DOSEN PEMBIMBIMBING
Disusun Oleh :
AJI DHARMA BAHARI ( 171910501016 )
1|Page
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................4
BAB IV RESUME...........................................................................................................8
4.1 Pembahasan...............................................................................................9
BAB V PENUTUP...........................................................................................................11
5.1 Kesimpulan...............................................................................................11
5.2 Saran..........................................................................................................11
2|Page
BAB I. PENDAHULUAN
3|Page
1.3 Tujuan
4|Page
2.1.4 Pengertian Industri
Industri adalah bidang yang menggunakan ketrampilan, dan ketekunan kerja
dan penggunaan alat-alat di bidang pengolahan hasil-hasil bumi, dan distribusinya
sebagai dasarnya. Maka industri umumnya dikenal sebagai mata rantai selanjutnya
dari usaha-usaha mencukupi kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan dengan
bumi, yaitu sesudah pertanian, perkebunan, dan pertambangan yang berhubungan
erat dengan tanah. Kedudukan industri semakin jauh dari tanah, yang merupakan
basis ekonomi, budaya, dan politik.
2.1.5 Pengertian Jasa Industri
industri yang melakukan kegiatan ekonomi dan menghasilkan produk yang
memberikan nilai tambah yang bersifat tidak berwujud (seperti hiburan, kenikmatan,
sehat santai dan produk tersebut tidak dikonsumsi secara simultan dengan waktu
produks
5|Page
Selain itu yang membedakan perdagangan jasa dengan perdagangan barang adalah
kesulitan untuk mendeteksi hambatan-hambatan yang ada didalamnya. Lebih sulit untuk
mendeteksi hambatan-hambatan yang berada didalam perdagangan jasa daripada yang
ada pada perdagangan barang. Hambatan-hambatan pada perdagangan barang dapat
dideteksi dengan jelas melalui perbedaan harga atau price differential yang ada.
Sedangkan pada perdagangan jasa hambatan-hambatan agak sulit untuk dideteksi karena
berupa peraturan-peraturan. Hambatan-hambatan perdagangan jasa ini less transparent
dibandingkan dengan hambatan-hambatan perdagangan barang, ini yang menyebabkan
sulit untuk mengetahui dampak hambatan tersebut.
Sebagai tambahan, Mary E. Footer dalam tulisannya Global and Regional
Approaches to The Regulation of Trade in Services juga menjelaskan karakteristik-
karakteristik yang membedakan perdagangan jasa dengan perdagangan barang. Pertama,
jasa itu bersifat intangible atau tidak nyata, tidak seperti barang yang bersifat tangible
atau nyata, yang mana berisi hak dan kewajiban. Contohnya hak dan kewajiban yang
tidak terlihat itu tercermin pada international banking. Misal, claim & liabilities warga
negara suatu negara dalam bentuk mata uang asing atau claim & liabilities warga asing
dalam bentuk mata uang negara tersebut. Selain itu perdagangan jasa ini lebih terikat
terhadap regulasi-regulasi dibandingkan perdagangan barang. Contoh, safety standard
dalam industri penerbangan. Penerapan perdagangan jasa seringkali berbenturan dengan
hal-hal yang bersifat non-ekonomi. Misalnya, transborder broadcasting seringkali
berbenturan dengan kebijakan kebudayaan nasional suatu negara. Struktur pasar sektor
jasa juga dikarakteristikkan dengan adanya kompetisi yang tidak sempurna. Industri
telekomunikasi merupakan contoh yang cukup baik dari imperfect competition ini. Di
banyak negara, peralatanperalatan telekomunikasi disupply oleh pemerintah dan
sistemnya pun dioperasikan secara monopoli oleh pemerintah.
6|Page
jasa yang paling besar ada pada jenis jasa transportasi, jasa perjalanan, dan jasa bisnis
lainnya. Sayangnya, ia pun mengakui 90 persen dari jasa transportasi yang digunakan
untuk kegiatan ekspor impor menggunakan jasa asing.
Hal ini, membuat neraca perdagangan jasa tertekan. Meski demikian, pemerintah tak
bisa serta merta membuat aturan agar kegiatan ekspor impor menggunakan jasa
transportasi lokal. Karena bisa-bisa ekspor terhenti.
7|Page
3.2 Rumusan masalah
1. Tenaga kerja Indonesia yang Bekerja di Luar Negeri
2. Arus Pekerja Migran
3. Migrasi Tenaga Kerja Terampil ke Dalam Negeri
BAB 4 RESUME
Perpindahan pekerja dan transfer internasional sangat menguntungkan ekspor tenaga
kerja (TKI). Remitan dari migrasi ke luar sangat besar (Indonesia berada di peringkat 20
terbesar dalam hal tingkat penghasilan devisa tahunan).17 Sebaliknya, remitan
penghasilan pekerja asing yang bekerja di Indonesia adalah lebih kecil yaitu $1.7 milyar
tahun 2010, walaupun nilai rata-rata remitan jauh lebih besar untuk pekerja asing (TKA)
yang bekerja di Indonesia. Bagi TKI, dua masalah kebijakan besar yang saling terkait
adalah rendahnya keterampilan pekerja yang bekerja ke luar negeri serta rendahnya upah
dan kondisi kerja yang dihadapi TKI di luar negeri. Tampaknya persoalan ini tidak dapat
diselesaikan dalam waktu semalam jika Indonesia ingin mempertahankan tingkat ekspor
tenaga kerja yang tinggi.
