Anda di halaman 1dari 12

PERDAGANGAN JASA dan INDUSTRI

DOSEN PEMBIMBIMBING

MIRTHA FIRMANSYAH S.T .,M.T

Disusun Oleh :
AJI DHARMA BAHARI ( 171910501016 )

SISTA ANINDITA ( 171910501014 )

HENDI RENGGA AKHSANI ( 171910501049 )

ILHAM WAHYU HARTONO ( 171910501024 )

UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

1|Page
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................3

1.1 Latar Belakang..........................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.2.1 Definisi Perdagangan Jasa dan Industri.........................................3
1.2.1.1 Pengertian Perdagangan................................................
1.2.1.2 Pengertian Jasa..............................................................
1.2.1.3 Pengertian Perdagangan Jasa........................................
1.2.1.4 Pengertian Industri........................................................
1.2.1.5 Pengertian Industri Jasa.................................................
1.2.2 Perbedaan Perdagangan Jasa dan Perdagangan Barang................
1.2.3 Jenis-Jenis Jasa yang Diatur Dalam UU........................................
1.3 Tujuan dan Manfaat..................................................................................3
1.3.1 Tujuan..........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................4

2.1 Definisi Perdagangan Jasa dan Industri....................................................4

2.1.1 Pengertian Perdagangan ...............................................................5

2.1.2 Pengertian Jasa...............................................................................5

2.1.3 Pengertian Perdagangan Jasa..........................................................6

2.1.4 Pengertian Industri..........................................................................6

2.1.5 Pengertian Industri Jasa..................................................................6

BAB III STUDY KASUS................................................................................................7

3.1 Latar Belakang .........................................................................................8

3.2 Rumusan Masalah.....................................................................................8

BAB IV RESUME...........................................................................................................8

4.1 Pembahasan...............................................................................................9

BAB V PENUTUP...........................................................................................................11

5.1 Kesimpulan...............................................................................................11

5.2 Saran..........................................................................................................11

2|Page
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era globalisai ini semakin majunya perkembangan tekologi di sektor apapun,
khususnya di sektor perdaganan jasa dan industri. Hal ini dapat kita dapat kita ketahui
bahwa manusia sangat bergantung pada perdagangan dan industri yang saat ini bisa
dibilang sangat maju. Perdagangan jasa dan industri merupakan suatu hal yang sangat
penting dalam kegiatan perekonomian suatu negaraaktivitas perdagangan jasa dan
industritersebut menjadi indikasi tingkat kemakmuran masyarakatnya serta menjadi tolok
ukur tingkat perekonomian negara itu sendiri. Sehingga bisa dibilang perdagangan jasa
dan industri merupakan urat nadi perekonomian suatu negara. Melalui perdagangan jasa
dan industri pula suatu negara bisa menjalin hubungan diplomatik dengan negara
tetangga.
Kebutuhan hasrat manusia yang tiada habisnya mendorong pelaku perdagangan
untuk terus menciptakan inovasi – inovasi baru untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Konsumen memegang peranan yang sangat penting pada kegiatan perdagangan. Dan
perlu diketahui juga bahwa konsumen mempunyai cara tersendiri dalam memenuhi
kebutuhannya. Maka dari itu perusahaan perdagangan terus bersaing demi menciptakan
produk yang lebih unggul.
Dalam kegiatan perdagangan tidak dilakukan semena – mena , semua ada aturan dan
batan – batasannya. Pedagangan di Indonesia diatur dalam UUD 1945 Pasal 45 pasal 33
ayat 1 berbunyi : “Perekonomian disusun berasas pada kekeluargaan Dari dasar itu maka
dilahirkanlah UU atau aturan yang menyangkut perdagangan daam Negara RI. Hukum ini
tidak boleh bertentangan dengan kedua landasan di atas. Karenanya tujuan hukum dagang
adalah untuk memajukan kesejahteraan umum”.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Definisi Perdagangan Jasa dan Industri


