Anda di halaman 1dari 10

LTM 6 - ANSIETAS

Nama : Rifa Zakiyah A

NPM : 1706026065

Kelas : Obat Gangguan Saraf - A

Kasus

Seorang laki-laki (22 tahun) bercerita mengenai keadaan dirinya. Sejak 3 tahun yang lalu, dia
selalu merasa khawatir terhadap sesuatu yang bagi orang lain mungkin merupakan hal yang
sepele. Khawatir terhadap orang tuanya ketika dia sedang bepergian. Khawatir terhadap
kesehatannya ketika rasa nyeri muncul meskipun hanya migrain. Khawatir terhadap kuliahnya
ketika masa pembayaran uang kuliah kan tiba. Setiap kali merasa khawatir, laki-laki tersebut
selalu merasakan nyeri dada, perih di lambung, berkeringat dingin, denyut nadi meningkat,
bahkan sulit bernapas.

1. Apa yang terjadi pada laki-laki di atas secara klinis?

Ansietas dapat menghasilkan kondisi fisiologis yang tidak nyaman dan


melemah (khawatir atau merasa terancam), serta gairah fisiologis (takikardia atau nafas
pendek) jika berlebih. Beberapa individu juga mengalami simtom ansietas parah dan
ketakutan irasional yang secara signifikan mengganggu fungsi normal sehari-hari.
Individu dengan gangguan anisetas biasanya mengalami gangguan kardiovaskular,
serebrovaskular, gastrointestinal, dan respiratori dengan kemungkinan yang lebih tinggi
dibandingkan individu normal.
Berdasarkan kasus di atas, laki-laki tersebut secara klinis mengalami ansietas.
Simtom yang terjadi pada laki-laki tersebut menunjukkan gangguan ansietas, seperti
rasa khawatir berlebih. Laki-laki tersebut mengalami kondisi fisiologis yang tidak
nyaman dan melemah. Dilihat dari kondisi medis, laki-laki tersebut nyeri neurologik
yang ditandai dengan nyeri yang tidak dapat dikontrol pada saat migrain. Laki-laki
tersebut juga mengalami gangguan kardiovaskular (nyeri dada), gangguan sistem
pernafasan (sulit bernafas), dan simtom lainnya berkaitan dengan ansietas.

Berdasarkan tabel tersebut, laki-laki tersebut mengalami generalized anxiety


disorder (GAD) yang ditunjukkan dengan rasa cemas dan panic attack yang ditunjukkan
dengan nyeri dada, sakit kepala, berkeringat, sulit bernafas, dan denyut nadi meningkat.

2. Apakah kondisi di atas merupakan depresi?

Bukan, kondisi tersebut bukan merupakan depresi. Kondisi tersebut merupakan


kondis dari gangguan kecemasan. Namun, gangguan kecemasan dapat menyebabkan
terjadi depresi jika gangguan tersebut sudah parah sekali.

3. Mengapa hal itu bisa terjadi?

Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa factor, antara lain:

 Perkembangan kepribadian
→ Pendidikan non formal yang diberikan oleh lingkungan terdekat
dapat mempengaruhi kepribadian seseorang
→ Tipe kepribadian seseorang dapat mempengaruhi respons cemasnya
terhadap sesuatu
 Tingkat kedewasaan
→ Perkembangan seksual banyak menimbulkan kecemasan pada
remaja
→ Ancaman terhadap konsep diri banyak menimbulkan kecemasan
pada orang dewasa
→ Kehilangan fungsi tubuh dapat menimbulkan kecemasan pada lansia
 Tingkat pengetahuan
→ Semakin tinggi tingkat pengetahuan, maka seseorang memiliki
solusi yang lebih adaptif terhadap kecemasannya

4. Bagaimana menjelaskannya secara patofisiologi?

Patofisiologi dari anxietas berkaitan dengan beberapa bagian di otak dan fungsi
abnormal dari beberapa sistem neurotransmitter yaitu Norepinefrin (NE), gamma
aminobutyric acid (GABA), serotonin (5-HT), corticotrophin-releasing factor (CRF),
dan cholesystokinin. Yang paling utama yaitu NE, GABA dan 5-HT.

