Anda di halaman 1dari 3

Nama : Aris Widianto

NIM : 180967
Prodi : Manajemen Pendidikan Islam
Semester : IV (Empat)
Jam Kuliah : 10.00-11.30

1. Sebelum membahas lebih jauh, kita perlu mengetahui bersama


bahwasanya sebelum pembelajaran daring dilaksanakan, ketiga aspek yakni
afektif, kognitif dan psikomotorik baik di pendidikan dasar dan menengah,
dalam kenyataan nya guru hanya bisa memberikan aspek kognitif, belum
menyentuh kepada aspek afektif dan psikomotorik. Hal ini dikarenakan
keterbatasan jam pendidikan agama islam di sekolah umum. Akibat yang
muncul sebab guru hanya bisa memberikan pendidikan agama islam hanya
menyentuh kepada aspek kognitif, banyak siswa yang pintar namun kurang
dalam akhlak atau perilakunya dan keterampilannya. Namun, karena
pembelajaran pendidikan agama islam dilakukan secara tatap muka langsung,
maka guru dalam hal ini dapat mempunyai alternatif atau cara yang dapat
digunakan yaitu dengan pembelajaran tambahan ekstrakurikuler. Sama halnya
dengan di madrasah atau sekolah islam masih banyak ditemukan siswa yang
gagal dalam akhlak atau perilakunya dan keterampilannya. Padahal jam
pelajaran pendidikan islam di madrasah dan sekolah islam bisa dikatakan sudah
lebih dari cukup untuk bisa menerima ketiga aspek tersebut. Namun, kenyataan
aslinya berdasarkan kejadian di lapangan, hal ini belum terlihat berhasil
pendidikan islam dalam mengintegrasikan antara aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik di madrasah ataupun sekolah. Masih banyak siswa madrasah atau
sekolah islam yang bolos atau cabut sekolah, melawan guru, merokok, dan lain
sebagainya. Ini sedikit gambaran mengenai pembelajaran pendidikan islam
yang dilakukan secara tatap muka langsung.
Adapun pembelajaran daring terkait dengan bagaimana cara mengelola
pendidikan islam agar terintegrasi antara ketiga aspek yakni afektif, kognitif
dan psikomotorik, mungkin bisa namun pastinya banyak kendala atau kesulitan
yang dihadapi oleh guru. Kenapa ? karena mengelola pendidikan islam yang
dilaksanakan secara tatap muka langsung saja, guru belum bisa menyentuh
kepada aspek afektif dan psikomotorik. Apalagi kalau pembelajarannya
dilakukan secara daring. Namun, masih ada cara yang mungkin bisa diterapkan
oleh guru setidaknya hal ini dapat mengintegrasikan antara kognitif, afektif dan
psikomotorik. Apa itu? perlunya kerjasama yang baik antara kepala sekolah
dengan guru-guru dan orangtua siswa dalam memantau anak-anaknya melalui
pembelajaran daring ini. Jadi cara untuk mengelola pendidikan islam yang
pertama adalah menyangkut aspek kognitif. Dalam hal ini guru dapat
memberikan sebuah materi mengenai pendidikan islam yang dapat dikirim ke
aplikasi misalnya whatsapp, setelah itu guru setidaknya menjelaskan melalui
voice note. Hal itu dilakukan agar siswa dapat menghafal, memahami dan
memiliki pengetahuan tentang materi yang telah diberikan dan dijelaskan oleh
gurunya. Cara ini bisa dikatakan cukup untuk guru memberikan aspek kognitif
atau pengetahuan kepada siswanya dalam pembelajaran daring dirumah.
Lantas, Aspek afektif bagaimana caranya? guru perlu bekerja sama dengan
orangtua anak mengenai pembelajaran daring anaknya dirumah. Jadi orangtua
dirumah setidaknya memantau bagaimana hasil pembelajaran yang dilakukan
oleh anak-anaknya dirumah dan memberi tahu hasilnya kepada guru. Apakah

1
anaknya membaca materi yang telah diberikan oleh gurunya, apakah anaknya
mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya dan sebagainya. Sikap atau
perilaku anak inilah yang menjadi indikator aspek afektif dalam sistem
pembelajaran daring dirumah. Atau guru juga bisa menggunakan aplikasi
seperti zoom cloud meeting, guru memberikan contoh-contoh yang baik
seperti, dalam memulai pembelajaran mengucapkan salam terlebih dahulu,
mengabsen siswa, menanya kabar siswa baru kemudian menerangkan materi
pelajaran lewat aplikasi zoom cloud meeting. Dalam hal ini ketika guru
menyampaikan materi, guru dapat memperhatikan bagaimana sikap dan
perilaku siswa selama pembelajaran daring dilaksanakan. Guru dalam
menjelaskan materi menggunakan kata-kata yang baik karna akan diperhatikan
langsung oleh siswanya.
Aspek psikomotorik merupakan aspek yang berkaitan dengan
keterampilan siswa. lalu bagaimana dengan aspek psikomotorik ? dalam hal ini
guru perlu memberikan materi yang memang siswa dapat keterampilan dan
mempraktekan secara langsung. Misalnya, dengan menggunakan aplikasi zoom
cloud meeting, guru menyuruh siswa untuk membaca Al-Quran atau praktek
sholat. Nah dari situ guru dapat melihat apakah bacaan Al-Qur’an dan
sholatnya benar. Jadi dari situ guru dapat melihat siswa dalam aspek
psikomotoriknya. Atau ketika guru selesai menyampaikan materi lewat aplikasi
zoom cloud meeting atau whatsapp, siswa menanyakan manakah materi yang
tidak ia pahami. Dari hal menanyakan materi pelajaran itu, sudah masuk dalam
indikator aspek psikomotorik. Atau bisa juga dengan memberi tugas kemudian
memvideokan dirinya sendiri dan dikirim ke guru. Itu juga termasuk aspek
psikomotorik.