8|Page
Walaupun besar rata-rata remitan per pekerja adalah indikator penting dari
kesejahteraan keluarga pekerja migran, namun pada prakteknya, tingkat upah sebenarnya
yang diterima masing-masing pekerja dan nilai remitan dirumitkan oleh biaya rekrutmen
dan pemotongan. Biaya dan pemotongan sangat bervariasi tergantung daerah dimana
mereka direkrut serta besar biaya yang ditanggung oleh calo dan perusahaan perekrut di
tingkat daerah. Sebagai contoh, pekerja yang direkrut untuk bekerja di negara-negara
Asia Timur yang lebih menguntungkan dilaporkan dikenakan pemotongan (sebagian
besar resmi) dari upah mereka untuk jangka waktu yang lebih lama daripada mereka
yang pergi kerja ke Timur Tengah. Para ahli menyatakan bahwa tingginya pemotongan
terutama mereka yang bekerja di Malaysia, membuat banyak pekerja migran yang lebih
suka mengambil jalur ‘ilegal’, sebagai pekerja migran yang tidak terdaftar, agar dapat
menghindari sebagian besar biaya wajib pemerintah, ditambah biaya untuk calo dan
perusahaan perekrut
9|Page
4.2 Arus Pekerja Migran
Bagaimana dengan arus pekerja migran ke luar negeri? Data tentang hal ini kurang
lengkap, dan ada banyak kesenjangan tentang angka penempatan secara absolut.24
Meskipun demikian, data ini menunjukkan bahwa sekitar 75 persen pekerja migran
adalah perempuan selama beberapa tahun terakhir, sebagian besar dari mereka bekerja di
sektor informal yaitu sebagai pekerja rumah tangga (PRT).25 Hal ini benar adanya
terutama di Timur Tengah, serta kasus yang ada di Singapura dan Hong Kong. Dimana
di kedua Negara yang disebutkan terakhir ini, hampir 100 persen TKI bekerja sebagai
PRT.Jenis pekerjaan penting lainnya adalah pengasuh orang tua, sopir dan pekerja
konstruksi. Sementara pekerja di sektor manufaktur dan perkebunan juga penting dalam
kasus Malaysia.
Penempatan PRT dilaporkan turun drastis sejak pertengahan tahun 2011 karena
larangan kontrak kontrak baru untuk penempatan di Saudi Arabia, sejak bulan September
2011. Larangan ini diterapkan sebagai reaksi atas pemancungan seorang PRT Indonesia
pada bulan Agustus 2011.27Akibatnya, diperkirakan jumlah pekerja sektor formal akan
melebihi jumlah pekerja baru di sektor informal yang disetujui melalui program-program
pemerintah untuk pertama kali pada tahun 2011.28 Meskipun demikian, Indonesia
diperkirakan akan menemui kesulitan yang lebih besar untuk bersaing dengan Negara-
negara Asia yang lain seperti Filipina dan India dalam menempatkan pekerja yang lebih
terampil di luar negeri, terutama untuk pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan tingkat
kemahiran berbahasa Inggris yang baik.
10 | P a g e
Dikarenakan suplai PRT perempuan non terampil mendominasi migrasi ke luar
negeri, maka kebijakan dikonsentrasikan pada upaya untuk mengubah keseimbangan
antara pekerja migran di sektor ‘informal’ seperti PRT dan aliran sedikit pekerja di
sektor ‘formal’ ke luar negeri. Kebijakan ini juga difokuskan pada upaya untuk
mengurangi pemakaian pekerja asing profesional terampil di Indonesia, dikarenakan
tingginya tingkat pengangguran di kalangan mereka yang berpendidikan.
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Jasa telah memainkan peran yang semakin penting dalam ketenaga kerjaan dan
perekonomian Indonesia. Sejak Krisis Keuangan Asia. Layanan kini mendominasi
sektor-sektor lain. Walaupun sebagian besar pekerjaan dikaitkan dengan permintaan
domestik dan bukan permintaan internasional, namun pekerjaan yang diciptakan melalui
ekspor juga penting. Secara keseluruhan, baik segmen industri modern maupun
tradisional menonjol di sektor jasa: sektor informal yang besar tergantung pada pekerja
nonterampil yang relatif murah dan sektor formal yang sama besarnya dimana banyak
peserta memiliki latar belakang pendidikan yang lebih baik dan memiliki pekerjaan
dengan upah tetap di sektor layanan pemerintah, pendidikan, kesehatan dan layanan lain.
Sebagian besar tenaga profesional di Indonesia terkonsentrasi di sektor jasa, dan
partisipasi mereka dalam layanan keuangan dan bisnis memberi kontribusi besar
terhadap tingkat produktivitas rata-rata yang lebih tinggi dari sektor manufaktur.
5.2 Saran
Tentunya peranan perdagagan jasa dan industri sangat berperan besar dalam
pertumbuhan ekonomi selayaknya para tenaga kerja indonesia memiliki kebijakan atas
kemanan kerja di negara asing dan tentunya bisa dipertanggung jawabkan oleh
pemerintah. Peranan tenaga kerja indonesia sangat besar dalam mendorong devisa negara
dan pula migrasi tenaga asing di indonesia yang membukakan lapangan pekerjaan baru
walaupun orang lokal atau dalam negri hanya bisa sebatas pekerja kasar dan tidak akan
bisa memiliki wewenang naik jabatan jika tidak linear dengan pemilik perusahaan.
11 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ilo.org/jakarta/whatwedo/publications/WCMS_185656/lang--en/index.htm
12 | P a g e