Area di otak yang merupakan kunci dari terjadinya rasa takut dan rasa cemas (anxietas)
yaitu:

a. Amygdala, yang merupakan bagian yang terletak di lobus temporal, memiliki


peran penting dalam stimulus rasa takut dan respons untuk rasa takut.
b. Locus Cereleus (LC), yang terdapat pada batang otak, tempat utama
Norepinefrin (NE).
c. Hippocampus, yang merupakan bagian yang terletak di lobus temporal, yang
berperan dalam mengingat memori traumatic dan rasa takut kontekstual.
d. Hipotalamus, merupakan tempat utama neuroendokrin dan respons otonom
untuk ancaman.

Model noradrenergic

Pada penderita anxiety disorder, pada mulanya terjadi overaktivitas noradrenergik (di
lokus seruleus)  manifestasi gejala kecemasan) dan penurunan regulasi α2-
adrenoreseptor yang akan menyebabkan meningkatnya secara berlebihan sintesis
norepinefrin (noradrenalin). Sintesis norepinefrin yang berlebihan akan menyebabkan
peningkatan denyut jantung, tekanan darah dan respirasi, parestisia(kesemutan), mati
rasa, sesak di dada. Selain itu, sintesis norepinefrin yang berlebihan akan menyebabkan
terjadinya feedback negatif yaitu peningkatan regulasi α2-adrenoreseptor sehingga
terjadi penurunan NE (disregulasi). Penurunan NE menyebabkan terjadinya anxietas.

Model serotonergic

Neuron serotonergik terlibat dalam perubahan nafsu makan, energi, tidur, suasana hati
dan juga fungsi kognitif dalam kecemasan. Ketakutan dan stres akan mengaktifkan jalur
serotonergik (amygdala, hipotalamus, dan hippocampus).

Gejala yang terjadipada pasien GAD (Generalized Anxiety Disorder) yaitu transmisi 5-
HT yang berlebihan atau terlalu banyak aktivitas (overactivity) stimulasi di jalur 5-HT
sehingga terjadi feedback negatif yang menyebabkan turunnya 5-HT.

Reseptor 5-HT yang diduga memainkan peran yang sangat penting dalam kecemasan
yaitu reseptor 5-HT1A.Reseptor5-HT1A adalah auto-reseptor pada neuron presinaptik
(Raphe nuclei cortex) yang ketika dirangsang menghambat pelepasan 5-HT (feedback
negative 5- HT) dari neuron presinaptik ke sinaps. Stres jangka panjang menurunkan
kepekaan reseptor 5-HT1A.

Patofisiologi GAD yaitu mula-mula jumlah 5-HT tinggi sehingga menyebabkan gejala
anxietas yaitu keringat dingin, kenaikan denyut jantung, dan masalah pernapasan.
Tingginya jumlah 5-HT menyebabkan aktivasi reseptor 5-HT 1a secaraberlebihan
sehingga menyebabkan feedback negatif sekresi 5-HT yang mengakibatkan jumlah 5-
HT turun (disregulasi)

Model Reseptor GABA


Gejala kecemasan terkait dengan sistem GABA yaitu terjadi penurunan kadar GABA
pada pasien anxietas. Reseptor yang berhubungan dengan kecemasan yaitu reseptor
GABA A.

Obat neuroactive, terutama benzodiazepin, barbiturat, etanol, steroid anastetik, dan


anestetik volatile dapatmeningkatkan efektivitas reseptor GABA A. Berdasarkan
penelitian, pada pasien GAD,pengikatan antara benzodiazepin dan GABA A pada lobus
temporal kiri berkurang.

Model Corticotropin Releasing Factor

Corticotropin-releasing factor (CRF) merupakan neurotransmiter dalam sistem saraf


pusat (SSP) yang bertindak sebagai mediator respon stres otonom, perilaku, kekebalan,
dan endokrin.Gama-Aminobutyric acid (GABA) menghambat pelepasan CRF.

Pada beberapa pasien gangguan kecemasan ditemukan beberapa kelainan pada aksis
hipotalamus-pituitari-adrenal dan fungsi saraf pusat corticotropin releasing factor
(CRF). Penyebabnya yaitu jumlah GABA pada pasien anxietas rendah sehingga CRF
diproduksi berlebihan karna tidak ada GABA yang menghambatnya. Hal ini
mengakibatkan respon stress/anxiety behaviorkarna CRF merupakan mediator respon
stress otonom.

5. Apa yang dapat diberikan untuk mengatasi kekhawatirannya?

Golongan Obat :

→ Serotonin Selective Reuptake Inhibitor (SSRI)


Contoh : Citalopram, Escitalopram Fluoxetine, Paroxetine, dan Sertraline
→ Serotonin-Norepinephrine Reuptake Inhibitors (SNERI)
Contoh : Desvenlafaxine, Duloxetine, Levomilnacripan, dan Venlafaxine
→ Benzodiazepines
Contoh : Alprazolam, Clonazepam, Diazepam dan Lorazepam.
→ Tricyclic Antidepressants (TCAs)
Contoh : Amytriptyline, Clomipramine, Doxepin, Imipramine, Desipramine,
dan Nortriptyline.
→ Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOI)
Contoh : Isocarboxazid, Phenelzine, Selegiline dan Tranylcypromine
→ Buspirone (mild tranquilizers)
→ Beta Blockers
Contoh : Propanolol dan Atenolol.

Ansietas akut memperlukan pengobatan menggunakan benzodiazepine.


Sementara itu, ansietas akut membutuhkan psikoterapi, farmakoterapi atau kombinasi
keduanya dengan menggunakan golongan – golongan obat yang telah disebutkan.

6. Bagaimana mekanisme obat-obat yang dapat digunakan untuk terapi pasien di


atas jika dikaitkan dengan patofisiologinya? Sebutkan contoh obatnya!

→ Serotonin-Norepinephrine Reuptake Inhibitors (SNERI)


Obat golongan ini dapat meningkatkan serotonergic dan noradrenergic
neurotransmitter dengan mekanisme kerja inhibisi dari SERT dan NET. Inhibisi
dari SERT menginduksi aktivasi dari 5-HT1A dan 5-HT1D autoreseptor.
Sehingga terjadi penurunan serotonergic neurotrasnmitter kemudian terjadi
mekanisme negative feedback sampai autoreseptor tersebut peka dan
peningkatan serotonin di sinaps dapat berinteraksi dengan 5-HT reseptor di
postsinaps.

SNERI hampir memiliki kemampuan aktivitas yang sama dengan SSRI


sehingga dapat digunakan sebagai lini pertama terapi untuk GAD.

→ Serotonin Selective Reuptake Inhibitor (SSRI)


Secara langsung memblok SERT dalam reuptake serotonin sehingga
menghasilkan efek serotonergic. Kadar serotonin di sinaps akan meningkat dan
mengaktivasi reseptor 5-HT pada postsinaps. SSRI digunakan sebagai terapi lini
pertama untuk segala jenis ansietas.

→ Benzodiazepines
Benzodiazepine merupakan non-selektif dari reseptor GABA-A.
Benzodiazepine mengikat site allosetriknya sehingga mengfasilitasi kerja dari
GABA. Akibatnya benzodiazepine memiliki efek dalam memperpanjang durasi
dari terbukan kanal ion Cl-. Sehingga terjadi hiperpolarisasi membran.
Hiperporalisasi membran menyebabkan efek depresan di sistem saraf pusat.
Benzodiazepine digunakan untuk terapi jangka pendek karena efektif
dalam menimbulkan rasa relaksasi. Dalam pengunaan jangka panjang
dibutuhkan peningkatan dosis untuk mencapai efek sama yang diinginkan
dimana dapat menyebabkan toleransi pengunaan benzodiazepine.

→ Tricyclic Antidepressants (TCAs)


TCAs memiliki mekanisme kerja di berbagai reseptor antara lain H1, 5-
HT¬2, α1 dan muskarinik. Amoxapine merupakan golongan obat TCAs yang
memiliki mekanisme kerja yang sedikit berbeda yaitu berada di dopaminergic
receptor. TCAs memiliki fungsi untuk memperlama neurotransmitter seperti
serotonin dan norepinephrine lebih lama berada dengan reseptornya dengan
menghambat reuptake pada terminal saraf prasinaptik.

→ Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOI)


Menghambat monoamine oksidase yaitu MAO-A dan MAO-B secara
irreversible yang terletak di mitokondria. Berfungsi untuk mengurangi laju
metabolisme dari monoamin, serotonin dan norepinephrine. MAOI memiliki
efek samping yang lebih tinggi dibandingkan dengan obat lain karena
pengunaanya dapat menyebabkan terjadinya serotonin sindrom.
→ Buspirone (mild tranquilizers)
Merupakan obat dengan mekanisme agonis parsial selektif dari reseptor
serotonin 1A sehingga menurunkan aktivitas serotonergic secara parsial.
Buspirone digunakan dalam terapi pengobatan GAD dan memiliki efek sedasi
yang lebih kecil dibanding obat golongan lain serta tidak menimbulkan rasa
kecanduan.
→ Beta Blockers
Beta blockers dapat digunakan untuk mengobati gejala – gejala yang
ditimbulkan akibat ansietas yang terjadi terus menerus. Gejala yang dapat
diobati dengan beta blockers seperti ketegangan, peningkatan tekanan jantung,
tremor dan rasa pusing. Beta blocker efektif untuk pengobatan keadaan ansietas
akibat phobia.
7. Jelaskan apa yang menjadi perhatian dalam penggunaan obat-obatan di atas!

Antidepresan
 Venlafaxine: mual, hasrat mengantuk, dan mulut kering
 Paroxetine: hasrat mengantuk, mual, ejakulasi abnormal, mulut kering,
penurunan libido, dan asthenia
 Escitalopram: mual, insomnia, kelelahan, penurunan libido, gangguan ejakulasi
 TCA perlu dibatasi dengan keadaan tertentu (sedasi, hipotensi, efek
antikolinergik, dan peningkatan berat badan) pada beberapa pasien dan risiko
toksisitas pada overdosis.
Benzodiazepine
 Depresi CNS
 Gangguan memori dan pengingatan kembali
 Benzodiazepin dengan afinitas yang tinggi terhadap reseptor (lorazepam) dapat
memicu amnesia lebih tinggi
 Diskontinu atau pemberhentian benzodiazepin tidak boleh dihentukan secara
tiba-tiba agar tidak terjadi ansietas kembali dan simtom lainnya (minimal 6
minggu)
Buspirone
 Kurang sifat sedatif
 Pusing, sakit kepala, dan mual
 Obat yang dapat menghambat CYP450 3A4 (verapamil, diltiazem,
fluvoxamine, eritromisin, dll) dapat meningkatkan kadar buspirone
 Buspirone meningkatkan tekanan darah pasien yang menggunakan MAOI
Referensi

DiPiro, Joseph T. Pharmacotherapy: a Pathophysiologic Approach. 6th ed., McGraw-Hill,


2005.

Domhardt M, Geßlein H, von Rezori RE, Baumeister H. Internet- and mobile-based


interventions for anxiety disorders: A meta-analytic review of intervention
components. Depress Anxiety. 2019 Mar;36(3):213-224.

Goodman, L. S., Gilman, A. G., Brunton, L. L., Chabner, B. A., & Knollmann Björn C.
(2011). Goodman & Gilmans the pharmacological basis of therapeutics. New York:
McGraw-Hill Medical.

Hawken T, Turner-Cobb J, Barnett J. Coping and adjustment in caregivers: A systematic


review. Health Psychol Open. 2018 Jul-Dec;5(2):2055102918810659.

Whalen, Karen. (2015). Lippincott Illustrated Reviews: Pharmacology Sixth Edition. Florida:
Wolters Kluwer.

Anda mungkin juga menyukai