1.2.1.1 Pengertian Perdagangan
1.2.1.2 Pengertian Jasa
1.2.1.3 Pengertian Perdagangan Jasa
1.2.1.4 Pengertian Industri
1.2.1.5 Pengertian Industri Jasa
1.2.2 Perbedaan Perdagangan Jasa dan Perdagangan Barang
1.2.3 Jenis- Jenis Jasa yang Diatur Dalam UU Perdagangan

3|Page
1.3 Tujuan

1.3.1 Dapat Mengetahui Definisi Perdagangan Jasa dan Industri


1.3.2 Dapat Mengetahui Perbedaan Perdagangan Jasa dan Perdagangan
Barang
1.3.3 Dapat Mengetahui Jenis-Jenis Jasa yang Diatur Dalam UU Perdagangan

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Definisi Perdagangan jasa dan Industri


2.1.1 Pengertian Perdagangan
Perdagangan atau perniagaan adalah kegiatan tukar menukar barang atau jasa
atau keduanya yang berdasarkan kesepakatan bersama bukan pemaksaan. Pada
masa awal sebelum uang ditemukan, tukar menukar barang dinamakan barter yaitu
menukar barang dengan barang. Pada masa modern perdagangan dilakukan dengan
penukaran uang. Setiap barang dinilai dengan sejumlah uang. Pembeli akan
menukar barang atau jasa dengan sejumlah uang yang diinginkan penjual. Dalam
perdagangan ada orang yang membuat yang disebut produsen. Kegiatannya
bernama produksi. Jadi, produksi adalah kegiatan membuat suatu barang. Ada juga
yang disebut distribusi. Distribusi adalah kegiatan mengantar barang dari produsen
ke konsumen. Konsumen adalah orang yang membeli barang. Konsumsi adalah
kegiatan menggunakan barang dari hasil produksi.

2.1.2 Pengertian Jasa


Jasa adalah produk yang sering menjadi objek perdagangan internasional.
Secara terminologi, jasa dapat didefinisikan sebagai hasil kegiatan produksi yang
mengubah keadaan satuan-satuan yang mengkonsumsi, atau mempermudah
pertukaran produk atau aset keuangan. Jasa adalah hasil kegiatan produksi yang
mengubah keadaan satuan-satuan yang mengkonsumsi, atau mempermudah
pertukaran produk atau aset keuangan. Istilah “jasa” mencakup bermacam-macam
produk dan kegiatan yang tak dapat disentuh (intangible) yang sulit dijabarkan di
dalam suatu definisi yang sederhana. Jasa juga seringkali sulit dipisahkan dari
barang, sebab jasa dapat mencakup keduanya kadang tak dapat dipisahkan satu
sama lain.

2.1.3 Pengertian Perdagangan Jasa


Perdagangan Jasa adalah invisible trade yaitu perdagangan antar negara
yang, meskipun tidak dianggap sebagai ekspor atau impor, dipelakukan sebagai
impor atau ekspor, seperti sewa, pengangkutan, dan biaya pengiriman.

4|Page
2.1.4 Pengertian Industri
Industri adalah bidang yang menggunakan ketrampilan, dan ketekunan kerja
dan penggunaan alat-alat di bidang pengolahan hasil-hasil bumi, dan distribusinya
sebagai dasarnya. Maka industri umumnya dikenal sebagai mata rantai selanjutnya
dari usaha-usaha mencukupi kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan dengan
bumi, yaitu sesudah pertanian, perkebunan, dan pertambangan yang berhubungan
erat dengan tanah. Kedudukan industri semakin jauh dari tanah, yang merupakan
basis ekonomi, budaya, dan politik.
2.1.5 Pengertian Jasa Industri
industri yang melakukan kegiatan ekonomi dan menghasilkan produk yang
memberikan nilai tambah yang bersifat tidak berwujud (seperti hiburan, kenikmatan,
sehat santai dan produk tersebut tidak dikonsumsi secara simultan dengan waktu
produks

2.2 Perbedaan Pedagangan Jasa Dan Perdagangan Barang

Perdagangan jasa memiliki karakteristik-karakteristik yang membedakannya


dengan perdagangan barang. Pertama adalah nature of service transactions. Dalam sektor
jasa, transaksi mengharuskan kehadiran kedua belah pihak, yaitu produsen dan
konsumen. Jika produsen-produsen jasa disuatu negara memiliki sebuah produk jasa
yang diminati oleh konsumen dari luar negeri, maka konsumen luar negeri tersebut harus
langsung bertransaksi dengan produsen untuk mendapatkan produk jasa tersebut. Jadi
penyediaan produk jasa terhadap pasar luar negeri seringkali disertai pergerakan modal
atau tenaga kerja.
Karakteristik yang lain adalah regulasi dan kontrol yang besar pada perdagangan
jasa. Regulasi dan kontrol yang besar ini dalam rangka, pertama, menghindari resiko
terjadinya market failure atau kegagalan pasar dari kurangnya informasi atau lack of
information yang didapat konsumen pada produk yang akan dikonsumsinya. Seperti
yang kita ketahui bahwa pasar dapat menjadi alokasi sumber daya yang efisien (yaitu
bertemunya permintaan konsumen dan penawaran produsen) jika asumsi-asumsinya
terpenuhi, yang salah satunya adalah informasi yang sempurna. Jika tidak, maka pasar
gagal menjadi alat alokasi sumber daya yang efisien. Konsumen tidak akan pernah tahu
persis tentang kualitas produk yang akan dikonsumsinya. Oleh karena itu diperlukan
informasi yang sempurna mengenai produk tersebut. Misal contoh yang terjadi pada
perdagangan jasa, jika konsumen disuatu negara ingin menggunakan jasa tenaga ahli
konstruksi asing, maka ia harus mengetahui kualitas dari tenaga ahli yang akan
digunakannya tersebut. Dan alangkah lebih baik jika kualitas tenaga ahli yang akan
masuk ke negaranya tersebut telah terstandarisasi sesuai dengan regulasi yang ada.
Kedua, regulasi dan kontrol yang besar ini sebagai konsekuensi dari penyediaan produk
jasa yang berbeda dengan penyediaan produk barang. Jika di proses penyediaan produk
barang mengenal istilah penyimpanan atau stock, maka dalam penyediaan produk jasa ini
tidak dikenal istilah tersebut. Maksudnya, produk jasa disediakan secara langsung oleh
produsennya tanpa melalui proses penyimpanan seperti pada produk barang. Jadi dapat
disimpulkan bahwa regulasi dan kontrol yang besar pada perdagangan jasa ini ditujukan
agar kedua belah pihak konsumen dan produsen tidak merasa dirugikan.

5|Page
Selain itu yang membedakan perdagangan jasa dengan perdagangan barang adalah
kesulitan untuk mendeteksi hambatan-hambatan yang ada didalamnya. Lebih sulit untuk
mendeteksi hambatan-hambatan yang berada didalam perdagangan jasa daripada yang
ada pada perdagangan barang. Hambatan-hambatan pada perdagangan barang dapat
dideteksi dengan jelas melalui perbedaan harga atau price differential yang ada.
Sedangkan pada perdagangan jasa hambatan-hambatan agak sulit untuk dideteksi karena
berupa peraturan-peraturan. Hambatan-hambatan perdagangan jasa ini less transparent
dibandingkan dengan hambatan-hambatan perdagangan barang, ini yang menyebabkan
sulit untuk mengetahui dampak hambatan tersebut.
Sebagai tambahan, Mary E. Footer dalam tulisannya Global and Regional
Approaches to The Regulation of Trade in Services juga menjelaskan karakteristik-
karakteristik yang membedakan perdagangan jasa dengan perdagangan barang. Pertama,
jasa itu bersifat intangible atau tidak nyata, tidak seperti barang yang bersifat tangible
atau nyata, yang mana berisi hak dan kewajiban. Contohnya hak dan kewajiban yang
tidak terlihat itu tercermin pada international banking. Misal, claim & liabilities warga
negara suatu negara dalam bentuk mata uang asing atau claim & liabilities warga asing
dalam bentuk mata uang negara tersebut. Selain itu perdagangan jasa ini lebih terikat
terhadap regulasi-regulasi dibandingkan perdagangan barang. Contoh, safety standard
dalam industri penerbangan. Penerapan perdagangan jasa seringkali berbenturan dengan
hal-hal yang bersifat non-ekonomi. Misalnya, transborder broadcasting seringkali
berbenturan dengan kebijakan kebudayaan nasional suatu negara. Struktur pasar sektor
jasa juga dikarakteristikkan dengan adanya kompetisi yang tidak sempurna. Industri
telekomunikasi merupakan contoh yang cukup baik dari imperfect competition ini. Di
banyak negara, peralatanperalatan telekomunikasi disupply oleh pemerintah dan
sistemnya pun dioperasikan secara monopoli oleh pemerintah.

2.3 Jenis jenis jasa yang diatur dalam UU perdagangan


Landasan strukturil – UUD 45 pasal 33 ayat 1 berbunyi : Perekonomian disusun
berasas pada kekeluargaan Dari dasar itu maka dilahirkanlah UU atau aturan yang
menyangkut perdagangan daam Negara RI. Hukum ini tidak boleh bertentangan dengan
kedua landasan di atas. Karenanya tujuan hukum dagang adalah untuk memajukan
kesejahteraan umum.
dalam UU Perdagangan diatur 12 jenis jasa yang dapat diperdagangkan. Yaitu:
(1) jasa bisnis, yaitu jasa yang terkait usaha masyarakat;
(2) jasa distribusi;
(3) jasa komunikasi;
(4) jasa pendidikan;
(5) jasa lingkungan hidup;
(6) jasa keuangan. Selain itu, pengganti BRO 1934 itu pun mengatur perdagangan
(7) jasa konstruksi dan teknik terkait;
(8) jasa kesehatan dan sosial;
(9) jasa rekreasi kebudayaan dan olahraga;
(10) jasa pariwisata;
(11) jasa transportasi;
(12) jasa lain-lain.
Dari 12 jenis jasa tersebut, diketahui tidak semua perdagangan jasa ada dalam
tupoksi (tugas, pokok, dan fungsi) Kementerian Perdagangan. Selama ini perdagangan

6|Page
jasa yang paling besar ada pada jenis jasa transportasi, jasa perjalanan, dan jasa bisnis
lainnya. Sayangnya, ia pun mengakui 90 persen dari jasa transportasi yang digunakan
untuk kegiatan ekspor impor menggunakan jasa asing.

Hal ini, membuat neraca perdagangan jasa tertekan. Meski demikian, pemerintah tak
bisa serta merta membuat aturan agar kegiatan ekspor impor menggunakan jasa
transportasi lokal. Karena bisa-bisa ekspor terhenti.

Ekonom, menilai ketimpangan kebutuhan transportasi untuk kegiatan ekspor impor


dengan ketersediaan jasa lokal disebabkan salah satunya infrastruktur yang kurang
memadai. Sejumlah proyek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI) pun dinilai kurang pengawasan. Akibatnya proyek pun
menjadi lamban terealisasi.

BAB 3 STUDI KASUS

Peran Migrasi Tenaga Kerja di dalam Sektor Jasa (TKI)


3.1 Latar Belakang
Jasa telah memainkan peran yang semakin berpengaruh dalam perekonomian dan
ketenagakerjaan Indonesia sejak krisis keuangan . Jasa kini mendominasi sektor-sektor
lainnya seperti mendorong perluasan jasa modern, pariwisata, transportasi dan layanan
bisnis. Migrasi pekerja Indonesia kurang terampil ke luar negeri juga memainkan satu
peran dalam perdagangan jasa melalui pengiriman uang, meskipun Indonesia masih perlu
mengembangkan sistem perlindungan yang lebih layak bagi pekerja migran. Tenaga
Kerja ke luar negeri ini biasanya tidak memiliki banyak keterampilan dan biasanya hanya
dijadikan budak saja di negara asing. Tetapi para tenaga kerja ini adalah pahlawan bagi
keuangan di negara kita dan mendorong pertumbuhan devisa negara secara
berkelanjutan.
Dalam era globalisasi ini banyak tenaga kerja indonesia yang kerja di luar negeri.
Biasanya para tenaga kerja ini dari golongan orang dibawah garis kesejahteraan dan
biasanya tenaga kerja ini berasal dari daerah dan desa desa. Jasa yang ditawarkan keluar
negeri pun cukup bervariasi seperti pegawai negeri, pekerja pabrik, pekerja bangunan,
buruh, pengusaha, seniman, cendikiawan, dan abri.Perpindahan ke luar negeri adalah
salah satu bidang dimana tenaga kerja secara langsung diwujudkan dalam ekspor dan
impor jasa. Indonesia telah menjadi pemasok besar tenaga kerja kontrak yang sebagian
besar tidak memiliki keterampilan ke Asia Timur dan Timur Tengah selama satu dekade
terakhir ini. Indonesia juga merupakan Negara tujuan bagi tenaga kerja terampil dan
profesional dari Asia, Amerika, maupun Eropa. Kedua arus perpindahan ini memberi
kontribusi besar terhadap. kesejahteraan dan pertumbuhan, serta membantu menciptakan
lapangan pekerjaan, walaupun mereka merupakan pangsa yang kecil dalam total tenaga
kerja secara keseluruhan.

7|Page
3.2 Rumusan masalah
1. Tenaga kerja Indonesia yang Bekerja di Luar Negeri
2. Arus Pekerja Migran
3. Migrasi Tenaga Kerja Terampil ke Dalam Negeri

BAB 4 RESUME
Perpindahan pekerja dan transfer internasional sangat menguntungkan ekspor tenaga
kerja (TKI). Remitan dari migrasi ke luar sangat besar (Indonesia berada di peringkat 20
terbesar dalam hal tingkat penghasilan devisa tahunan).17 Sebaliknya, remitan
penghasilan pekerja asing yang bekerja di Indonesia adalah lebih kecil yaitu $1.7 milyar
tahun 2010, walaupun nilai rata-rata remitan jauh lebih besar untuk pekerja asing (TKA)
yang bekerja di Indonesia. Bagi TKI, dua masalah kebijakan besar yang saling terkait
adalah rendahnya keterampilan pekerja yang bekerja ke luar negeri serta rendahnya upah
dan kondisi kerja yang dihadapi TKI di luar negeri. Tampaknya persoalan ini tidak dapat
diselesaikan dalam waktu semalam jika Indonesia ingin mempertahankan tingkat ekspor
tenaga kerja yang tinggi.

4.1 Tenaga kerja Indonesia yang Bekerja di Luar Negeri


Komposisi ekspor tenaga kerja Indonesia, TKI, dan remitan dipengaruhi oleh berbagai
faktor.Faktor-faktor ini mencakup karakteristik suplai pekerja; sifat pekerjaan dari sisi
permintaan; dan peraturan pekerja migran baik di negara pengirim maupun negara
penerima. Sebagian besar TKI bekerja di sektor jasa dengan upah rendah, terutama
pekerjaan domestik, seperti pengasuh, sopir dan pekerja konstruksi. Perkiraan nilai
remitan adalah sekitar $6.7 milyar tahun 2010 (yaitu lebih kurang sama dengan angka
yang tercatat tahun 2011). Angka ini sedikit lebih kecil dari penghasilan dari pariwisata
pada tahun yang sama, dan setara dengan sepertiga semua jasa ekspor, atau sekitar 3-5
persen dari total penghasilan devisa. Walaupun tidak banyak berbeda dengan
penghasilan dari beberapa komoditas ekspor yang utama, namun remitan adalah transfer
langsung ke keluarga sehingga kemungkinan besar memiliki dampak yang jauh lebih
besar terhadap kesejahteraan mereka.19 Jumlah total remitan meningkat secara gradual
dari pertengahan tahun 2000an, walaupun stok pekerja migran diperkirakan sedikit
menurun. Penurunan ini diperkirakan sebesar 10 persen: dari 4,7 juta tahun 2006 menjadi
4,3 juta tahun 2010.20 Nilai remintan meningkat, dikarenakan oleh kenaikan jumlah TKI
di Negara-negara berupah tinggi di Asia Timur – terutama Taiwan dan Hongkong. Hal
ini diimbangi dengan pangsa migran yang lebih kecil yang pergi ke Negara tetangga
Malaysia yang memiliki tingkat upah terendah dari Negara—negara penerima utama
yang lain.

8|Page
Walaupun besar rata-rata remitan per pekerja adalah indikator penting dari
kesejahteraan keluarga pekerja migran, namun pada prakteknya, tingkat upah sebenarnya
yang diterima masing-masing pekerja dan nilai remitan dirumitkan oleh biaya rekrutmen
dan pemotongan. Biaya dan pemotongan sangat bervariasi tergantung daerah dimana
mereka direkrut serta besar biaya yang ditanggung oleh calo dan perusahaan perekrut di
tingkat daerah. Sebagai contoh, pekerja yang direkrut untuk bekerja di negara-negara
Asia Timur yang lebih menguntungkan dilaporkan dikenakan pemotongan (sebagian
besar resmi) dari upah mereka untuk jangka waktu yang lebih lama daripada mereka
yang pergi kerja ke Timur Tengah. Para ahli menyatakan bahwa tingginya pemotongan
terutama mereka yang bekerja di Malaysia, membuat banyak pekerja migran yang lebih
suka mengambil jalur ‘ilegal’, sebagai pekerja migran yang tidak terdaftar, agar dapat
menghindari sebagian besar biaya wajib pemerintah, ditambah biaya untuk calo dan
perusahaan perekrut

9|Page
4.2 Arus Pekerja Migran
Bagaimana dengan arus pekerja migran ke luar negeri? Data tentang hal ini kurang
lengkap, dan ada banyak kesenjangan tentang angka penempatan secara absolut.24
Meskipun demikian, data ini menunjukkan bahwa sekitar 75 persen pekerja migran
adalah perempuan selama beberapa tahun terakhir, sebagian besar dari mereka bekerja di
sektor informal yaitu sebagai pekerja rumah tangga (PRT).25 Hal ini benar adanya
terutama di Timur Tengah, serta kasus yang ada di Singapura dan Hong Kong. Dimana
di kedua Negara yang disebutkan terakhir ini, hampir 100 persen TKI bekerja sebagai
PRT.Jenis pekerjaan penting lainnya adalah pengasuh orang tua, sopir dan pekerja
konstruksi. Sementara pekerja di sektor manufaktur dan perkebunan juga penting dalam
kasus Malaysia.
Penempatan PRT dilaporkan turun drastis sejak pertengahan tahun 2011 karena
larangan kontrak kontrak baru untuk penempatan di Saudi Arabia, sejak bulan September
2011. Larangan ini diterapkan sebagai reaksi atas pemancungan seorang PRT Indonesia
pada bulan Agustus 2011.27Akibatnya, diperkirakan jumlah pekerja sektor formal akan
melebihi jumlah pekerja baru di sektor informal yang disetujui melalui program-program
pemerintah untuk pertama kali pada tahun 2011.28 Meskipun demikian, Indonesia
diperkirakan akan menemui kesulitan yang lebih besar untuk bersaing dengan Negara-
negara Asia yang lain seperti Filipina dan India dalam menempatkan pekerja yang lebih
terampil di luar negeri, terutama untuk pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan tingkat
kemahiran berbahasa Inggris yang baik.

