLB peserta didik dapat melanjutkan pelajaran ke SMA/MA/SMALB atau SMK/MAK, untuk selanjutnya kalau sudah tamat nanti dapat bekerja atau melanjutkan pelajaran ke perguruan tinggi. 3. Di SMA/MA/SMALB peserta didik diarahkan untuk memahami dan mempersiapkan diri bahwa : a. Pendidikan di SMA/MA/SMALB merupa-kan pendidikan untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri di masyarakat. b. Kemandirian tersebut pada nomor poin pertama yang didasarkan pada kematangan pemenuhan potensi dasar, bakat, minat, dan keterampilan pekerjaan/karir. c. Kurikulum SMA/MA/SMALB memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk memilih dan mendalami mata pelajaran tertentu sesuai dengan kecenderungan dasar bakat, dan minat peserta didik, khususnya peminatan akademik. d. Setamat dari SMA/MA/SMALB peserta didik dapat bekerja di bidang tertentu yang masih memerlukan persiapan/pelatihan, atau melanjutkan pelajaran ke perguruan tinggi dengan memasuki program studi sesuai dengan pilihan/pendalaman mata pelajaran sewaktu di SMA/MA/SMALB.
4. Di SMK/MAK peserta didik diarahkan untuk memahami dan mempersiapkan diri
bahwa: a. Pendidikan di SMK/MAK merupakan pendidikan untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri di masyarakat. b. Kemandirian tersebut pada nomor (1) didasarkan pada kematangan pemenuhan potensi dasar, bakat, minat, dan keterampilan pekerjaan/karir. c. Kurikulum SMK/MAK memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk memilih dan mendalami mata pelajaran tertentu sesuai dengan kecenderungan dasar bakat, dan minat sisw, khususnya berkenaan dengan peminatan vokasional. d. Setamat dari SMK/MAK peserta didik dapat bekerja di bidang tertentu sesuai dengan bidang pekerjaan/kejuruan yang telah dipelajarinya di SMK/MAK, atau melanjutkan pelajaran ke perguruan tinggi dengan memasuki program studi sesuai dengan pilihan peminatan/ pendalaman mata pelajaran sewaktu di SMK/MAK.