Tinjauan Teori
a. Penduduk desa kebanyakan beranggapan bahwa dikota banyak pekerjaan dan lebih
mudah untuk mendapatkan penghasilan
b. Dikota lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan usaha kerajinan rumah
menjadi industri kerajinan.
c. Pendidikan terutama pendidikan lanjutan, lebih banyak dikota dan lebih mudah
didapat.
d. Kota dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan merupakan
tempat pergaulan dengan segala macam kultur manusianya.
e. Kota memberi kesempatan untuk menghindarkan diri dari kontrol sosial yang ketat
atau untuk mengangkat diri dari posisi sosial yang rendah ( Soekanti, 1969 : 124-
125 ).
Selanjutnya berdasarkan konsep World Bank dalam Mardikanto (2010:34) disebutkan bahwa:
“Pemberdayaan sebagai upaya untuk memberikan kesempatan dan kemampuan
kepada kelompok masyarakat (miskin) untuk mampu dan berani bersuara atau menyuarakan
pendapat,ide, atau gagasannya, serta kemampuan dan keberanian untuk memilih (choice)
sesuatu (konsep, metoda, produk, tindakan, dan lain-lain) yang terbaik bagi pribadi,keluarga,
dan masyarakatnya. Dengan kata lain, pemberdayaan masyarakat merupakan proses
meningkatkan kemampuan dan sikap kemandirian masyarakat.
Bebbington dalam Mardikanto (2010:36) mengemukakan pengertian pemberdayaan
masyarakat sebagai “Empowernment is a process trough wich those excluded are able to
participate more fully in decision about forms of growth, strategies of development, and
distribution of their product.”
(Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan
diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Pemberdayaan adalah memampukan
dan memandirikan masyarakat.)
Kristiadi dalam Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007:117) mengemukakan bahwa ujung
dari pemberdayaan masyarakat ialah harus membuat masyarakat memenuhi 3 kriteria, yaitu :
1. Swadiri : yaitu mampu mengurusi diri sendiri
2. Swadana : yaitu mampu membiayai keperluan sendiri
3. Swasembada :yaitu mampu memenuhi kebutuhannya sendiri secara berkelanjutan.
Konsep pemberdayaan masyarakat mencakup pengertian pembangunan masyarakat
(community development ) dan pembangunan yang bertumpu pada masyarakat (community-
based development) (Chamber, 1995 dalam Kartasasmita, 1997). Pendekatan utama dalam
konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan obyek dari berbagai proyek
pembangunan, tetapi merupakan subyek dari upaya pembangunannya sendiri. Tahapan
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dimulai dari proses seleksi lokasi sampai dengan
pemandirian masyarakat (Subejo dan Supriyanto, 2004). Menurut Laverack (2006) dalam
Heritage (2009), pemberdayaan tidak dapat dilakukan kepada orang lain kecuali jika ia
mempunyai daya (power) dan menginginkannya. Hal ini dapat dilakukan melalui capacity
building dan tindakan sosial untuk mengatasi kondisi sosial, struktural dan ekonomi yang
berdampak pada kesehatan.
Menurut WHO (2002) dalam Heritage (2009), partisipasi masyarakat adalah proses di
mana masyarakat dimungkinkan menjadi aktif dan terlibat dalam mendefinisikan isu-isu di
masyarakat, pengambilan keputusan tentang faktor yang berdampak pada kehidupan,
menyusun dan mengimplementasikan kebijakan, merencanakan, mengembangkan dan
memberikan pelayanan dan mengambil tindakan untuk mencapai perubahan. Konsep
partisipasi dapat diuraikan lebih lanjut dalam pengertian berikut ini:
Pertama, partisipasi masyarakat mengimplikasikan perbedaan tipe dan tingkatan
partisipasi (contoh konsultasi dan pemberdayaan). Kedua, Partisipasi masyarakat
merepresentasikan metode kerja yang prioritasnya agar memungkinkan masyarakat untuk
berpartisipasi (membangun kapasitas masyarakat dan pengembangan masyarakat).Ketiga,
Partisipasi masyarakat menjelaskan atau mempetakan interaksi dan hubungan dengan
masyarakat yang dipengaruhi oleh partisipasi dan hubungannya dengan kesehatan dan
kesejahteraan (contoh social capital dan community cohesion)
Partisipasi masyarakat merupakan suatu proses teknis untuk memberikan kesempatan dan
wewenang yang lebih luas kepada masyarakat untuk secara bersama-sama memecahkan
berbagai persoalan. Pembagian kewenangan ini dilakukan berdasarkan tingkat keikutsertaan
(level of involvement ) masyarakat dalam kegiatan tersebut. Partisipasi masyarakat bertujuan
untuk mencari solusi permasalahan yang lebih baik dalam suatu komunitas dengan membuka
lebih banyak kesempatan bagi masyarakat untuk ikut memberikan kontribusi sehingga
implementasi kegiatan berjalan lebih efektif, efesien, dan berkelanjutan. Menurut Marisa B.
Guaraldo Chougil, partisipasi masyarakat di negara-negara yang kurang berkembang
(underdeveloped ), dapat dibagi menjadi 8 tingkatan yaitu : Pemberdayaan (Empowerment),
Kemitraan (Partnership), Mendamaikan (Conciliation) Dissimulasi/Pura-pura
(Dissimulation), Diplomasi (Diplomation) , Memberikan Informasi (Informing) , Konspirasi
(Conspiration) , Management Diri Sendiri (Self Management).
Dahuri, R. 2004. Membangun Indonesia yang Maju, Makmur dan Mandiri Melalui Pembangunan
Maritim. Makalah disampaikan pada Temu Nasional Visi dan Misi Maritim Indonesia dari Sudut
Pandang Politik, Jakarta, 18 Februari 2004.
Kusnadi, 1998, Nelayan Buruh: Lapisan Sosial yang Paling Miskin di Desa Pantai, Makalah
dipresentasikan di Pusat Studi Komunitas Pantai, 5 Januari 1998.
Mansyur, cholil, 2001, Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa, , usaha nasional.
Meinarno, Eko, Widianto, Bambang, Halida, Rizka, 2011, Manusia Dalam Kebudayaan dan
Masyarakat, Salemba Humanika