4.3 Migrasi Tenaga Kerja Terampil ke Dalam Negeri


Indonesia mengimpor pekerja migran dalam jumlah kecil, sementara proporsi pekerja
yang besar bekerja di perusahaan asing berdasarkan kesepakatan transfer, atau sebagai
staf teknis dan profesional. Jumlahnya semakin meningkat selama beberapa tahun
terakhir ini seperti halnya komposisi TKA yang bekerja di Indonesia. Sektor jasa
merupakan sektor dengan mayoritas pekerja asing, terutama di bidang perdagangan,
pendidikan, pariwisata, jasa pengelolaan dan konstruksi. Sebagian besar dari mereka
memiliki latar belakang pendidikan tinggi. Bank Indonesia (2010) melalui survei
terbarunya tentang pekerja asing mendapati bahwa lebih dari separuh sampel pekerja
asing memiliki gelar minimal S1.

10 | P a g e
Dikarenakan suplai PRT perempuan non terampil mendominasi migrasi ke luar
negeri, maka kebijakan dikonsentrasikan pada upaya untuk mengubah keseimbangan
antara pekerja migran di sektor ‘informal’ seperti PRT dan aliran sedikit pekerja di
sektor ‘formal’ ke luar negeri. Kebijakan ini juga difokuskan pada upaya untuk
mengurangi pemakaian pekerja asing profesional terampil di Indonesia, dikarenakan
tingginya tingkat pengangguran di kalangan mereka yang berpendidikan.

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Jasa telah memainkan peran yang semakin penting dalam ketenaga kerjaan dan
perekonomian Indonesia. Sejak Krisis Keuangan Asia. Layanan kini mendominasi
sektor-sektor lain. Walaupun sebagian besar pekerjaan dikaitkan dengan permintaan
domestik dan bukan permintaan internasional, namun pekerjaan yang diciptakan melalui
ekspor juga penting. Secara keseluruhan, baik segmen industri modern maupun
tradisional menonjol di sektor jasa: sektor informal yang besar tergantung pada pekerja
nonterampil yang relatif murah dan sektor formal yang sama besarnya dimana banyak
peserta memiliki latar belakang pendidikan yang lebih baik dan memiliki pekerjaan
dengan upah tetap di sektor layanan pemerintah, pendidikan, kesehatan dan layanan lain.
Sebagian besar tenaga profesional di Indonesia terkonsentrasi di sektor jasa, dan
partisipasi mereka dalam layanan keuangan dan bisnis memberi kontribusi besar
terhadap tingkat produktivitas rata-rata yang lebih tinggi dari sektor manufaktur.

5.2 Saran
Tentunya peranan perdagagan jasa dan industri sangat berperan besar dalam
pertumbuhan ekonomi selayaknya para tenaga kerja indonesia memiliki kebijakan atas
kemanan kerja di negara asing dan tentunya bisa dipertanggung jawabkan oleh
pemerintah. Peranan tenaga kerja indonesia sangat besar dalam mendorong devisa negara
dan pula migrasi tenaga asing di indonesia yang membukakan lapangan pekerjaan baru
walaupun orang lokal atau dalam negri hanya bisa sebatas pekerja kasar dan tidak akan
bisa memiliki wewenang naik jabatan jika tidak linear dengan pemilik perusahaan.

11 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

http://www.ilo.org/jakarta/whatwedo/publications/WCMS_185656/lang--en/index.htm

12 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai