Anda di halaman 1dari 7

Nama : Apriyani Darwin

NIM : 1711110277
Kelas : A 2017 1
Kelompok : 1
Akut Koronari Sindrom
1. Definisi Penyakit
Sindrom koroner akut adalah suatu kumpulan gejala klinis iskemia miokard yang terjadi
akibat kurangnya aliran darah ke miokardium berupa nyeri dada, perubahan segmen ST
pada Electrocardiogram (EKG), dan perubahan biomarker jantung (Kumar & Cannon,
2009).

2. Etiologi Penyakit
Penyebab tersering adalah deposit atheroma dijaringan subintima pada arteri coroner
besar dan sedang (aterosklerosis).
a. Trombosit tidak oklusif pada plak yang sudah ada
Penurunan perfusi miokard oleh karena penyempitan arteri coroner sebagai akibat
dari trombus yang ada pada plak aterosklerosis dan pecah dan biasanya tidak sampai
menyumbat.
b. Obstruksi mekanik yang progresif
Penyebab ini adalah penyempitan yang hebat namun bukan karena spasme/thrombus.
Hal ini terjadi pada sejumlah pasien dengan aterosklerosis progresif/dengan stenosis
ulang setelah intervensi coroner perkutan (PCI).
c. Inflamasi dan atau infeksi
Inflamasi bisa disebabkan oleh /berhubungan dengan infeksi yang mungkin
menyebabkan penyempitan arteri, destabilitasi plak, ruptur dan trombogenesis.
Makrofag dan limposit-T di dinding plak dapat mengakibatkan penipisan dan ruptur
plak sehingga terjadi SKA.
d. Faktor/keadaan pencetus
Faktor ini merupakan factor sekunder dari kondisi pencetus diluar arteri coroner.
Penyebab berupa penyempitan arteri coroner yang menyebabkan terbatasnya perfusi
miokard dan biasanya pasien ini menderita angina stabil.
3. Gejala Khas Penyakit
Tapan (2002) mengatakan tanda gejala sindrom koronari akut sbb:
a. Gejala yang khas dari akut koronari sindrom adalah rasa nyeri, rasa terjepit, kram,
rasa berat atau rasa terbakar di dada (angina). Lokasi nyeri biasanya berada disisi
tengah atas kiri dada dan berlangsung selama lebih dari 20 menit. Rasa nyeri ini dapat
menjalar ke rahang bawah, leher, bahu atau lengan serta punggung. Nyeri dapat
timbul pada waktu istirahat, nyeri ini dapat pula timbul pada penderita yang
sebelumnya belum pernah mengalami hal ini atau penderita yang pernah mengalami
angina, namun pada kali ini pola serangannya lebih berat dan lebih sering.
b. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pening atau
kepala terasa melayang dan mual muntah. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan
mengalami nyeri yang hebat karena neuropati yang menyertai diabetes dapat
mengganggu neuroreseptor.

4. Jenis Penyakit
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan elektrokardiogram (EKG), dan
pemeriksaan marka jantung, Sindrom Koroner Akut dibagi menjadi :
a. Infark miokard dengan elevasi segmen ST (IMA-EST)
b. Infark miokard dengan non elevasi segmen ST (IMA-NEST)
c. Angina Pektoris tidak stabil (APTS)

5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Elektrokardiogram(EKG)
EKG diulang beberapa kali (bila terdapat nyeri, dan bila tidak paling sedikit sekali
sehari). Oklusi pada arteri coroner akan menyebabkan gangguan impuls listrik
jantung sehingga pemeriksaan EKG sangat penting dilakukan.
b. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan foto thorax dapat berguna untuk melihat kardiomegali, komplikasi
sindroma coroner akut seperti edema paru pada komplikasi komplikasi gagal jantung
dan kelainan lain.
c. Penanda Nekrosis Miokard
Penanda jantung “tradisional” (biasanya kreatinin kinase (CK), jarang aspartat
aminotransferase [SGOT], laktat dehidrogenase [LDH], dan khususnya troponin yang
spesifik untuk jantung)
d. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan sampel darah yang sangat penting adalah pemeriksaan biomarker yaitu
enzim jantung. Contoh pemeriksaan sampel darah seperti Kolesterol, trigliserida,
asam urat, dan gula darah.
e. Coronary angiography
Coronary angiography merupakan pemeriksaan khusus dengan sinar X pada jantung
dan pembuluh darah. Sering dilakukan selama serangan untuk menemukan letak
sumbatan pada arteri coroner.
f. Pemeriksaan Enzim Jantung
Pemeriksaan enzim jantung yang paling spesifik adalah CKMB dan troponin, Kedua
enzim ini mulai meningkat beberapa jam setelah terjadinya infark miokard.
Pemeriksaan enzim mungkin perlu dilakukan secara serial. Bila hasil pemeriksaan
pertama hasilnya negatif maka perlu dilakukan pemeriksaan diulang bila gejala klinis
mencurigakan infark miokard. Pemeriksaan troponin sebaiknya yang kuantitatif
karena dapat membantu menentukan prognosis.

6. Komplikasi Penyakit
a. Atitmia adalah masalah pada jantung yang ditandai dengan detak atau ritme jantung
yang tidak normal, bisa terlalu lama, cepat, atau tidak teratur. Kondisi ini terjadi
karena impuls listrik yang berfungsi mengatur detak jantung tidak berjalan dengan
baik. Akibatnya, detak dan ritme jantung pasien jadi tidak teratur.
b. Gagal Jantung. Kondisi ini terjadi ketika jantung sudah tidak dapat memompa darah
dengan baik karena otot jantung terlalu lemah. Akibatnya, aliran darah dari jantung ke
paru-paru terhambat menyebabkan penumpukan cairan di dalam paru-paru.
Penumpukan cairan ini bisa menyebabkan sesak napas, pembengkakan (edema),
hingga nyeri dada yang semakin berat. Dalam kasus yang parah, gagal jantung bisa
menyebabkan kematian.

