Anda di halaman 1dari 15

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)

1. Sistematika Tanaman

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermathophyta

Sub division : Angiospermae

Class : Dicotyledonae

Ordo : Umbilales

Family : Umbilaferae

Genus : Centella

Species : Centella asiatica (L.) Urban (Lasmadiwati, 2002) seperti

pada gambar 1.

Gambar 1. Tanaman Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) (Mora dan Fernando, 2012)

2. Deskripsi Tanaman

Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) merupakan tanaman liar yang

commit
banyak tumbuh di perkebunan, to tepi
ladang, userjalan, pematangan sawah ataupun

5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

di ladang agak basah (Besung, 2009). Pegagan tumbuh merayap menutupi

tanah, tidak memiliki batang, tinggi tanaman antara 10 – 50 cm. Pegagan

memiliki daun satu helaian yang tersusun dalam roset akar dan terdiri dari 2 –

10 helai daun. Daun berwarna hijau dan berbentuk seperti kipas, buah

berbentuk pinggang atau ginjal. Pegagan juga memiliki daun yang permukaan

dan punggungnya licin, tepinya agak melengkung ke atas, bergerigi, dan

kadang-kadang berambut, tulangnya berpusat di pangkal, dan tersebar ke

ujung serta daunnya memiliki diameter 1-7 cm. Pegagan memiliki tangkai

daun berbentuk seperti pelepah, agak panjang dan berukuran 5 - 15 cm. Pada

tangkai daun pegagan dipangkalnya terdapat daun sisik yang sangat pendek,

licin, tidak berbulu, berpadu dengan tangkai daun. Pegagan memiliki bunga

putih atau merah muda yang tersusun dalam karangan yang berbentuk

payung. Buah pegagan berbentuk lonjong atau pipih, berbau harum, rasanya

pahit, dan panjang buah 2 – 2,5 mm. Buah pegagan berdinding agak tebal,

kulitnya keras, berlekuk dua, berusuk jelas, dan berwarna kuning (Winarto

dan Subakti, 2003).

3. Nama Lain

Nama lokal pegagan yaitu: daun kaki kuda atau antanan (Indonesia),

Pegaga (Aceh), pengaga, daun pengaga, kaki kuda, rumput kaki kuda

(Melayu); pegago, pugago (Minangkabau), antanan bener, antanan gede,

antanan rambat, ki antanan, cowet gompeng (Sunda), gagan-gagan,

ganggagan, kerok batok, panegowang, panigowang, pacul gowang, rendeng,

calingan rambat (Jawa), gan-ganan, kos-tekosan (Madura), pengaga, piduk,


commit to user

6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

tapak kuda, tapal kuda (Bali), pegaga, wisu-wisu (Makasar), cipubalawo,

daun tungke-tungke (Bugis), kuku kuda (Medano), sarowati, kori-kori

(Halmahera), kolitidi menora (Ternate), dogauke, gogauke, dan sandanan

(Papua) (Achmad, 2008).

4. Kegunaan

Pegagan memiliki efek farmakologi seperti antitoksik, antirematik,

hemostatis (penghenti perdarahan), peluruh kencing (diuretik ringan),

pembersih darah, memperbanyak pengeluaran empedu, pereda demam

(antipiretik), penenang (sedatif), mempercepat penyembuhan luka, dan

melebarkan pembuluh darah tepi (vasodilator perifer) (Dalimartha, 2006).

Tanaman pegagan ini mempunyai khasiat sebagai obat penyembuh luka,

radang, asma, wasir, tubercolosis, lepra, disentri, dan penambah darah. Fungsi

lain dari pegagan antara lain sebagai antidepressive, antimikrobial, antiviral.

Dilaporkan juga bahwa di Australia, pegagan telah dibuat obat yang

bermanfaat sebagai anti pikun dan juga antistres (Musyarofah dkk., 2007).

5. Kandungan Kimia

Menurut Winarto dan Subakti (2003) pada pegagan (Centella asiatica

(L.) Urban) mengandung berbagai bahan aktif meliputi: triterpenoid saponin,

triterpenoid genin, minyak essensial, flavonoid, fitosterol, dan bahan aktif

lainnya. Kandungan bahan aktif yang terpenting dari beberapa bahan aktif

lainnya adalah triterpenoid saponin. Bahan aktif triterpenoid saponin

meliputi: asiatikosida, centellosida, madekossida, dan asam asiatik.

commit to user

7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

Pegagan mengandung asiaticoside, thankuniside, isothankuside,

madecassoside, brahmoside, brahmic acid, madasiatic acid, hydrocotyline,

mesoinositol, centellose, carotenoids, garam mineral (seperti garam kalium,

natrium, magnesium, kalsium, besi), zat pahit vellarine, dan zat samak

(Dalimartha, 2006).

B. Sedatif

1. Pengertian Sedatif

Hipnotik dan sedatif merupakan golongan obat pendepresi susunan

saraf pusat (SSP). Efeknya bergantung pada dosis, mulai dari yang ringan

yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan, hingga yang berat yaitu

hilangnya kesadaran, keadaan anestesi, koma, dan mati. Pada dosis terapi,

obat sedatif menekan aktivitas mental, menurunkan respons terhadap

rangsangan emosi sehingga menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan

kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur menyerupai

tidur fisiologis (Anonim, 2007).

Sedatif merupakan suatu keadaan terjadinya penurunan kecemasan,

aktifitas motorik, dan ketajaman kognitif. Perubahan perilaku terjadi pada

dosis efektif terendah dari obat sedatif hipnotik. Belum jelas mengenai kerja

anti cemas ekuivalen atau berbeda dengan efek sedatif, akan tetapi banyak

obat yang berefek sedatif juga menurunkan tingkat kecemasan (Amalia,

2009).

commit to user

8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

2. Penggunaan Obat Sedatif

Suatu bahan sedatif yang efektif harus dapat mengurangi rasa cemas

dan mempunyai efek menenangkan dengan sedikit atau tanpa efek penekanan

terhadap fungsi mental dan motorik. Derajat depresi sistem saraf pusat yang

disebabkan harus minimum dengan konsistensi efikasi terapeutik (Katzung,

2002).

Untuk mendapatkan efek sedatif biasanya digunakan dosis yang lebih

rendah dari dosis untuk obat tidur. Dosis untuk obat tidur memiliki efek

hipnotik yang dapat menyebabkan kantuk dan tidur sedangkan pada dosis

yang lebih besar dapat menimbulkan anestesia dan depresi sistem saraf pusat

(Katzung, 2002).

Obat – obat sedatif-hipnotik banyak digunakan di dunia, diperkirakan

10-15 % masyarakat yang mengalami insomnia menggunakan pengobatan

farmakologi untuk menormalkan tidur. Insomnia sendiri diartikan sebagai

keadaan susahnya memulai tidur, tidak bisa tidur atau durasi tidur yang tidak

teratur. Beberapa obat yang digunakan untuk insomnia merupakan agonis

GABA dan mempunyai efek sedatif langsung, yang terdiri dari relaksasi otot,

melemahnya ingatan, ataxia, dan hilangnya keterampilan kerja, seperti

mengemudi. Durasi kerja obat untuk insomnia yang panjang dapat

menyebabkan gangguan psikomotor, konsentrasi, dan ingatan (Ganiswarna,

1995).

commit to user

9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

3. Golongan Obat Sedatif

a. Benzodiazepin

Secara kualitatif benzodiazepin memiliki efek yang hampir sama,

namun secara kuantitatif spektrum farmakodinamik serta data

farmakokinetiknya berbeda. Hal ini mendasari aplikasi klinik sangat luas

golongan ini. Benzodiazepin berefek hipnosis, sedatif, relaksasi otot,

ansiolitik, dan antikonvulsi dengan potensi yang berbeda-beda. Derivat

benzodiazepin antara lain : alprazolam, klordiazepoksid, klonazepam,

klorazepat, diazepam, lorazepam sebagai ansiolitik. Quazepam,

midazolam, estazolam, flurazepam, temazepam, triazolam sebagai

hipnotik (Mycek dkk., 2001). Penggunaan benzodiazepin ditandai

sebagai usaha untuk menghindarkan sifat–sifat yang tidak diinginkan dari

barbiturat, termasuk potensinya yang menyebabkan terjadinya

ketergantungan psikologis dan fisiologis pada pemakainya (Katzung,

2002).