2. Pembelajaran pendidikan agama islam melalui sistem daring sebenarnya


kurang efisien, karena pembelajaran pendidikan agama islam sejatinya perlu
yang namanya pembelajaran secara tatap muka agar guru dapat menyampaikan
dan memberikan materi pelajaran yang menyangkut kepada aspek afektif,
kognitif dan psikomotorik secara lebih jelas. Ada sebuah ungkapan yaitu
“metode itu lebih penting dari materi” dan “pendidik lebih penting dari
metode” dan “ruh pendidik itu lebih penting dari pendidik itu sendiri”.
Ungkapan “metode itu lebih penting dari materi” saya sangat setuju karena
memang benar jika ada sebuah materi yang harus disampaikan, sedangkan
seorang pendidik tidak mempunyai metode untuk menyampaikannya, maka
materi tersebut tidak akan tersampaikan dengan baik. Kemudian “pendidik
lebih penting dari metode”, ungkapan ini benar sekali karena pendidik adalah
orang yang menyampaikan ilmu yang akan dibutuhkan oleh siswa, dan berjalan
atau tidaknya proses pembelajaran juga tergantung pendidik. Jadi metode
memang penting dan harus dikuasai oleh pendidik tetapi pendidik lebih penting
dari metode karena tanpa adanya pendidik proses pembelajaran tidak akan
berjalan. Kemudian “jiwa seorang pendidik lebih penting daripada seorang
pendidik”. Nah, jiwa seorang pendidik memang sangat penting sekali, karena
seorang pendidik jika tidak memiliki jiwa seorang pendidik maka tidak akan
semangat dalam melakukan pembelajaran dan tidak melakukan tanggung
jawabnya dengan baik. Seorang pendidik jika sudah memiliki jiwa seorang
pendidik tentunya pendidik akan tau dimana tanggung jawabnya dan apa yang
harus dilakukannya. Jadi yang paling penting dari pembelajaran pendidikan

2
agama islam adalah ruh/jiwa pendidik itu sendiri, keikhlasannya,
keprofesionalitasnya dan lain-lain.
Pertanyaannya sekarang adalah apakah bisa pembelajaran daring ini
menggantikan peran atau ruh seorang pendidik? karena ruh ini bisa didapat
melalui interaksi antara pendidik dan peserta didik. Salah satu kenapa rasul
sangat berhasil dalam menyampaikan ilmu ke para sahabat adalah
pembelajaran rasul dilakukan secara langsung face to face, yang dulu dikenal
dengan sistem halaqoh. Jadi, walaupun pembelajaran pendidikan islam ini
dilakukan secara daring tetap saja tidak seefektif dengan kegiatan pembelajaran
yang dilakukan secara tatap muka.
Pembelajaran pendidikan agama islam sistem daring tentunya akan
merubah semua, baik dari cara belajar siswa ataupun metodologi guru dalam
mengajar. Pembelajaran pendidikan agama islam sistem daring adalah sebuah
tantangan bagi guru terkait bagaimana guru mampu menyampaikan materi
pelajaran pendidikan agama islam dengan baik dan benar-benar tersampaikan
kepada siswa. Maka dari itu, metodologi yang perlu dilakukan guru disini
adalah menjelaskan materi secara baik dan jelas bisa melalui voice note dan
aplikasi lainnya. Yang paling penting dari pembelajaran pendidikan agama
islam sistem daring ini adalah guru menjelaskan dulu materinya kepada siswa
agar benar-benar sampai dan usahakan materi pelajarannya itu sudah
terintegrasi langsung kepada aspek afektif, kognitif dan psikomotorik.
Bagaimana guru menanamkan nilai-nilai agama dalam pelajaran pendidikan
islam, sehingga dapat merubah siswa menjadi orang yang lebih baik lagi,
beriman dan bertaqwa dan berakhlak mulia. Selama ini pembelajaran
pendidikan agama islam hanya sekedar mentransferkan ilmu saja, namun
belum bisa merubah sikap siswa menjadi orang yang berkepribadian muslim.
Hal inilah yang akan menjadi tantangan bagi seorang guru dalam
menyampaikan ilmunya dalam pembelajaran sistem daring yang tentunya guru
harus memikirkan strategi atau cara apa yang dapat dilakukan agar
pembelajaran pendidikan agama islam dapat menyentuh kepada ketiga aspek
yakni aspek afektif, kognitif dan psikomotorik.

Anda mungkin juga menyukai