Anda di halaman 1dari 53

BADAN USAHA FIRMA

Paper
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Hukum Perusahaan dan Kepailitan
Dosen Pengampu Dr. Paramita Prananingtyas, S.H., LLM.

Disusun oleh kelompok 1

1. Naila Zulfaa : 11000119410004


2. Ninik Zakiyah : 11000119410019
3. Nining Aja Liza Wahyuni : 11000119410023
4. Noor Kholifah Hidayati : 11000119410032
5. Zeehan Fuad Attamimi : 11000119410052

MAGISTER ILMU HUKUM

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI DAN BISNIS

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2019

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 1


DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. 3
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 4
II. RUMUSAN MASALAH ................................................................................. 9
III. PEMBAHASAN .......................................................................................... 9
A. Cakupan Firma ............................................................................................. 9
a. Pengertian Firma ...................................................................................... 9
b. Dasar Hukum Firma ................................................................................. 9
c. Unsur-unsur Firma ................................................................................. 10
d. Modal Firma ........................................................................................... 11
B. Pengelolaan Pengurusan dalam Firma ....................................................... 11
a. Tanggung Jawab / Kewajiban Hukum Sekutu ....................................... 11
b. Pihak yang Mewakili Firma dengan Pihak Ketiga dan Kewenangannya14
C. Tata Cara Pendirian Firma sampai Berakhirnya Firma.............................. 16
a. Pendirian Firma ...................................................................................... 16
b. Perizinan Firma ...................................................................................... 36
c. Perubahan Firma ..................................................................................... 46
d. Berakhirnya Firma .................................................................................. 48
IV. SIMPULAN ............................................................................................... 50
V. SARAN .......................................................................................................... 51
VI. PENUTUP .................................................................................................. 51
VII. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 52

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Surat Keterangan Domisili ............................................................................... 21


Gambar 2 Logo Sistem Administrasi Badan Usaha.......................................................... 25
Gambar 3 Beranda Aplikasi .............................................................................................. 26
Gambar 4 Menu Voucher.................................................................................................. 26
Gambar 5 Pembelian Voucher .......................................................................................... 29
Gambar 6 Form Pendaftaran Firma .................................................................................. 30
Gambar 7 Surat Keterangan Terdaftar .............................................................................. 33
Gambar 8 Pencatatan Pendaftaran Persetujuan Firma ...................................................... 34
Gambar 9 Tangkapan layar laman OSS (1) ...................................................................... 38
Gambar 10 Gbr. Tangkapan layar laman OSS (2) ............................................................ 38
Gambar 11 Pilihan Informasi pada Tampilan OSS .......................................................... 39
Gambar 12 User Manual OSS........................................................................................... 40
Gambar 13 Langkah-langkah Mendapatkan NIB ............................................................. 41
Gambar 14 Infografis Izin Lokasi ..................................................................................... 43
Gambar 15 Infografis Izin Mendirikan Bangunan ............................................................ 44
Gambar 16 Infografis Izin Usaha ...................................................................................... 44
Gambar 17 Infografis Izin Operasional Komersial ........................................................... 45

3
I. PENDAHULUAN

Kegiatan ekonomi di Indonesia memiliki berbagai jenis usaha yang


banyak dilakukan . Ekonomi Indonesia merupakan salah satu kekuatan ekonomi
berkembang utama dunia yang terbesar di Asia Tenggara dan terbesar di Asia
ketiga setelah China dan India. Ekonomi negara ini menempatkan Indonesia
sebagai kekuatan ekonomi terbesar ke-16 dunia yang artinya Indonesia juga
merupakan anggota G-20. Salah satu jenis kegiatan ekonomi indonesia adalah
dengan berdagang.
Dagang adalah kegiatan jual beli berupa barang atau jasa dengan
kesepakatan bersama untuk memperoleh apa yang dibutuhkan konsumen dan apa
keuntungan yang didapatkan produsen. Istilah dagang dalam Kitab Undang-
Undang hukum dagang telah dihapuskan setelah ditemukannya istilah perusahaan.
Hal ini dikarenakan istilah dagang dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan dalam dunia perdagangan, sehingga digantikan dengan istilah
perusahaan.
Sebelumnya, istilah dagang dapat ditemukan dalam Pasal 2 sampai dengan
Pasal 5 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHDagang) yang memberikan
pengertian dan contoh-contoh perbuatan dagang. Namun, setelah digantikaannya
istilah dagang menjadi istilah perusahaan, pengertian istilah perusahaan tidak
ditemukan dalam KUHDagang. Tidak ditemukannya pengertian perusahaan
dalam KUHDagang ini, oleh pemerintah Belanda akhirnya diberikan sebuah
pengertian sebagai pedoman dalam Memorie van Toelichting (MvT), bahwa yang
disebut perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara tidak
terputus-putus, dengan terang-terangan, dalam kedudukan tertentu, dan untuk
mencari laba.1
Pengertian perusahaan dalam Memorie van Toelichting (MvT), dijadikan
undang-undang yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang
Wajib Daftar Perusahaan. Pengertian perusahaan ini terdapat pada pasal 1 huruf b
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982, Perusahaan adalah bahwa setiap bentuk

1
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 1. (Jakarta:
Djambatan, 1990) hlm, 21

4
hukum yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus
dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Indonesia, untuk
tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.
Menurut Molengraff, perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang
dilakukan secara terus menerus, bertindak keluar, untuk memperoleh penghasilan,
dengan cara memperdagangkan atau menyerarahkan barang atau mengadakan
perjanjian perdagangan, sedangkan menurut Polak, memberikan pandangan
tentang perusahaan dari sudut komersial, artinya baru dikatakan perusahaan
apabila diperlukan perhitungan laba dan rugi yang dapat di perkirakan dan dicatat
dalam pembukuan.2
Adanya unsur pembukuan, maka rumusan definisi perusahaan lebih
dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen
Perusahaan (Undang-Undang Dokumen Perusahaan). Pasal 1 angka (1) Undang-
Undang Dokumen Perusahan menentukan bahwa, perusahaan adalah setiap
bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus dengan
memperoleh keuntungan dan atau laba. Baik yang diselenggarakan oleh orang
perorangan maupun badan usaha yang berbentuk badan hukum, yang didirikan
dan berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Perkembangan
pengertian perusahaan dapat dijumpai dalam undang-undang Nomor 3 Tahun
1992 tentang wajib daftar perusahaan dan undang-undang Nomor 8 Tahun 1997
tentang dokumen perusahaan.3
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 merupakan pasal yang penting dan
esensial, karena pasal ini menyangkut pelaksanaan dari demokrasi ekonomi dan
keadilan sosial. UUD 1945 menempatkan pembangunan dan kehidupan ekonomi
sebagai bagian dari upaya mencapai kesejahteraan sosial. Pembangunan ekonomi
harus selalu mengarah kepada terbentuknya dan mantapnya sistem ekonomi
nasional untuk mewujudkan demokrasi ekonomi sebagai dasar perekonomian

2
Ibid, hlm 9
3
Zainal Asikin Dan Pria Suhartana, Pengantar Hukum Perusahaan, (Jakarta: Prenadamdia
Group, 2016), Hlm 5.

5
nasional.4 Sebagai landasan hukum pembangunan ekonomi Indonesia, maka kita
simak isi Pasal 33 UUD 1945 yang telah mengalami perubahan dan penambahan
dan yang terakhir adalah amandemen ke-empat, yang secara lengkap bunyinya
adalah sebagai berikut:
1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara, dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-
undang”.
Dari isi Pasal 33 UUD 1945 beserta penjelasannya dapat disimpulkan
bahwa5 :
a. Perekonomian Indonesia berlandaskan Demokrasi Ekonomi, yang tujuannya
kemakmuran bagi semua orang bukan orang perseorangan.
b. Perekonomian berlandaskan asas kekeluargaan dan bentuk usaha Koperasi
yang akan menjadi tulang punggung perekonomian negara.
c. Bidang usaha yang penting dan menyangkut hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara, yaitu dalam bentuk Badan Usaha Milik Negara
(BUMN).
d. Bentuk usaha yang tidak dikelola oleh Koperasi dan BUMN akan dikelola
oleh Perusahaan Swasta.

4
H. Subandi Al Marsudi, , Pancasila dan UUD 1945 Dalam Paradigma Reformasi, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2001)
5
Dr. Nyulistiowati Suryanti, S.H., M.H.,CN, Ruang Lingkup Hukum Perusahaan, Bandung,
Universitas Padjajaran, hlm 10

6
Dasar hukum perekonomian indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 33. Seluruh kegiatan ekonomi di indonesia berlandaskan pada undang-
undang tersebut. Perusahaan berperan penting di dalam pembangunan, khususnya
pembangunan perekonomian di mana perusahaan dipandang sebagai pelaku
ekonomi sekaligus sebagai salah satu pilar pembangunan ekonomi negara.
Perusahaan berkaitan dengan ekonomi (perekonomian) dan dengan
demikian berhubungan pula dengan pembangunan. Joseph Schumpeter, seorang
ahli ekonomi, mengatakan pembangunan ekonomi terutama diciptakan oleh
inisiatif dari golongan pengusaha yang inovatif (golongan entrepreneur) dengan
memperkenalkan barang baru, menggunakan cara baru dalam berproduksi,
memperluas pasar, mengembangkan sumber bahan mentah baru, dan mengadakan
organisasi usaha.6
Kemudian menurut Heldjrachman Ranupandojo, kehidupan perekonomian
suatu negara sangat dipengaruhi oleh kehidupan perusahaan, sebab perusahaanlah
yang memberikan nilai tambah yang menjadi kekuatan ekonomi.7
Perusahaan memegang peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan
rakyat antara lain melalui kegiatan menghasilkan dan memperdagangkan barang
dan jasa kebutuhan masyarakat, pengembangan sumber daya manusia,
pengembangan teknologi, dan pemupukan modal pembangunan.8
Kemajuan di bidang perusahaan akan mempercepat kemajuan ekonomi
nasional, 9 yang pada gilirannya berarti pula kemajuan dalam upaya mencapai
kemakmuran rakyat. Karena itulah perusahaan diterima dan diakui sebagai pilar
pembangunan ekonomi, atau agen pembangunan dalam rangka mengupayakan
kesejahteraan rakyat. Menurut Soedjono Dirdjosisworo, dari segi ekonomi dan
manajemen, pengembangan sumber daya manusia mengenai technical know how
tertentu sedangkan hubungannya dengan pembangunan nasional dan kebijakan

6
Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan, Proses, Masalah Dasar Kebijakan, Edisi Kedua
(Jakarta: Penerbit Kencana, 2006) hlm. 251-252
7
Heldjrachman Ranupandojo, Dasar-dasar Ekonomi Perusahaan, (Yogyakarta: Unit Penerbit dan
Percetakan AMP YPN, 1990), hlm. 1
8
Janus Sidabalok, S.H., M.Hum, Hukum Perusahaan (Analis Terhadap Pengaturan Peran
Perusahaan dalam Pembangunan Ekonomi Nasional di Indonesia, (Penerbit Nuansa Aulia, 2012)
hal. 48-49
9
Ibid, hal. 9

7
negara adalah soal aspek kemanusiaan seperti keselamatan kerja, perlindungan
atas hak asasi, dan lain-lain.10 Demikian halnya dengan produksi dan pemasaran,
ada tuntutan kualitas atas produk dengan memperhatikan masyarakat yang
menjadi konsumen.11
Dalam menjalankan Perusahaan memiliki aturan-aturan dalam
pelaksanaanya. Sumber hukum dari hukum perusahaan adalah KUHPerdata,
KUHDagang, peraturan-peraturan yang berhubungan dengan perusahaan, antara
lain: UU Tentang Perseroan Terbatas, UU Badan Usaha Milik Negara, UU Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), UU Yayasan, UU Koperasi, dan UU
Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, serta perjanjian-
perjanjian internasional yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan yang diadopsi
atau dijadikan pedoman oleh pemerintah Indonesia. Perusahaan memiliki berbagai
macam bentuk-bentuk perusahaan yaitu perusahaan perseorangan, perusahaan
berbadan hukum, dan perusahaan tidak berbadan hukum. Bentuk-bentuk
perusahaan yang berbagai macam tersebut dibedakan berdasarkan pendirian suatu
perusahaan yang didirikan oleh perseorangan atau kerjasama dan klasifikasi status
dan kedudukan badan usahanya. Berikut macam-macam Bentuk Perusahaan :
1. Perusahaan Perseorangan yaitu Usaha Dagang (UD), Perusahaan Dagang
(PD);
2. Perusahaan Berbadan Hukum yaitu Perseroan Terbatas (PT), Koperasi,
Yayasan;
3. Perusahaan Tidak Berbadan Hukum yaitu Persekutuan Perdata, Persekutuan
Firma (Fa), Persekutuan Komanditer (CV);
4. Perusahaan BUMN.
Salah satu bentuk perusahaan tidak berbadan hukum jenis Persekutuan
Firma akan dibahas lebih mendalam pada pembahasan ditulisan ini. Persekutuan
Firma ini diatur dalam pasal 16 sampai dengan pasal 35 KUHDagang dan pasal
1618 sampai dengan 1652 KUHPerdata. Dalam pembahasan tulisan ini akan

10
Soedjono Dirdjosisworo, Pengaruh Manajemen Dalam Perkembangan Hukum Perusahaan
Indonesia, dalam Pro Justitia, Jurnal Hukum Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan,
Tahun XXI No.4, Oktober 0003, Bandung, FH Unpar, hal. 8
11
Ibid, hal. 9

8
membahas mengenai mulai dari pengertian firma, dasar hukum firma, unsur-unsur
firma, tata cara pendirian firma, modal firma, tanggungjawab/kewajiban hukum
sekutu, pembagian untung rugi, pengangkatan dan pemberhentian pengurus, pihak
yang mewakili firma dengan pihak ketiga dan kewenangannya, peranan notaris
dalam firma, dan terakhirir akan membahas berakhirnya persekutuan firma.

II. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana cakupan firma?


2. Bagaimana pengelolaan pengurusan dalam firma?
3. Bagaimana tata cara pendirian firma sampai berakhirnya firma?

III. PEMBAHASAN

A. Cakupan Firma
a. Pengertian Firma
Dalam bahasa Belanda Persekutuan Firma disebut dengan
Vennootschap onder firma, artinya perusahaan yang dijalankan dibawah
nama bersama. Menurut pasal 16 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang,
yang dinamakn persekutuan firma adalah tiap-tiap perserikatan yang
didirikan untuk menjalankan sesuatu perusahaan di bawah satu nama
bersama. 12 Berdasarkan Pasal 1 Anka 2 Peraturan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia (Permenkumham) Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2018 tentang Pendaftaran Persekutuan Komanditer, Persekutuan
Firma, dan Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma yang selanjutnya
disebut Firma adalah persekutuan yang menjalankan usaha secara terus
menerus dan setiap sekutunya berhak bertindak atas nama persekutuan.
b. Dasar Hukum Firma
Dasar Hukum Firma, Pasal 16-35 KUHD dan pasal-pasal lainnya
dalam KUHPerdata yang terkait (karena merupakan bagian dari
persekutuan perdata). Perinciannya adalah sebagai berikut:
a. Mengenai definisi dan pengertian firma diatur dalam Pasal 16 KUHD,

12
Op Cit., Janus Sidablok, hlm. 102.

9
b. Berkaitan dengan tanggung jawab dan hak serta kewajiban persero
diatur didalam pasal 17-18 KUHD,
c. Mengenai pendirian firma diatur dalam pasal 22 KUHD,
d. Pendaftaran firma diatur dalam pasal 23-29 KUHD,
e. Pembubaran firma diatur dalam pasal 30-35 KUHD.13
Pada tahun 2018, terdapat perubahan besar terhadap sistem pelayanan
perizinan berusaha di Indonesia dengan diundangkannya Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik (Online Single Submission), peraturan
tersebut merubah sistem perizinan berusaha di Indonesia melalui sistem
elektronik yang terintegrasi.14 Salah satu pelaku usaha non perseorangan
dalam Online Single Submission (OSS) yang menjadi pemohon perizinan
berusaha adalah Persekutuan Firma (venootschap onder firma).15
Pasal 15 ayat (3), Pasal 16 ayat (3), dan Pasal 17 ayat (3) Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 2018 memberikan amanat kepada pemerintah
untuk melaksanakan urusan pemerintahan di bidang hukum yaitu
pendaftaran dari Persekutuan Komanditer (CV), Persekuatuan Firma, dan
Persekutuan Perdata, sehingga diundangkanlah Peraturan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia (Permenkumham) Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2018 tentang Pendaftaran Persekutuan Komanditer, Persekutuan
Firma, dan Persekutuan Perdata, yang sekarang Permenkumham tersebut
menjadi salah satu lex spesialis peraturan hukum mengenai ketiga badan
usaha tersebut, khususnya Firma yang dibahas dalam tulisan ini.
c. Unsur-unsur Firma
Karena firma merupakan bagian dari perkumpulan maka memiliki
unsur sebagai berikut:
1. Kepentingan bersama,
2. Kehendak bersama,

13
Handri Raharjo, Hukum Perusahaan, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2013, hlm. 44
14
Pasal 1 Angka 5 PP No.24 tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinanan Berusaha Terintergrasi
secara Elektronik
15
Pasal 6 Ayat (3) PP No.24 tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinanan Berusaha Terintergrasi
secara Elektronik

10
3. Tujuan bersama,
4. Kerja sama.
Sedangkan unsur yang dimiliki firma karena merupakan bagian
dari perikatan perdata, yaitu:
1. Perjanjian timbal balik,
2. Inbreng,
3. Pembagian keuntungan. 16
d. Modal Firma
Permodalan firma tidak diatur secara khusus, misalnya mengenai
jumlah atau besarnya, tetapi merupakan kekayaan yang sengaja dipisahkan
dari harta pribadi masing-masing anggota (sekutu, pendiri). Itu berarti
bahwa besarnya modal firma tergantung pada kesanggupan dan
kesepakatan para pendiri (sekutu). Meskipun modal merupakan kekayaan
yang dipisahkan, firma bukanlah badan hukum.17 Dalam rangka pendirian
firma semua angota memberikan inbreng. Bentuk inbreng terdiri dari uang
atau barang modal.18
B. Pengelolaan Pengurusan dalam Firma
a. Tanggung Jawab / Kewajiban Hukum Sekutu
Kekhususan dari jenis usaha firma adalah usaha yang dijalankan
secara bersama-sama dan dengan nama bersama pula sesuai dengan pasal
16 KUHDagang. Orang yang menjalankan suatu usaha firma ini disebut
sekutu. Sekutu dapat ditunjuk atau diberi kuasa untuk menjalankan tugas
pengurus ditentukan dalam AD (akta pendirian) firma. Apabila belum
ditentukan pengurus harus ditentukan dalam akta tersendiri dan di
daftarkan ke Kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat dan diumumkan
dalam BNRI, sehingga pihak ketiga mengetahui siapa yang menjadi
pengurus yang berhubungan dengannya.

16
Ibid., hlm. 43
17
Pada umumnya Firma dipandang bukan badan hukum meskipun ada ahli yang menganggapnya
sebagai badan hukum, seperti Eggens dan Kongres para sarjana hukum tahun 1963 di Jakarta. R.
Sutanty, Ibid, hlm.27
18
Op. Cit., Janus Sidablok, hlm. 103

11
Apabila suatu persekutuan tetap tidak menentukan pengurus, maka
semua anggota dianggap dapat dan dibolehkan bertindak keluar atas nama
firma, seorang anggota dapat mengikat anggota lainnya dan semua
anggota dianggap berhak untuk menerima dan mengeluarkan uang atas
nama dan untuk kepentingan firma. Sekutu memiliki Tanggungjawab
dalam persekutuan dapat dibedakan antara tanggungjawab. Secara umum
ada dua macam tanggung jawab sekutu-sekutu Firma, yaitu:19
1. Tanggung jawab tidak terbatas;
Artinya apabila Firma bangkrut dan harta bendanya
tidak memadai untuk membayar utang-utang Firma, maka harta benda
pribadi para sekutu bisa disita untuk dilelang, dipakai untuk
membayar utang-utang Firma. Jadi, selain kehilangan modal dalam
Firma, anggota Firma bisa juga kehilangan harta benda pribadi.
Dengan kata lain, bila Firma jatuh pailit, ada kemungkinan
anggotanya ada yang terseret pailit. Sebaliknya, bila sekutunya ada
yang pailit, belum tentu Firma harus terseret pailit. Mungkin hanya
harus dikeluarkan dari Firma dan kekayaannya yang di Firma (modal
dan keuntungan) harus dibayarkan. Sehingga, Tanggung jawab ini
dapat dikatakan tanggung jawab intern, yakni sekutu seimbang dengan
pemasukannya (inbreng). Sebaliknya dengan tanggung jawab masing-
masing sekutu secara intern, maka dapat saja para sekutu
memperjanjikan lain, misalnya memberlakukan ketentuan Pasal 1633
KUHPerdata, yaitu masing-masing sekutu hanya bertanggung jawab
seimbang dengan modal (inbreng) yang dimasukkannya.
Pengumpulan inbreng para sekutu menjadikan Firma diakui memiliki
harta kekayaan sendiri yang terlepas dari kekayaan para sekutunya.
2. Tanggung jawab Solider;
Tanggung jawab ini khususnya terletak dalam hubungan
keuangan dengan pihak luar. Sekutu Firma bertanggung jawab penuh
atas perjanjian-perjanjian yang ditutup oleh rekannya untuk dan atas

19
Iting Partadireja, Pengetahuan dan Hukum Dagang, (Jakarta: Erlangga,1978), hlm. 48

12
nama Firma. Orang luar yang mengadakan perjanjian dengan sekutu
itu boleh menuntut salah seorang sekutu, boleh pula menuntut semua
anggota sekaligus sampai kepada harta benda pribadinya. Sehingga,
tanggung jawab ini dapat dikatakan tanggung jawab ekstern, sekutu
Firma bertanggung jawab secara renteng atau tanggung menanggung
sesuai dengan pasal 18 KUHDagang, adalah tanggung jawab secara
pribadi untuk keseluruhan. Artinya setiap sekutu bertanggung jawab
atas semua perikatan persekutuan, meskipun dibuat sekutu lain,
termasuk perikatan-perikatan yang timbul karena perbuatan melawan
hukum.
Sekutu Firma bertanggung jawab penuh (sebesar jumlah
utangnya) atas utang persekutuan terhadap pihak ketiga sampai harta
kekayaan pribadi. Salah satu contoh kasus mengenai tanggung jawab
solider dari anggota firma yakni tanggung jawab tiap anggota sendiri-
sendiri untuk sepenuhnya yang disebutkan dalam pasal 18 KUHD
contohnya sebagai berikut :20
Sebuah firma mempunyai tiga orang anggota yaitu A, B, dan
C. Pada suatu ketika persero A membeli barang-barang untuk V.O.E
itu dari pihak ketiga (x) dengan harga Rp.900.000. Dalam hal ini x
dapat menagih A atau B atau C bersama untuk membayar seluruh
jumlah Rp.900.000. Dalam menagih pembayaran tersebut x hanya
berhak untuk menerima pembayaran 1 kali saja, sehingga apabila
seorang anggota diantaranya telah membayar sepenuhnya Rp.900.000
maka anggota-anggota yang lain telah bebas.
Dengan kata lain, pelunasan seluruh utang oleh anggota-
anggota debitor lainnya. Anggota persero yang telah melunaskan
pembayaran itu dapat menagih dari semua anggotanya, yakni selama
harta benda firma itu tidak cukup untuk pembayaran itu. Adanya
tanggung jawab yang demikian pada Firma merupakan tanggungjawab

20
Prof. Drs. C.S.T. Kansil, S.H. dan Christine S.T. Kansil, S.H, 2013, Pokok-Pokok Pengetahuan
Hukum Dagang Indonesia, Jakarta Timur, Sinar Grafika, hlm, 68

13
yang mutlak dalam hubungan dengan pihak ketiga. Artinya tidak
diperkenankan tanggungjawab terhadap pihak ketiga dari anggota
Firma diubah atau diperjanjikan lain. Dalam praktik pelaksanaan
tanggung jawab renteng ini biasanya ditangguhkan dahulu, yaitu
dengan melihat dahulu bagaimana keadaan kekayaan Firma yang
merupakan obyek tuntutan yang utama bagi pihak ketiga (kreditor
Firma).
Hal yang demikian terjadi sehubungan sudah terdapat
kesepakatan meskipun Firma belum diakui sebagai badan hukum.
Akan tetapi pengumpulan inbreng para sekutu menjadikan Firma
diakui memiliki harta kekayaan sendiri yang terlepas dari kekayaan
para sekutunya.21
b. Pihak yang Mewakili Firma dengan Pihak Ketiga dan
Kewenangannya
Firma adalah suatu persekutuan yang menyelenggarakan
perusahaan atas nama bersama di mana tiap-tiap firma yang tidak
dikecualikan satu dengan yang lain dapat mengikatkan firma dengan pihak
ketiga dan mereka masing-masing bertanggung jawab atas seluruh hutang
firma secara renteng.22
Dalam menjalankan perusahaan, tiap-tiap sekutu mempunyai
wewenang untuk mengadakan perikatan dengan pihak ketiga untuk
kepentingan persekutuan, kecuali bila sekutu itu dikeluarkan dari
kewenangan tersebut sesuai yang tercantum pada Pasal 17 KUHD. Bila
tidak ada sekutu yang dikeluarkan dari kewenangan untuk mengadakan
perbuatan hukum, maka dapat dianggap bahwa tiap-tiap sekutu saling
memberikan kuasa umum bagi dan atas nama semua sekutu untuk
melakukan perbuatan hukum dengan pihak ketiga.
Hal ini mencakup semua perbuatan hukum, termasuk tindakan-
tindakan di muka hakim. Dengan demikian, asas kewenangan mewakili
berarti bahwa sekutu-sekutu lain turut terikat oleh perbuatan seorang
21
Loc Cit., Dr. Nyulistiowati Suryanti, hlm 14
22
Sentosa Sembiring, 2001, Hukum Dagang , Bandung : Citra Aditya Bakti

14
sekutu terhadap pihak ketiga, sekedar perbuatan itu dilakukan atas nama
dan bagi kepentingan Firma. Dengan ini timbul asas pertanggungjawaban
sekutu adalah pribadi untuk keseluruhan (solider/renteng) seperti yang
telah dijelaskan diatas. Tanggung jawab pribadi untuk keseluruhan
termasuk perikatan-perikatan yang timbul karena perbuatan melawan
hukum. Kepada sekutu yang melakukan perbuatan melawan hukum dapat
dituntut mengganti kerugian oleh Firma berdasarkan berdasarkan Pasal
1365 KUHPerdata.
Kewenangan mewakili yang mengikat persekutuan firma dibatasi
oleh maksud dan tujuan persekutuan firma dan kesepakatan yang dibuat
oleh para sekutu firma tentang kewenangan tersebut. Lazim diperjanjikan
bahwa tindakantindakan hukum tertentu memerlukan persetujuan dari atau
harus dilakukan bersama sekutu lainnya. Oleh karena itu isi perjanjian
persekutuan firma dapat diketahui oleh pihak ketiga (pasal 23-29
KUHDagang). Mengenai pertanggungjawaban anggota/sekutu/pemegang
saham terhadap pihak ketiga dapat diurutkan sebagai berikut:
a. Bagi sekutu Persekutuan Perdata (Maatschap), tanggung jawab secara
pribadi terbatas pada perikatan-perikatan yang telah dibuatnya sendiri,
kecuali bila sekutu bersangkutan telah mendapat kuasa dari sekutu-
sekutu lain atau keuntungan dari adanya perikatan itu telah dinikmati
oleh persekutuan (Pasal 1642 dan 1644 KUHPerdata),
b. Bagi sekutu Persekutuan Firma (Fa.) bertanggung jawab secara
pribadi untuk keseluruhan, artinya untuk seluruh perikatan yang telah
dibuat oleh dia sendiri dan para sekutu lainnya bagi kepentingan
persekutuan (Pasal 18 KUHD),
c. Bagi seorang persero atau pemegang saham pada Perseroan Terbatas
(PT), tanggung jawabnya terbatas pada jumlah penuh dari saham-
sahamnya (Pasal 10 ayat 2 KUHD).

15
C. Tata Cara Pendirian Firma sampai Berakhirnya Firma
a. Pendirian Firma
Mengenai cara mendirikan perseroan firma, maka seperti halnya
dengan perseroan (vide Pasal 1624 KUH Per) cukuplah dengan
mengadakan sebuah perjanjian konsensual. Syarat tertulis untuk
mendirikan firma sebenarnya tidak diminta oleh KUHD, akan tetapi
tentang pendirian sebuah perseroan firma selalu dibuat sebuah akta resmi
di depan seorang notaris.23
Menurut paparan staff notaris di Kabupaten Semarang yang kami
wawancarai, juga menuturkan bahwa sebelum akta perjanjian hendak
dibuat, sebelumnya diperjelas apakah semua pihak sudah sepakat baru
kemudian dilakukan ke tahapan selanjutnya.
Mendirikan persekutuan firma dilakukan dengan tahapan-tahapan
pendirian; yaitu pembuatan perjanjian pendirian, pendaftaran, dan
pengumuman.24
Tata cara pendirian firma telah diatur dalam Pasal 22 sampai Pasal
29 KUHD.25 Menurut ketentuan Pasal 22 KUHD:
Perseroan-perseroan firma harus didirikan dengan akta otentik, tanpa
adanya kemungkinan untuk disangkalkan terhadap pihak ketiga, bila akta
itu tidak ada.26
Akta otentik dalam hal ini akta notaris. Akan tetapi ketiadaan akta
otentik itu tidak dapat dikemukakan untuk merugikan pihak ketiga. Ini
berarti persekutuan firma dapat didirikan melalui perjanjian, baik secara
tertulis maupun tidak tertulis. Jika didirikan secara tertulis maka harus
dengan akta notaris. Jika dihubungkan dengan kewajiban pendaftaran akta
pendirian maka agaknya membuat perjanjian tertulis adalah lebih baik dan
lebih praktis.27

23
Op.Cit., hlm. 69
24
Ibid., Janus Sidablok, hlm. 103
25
H. Zaeni Asyhadie, Budi Sutrisno, Hukum Perusahaan dan Kepailitan, Jakarta: Erlangga, 2012,
hlm. 53
26
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
27
Loc Cit., Janus Sidablok, hlm. 103

16
Berdasarkan ketentuan yang telah dijelaskan di atas, pendirian
pesekutuan firma memiliki unsur-unsur yang dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
1. Persekutuan firma harus didirikan dengan akta otentik,
2. Persekutuan firma dapat didirikan tanpa akta otentik,
3. Akta yang tidak otentik tidak boleh merugikan pihak ketiga.
Keberadaan akta dalam pendirian persekutuan firma hanyalah
berfungsi sebagai alat bukti untuk memudahkan pembuktian berdirinya
suatu persekutuan firma dan perincian hak dan kewajiban masing-masing
anggota.
Persekutuan firma yang didirikan berdasarkan akta pendirian
disebut persekutuan firma dengan persekutuan khusus, sedangkan
persekutuan firma yang didirikan tidak menggunakan akta disebut sebagai
persekutuan firma umum, karena bidang usaha persekutuan firma yang
tidak ditentukan, sehingga persekutuan firma tersebut memiliki akibat
hukum:
1. Persekutuan firma didirikan dengan jangka waktu yang tidak terbatas,
2. Persekutuan firma memiliki bidang usaha yang umum,
3. Setiap anggota persekutuan firma bebas bertindak ke luar,
4. Tanggung jawab masing-masing anggota persekutuan firma ditanggung
bersama-sama.28
Kemudian akta tersebut harus didaftarkan dalam register yang
disediakan pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri dalam daerah hukum
firma tersebut berkedudukan (Pasal 23 KUHD).29
Selain pendaftaran akta persekutuan firma sifatnya terbuka, serta di
dalam pendaftaran harus mencantumkan rincian persekutuan firma dan
tempat/tanggal pendirian persekutuan firma (Pasal 24 sampai 28 KUHD)

28
Dijan Widijowati, Hukum Dagang, Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2012, hlm. 53
29
Ibid., H. Zaeni Asyhadie, hlm. 53

17
yang selanjutnya diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982
Tentang Wajib Daftar Perusahaan.30
Dalam Pasal 28 KUHD akta persekutuan firma yang telah
didaftarkan, harus diumumkan dalam berita Negara. Apabila persekutuan
firma tidak didaftarkan maka hanya disebut persekutuan umum, didirikan
tanpa batas, dianggap tidak ada sekutu yang dikecualikan bertindak atas
nama persekutuan firma (Pasap 29 KUHD).
Terdapat perbedaan pandangan diantara para ahli hukum mengenai
keberadaan akta pendirian persekutuan firma dan pendaftaran akta
pendirian persekutuan firma. Sebagian para ahli hukum berpendapat
bahwa persekutuan firma harus didirikan dengan akta otentik yang
didaftarkan pada panitera pengadilan negeri, karena akta pendirian
persekutuan firma merupakan salah satu syarat pendirian badan usaha.
Sebagian lagi para ahli hukum berpendapat bahwa akta pendirian dan
pendaftaran persekutuan firma kepada panitera pengadilan negeri bukan
merupakan suatu kewajiban, karena akta pendirian persekutuan firma
hanya memberikan penjelasan mengenai dikotomi antara persekutuan
firma yang didirikan untuk bidang usaha umum dengan khusus.31
Kondisi substansi KUHD yang tidak tegas menimbulkan
perdebatan para ahli mengenai keberadaan akta dalam pendirian
persekutuan firma. Dapat dipahami bahwa persekutuan yang bersifat
umum apabila pendirian persekutuan firma tidak menggunakan akta,
sedangkan persekutuan firma yang didirikan menggunakan akta
merupakan persekutuan bersifat khusus.
Fungsi akta dalam hal ini sebagai alat bukti jika ada perselisihan
antara para pihak, baik intern maupun ekstern firma. Akta pendirian
tersebut memuat anggaran dasar firma dengan rincian sebagai berikut
(Pasal 26 KUHD):
a. Nama lengkap, pekerjaan, dan tempat tinggal para sekutu;

30
Ibid.,
31
Ibid., Dijan Widijowati, hlm. 54

18
b. Penetapan nama bersama atau firma;
c. Firma bersifat umum atau terbatas pada menjalankan perusahaan
bidang tertentu;
d. Nama-nama sekutu yang tidak diberi kuasa untuk menandatangani
perjanjian bagi firma;
e. Saat mulai dan berakhirnya firma;
f. Ketentuan-ketentuan lain mengenai hak pihak ketiga terhadap para
sekutu.32
g. Jumlah modal yang ditanamkan pertama kali oleh anggota termasuk di
dalamnya uraian lengkap tentang aktifa nonkas yang diserahkan (bila
ada) yang digunakan dalam operasi firma,
h. Pembagian laba rugi, yang biasanya ditunjukkan dalam bentuk rasio
antara anggota yang satu dengan yang lainnya,
i. Syarat-syarat pengambilan moda (prive) dan penambaha modal,
j. Prosedur penerimaan anggota baru firma,
k. Prosedur keluarnya angota firma,
l. Prosedur pembubaran firma apabila firma dilikuidasi.33
Berikut beberapa tahapan yang harus di tempuh dalam mendirikan
Persekutan Firma:
1) Persiapan (Tahapan Konsensus Pendiri)
1. Adanya kesepakatan antara dua orang atau lebih untuk mendirikan
firma,
2. Pendiri sudah memikirkan bagaimana terkait modal, hak dan
kewajiban pendiri, nama firma, kegiatan usaha serta beberapa hal
kesepakatan lain yang ingin dimasukkan kedalam akta,
3. Datang ke notaris untuk dibuatkan akta.
2) Pendirian dan Pengumuman Firma
Tahapan di Notaris:

32
Farida Hasyim, Hukum Dagang, Ed.1, Cet. 7, Jakarta: Sinar Grafika, 2017, hlm. 142
33
Loc Cit., Zaeni Asyhadie, hlm. 53-54

19
1. Menyerahkan dokumen yang dibutuhkan notaris untuk dibuatkan
draft minuta akta pendirian dan menjelaskan kepada notaris/ Staf
notaris terkait modal, hak dan kewajiban pendiri, nama firma,
kegiatan usaha dan beberapa hal yang ingin dimasukkan kedalam
akta. Persyaratan dokumen yang diminta oleh notaris dalam
pembuatan Firma34, sebagai berikut :
a. Fotokopi KTP Pendiri;
Diminta saat awal bertemu notaris, sebagai bahan membuat
komparisi pada draft minuta akta
b. Fotokopi NPWP Pendiri;
Seperti Fotoopi KTP Pendri, Fotokopi NPWP Pendiri diminta
saat awal bertemu notaris, sebagai dokumen pendukung saat
pendaftaran Firma
c. Surat Keterangan Domisili Firma yang ditandatangani Kepala
Desa/ Kelurahan dan di stempel Desa/Kelurahan;
Dilengkapi setelah salinan akta pendirian telah selesai dibuat
notaris. Tahapannya dengan meminta surat pengantar Ketua
RT dan di stempel RT untuk mengurus domisili Firma di
kelurahan, lalu membawa surat pengantar RT tersebut untuk
ditandatangani ketua RW dan di stempel RW domisili Firma,
yang terakhir ke kantor kepala desa / kelurahan dengan
membawa surat pengantar tersebut dilampiri fotocopy salinan
akta pendirian Firma yang sudah di tandatangani notaris seperti
gambar di bawah ini:

34
Keterangan salah satu Staf notaris di Kabupaten Semarang

20
Gambar 1 Surat Keterangan Domisili

d. Fotokopi NPWP Firma ;


Seperti keterangan domisili, NPWP Firma dilengkapi setelah
salinan akta pendirian telah selesai dibuat notaris. NPWP
Firma diurus ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) domisili Firma,
setelah salinan akta pendirian jadi. Biasanya yang mengurus
adalah salah satu pendirinya (tidak dikuasakan notaris) karena
dalam pengurusan pihak KPP akan menanyakan terkait Firma
tersebut melalui wawancara singkat dan mengisi formulir yang
isiannya lebih diketahui dan dipahami pendiri Firma tersebut.
Dokumen yang wajib dibawa dalam pengurusan NPWP

21
adalah: Fotocopy salinan akta, Fotocopy KTP Pendiri,
Fotocopy NPWP, Fotocopy Surat Keterangan Domisili Firma,
dan contoh stempel Firma.
Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia (Permenkumham) Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2018 tentang Pendaftaran Persekutuan Komanditer, Persekutuan
Firma, dan Persekutuan Perdata, dokumen untuk pendaftaran
Firma, yang wajib disimpan Notaris, yang meliputi35:
a. Minuta akta pendirian Firma yang minimal memuat;
1) Identitas pendiri yang terdiri dari nama pendiri, domisili,
dan pekerjaan;
2) Kegiatan usaha;
3) Hak dan kewajiban para pendiri; dan
4) Jangka waktu berdirinya Firma
b. Fotokopi surat keterangan mengenai alamat lengkap Firma
(domisili Firma)
Notaris biasanya meminta dokumen pendukung selain yang
diwajibkan oleh Permenkumham untuk membantu proses
pendaftaran Firma yaitu ketika mengisi form isian yang nantinya
akan dijelaskan diuraian dibawah, seperti Fotokopi NPWP Pendiri,
Fotokopi NPWP Firma, dll.
2. Staf notaris akan mendaftarkan nama firma yang diinginkan
pendiri ke Ssitem Adiministrasi Badan Usaha (SABU) AHU
Online, dan menunggu pemberitahuan AHU Online sampai di
setujui menteri.
Berdasarkan Pasal 1 Angka 5 Peraturan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2018
tentang Pendaftaran Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma,
dan Persekutuan Perdata, “Sistem Administrasi Badan Usaha

35
Pasal 12 Ayat (4) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
17 Tahun 2018 tentang Pendaftaran Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma, dan Persekutuan
Perdata

22
adalah pelayanan jasa teknologi informasi badan usaha secara
elektronik yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal
Administrasi Hukum Umum”. Dengan diundangkannya peraturan
menteri tersebut, berdampak adanya permohonan pendaftaran CV,
Firma dan Persekutuan Perdata kepada Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia dan diajukan melalui SABU 36 . Dalam proses
SABU, yang dimaksud pemohon adalah pendiri atau sekutu yang
akan mendaftarkan CV, Firma, dan Persekutuan Perdata yang
memberikan kuasa kepada Notaris untuk mengajukan permohonan
melalui SABU.37 Jadi, dalam pengurusan pendaftaran CV, Firma,
dan Persekutuan Perdata sekarang ini harus melibatkan peran
notaris.
Berbeda saat sebelumnya di PN, sebagaimana penjelasan di
atas bahwa akta tersebut harus di register di PN, saat register di
PN, tidak harus notaris yang dapat mendaftarkannya, namun dapat
pelaku usaha sendiri. Berdasarkan peraturan terbaru saat ini
pendaftaran firma harus diawali dengan pengajuan nama ke
aplikasi SABU AHU Online38.
Persyaratan mengenai nama Firma saat permohonan
pengajuan nama adalah sebagai berikut39:
a. Ditulis dengan huruf latin,
b. Belum dipakai secara sah oleh Firma lain dalam SABU,
c. Tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan/ atau
kesusilaan,

36
Pasal 3 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2018 tentang Pendaftaran Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma, dan Persekutuan Perdata
37
Pasal 1 Angka 6 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
17 Tahun 2018 tentang Pendaftaran Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma, dan Persekutuan
Perdata
38
Pasal 4 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2018 tentang Pendaftaran Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma, dan Persekutuan Perdata
39
Pasal 5 Ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
17 Tahun 2018 tentang Pendaftaran Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma, dan Persekutuan
Perdata

23
d. Tidak sama atau tidak mirip dengan nama lembaga negara,
lembaga pemerintah, atau lembaga internasional kecuali
mendapat izin dari lembaga yang bersangkutan,
e. Tidak terdiri atas angka atau rangkaian angka, huruf, atau
rangkaian huruf yang tidak membentuk kata.
Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) untuk
pengajuan nama ini adalah Rp. 50.000,00 (limapuluh ribu rupiah)
untuk per persetujuan 40 , yang dibayarkan melalui teller, internet
banking, ATM dan Mini ATM bank yang bekerjasama dengan
Ditjen AHU, sejauh ini bank BNI. Persetujuan Menteri atas nama
Firma maupun penolakan menteri terhadap nama Firma yang
diajukan dikirim seara elektronik, dalam hal ini yaitu dengan
adanya menu message di SABU terkait notifikasi persetujuan
maupun penolakan nama oleh Menteri41. Pemakaian nama Firma
berlaku untuk jangka waktu paling lama 60 (enam puuh) Hari42,
nama tersebut dapat digunakan untuk mendaftar Firma maksimal
setelah 60 (enampuluh) hari sejak mulai pengajuan nama, apabila
lebih dari itu maka nama tersebut hangus dan Pemohon harus
memulai dari awal kembali proses pengajuan nama.
Berikut tahapan yang harus di laksanakan dalam permohonan
pengajuan nama Firma dalam SABU AHU Online43:

40
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2019 tentang jenis, dan tarif atas jenis
penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada kementerian hukum dan hak asasi manusia
serta sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2018 tentang Pendaftaran Persekutuan Komanditer, Persekutuan
Firma, dan Persekutuan Perdata
41
Pasal 7 dan Pasal 8 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor 17 Tahun 2018 tentang Pendaftaran Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma, dan
Persekutuan Perdata
42
Pasal 9 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2018 tentang Pendaftaran Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma, dan Persekutuan Perdata
43
Pedoman terkait pendaftaran Firma belum diluncurkan oleh AHU Online, namun, keseluruhan
bentuk pengajuan nama, pendaftaran, perubahan, hingga pembubaran memiliki kesamaan dengan
Persekutuan Komanditer (CV) sesuai dengan Permenkumham No.17 Tahun 2018, dan hasil
wawancara dengan salah satu staff Notaris di Kabupaten Semarang, serta penjelasan dari call
center AHU Online yang menjelaskan bahwa prosedur/tahapan Firma didalam Sistem
Administrasi Badan Usaha memiliki kesamaan dengan CV. Sehingga kami selain info dari staf

24
a. Log in di SABU Online dengan cara :
Untuk dapat mengakses Sistem Pendaftaran Firma, ada
beberapa langkah yang harus dilakukan oleh pengguna
aplikasi, sebagai berikut :
i. Pengguna mengakses halaman aplikasi AHU Online
dengan mengetik URL https://ahu.go.id/ pada
browser. Berikut tampilan awal aplikasi AHU Online:
ii. Kemudian klik logo “Sistem Administasi Badan
Usaha” untuk memasuki form login. Tampilannya ada
pada gambar dibawah ini :

Gambar 2 Logo Sistem Administrasi Badan Usaha

iii. Lalu pengguna akan diarahkan pada form login.


iv. Masukan User ID dan Passsword. Setelah itu klik
tombol “Masuk”
v. Maka pengguna akan memasuki halaman Beranda
aplikasi seperti pada gambar di bawah ini:

notaris, kami membaca proses lengkap yang di akses di


http://panduan.ahu.go.id/lib/exe/fetch.php?media=manual_book_sabu_-_cv_firma_pp.pdf,

25
Gambar 3 Beranda Aplikasi

b. Klik menu Persekutuan Firma, Lalu Klik Menu“Pengajuan


Nama”,
c. Setelah itu akan muncul menu “Daftar Pengajuan Nama
Firma” dan “Pengajuan Nama Firma”, lalu pilih menu
“Pengajuan Nama Firma”,
d. Setelah itu pemohon akan ditunjukan menu voucher yang
mana harus melakukan pembayaran, apabila sudah
melakukan pembayaran baru dapat melanjutkan ke proses
selanjutnya seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 4 Menu Voucher

e. Setelah bayar akan muncul tampilan Form Pengajuan


Nama Firma

26
Lakukan beberapa hal untuk mengisi form pengajuan
nama Firma: 1. Masukan Nama Pemohon; 2. Masukan
Email Pemohon; 3. Masukan Nomor Telepon/Hp; 4.
Masukan Alamat; 5. Masukan Kelurahan; 6. Masukan
Kecamatan; 7. Masukan Kabupaten 8. Masukan Provinsi;
9. Masukan RT 10; Masukan RW 11; Masukan Kodepos
12; Masukan Nama Firma yang diinginkan (tanpa awalan
Firma) 13. Masukan Singkatan Firma yang diinginkan
(optional, bisa tidak diisi). Setelah itu klik tombol CARI
f. Maka sistem akan melakukan pengecekan ketersedian
nama dan akan menampilkan list kemiripan nama,
g. Jika nama yang diajukan serupa maupun tidak oleh
pemohon yang lain maka semua akan diberi notifikasi
h. Kemudian klik AJUKAN NAMA
i. Muncul pop up pratinjau, lalu tekan kembali tombol untuk
menyelesaikan proses pengajuan nama Firma
j. proses pengajuan telah berhasil.
Apabila sudah behasil dan telah memperoleh persetujuan
menteri, unduh bukti pesan tersebut, dan dapat print sebagai
dokumen yang akan disimpan oleh Notaris untuk kelanjutan proses
saat pendaftaran.
3. Staf notaris akan membuatkan draft minuta akta pendirian firma
sesuai dengan kesepakatan para pendiri. Minuta akta pendirian
Firma yang minimal memuat44:
a. Identitas pendiri yang terdiri dari nama pendiri, domisili, dan
pekerjaan;
b. Kegiatan usaha;
c. Hak dan kewajiban para pendiri (memuat tanggung jawab dari
para pendiri); dan
d. Jangka waktu berdirinya Firma

44
Pasal 12 Ayat (4) angka (2) Permenkumham

27
4. Para pendiri akan datang ke kantor notaris untuk kedua kalinya
dengan tujuan menandatangani minuta akta dihadapan notaris dan
lembar tambahan berupa lembaran cap jempol pendiri dan saksi.
Penandatanganan dihadapan notaris, dibacakan isi akta oleh
Notaris, dan dihadapan dua orang saksi, yang biasanya merupakan
dua orang pegawai notaris yang bersangkutan.
5. Staf notaris akan membuatkan salinan akta dari minuta yang sudah
ditanda tangani para pendiri dan salinan tersebut akan ditanda
tangani oleh notaris. Salinan akta pendirian, merupakan scan
dokumen yang wajib di lampirkan saat permohonan pendirian
Firma ke SABU AHU Online.
6. Staf notaris memeriksa dan meminta pendiri untuk melengkapi
persyaratan dokumen sebelum di daftarkan ke Sistem SABU AHU
Online. Yang dilengkapi biasanya berupa Surat Keterangan
Domisili Firma, dan NPWP Firma.
7. Staf notaris dengan sepengawasan notaris, akan mendaftarkan
firma ke SABU AHU Online.
Pendirian dan Pengumuman Firma di proses di SABU
AHU Online, dengan membayar biaya PNBP sebanyak Rp
100.000,00 (seratus ribu rupiah) 45 . Menu pendaftaran Firma ini
memiliki fungsi untuk melakukan pendaftaran Firma yang belum
terdaftar baik secara manual ataupun secara elektronik dan telah
melakukan pengajuan nama Firma pada sistem 46 Pendaftaran
Firma ke SABU maksimal 60 hari terhitung setelah
penandatanganan akta pendirian 47 . Permohonan Pendirian Firma

45
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2019 tentang jenis, dan tarif atas jenis
penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada kementerian hukum dan hak asasi manusia
serta sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2018 tentang Pendaftaran Persekutuan Komanditer, Persekutuan
Firma, dan Persekutuan Perdata
46
http://panduan.ahu.go.id/lib/exe/fetch.php?media=manual_book_sabu_-_cv_firma_pp.pdf,
diakses pada tanggal 9 Agustus 2019, hlm. 19, di dalam manual book tidak terdapat penjelasan
mengenai Firma
47
Pasal 10 Ayat (2) Permenkumham

28
dilakukan dengan cara mengisi format pendaftaran48 yaitu dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a) Log In SABU,
b) Klik Menu Persekutuan Firma, Klik Pendaftaran, kemudian
klik Pendaftaran Firma, setelah itu pemohon akan masuk ke
halaman form Pendaftaran Firma,
c) Masukan Nomor Pengajuan Nama, lalu Ikuti proses pembelian
voucher, seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 5 Pembelian Voucher

d) Klik LANJUT, akan muncul pop up konfirmasi, Klik checkbox


“Centang untuk melanjutkan”, Kemudian klik kembali untuk
melanjutkan ketahap selanjutnya LANJUT
e) Selanjutnya Pemohon akan memasuki halaman form
Pendaftaran Firma;
i. Isi field data Firma dengan cara masukan Nama Firma,
masukan Singkatan Firma, No. Telepon, Pilih Jangka
Waktu, Masukan Batasan Waktu,
ii. Isi field Kegiatan Usaha dengan cara Klik TAMBAH
DATA, kemudian akan muncul halaman form jenis
Kegiatan Usaha, ketik 5 (lima) digit kode KBLI di CARI,

48
Pasal 10 Ayat 3

29
Kemudian klik checkbox jenis usaha yang sesuai dengan
Firma yang diajukan, seteleh itu klik TAMBAH, apabila
ada lebih dari satu jenis usaha, dapat mengulangi
melakukan proses tersebut untuk setiap jenis kegiatan
usaha, seperti gambar di bawah ini:

Gambar 6 Form Pendaftaran Firma

iii. Isi field Alamat Firma dengan cara sebagai berikut:


masukan Alamat, RT, RW, Masukan Provinsi,
Kabupaten/Kotamadya, Kecamatan, Kelurahan/ Desa, Kode
Pos,
iv. Isi field NPWP Firma dengan cara masukan nomor NPWP
Firma,
v. Isi field Akta Notaris dengan cara Masukan Nama Notaris,
Masukan Nomor Akta, Tanggal Akta, Checklist Notaris
Pengganti (Jika ada) 5. Masukan Nama Notaris Pengganti
(Jika ada),
vi. Isi field Modal dengan cara sebagai berikut : Masukan
Modal (Dalam Rupiah), dalam akta pendirian biasanya
tidak ada nominal yang dicantumkan terkait modal
pendirian Firma, jumlah modal dapat ditanyakan langsung

30
kepada para pendiri yang memiliki hubungan ketika akan
mengurus perizinannya,
vii. Isi Field Pendiri yaitu Klik TAMBAH DATA, Lalu akan
muncul Form Tambah Data Pendiri. Isi Form Tambah Data
Pendiri dengan cara sebagai berikut : 1. Masukan Nama
Pendiri 2. Masukan NIK 3. Pilih Jabatan 4. Masukan
Pekerjaan 5. Masukan Alamat Domisili 6. Masukan Nomor
NPWP 7. Pilih Kontribusi 8. Masukan Nilai Kontribusi 9.
Klik TAMBAH.
viii. Isi Field Pengurus dengan Klik TAMBAH DATA, Lalu
akan muncul form Tambah Data Pengurus, Isi Form
Tambah Data Pengurus dengan cara sebagai berikut : 1.
Masukan Nama Pengurus 2. Masukan NIK 3. Pilih Jabatan
4. Masukan Pekerjaan 5. Masukan Alamat Domisili 6.
Masukan Nomor NPWP Kemudian klik TAMBAH,
ix. Isi Field Hak & Kewajiban Pendiri dengan cara sebagai
berikut : 1. Masukan Hak Pendiri 2. Masukan Kewajiban
Pendiri,
x. Isi Field Pemilik Manfaat Firma dengan cara sebagai
berikut : 1. Klik checkbox “Saya mengerti dan memahami
pengertian Pemilik Manfaat” 2. Klik checkbox “Saya
mengerti dan memahami, atas Peraturan Presiden nomor 13
tahun 2018” Pemohon dapat mengunduh Perpres Nomor 13
Tahun 2018 dengan mengklik UNDUH, lalu dapat dibaca
ketentuan tersebut. Dengan mengklik checkbox tersebut,
pemohon dianggap mengerti dan memahami pengertian
pemilik manfaat dan Peraturan Presiden nomor 13 tahun
2018 3. Sebagai catatan, tombol klik tambah data baru bisa
berfungsi apabila pemohon sudah mencentang 2 pernyataan
yang ada pada field pemilik manfaat Firma,

31
xi. Isi Form Tambah Data Pemilik Manfaat Firma dengan cara
sebagai berikut : 1. Checklist Kriteria, satu atau lebih dari
satu sesuai dengan kriteria Firma 2. Masukan Nama
Lengkap 3. Pilih Jenis Identitas 4. Masukan
NIK/SIM/Paspor 5. Masukan Tempat 6. Masukan Tanggal
Lahir 7. Masukan Alamat Sesuai Kartu Identitas 8. Pilihan
Kewarganegaraan 9. Masukan Nomor NPWP 10. Masukan
Hubungan Koperasi dengan Pemilik Manfaat Klik j. Setelah
semua field selesai diinput maka klik untuk memasuki
tahapan selanjutnya k. Maka akan muncul pop up notifikasi
seperti gambar dibawah ini,
xii. Isi Pop Up Form Notifikasi Pernyataan Elektronik dengan
cara sebagai berikut : 1. Klik checkbox semua pernyataan 2.
Klik l. Setelah itu akan tampil pop up form Pratinjau,
xiii. Setelah pemohon melakukan pengecekan data-data yang
telah diinput, kemudian klik Muncul pop up notifikasi
kembali, Klik lalu pemohon akan diarahkan pada halaman
DAFTAR TRANSAKSI Firma,
xiv. Lakukan konfirmasi terlebih dahulu agar Pemohon dapat
mengunduh Surat Keterangan Terdaftar. Klik kemudian
Pemohon akan diarahkan menuju halaman Pratinjau,
xv. Klik pada field Unggah Scan Akta Pendirian Firma untuk
menggungah akta t. Setelah itu klik checkbox Konfirmasi,
lalu klik, Muncul pop up notifikasi, klik.
Selain itu, terdapat dokumen pendukung yang harus
diunggah oleh Pemohon saat pendirian Firma, yaitu49 :
a. Pernyataan secara elektronik dari Pemohon yang menyatakan
bahwa dokumen untuk pendaftaran Firma, telah lengkap;
b. Pernyataan dari Korporasi mengenai kebenaran informasi
pemilik manfaat Firma,

49
Pasal 12 Permenkumham No.17 tahun 2018

32
c. Mengunggah salinan akta pendirian Firma, yang sudah di
tandatangani notaris, dan di stempel notaris disetiap
halamannya.
Surat Keterangan Terdaftar (SKT) Firma disampaikan
secara elektronik, dan Pemohon dapat langsung mengunduh dan
dicetak dengan kertas berwarna putih ukuran F4/folio dengan berat
80 (delapan puluh) gram, SKT tersebut wajib ditandatangani dan
dibubuhi cap jabatan oleh Notaris serta memuat frasa yang
menyatakan “Surat Keterangan Terdaftar ini dicetak dari Sistem
Administrasi Badan Usaha”50.
8. Pendaftaran Firma yang telah disetujui oleh menteri akan
mendapatkan Surat Keterangan Terdaftar seperti gambar di bawah:

Gambar 7 Surat Keterangan Terdaftar

50
Pasal 14 Permenkumham No.17 tahun 2018s

33
9. Proses pendirian dan pengumuman selesai, salinan akta dan Surat
Keterangan Terdaftar sudah dapat diserahkan ke pendiri.
3) Pencatatan Pendirian Firma
Menu Pencatatan Pendaftaran Firma berfungsi untuk mencatat
semua Firma yang telah mendaftar secara manual namun belum
mendaftar secara elektronik. 51 Yang dimaksud manual adalah sudah
teregister di Pengadilan Negeri sesuai dengan ketentuan sebelumnya.
Menu Pencatatan pendaftaran Firma digunakan untuk Firma yang
sudah berdiri dan beroperasi sebelum ketentuan pendirian Firma harus
terdaftar di Sistem Badan Usaha AHU Online. Dalam pencatatan
pendaftaran Firma, yang diinputkan adalah data yang ada dalam akta
pendirian pertama kali, dan dokumen yang dibutuhkan adalah scan
akta pendirian pertama kali, dan halaman akta yang terdapat
pengesahan register Pengadilan Negeri. Secara garis besar tahapan
pengisian form Pencatatan Pendaftaran Firma sama persis dengan
Pendaftaran Firma, namun tidak perlu melakukan proses pengajuan
nama dan tidak dipungut biaya PNBP (Penghasilan Negara Bukan
Pajak), seperti gambar di bawah:

Gambar 8 Pencatatan Pendaftaran Persetujuan Firma

51
http://panduan.ahu.go.id/lib/exe/fetch.php?media=manual_book_sabu_-_cv_firma_pp.pdf,
diakses pada tanggal 9 Agustus 2019, hlm. 48

34
Pada Pasal 23 ayat (2) Permenkumham mengatur mengenai
nama Firma yang berdiri sebelum peraturan ini diundangkan yaitu
“Pencatatan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diperbolehkan menggunakan nama yang sudah dipakai secara sah oleh
CV, Firma, dan Persekutuan Perdata yang sudah terdaftar dalam
Sistem Administrasi Badan Usaha”. Berdasarkan peraturan tersebut
memilliki akibat terkait Firma yang diperbolehkan adanya kesamaan
nama antara Firma yang sudah pernah berdiri sebelum
diundangkannya peraturan ini, dengan Firma baru yang melakukan
pendaftaran nama.
Ada beberapa kekurangan dalam pencatatan pendirian firma di
SABU AHU Online yang dirasakan oleh notaris, yaitu :
1) Ada kemungkinan kesamaan nama antara Firma yang sudah pernah
berdiri sebelum diundangkannya peraturan ini, dengan Firma baru
yang melakukan pendaftaran nama, karena tidak ada pengecekan
sistem terkait kesamaan nama untuk Firma yang di catatkan
pendaftarannya.
2) Apabila mengisi data dalam pendaftaran online, yang mana diisi
sesuai dengan akta pendirian awal, akan terdapat perbedaan data
yang diinputkan di SABU AHU Online mengenai identitas pendiri
sesuai KTP elektronik terbaru, seperti nomor KTP yang yang sudah
berubah, alamat tempat tinggal, pekerjaan dan data lain yang ada
dalam E-KTP.
3) Maksud dan tujuan Firma yang memuat terkait bidang usaha yang
dilakukan, tidak sesuai dengan aplikasi Sitem Badan Usaha AHU
Online yang memakai KBLI 2017, sehingga saat input data di
sistem AHU Online, harus mencari persamaan atau pengertian
terdekat KBLI lama yang tertulis dalam akta dengan KBLI baru
yang ada dalam AHU Online.
4) Data yang diisikan dalam pencatatan pendaftaran firma tidak ada
yang di validasi oleh sistem, seperti NIK pendiri, NPWP Pendiri

35
maupun NPWP Firma (berbeda dengan PT yang di validasi sistem),
hal tersebut berdampak apabila ada kesalahan input data, tidak
dikoreksi sistem sebelum surat keterangan terdaftar terbit.
b. Perizinan Firma
Merupakan tanggung jawab pelaku usaha untuk mengurus
perizinan usaha, termasuk di dalam badan usaha berbentuk firma, namun
tanggung jawab tersebut sering dikuasakan kepada notaris untuk
menguruskannya karena alasan kepraktisan para pelaku usaha.
Era industri 4.0 menuntut masyarakat untuk bergerak serta bekerja
secara cepat, praktis dan efisien. Berbagai sistem pelayanan di segala
aspek masyarakat Indonesia terus mengalami perkembangan khususnya
dari segi teknologi dan informasi. Termasuk dalam pelayanan perizinan
berusaha. Maka dalam rangka percepatan serta peningkatan penanaman
modal dan berusaha, perlu menerapkan pelayanan Perizinan Berusaha
terintegrasi secara elektronik.
Berdasarkan pertimbangan tersebut dan untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal serta Pasal 6 dan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik.52
Negara berusaha memberikan fasilitas untuk masyarakat serta
menyediakan pelayanan tersebut lewat Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik. Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi
Secara Elektronik atau Online Single Submission (OSS) adalah Perizinan
Berusaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama

52
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Perizinan
BerusaTerintegrasi Secara Elektronik, hlm. 1.

36
menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota kepada Pelaku
Usaha melalui sistem elektronik yang terintegrasi.53
Perlu diketahui, menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2018, jenis perizinan berusaha terdiri atas Izin Usaha dan Izin Komersial
atau Operasional. Dan pelaku usaha perseorangan terdiri atas Pelaku
Usaha Perseorangan dan Pelaku Usaha non Perseorangan. Pelaku Usaha
non Perseorangan terdiri atas 11 jenis badan usaha, dan Persekutuan Firma
termasuk dalam pasal 6 ayat 3 huruf j.
Dalam Peraturan tersebut dijelaskan cara pendaftaran persekutuan
firma meliputi pendaftaran akta pendirian persekutuan firma (venootschap
onder firma), perubahan anggaran dasar persekutuan firma (venootschap
onder firma) serta pembubaran persekutuan firma (venootschap onder
firma) oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang hukum. Pelaksanaan kewenanangan penerbitan Perizinan Berusaha
sudah termasuk penerbitan dokumen lain yang berkaitan dengan Perizinan
Berusaha, dan hal ini wajib dilakukan melalui Lembaga OSS. Penerbitan
Perizinan Berusaha oleh Lembaga OSS dilakukan dalam bentuk Dokumen
Elektronik yang disertai dengan Tanda Tangan Elektronik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-perundangan di bidang informasi dan
transaksi elektronik. Dokumen elektronik ini dapat dicetak, berlaku sah
dan mengikat berdasarkan hukum serta merupakan alat bukti yang sah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
informasi dan transaksi elektronik.
Untuk memulai menggunakan sistem OSS pelaku usaha, dalam hal
ini persekutuan Firma, dapat masuk ke laman url : http://oss.go.id .
Persekutuan Firma diharuskan mendapat izin usaha terlebih dahulu
sebelum memulai usaha dengan cara mendaftarkan usaha atau kegiatannya
melalui OSS dengan alamat tersebut. Maka akan terlihat tampilan laman
berupa pengumuman tentang kuota pengambilan nomor antrian online
seperti gambar di bawah ini;

53
Ibid., hlm.3

37
Gambar 9 Tangkapan layar laman OSS (1)

Jika telah memahami ketentuan pengumuman tersebut, klik tanda x


disisi kanan atas lalu segera masuk ke laman OSS yang akan terlihat
seperti gambar di bawah ini;

Gambar 10 Gbr. Tangkapan layar laman OSS (2)

38
Pada laman yang terlihat seperti gambar, akan didapat beberapa
informasi yang tertera pada gambar tabel sebagai berikut:54

Gambar 11 Pilihan Informasi pada Tampilan OSS

Jika sudah siap mendaftar dalam jaringan segera klik tombol


(masuk) kemudian Pelaku Usaha dipersilahkan mengikuti proses dan
langkah - langkah yang terdapat pada user manual. Dianjurkan untuk
selalu memperhatikan setiap petunjuk dan arahan yang telah tersedia pada
laman user manual OSS. Perhatikan gambar di bawah ini:

54
User Manual Permohonan Berusaha Bagi Non Perseorangan, Version 1.6, ONLINE SINGLE
SUBMISSION, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Januari,
2019

39
Gambar 12 User Manual OSS

Pelaku Usaha akan diarahkan melalui pedoman OSS yang berhasil


di klik melalui petunjuk seperti gambar diatas. Kemudian dilanjutkan
dengan Pelaksanaan Perizinan Berusaha meliputi pendaftaran, penerbitan
Izin Usaha dan penerbitan Izin Komersial atau Operasional berdasarkan
Komitmen, pemenuhan Komitmen Izin Usaha dan Pemenuhan Komitmen
Izin Komersial atau Operasional, pembayaran biaya, fasilitasi, masa
berlaku dan pengawasan. Perlu diketahui yang dimaksud dengan Izin
Usaha adalah izin perdagangan dan jasa yang pada umumnya tidak
memerlukan izin tambahan ataupun melakukan kegiatan produksi sendiri.
Sementara Izin Komersial adalah izin yang perlu didaftarkan untuk
keperluan operasional tertentu, contohnya izin BPOM bagi yang
mendistribusikan dan memproduksi makanan, obat obatan, dan lain
sebagainya.
Dalam pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018
dijelaskan bagi pelaku usaha, dalam hal ini anggota persekutuan firma,
diharuskan untuk mengakses laman OSS untuk melakukan pendaftaran.
Cara mengakses laman OSS dilakukan dengan cara memasukkan nomor
pengesahan akta pendirian atau nomor pendaftaran persekutuan firma

40
(venootschap onder firma). Jika telah mendapatkan akses laman OSS
dilanjutkan melakukan Pendaftaran dengan mengisi data terkait;
1. Nama dan/atau nomor pengesahan akta pendirian atau nomor
pendaftaran
2. Bidang usaha
3. Jenis penanaman modal
4. Negara asal penanaman modal (jika terdapat penanaman modal asing)
5. Lokasi penanaman modal
6. Besaran rencana penanaman modal
7. Rencana penggunaan tenaga kerja
8. Nomor kontak badan usaha
9. Rencana permintaan fasilitas perpajakan kepabeanan, dan/atau fasilitas
lainnya
10. NPWP Pelaku Usaha non perseorangan, (jika belum ada dapat diproses
dan diberikan oleh OSS)
11. NIK penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan (sebagai syarat
pendaftaran peserta jaminan sosial kesehatan dan jaminan sosial
ketenagakerjaan)
Untuk lebih mudahnya, laman OSS memberikan penjelasan dengan
infografis terkait langkah-langkah mendapatkan NIB seperti gambar
berikut:

Gambar 13 Langkah-langkah Mendapatkan NIB

41
Selanjutnya pada pasal 24 dijelaskan bahwa pelaku usaha akan
mendapatkan NIB setelah melakukan pendaftaran melalui pengisian data.
NIB adalah Nomor Izin Berusaha berbentuk 13 (tiga belas) digit angka
acak yang diberi pengaman dan disertai dengan Tanda Tangan Elektronik.
NIB yang dimaksud dalam pasal 24 merupakan identitas berusaha
dan digunakan oleh Pelaku Usaha untuk mendapatkan Izin Usaha dan Izin
Komersial atau Operasional termasuk untuk pemenuhan persyaratan Izin
Usaha dan Izin Komersial atau Operasional. 55 Berlaku selama Pelaku
Usaha menjalankan usaha dan/atau kegiatannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. NIB dapat dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku oleh Lembaga OSS apabila Pelaku Usaha melakukan usaha
dan/atau kegiatan yang tidak sesuai dengan NIB, serta dapat menjadi tidak
sah berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. NIB
dapat berlaku sebagai TDP (Tanda Daftar Perusahaan), API (Angka
Pengenal Impor), dan hak akses kepabeanan (sebagai eksportir dan
importir).56
Jika dalam persekutuan firma terdapat pelaku usaha tenaga asing,
maka pelaku usaha haruslah mengajukan pengesahan RPTKA dengan
prosedur sebagai berikut:57
1. Alasan penggunaan tenaga kerja asing
2. Jabatan dan/atau kedudukan tenaga kerja asing dalam struktur
organisasi perusahaan yang bersangkutan
3. Jangka waktu penggunaan tenaga kerja asing
4. Penunjukkan tenaga kerja Indonesia sebagai pendamping tenaga kerja
asing yang dipekerjakan, dan
5. Jumlah tenaga asing.
Kemudian dalam pasal 31, Izin Usaha wajib dimiliki pelaku usaha
yang telah memiliki NIB. Pelaku usaha persekutuan firma termasuk yang
memerlukan prasarana untuk menjalankan usaha dan/atau kegiatan, terdiri

55
Op.Cit., hlm. 16.
56
Ibid, hlm. 17.
57
Ibid, hlm 18.

42
atas pelaku usaha yang telah memiliki atau menguasai prasarana dan
pelaku usaha yang belum memiliki atau menguasai prasarana.
Lembaga OSS menerbitkan Izin Usaha berdasarkan Komitmen
kepada Pelaku Usaha yang memerlukan prasarana untuk menjalankan
usaha dan/atau kegiatan tapi belum memiliki atau menguasai prasarana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (3) huruf b, setelah Lembaga
OSS menerbitkan:
1. Izin Lokasi;
2. Izin Lokasi Perairan;
3. Izin Lingkungan; dan/atau
4. IMB,
berdasarkan Komitmen.

Penjelasan tiap poin diatas juga telah disediakan pada laman OSS,
berikut penjelasan lengkap dengan paparan infografis terkait poin-poin
penting yang tersebut diatas;58

Gambar 14 Infografis Izin Lokasi

58
Website Resmi OSS, dapat diakses melalui link berikut:
https://oss.go.id/oss/#home/portal/halaman/VyUOZAQjXjleIwM6U29RYwI5/UWNUaQ==

43
Gambar 15 Infografis Izin Mendirikan Bangunan

Gambar 16 Infografis Izin Usaha

44
Gambar 17 Infografis Izin Operasional Komersial

Izin usaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS berlaku untuk


seluruh wilayah Indonesia. Jika Pelaku Usaha yang telah mendapatkan
Izin Usaha dan akan mengembangkan usaha dan/atau kegiatan di wilayah
lain, harus tetap memenuhi persyaratan Izin Lokasi, Izin Lokasi Perairan,
Izin Lingkungan, dan IMB di masing-masing wilayah tersebut. Kemudian
wajib memperbaharui informasi pengembangan usaha dan/atau kegiatan
pada sistem OSS.
Dalam Peraturan Pemerintah nomor 24 Tahun 2018 Pelaku Usaha
yang mendapat NIB diwajibkan membayar segala biaya Perizinan
Berusaha yang merupakan penerimaan negara (bukan pajak), bea masuk
dan/atau bea keluar, cukai dan/atau pajak daerah atau retribusi daerah.
Selain itu Pelaku Usaha akan mendapatkan beberapa fasilitas yang tidak
dikenakan biaya. Fasilitas dari Lembaga OSS tersebut berupa:
1. Pelayanan informasi yang berkaitan dengan Perizinan Berusaha
2. Bantuan untuk mengakses laman OSS dalam rangka mendapatkan
Perizinan Berusaha

45
Kemudian pada pasal 79 hingga pasal 81 dijelaskan bahwa Izin
Berusaha berlaku selama menjalankan usaha atau kegiatannya, kecuali
diatur lain dalam undang-undang. Sedangkan Izin Komersial atau
Operasional berlaku sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan yang mengatur masing-masing izin.
Selama itu pula Badan Usaha, khususnya Persekutuan Firma, akan
mendapat pengawasan oleh Kementrian, Lembaga, dan/atau Pemerintah
Daerah wajib melakukan pengawasan atas pemenuhan komitmen,
pemenuhan standar, sertifikasi, lisensi dan/atau pendaftaran, usaha
dan/atau kegiatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dan jika terdapat ketidak sesuaian maupun pelanggaran maka pengawas
berhak melakukan tindakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Hal itu disampaikan melalui sistem OSS oleh dewan pengawas berupa;
peringatan, penghentian sementara kegiatan berusaha, denda, atau bahkan
pencabutan Perizinan Berusaha.
c. Perubahan Firma
Pengaturan persekutuan firma dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang bukan hanya mengatur terkait pendirian, tetapi juga
mengatur perubahan persekutuan firma sebagaimana yang tercantum
dalam Pasal 31 hingga 35 KUHD yang menjelaskan bahwa:
1. Perubahan harus dinyatakan dengan akta otentik,
2. Perubahan akta harus didaftarkan kepada panitera pengadilan negeri,
3. Perubahan akta harus di umumkan dalam Berita Negara,
4. Perubahan akta yang tidak diumumkan akan mengikat pihak ketiga
5. Pemberesan oleh persero adalah pihak lain yang disepakati atau yang
ditunjuk oleh pengadilan.59
Setelah diundangkannya Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia (Permenkumham) Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2018
tentang Pendaftaran Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma, dan
Persekutuan Perdata, perubahan akta pendirian firma tidak lagi didaftarkan

59
Op Cit., Dijan Widijowati, hlm. 55

46
kepada Panitera Pengadilan Negeri, tetapi diajukan melalui Sistem
Administrasi Badan Usaha (SABU)60
Berdasarkan Pasal 15 Ayat (2) Permenkumham RI No.17 tahun
2018, Perubahan anggaran dasar yang dapat didaftar melalui SABU
meliputi:
1. Identitas pendiri yang terdiri atas nama pendiri, domisili, dan
pekerjaan;
2. Kegiatan usaha;
3. Hak dan kewajiban para pendiri; dan/atau
4. Jangka waktu CV, Frma, dan Persekutuan Perdata
Di dalam pengisian format perubahan Firma di SABU, berdasarkan
Pasal 18 Permenkumham No. 17 Tahun 2018, Pemohon harus dilengkapi
dokumen pendukung yang disampaikan secara elektronik berupa :
a. Pernyataan secara elektronik dari Pemohon mengenai dokumen perubahan
anggaran dasar Firma yang telah lengkap;
b. Pernyataan dari firma mengenai kebenaran informasi pemilik manfaat
Firma.
Selain itu, dalam Pasal yang sama juga dijelaskan mengenai
dokumen yang harus disimpan Notaris saat memproses perubahan
anggaran dasar Firma yaitu sebagai berikut :
a. Minuta Akta tentang perubahaan anggaran dasar Firma yang dibuat
Notaris;
b. Notula rapat perubahan anggaran dasar Firma atas keputusan seluruh
sekutu;
c. Fotokopi NPWP Firma yang telah dilegalisasi oleh Notaris;
d. Bukti pembayaran pendaftaran perubahan anggaran dasar Firma.
Perubahan anggaran dasar Firma yang diproses melalui SABU,
mewajibkan Pemohon harus membayar biaya PNBP sebesar Rp

60
Pasal 15 Permenkumham

47
100.000,00 (seratus ribu rupiah). 61 Tatacara mengenai penerbitan Surat
Keterangan Terdaftar (SKT) perubahan anggaran dasar Firma berlaku
mutatis mutandis kepada penerbitan SKT Pendirian Firma, berdasarkan
Pasal 19 Permenkumham No.17 Tahun 2018.
d. Berakhirnya Firma
Pembubaran persekutuan firma diatur dalam ketentuan Pasal 1646
sampai 1652 KUH Perdata, dan Pasal 31 sampai 35 KUHD. Pasal 1646
KUH Per menyebutkan bahwa ada lima hal yang menyebabkan
persekutuan firma berakhir:
1. Telah berakhirnya jangka waktu firma sesuai yang telah ditentukan
dalam akta pendirian,
2. Adanya pengunduran diri atau pemberhentian sekutu,
3. Musnahnya barang atau telah selesainya usaha yang dijalankan
persekutuan firma,
4. Adanya kehendak dari seseorang atau beberapa orang sekutu,
5. Salah seorang sekutu meninggal dunia atau berada di bawah
pengampuan atau dinyatakan pailit.62
Sedangkan dalam Pasal 20 Ayat (2) Permenkumham No.17 Tahun
2018 memberikan pengertian mengenai hal-hal yang menyebabkan
pembubaran persekutuan Firma yang secara umum tidak memilki
perbedaan dengan peraturan yang ada dalam KUHD , yaitu:
1. Berakhirnya jangka waktu perjanjian;
2. Musnahnya barang yang dipergunakan untuk tujuan Firma atau tujuan
Firma telah tercapai;
3. Karena kehendak para sekutu;
4. Alasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-
undangan.
Pembubaran firma harus dilakukan dengan akta autentik yang
dibuat di muka notaris, didaftarkan di kepaniteraan pengadilan negeri

61
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2019 tentang Jenis dan Tarif atas jenis
penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada kementerian hukum dan hak asasi manusia.
62
Loc Cit., Zaeni Asyhadie, hlm. 58

48
setempat, dan pengumuman dalam tambahan berita Negara. Kelalaian
pendaftaran dan pengumuman ini mengakibatkan tidak berlakunya
pembubaran firma, dan pengunduruan diri, atau pemberhentian sekutu,
atau perubahan anggaran dasar terhadap pihak ketiga.63
Berdasarkan Pasal 20 ayat (1) Permenkumham No.17 Tahun 2018
mengatur permohonan pembubaran firma melalui Sistem Administrasi
Badan Usaha (SABU), sehingga sudah tidak berlaku pembubaran melalui
kepaniteraan pengadilan negeri. Permohonan pembubaran persekutuan
Firma dibebankan biaya PNBP sebesar Rp 50.000,00 (lima puuh ribu
rupiah). 64 Selanjutnya diatur dalam Pasal 20 Ayat (3) Permenkumham
No.17 Tahun 2018, dalam mengajukan permohonan pembubaran harus
dilengkapi dengan:
1. Akta pembubaran;
2. Putusan pengadilan yang menyatakan pembubaran;
3. Dokumen lain yang menyatakan pembubaran.
Dari peraturan tesebut Putusan Pengadilan yang menyatakan
pembubaran Firma menjadi salah satu dokumen yang harus dilengkapi
saat pembubaran Firma di SABU. Hal tesebut memberikan pengertian
bahwa sebelum melakukan permohonan pembubaran di SABU, harus
meminta putusan pengadilan terkait pembubaran Firma terkait.
Berakhirnya persekutuan firma harus diikuti dengan likuidasi yang
akan dilakukan oleh pemberes (likuidator). Jika dalam perjanjian pendirian
persekutuan firma tidak ditentukan siapa yang menjadi pemberes, maka
sekutu-sekutu penguruslah yang menjadi pemberes.65
Tugas pemberesan adalah menyelesaikan semua utang firma
dengan menggunakan uang kas. Jika masih ada saldo dibagi antara para

63
Loc Cit., Farida Hasyim, hlm. 143
64
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2019 tentang Jenis dan Tarif atas jenis
penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada kementerian hukum dan hak asasi manusia.
65
Op Cit., Zaeni Asyhadie, hlm, 58

49
sekutu. Jika ada kekurangan maka kekurangan itu harus dipenuhi dari
kekayaan pribadi para sekutu.66

IV. SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa:


1. Firma adalah persekutuan yang menjalankan usaha secara terus menerus dan
setiap sekutunya berhak bertindak atas nama persekutuan, Dasar Hukum
Firma, Pasal 16-35 KUHD, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia (Permenkumham) Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2018
tentang Pendaftaran Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma, dan
Persekutuan Perdata dan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2018 tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik (Online Single
Submission). Unsur Firma gabungan dari bagian perkumpulan, dan
perikatan perdata. Sedangkan Permodalan firma tidak diatur secara khusus,
misalnya mengenai jumlah atau besarnya, tetapi merupakan kekayaan yang
sengaja dipisahkan dari harta pribadi masing-masing anggota (sekutu,
pendiri).
2. Secara umum ada dua macam tanggung jawab sekutu-sekutu Firma,
Tanggung jawab tidak terbatas dan Tanggung jawab Solider. Dalam
menjalankan perusahaan, tiap-tiap sekutu mempunyai wewenang untuk
mengadakan perikatan dengan pihak ketiga untuk kepentingan persekutuan,
kecuali bila sekutu itu dikeluarkan dari kewenangan tersebut sesuai yang
tercantum pada Pasal 17 KUHD. Kewenangan mewakili yang mengikat
persekutuan firma dibatasi oleh maksud dan tujuan persekutuan firma dan
kesepakatan yang dibuat oleh para sekutu firma tentang kewenangan
tersebut.
3. Pendirian Firma diawali dengan adanya kesepakatan beberapa pendiri, lalu
dilanjutkan proses di notaris yaitu perjanjian pendirian yang dituangkan
dalam akta pendirian Firma, pendaftaran, dan pengumuman yang diproses
melalui Sistem Adiministrasi Badan Usaha (SABU) AHU Online sesuai

66
Op Cit., Farida Hasyim, hlm. 144

50
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor 17 Tahun 2018 tentang Pendaftaran Persekutuan Komanditer,
Persekutuan Firma, dan Persekutuan Perdata. Proses selanjutnya berupa
pengurusan perizinan usaha yang dilakukan di Online Single Submission
(OSS) sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2018 tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik.

V. SARAN

Dengan memperhatikan pembahasan dan simpulan tersebut di atas, dapat


kami sarankan jika terdapat peraturan yang lebih tegas terkait Firma, karena
payung hukumnya sekarang hanyalah KUHD yang sebagain pasalnya sudah
diganti dengan keberadaan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
(Permenkumham) Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2018, yang mana
peraturan tersebut hanya sebagai pelaksana dari Peraturan terkait Online Single
Submission (OSS) yaitu Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2018 tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik.
Di dalam proses pendirian Firma, seharusnya AHU Online sudah
menyediakan pedoman khusus mengenai semua proses pendirian hingga
pembubaran Firma yang dapat di lakukan di Sistem Administrasi Badan Usaha
(SABU), yang kami temukan, hanyalah pedoman CV, dan tidak secara eksplisit
menyediakan pedoman Firma, untuk pengguna baru kemungkinan akan menjadi
bingung, walaupun pada intinya proses CV, Firma, maupun persekutuan perdata
sama.

VI. PENUTUP

Demikianlah paper ini kami susun, penulis menyadari dalam paper ini
masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang konstruktif kami harapkan demi kesempurnaan paper selanjutnya.
Semoga paper ini bisa bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Amin.

51
VII. DAFTAR PUSTAKA

C.S.T. Kansil, Christine S.T. Kansil, Poko-Pokok Pengetahuan Hukum


Dagang Indonesia, Jakarta Timur: SInar Grafika, Ed.2, 2013.
Dijan Widijowati, Hukum Dagang, Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2012.
Dr. Nyulistiowati Suryanti, S.H., M.H.,CN, Ruang Lingkup Hukum
Perusahaan, Bandung, Universitas Padjajaran
Farida Hasyim, Hukum Dagang, Ed.1, Cet. 7, Jakarta: Sinar Grafika, 2017.
Freddy Haris, Leny Helena, Notaris Indonesia, Cet.2, Jakarta Pusat: Lintas
Cetak Djaja, 2017.
H. Subandi Al Marsudi, , Pancasila dan UUD 1945 Dalam Paradigma
Reformasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001)
H. Zaeni Asyhadie, Budi Sutrisno, Hukum Perusahaan dan Kepailitan,
Jakarta: Erlangga, 2012.
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid
1. (Jakarta: Djambatan, 1990)
Heldjrachman Ranupandojo, Dasar-dasar Ekonomi Perusahaan,
(Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YPN, 1990)
Iting Partadireja, Pengetahuan dan Hukum Dagang, (Jakarta:
Erlangga,1978)
Janus Sidablok, Hukum Perusahaan (Analisis Terhadap Pengaturan
Peran Perusahaan dalam Pembangunan Ekonomi Nasional di Indonesia),
Bandung: Penerbit Nuansa Aulia, 2012).
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan, Proses, Masalah Dasar
Kebijakan, Edisi Kedua (Jakarta: Penerbit Kencana, 2006).
Sentosa Sembiring, Hukum Dagang , Bandung : Citra Aditya Bakti, 2001
Soedjono Dirdjosisworo, Pengaruh Manajemen Dalam Perkembangan
Hukum Perusahaan Indonesia, dalam Pro Justitia, Jurnal Hukum Fakultas Hukum
Universitas Katolik Parahyangan, Tahun XXI No.4, Oktober 0003, Bandung, FH
Unpar

52
Zainal Asikin Dan Pria Suhartana, Pengantar Hukum Perusahaan,
(Jakarta: Prenadamdia Group, 2016).
http://panduan.ahu.go.id/lib/exe/fetch.php?media=manual_book_sabu_-
_cv_firma_pp.pdf, diakses pada tanggal 9 Agustus 2019.
https://oss.go.id/oss/#home/portal/halaman/VyUOZAQjXjleIwM6U29RY
wI5/UWNUaQ== diakses pada tanggal 9 Agustus 2019.

53

Anda mungkin juga menyukai