b. Barbiturat

Barbiturat selama beberapa saat telah digunakan secara ekstensif

sebagai hipnotik dan sedatif. Namun sekarang kecuali untuk beberapa

penggunaan yang spesifik, barbiturat telah banyak digantikan oleh

benzodiazepin yang lebih aman (Anonim, 2007). Barbiturat digolongkan

berdasarkan durasi kerjanya. Tiopental merupakan obat yang bekerja

sangat singkat (beberapa menit). Pentobarbital, sekobarbital, dan

amobarbital adalah obat yang bekerja singkat (beberapa jam), dan


commit to user

10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

fenobarbital (luminal) adalah obat yang bekerja lama (beberapa hari)

(Stringer, 2006). Barbiturat tidak dapat mengurangi rasa nyeri tanpa

disertai hilangnya kesadaran dan dosis kecil barbiturat dapat

meningkatkan reaksi terhadap rangsangan nyeri (Anonim, 2007).

c. Sedatif Hipnotik Lainnya.

Ada beberapa sedatif-hipnotik baru yang yang tidak dimasukkan ke

dalam golongan benzodiazepin ataupun barbiturat. Preparat ini

contohnya adalah kloralhidrat, etklorvinol, glutetimid, meprobamat,

paraldehid, etinamat, zaleplon, zolpidem, zoplicone, busipron, ramelteon,

dan lain-lain. Semua obat ini bekerja meningkatkan aktifitas GABA pada

reseptornya (Rahadian, 2009).

C. Fenobarbital (Luminal)

Fenobarbital merupakan obat sedatif-hipnotik dari golongan barbiturat.

Golongan barbiturat digunakan secara luas sebagai obat sedatif-hipnotik pada

pertengahan awal abad ke 20. Banyak masalah yang berhubungan dengan obat

golongan ini, antara lain tingginya penyalahgunaan obat, indeks terapi yang

sempit, dan efek samping yang tidak menyenangkan. Fenobarbital saat ini

digunakan sebagai lini pertama untuk mengatasi gejala bangkitan kejang, status

epilepsi, dan sebagai obat sedasi pada siang hari (Anggara, 2009). Struktur kimia

fenobarbital dapat dilihat pada gambar 2.

commit to user

11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

Gambar 2. Struktur Kimia Fenobarbital (Rahadian, 2009)

1. Farmakokinetika

Fenobarbital sebagai anti hipnotik-sedatif diberikan secara oral.

Absorbsi fenobarbital 70-90 %. Onset fenobarbital 20-60 menit dan durasi

kerja selama 6-10 jam. Kadar puncak dalam waktu 1-6 jam. Waktu paruh

fenobarbital adalah 53-140 jam. Obat ini dimetabolisme di hati dan

diekskresikan melalui ginjal. Fenobarbital diekskresi di urin sekitar 20% -

50% dalam bentuk utuh. Dosis fenobarbital untuk sedatif melalui oral sebesar

30-120 mg/hari pada pasien dewasa (Lacy et al., 2010)

2. Mekanisme Kerja

Efek utama fenobarbital adalah depresi pada sistem saraf pusat. Efek ini

dicapai dengan cara berikatan dengan komponen-komponen molekuler

reseptor GABA pada membran neuron sistem saraf pusat. Ikatan ini akan

meningkatkan lama pembukaan kanal ion klorida yang diaktivasi oleh

GABA. Pada konsentrasi tinggi, fenobarbital juga bersifat sebagai GABA-

mimetik dimana akan mengaktifkan kanal klorida secara langsung. Peristiwa

ini menyebabkan masuknya ion klorida pada badan neuron sehingga potensial
commit to user
intramembran neuron menjadi lebih negatif terjadi efek penghambatan
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

transmisi saraf sehingga terjadi depresi pada susunan saraf pusat (Anggara,

2009) seperti terlihat pada gambar 3.

Gambar 3. Mekanisme Obat Sedatif-Hipnotik (Ikawati, 2008)

3. Efek Terapi dan Non Terapi

Fenobarbital merupakan agen yang efektif untuk kejang umum tonik

klonik dan partial seizure. Kemanjuran, toksisitas yang rendah, dan biaya

yang murah menjadikan obat ini penting untuk beberapa jenis epilepsi. Akan

tetapi penggunaan fenobarbital sebagai agen primer sebaiknya dikurangi,

mengingat efek sedasi dan kecenderungan pengaruh obat dalam mengganggu

perilaku pada anak (Tjay dan Rahardja, 2002).

Fenobarbital sesekali menimbulkan mialgia, neuralgia, atralgia,

terutama pada pasien psikoneuritik yang menderita insomnia. Bila diberikan

dalam keadaan nyeri dapat menimbulkan gelisah, eksitasi, bahkan delirium.

Dapat pula terjadi reaksi alergi berupa dermatosis, erupsi pada kulit, dan

kerusakan degenerasi hati (Anggara, 2009).

commit to user

13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

D. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif

dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan sisa endapan atau

serbuk diatur untuk ditetapkan standarnya (Ansel, 1981).

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair

dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak

substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya (Anonim, 1995).

E. Metode Ekstraksi

Metode ekstraksi dibagi menjadi 4 yaitu maserasi, perkolasi, sokletasi dan

infundasi.

1. Maserasi

Proses maserasi merupakan cara penyari yang dilakukan dengan

merendam serbuk simplisia. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air,

etanol, air-etanol atau pelarut lain. Mekanisme yang terjadi yaitu cairan

penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang

mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan zat aktif dalam sel dengan di luar sel, maka larutan

yang terpekat akan terdesak keluar. Peristiwa tersebut akan berulang sehingga

terjadi keseimbangan konsentrasi di luar dan di dalam sel (Anonim, 1986).

Pengocokan memungkinkan pelarut segar mengalir berulang – ulang

masuk ke dalam serbuk yang sudah halus. Ampas dapat dipisahkan dengan
commit to user

14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

menapis atau menyaring. Maserasi dilakukan pada temperatur 15-20 ºC

biasanya 2-14 hari (Ansel, 1989).

Kelebihan metode ini relatif sederhana yaitu tidak memerlukan alat-alat

yang rumit, relatif mudah, murah, dan dapat menghindari rusaknya komponen

senyawa akibat panas. Kelemahan metode ini diantaranya waktu yang

diperlukan relatif lama dan penggunaan pelarut yang tidak efektif dan efisien

(Meloan, 1999).

2. Perkolasi

Perkolasi merupakan proses penyarian bahan serbuk simplisia dengan

pelarut yang cocok dengan melewatkan secara perlahan pada sebuah kolom.

Serbuk simplisia dimasukkan dalam sebuah wadah khusus yang disebut

perkolator. Dalam proses ini, mengalirnya penyari melalui kolom dari atas ke

bawah menuju celah untuk keluar ditarik oleh gaya berat seberat cairan pada

kolom (Ansel, 1989). Keuntungan dari metode perkolasi ini adalah proses

penarikan zat berkhasiat dari tumbuhan lebih sempurna, sedangkan

kerugiannya adalah membutuhkan waktu yang lama dan peralatan yang

digunakan mahal (Agoes, 2007).

3. Sokletasi

Bahan yang akan diekstraksi diletakkan dalam sebuah kantong ekstraksi

di bagian dalam alat ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinyu. Wadah gelas

yang mengandung kantong diletakkan di antara labu penyulingan dengan

pendingin alir balik melalui pipet, berkondensasi di dalam, menetes ke atas

bahan yang diekstraksi dan menarik keluar bahan yang diekstraksi. Larutan
commit to user

15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

berkumpul dalam wadah gelas setelah mencapai tinggi maksimum secara

otomatis dipindahkan ke dalam labu. Cara ini memerlukan bahan pelarut

dalam jumlah kecil juga simplisia selalu baru artinya suplai bahan pelarut

bebas bahan aktif berlangsung secara terus menerus. Kekurangan metode ini

adalah waktu ekstraksi cukup lama (Voigt, 1995). Kelebihan metode ini

adalah lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan metode maserasi.

Kelemahan metode ini adalah larutan yang digunakan dapat jenuh karena ada

keseimbangan (Yulanda, 2007).

4. Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk

menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dan bahan-bahan nabati.

Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah

tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh karena itu sari yang diperoleh dengan

cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam (Anonim, 1986). Kelebihan

metode ini pembuatannya singkat dan cepat, alat dan bahan yang digunakan

tidak terlalu banyak dan mudah didapat. Kekurangan dari metode ini adalah

air sebagai larutan penyari menyebabkan kemungkinan zat aktif yang tersari

tidak sempurna (Sulistyawati, 2009).

F. Metode Fraksinasi

Fraksinasi adalah suatu proses pemisahan senyawa – senyawa berdasarkan

tingkat kepolaran. Fraksinasi dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu metode

corong pisah dan kromatografi kolom. Corong pemisah digunakan dalam

ekstraksi cair-cair untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu


commit to user

16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

campuran antara dua fase pelarut dengan densitas berbeda yang tak campur.

Umumnya salah satu fase berupa larutan air dan yang lainnya berupa pelarut

organik lipofilik seperti diklorometana, kloroform, ataupun etil asetat.

Kebanyakan pelarut organik berada di atas fase air (Yulanda, 2007).

G. Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah suatu metode pemisahan berdasarkan proses migrasi

dari komponen-komponen senyawa di antara dua fase, yaitu fase diam dan fase

gerak. Fase gerak membawa zat terlarut melalui media fase diam sehingga

terpisah dari zat terlarut lainnya yang terelusi lebih awal atau paling akhir karena

perbedaan afinitas antara masing-masing zat terlarut dengan fase diam

(Hostettman dan Hostettman, 1995).

Kromatografi lapis tipis adalah kromatografi serapan dengan fase tetap

(diam) berupa zat padat yang disebut adsorben (penyerap) yang biasa digunakan

yaitu silika gel dan fase gerak adalah zat cair yang disebut larutan pengembang.

Identifikasi dari senyawa-senyawa hasil pemisahan KLT dapat dilakukan dengan

penambahan pereaksi kimia dan reaksi-reaksi warna. Tetapi lazimnya untuk

identifikasi digunakan harga Rf (Gritter dkk., 1991).

Harga Rf didefinisikan sebagai berikut: Rf = Jarak yang ditempuh oleh

senyawa dari titik penotolan/jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik penotolan.

Harga-harga Rf untuk senyawa-senyawa murni dapat dibandingkan dengan harga-

harga standar. Perlu diperhatikan bahwa harga-harga Rf yang diperoleh hanya

berlaku untuk campuran tertentu dari pelarut dan penyerap yang digunakan (Stahl,

1991).
commit to user

17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga Rf (Stahl, 1991):

1. Struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan

2. Sifat dari penyerap dan derajat aktifitasnya

3. Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap

4. Pelarut (dan derajat kemurniannya) fasa bergerak

5. Derajat kejenuhan dari uap dalam bejana pengembangan yang digunakan

6. Teknik percobaan

7. Jumlah cuplikan yang digunakan

8. Suhu

9. Kesetimbangan

H. Triterpenoid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C-30 asiklik,

yaitu skualena, senyawa ini tidak berwarna, berbentuk kristal, bertitik leleh tinggi,

dan bersifat optis aktif. Senyawa triterpenoid dapat dibagi menjadi empat

golongan yaitu: triterpen sebenarnya, saponin, steroid, dan glikosida jantung.

Kedua golongan terakhir sebenarnya triterpenoid atau steroid yang terutama

terdapat sebagai glikosida. Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Lieberman-

Burchard (anhidrat asetat-H2SO4 Pekat) yang dengan kebanyakan triterpenoid dan

sterol memberikan warna hijau-biru (Harborne,1987). Struktur triterpenoid seperti

pada gambar 4.

commit to user
Gambar 4. Kerangka Triterpenoid (Robinson, 1991)
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

I. Kerangka Pemikiran

Prevalensi gangguan tidur


cenderung meningkat dan sudah
umum terjadi di masyarakat.
Penggunaan obat sedatif-hipnotik Perlu adanya
dapat berdampak buruk terhadap penelitian kembali
kesehatan jangka panjang. untuk mengambil
senyawa triterpenoid,
lalu dilihat
pengaruhnya pada
mencit balb/c dengan
Ekstrak pegagan telah teruji sebagai dibandingkan luminal
agen sedatif menggunakan metode berdasarkan
rotarod karena adanya kandungan parameter lama waktu
triterpenoid. Efek sedatif ekstrak tidur.
pegagan yang ditimbulkan lebih
rendah dibandingkan dengan
luminal.

J. Hipotesis

1. Fraksi etil asetat pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) diduga mengandung

senyawa triterpenoid.

2. Fraksi etil asetat pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) diduga dapat

menimbulkan efek sedatif terhadap mencit balb/c berdasarkan parameter lama

waktu tidur.

3. Efek sedatif mencit balb/c kelompok perlakuan (fraksi etil asetat pegagan

(Centella asiatica (L.) Urban)) diduga memiliki efek sedatif yang sama

dengan kelompok positif (luminal) berdasarkan parameter lama waktu tidur.

commit to user

19

Anda mungkin juga menyukai