7. Pencegahan Komplikasi
Perubahan gaya hidup menjadi salah satu cara efektif untuk menghindari bahkan
mengatasi serangan sindrom coroner akut hingga tidak menyebabkan komplikasi. Ada
beberapa cara yang bisa dilakukan, mulai dari pemeriksaan kesehatan secara rutin ke
dokter, hindari konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, serta berhenti merokok.
Kelola stress, karena cara ini bisa membantu menurunkan tekanan darah yang bisa
meningkatkan resiko komplikasi akibat naiknya tekanan darah. Kontrol tekanan darah
dengan mengkonsumsi makanan sehat, serta menjaga berat badan agar tetap ideal.
Istirahat yang cukup dan makan makanan yang bernilai gizi seimbang.
8. WOC (WEB Of Caution)
Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak atheroma pembuluh darah koroner
yang koyak atau pecahakibat perubahan komposisi plak dan penipisan tudung fibrosa
yang menutupi plak tersebut. Kejadian ini diikuti oleh proses agregasi trombosit dan
aktivasi jalur koagulasi sehingga terbentuk thrombus yang kaya trombosit (white
thrombus). Thrombus ini akan menyumbat lubang pembuluh darah koroner, baik secara
total maupun parsial atau menjadi mikroemboli yang menyumbat pembuluh koroner yang
lebih distal. Selain itu terjadi pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan vasokonstriksi
sehingga memperberat gangguan aliran darah koroner. Berkurangnya aliran darah
koroner menyebabkan iskemia miokardium. Suplai oksigen yang berhenti selama lebih
kurang 20 menit menyebabkan miokardium mengalami nekrosis (infark miokard/IM).

Infark miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi total pembuluh darah koroner.
Sumbatan subtotal yang disertai vasokonstriksi yang dinamis juga dapat menyebabkan
terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan otot jantung (miokard). Selain nekrosis, iskemia
juga menyebabkan gangguan kontraktilitas miokardium karena proses hibernating dan
stunning (setelah iskemia hilang) serta disritmia dan remodeling ventrikel (perubahan
bentuk, ukuran, dan fungsi ventrikel). Pada sebagian pasien, SKA terjadi karena
sumbatan dinamis akibat spasme local arteri koroner epikardial (angina prinzmetal).
Penyempitan arteri koronaria, tanpa spasme maupun thrombus dapat diakibatkan oleh
progresi pembentukan plak atau restenosis setelah intervensi koroner perkutan (IKP).
Beberapa factor ekstrinsik seperti demam, anemia, tirotoksikosis, hipotensi, takikardia
dapat menjadi pencetus terjadinya SKA pada pasien yang telah mempunyai plak
aterosklerosis.
9. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

a. Chest Pain b.d. penurunan suplay oksigen ke miokard sekunder terhadap IMA
Tujuan : Klien dapat beradaptasi     dengan nyeri setelah mendapat perawatan 1x24
jam, nyeri berkurang setelah intervensi selama 10 menit .
Kriteria Hasil :
1) Skala nyeri berkurang
2) Klien mengatakan keluhan nyeri berkurang
3) Klien tampak lebih tenang

Intervensi :

1) Anjurkan klien untuk istirahat


Rasional: istirahat akan memberikan ketenangan sebagai salah satu relaksasi klien
sehingga rasa nyeri yang dirasakan berkurang, selain itu dengan beristirahat akan
mengurangi O2 demand sehingga jantung tidak berkontraksi melebihi
kemampuannya
2) Motivasi teknik relaksasi nafas dalam
Rasional: relaksasi napas dalam adalah salah satu teknik relaks dan distraksi,
kondisi relaks akan menstimulus hormon endorfin yang memicu mood
ketenangan bagi klien
3) Kolaborasi analgesik ASA 1 x 100 mg
Rasional: Analgesik akan mengeblok nosireseptor, sehingga respon nyeri klien
berkurang
4) Evaluasi perubahan klien: Nadi, TD, RR, skala nyeri, dan klinis
Rasional : mengevaluasi terapi yang sudah diberikan
b. Penurunan Curah Jantung
Tujuan: Curah jantung meningkat setelah untervensi selama 1 jam.
Kriteria hasil :
1) TD normal, 100/80 -140/90
2) Nadi kuat, regular

Intervensi :

1) Berikan posisi kepala (> tinggi dari ekstrimitas)


Rasional: posisi kepala lebih tinggi dari ekstremitas (30 o) memperlancar aliran
darah balik ke jantung, sehingga menghindari bendungan vena jugular, dan beban
jantung tidak bertambah berat)
2) Motivasi klien untuk istirahat (bed rest)
Rasional: beristirahat akan mengurangi O2 demand sehingga jantung tidak
berkontraksi melebihi kemampuannya
3) Berikan masker non reservoir 8 lt/mnt
Rasional: pemberian oksigen akan membantu dalam memenuhi kebutuhan oksigen
dalam tubuh)
4) Kolaborasi medikasi: Pemberian vasodilator captopril, ISDN, Pemberian duretik
furosemide
Rasional: vasodilator dan diuretic bertujuan untuk mengurangi beban jantung
dengan cara menurunkan preload dan afterload
5) Evaluasi perubahan: TD, nadi, dan klinis
Rasional: mengevaluasi terapi yang sudah diberikan dan sebagai perbaikan
intervensi selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai