NPM : 1706026065
Kasus
Seorang laki-laki (22 tahun) bercerita mengenai keadaan dirinya. Sejak 3 tahun yang lalu, dia
selalu merasa khawatir terhadap sesuatu yang bagi orang lain mungkin merupakan hal yang
sepele. Khawatir terhadap orang tuanya ketika dia sedang bepergian. Khawatir terhadap
kesehatannya ketika rasa nyeri muncul meskipun hanya migrain. Khawatir terhadap kuliahnya
ketika masa pembayaran uang kuliah kan tiba. Setiap kali merasa khawatir, laki-laki tersebut
selalu merasakan nyeri dada, perih di lambung, berkeringat dingin, denyut nadi meningkat,
bahkan sulit bernapas.
Perkembangan kepribadian
→ Pendidikan non formal yang diberikan oleh lingkungan terdekat
dapat mempengaruhi kepribadian seseorang
→ Tipe kepribadian seseorang dapat mempengaruhi respons cemasnya
terhadap sesuatu
Tingkat kedewasaan
→ Perkembangan seksual banyak menimbulkan kecemasan pada
remaja
→ Ancaman terhadap konsep diri banyak menimbulkan kecemasan
pada orang dewasa
→ Kehilangan fungsi tubuh dapat menimbulkan kecemasan pada lansia
Tingkat pengetahuan
→ Semakin tinggi tingkat pengetahuan, maka seseorang memiliki
solusi yang lebih adaptif terhadap kecemasannya
Patofisiologi dari anxietas berkaitan dengan beberapa bagian di otak dan fungsi
abnormal dari beberapa sistem neurotransmitter yaitu Norepinefrin (NE), gamma
aminobutyric acid (GABA), serotonin (5-HT), corticotrophin-releasing factor (CRF),
dan cholesystokinin. Yang paling utama yaitu NE, GABA dan 5-HT.
Area di otak yang merupakan kunci dari terjadinya rasa takut dan rasa cemas (anxietas)
yaitu:
Model noradrenergic
Pada penderita anxiety disorder, pada mulanya terjadi overaktivitas noradrenergik (di
lokus seruleus) manifestasi gejala kecemasan) dan penurunan regulasi α2-
adrenoreseptor yang akan menyebabkan meningkatnya secara berlebihan sintesis
norepinefrin (noradrenalin). Sintesis norepinefrin yang berlebihan akan menyebabkan
peningkatan denyut jantung, tekanan darah dan respirasi, parestisia(kesemutan), mati
rasa, sesak di dada. Selain itu, sintesis norepinefrin yang berlebihan akan menyebabkan
terjadinya feedback negatif yaitu peningkatan regulasi α2-adrenoreseptor sehingga
terjadi penurunan NE (disregulasi). Penurunan NE menyebabkan terjadinya anxietas.
Model serotonergic
Neuron serotonergik terlibat dalam perubahan nafsu makan, energi, tidur, suasana hati
dan juga fungsi kognitif dalam kecemasan. Ketakutan dan stres akan mengaktifkan jalur
serotonergik (amygdala, hipotalamus, dan hippocampus).
Gejala yang terjadipada pasien GAD (Generalized Anxiety Disorder) yaitu transmisi 5-
HT yang berlebihan atau terlalu banyak aktivitas (overactivity) stimulasi di jalur 5-HT
sehingga terjadi feedback negatif yang menyebabkan turunnya 5-HT.
Reseptor 5-HT yang diduga memainkan peran yang sangat penting dalam kecemasan
yaitu reseptor 5-HT1A.Reseptor5-HT1A adalah auto-reseptor pada neuron presinaptik
(Raphe nuclei cortex) yang ketika dirangsang menghambat pelepasan 5-HT (feedback
negative 5- HT) dari neuron presinaptik ke sinaps. Stres jangka panjang menurunkan
kepekaan reseptor 5-HT1A.
Patofisiologi GAD yaitu mula-mula jumlah 5-HT tinggi sehingga menyebabkan gejala
anxietas yaitu keringat dingin, kenaikan denyut jantung, dan masalah pernapasan.
Tingginya jumlah 5-HT menyebabkan aktivasi reseptor 5-HT 1a secaraberlebihan
sehingga menyebabkan feedback negatif sekresi 5-HT yang mengakibatkan jumlah 5-
HT turun (disregulasi)
Pada beberapa pasien gangguan kecemasan ditemukan beberapa kelainan pada aksis
hipotalamus-pituitari-adrenal dan fungsi saraf pusat corticotropin releasing factor
(CRF). Penyebabnya yaitu jumlah GABA pada pasien anxietas rendah sehingga CRF
diproduksi berlebihan karna tidak ada GABA yang menghambatnya. Hal ini
mengakibatkan respon stress/anxiety behaviorkarna CRF merupakan mediator respon
stress otonom.
Golongan Obat :
→ Benzodiazepines
Benzodiazepine merupakan non-selektif dari reseptor GABA-A.
Benzodiazepine mengikat site allosetriknya sehingga mengfasilitasi kerja dari
GABA. Akibatnya benzodiazepine memiliki efek dalam memperpanjang durasi
dari terbukan kanal ion Cl-. Sehingga terjadi hiperpolarisasi membran.
Hiperporalisasi membran menyebabkan efek depresan di sistem saraf pusat.
Benzodiazepine digunakan untuk terapi jangka pendek karena efektif
dalam menimbulkan rasa relaksasi. Dalam pengunaan jangka panjang
dibutuhkan peningkatan dosis untuk mencapai efek sama yang diinginkan
dimana dapat menyebabkan toleransi pengunaan benzodiazepine.
Antidepresan
Venlafaxine: mual, hasrat mengantuk, dan mulut kering
Paroxetine: hasrat mengantuk, mual, ejakulasi abnormal, mulut kering,
penurunan libido, dan asthenia
Escitalopram: mual, insomnia, kelelahan, penurunan libido, gangguan ejakulasi
TCA perlu dibatasi dengan keadaan tertentu (sedasi, hipotensi, efek
antikolinergik, dan peningkatan berat badan) pada beberapa pasien dan risiko
toksisitas pada overdosis.
Benzodiazepine
Depresi CNS
Gangguan memori dan pengingatan kembali
Benzodiazepin dengan afinitas yang tinggi terhadap reseptor (lorazepam) dapat
memicu amnesia lebih tinggi
Diskontinu atau pemberhentian benzodiazepin tidak boleh dihentukan secara
tiba-tiba agar tidak terjadi ansietas kembali dan simtom lainnya (minimal 6
minggu)
Buspirone
Kurang sifat sedatif
Pusing, sakit kepala, dan mual
Obat yang dapat menghambat CYP450 3A4 (verapamil, diltiazem,
fluvoxamine, eritromisin, dll) dapat meningkatkan kadar buspirone
Buspirone meningkatkan tekanan darah pasien yang menggunakan MAOI
Referensi
Goodman, L. S., Gilman, A. G., Brunton, L. L., Chabner, B. A., & Knollmann Björn C.
(2011). Goodman & Gilmans the pharmacological basis of therapeutics. New York:
McGraw-Hill Medical.
Whalen, Karen. (2015). Lippincott Illustrated Reviews: Pharmacology Sixth Edition. Florida:
Wolters Kluwer.