Anda di halaman 1dari 17

Tugas anfis

Ringkasan kelainan perinatal dan infeksi sistem reproduksi

Perinatal : Perkembangan dan Pertumbuhan Bayi

Perkembangan dan Pertumbuhan

Perkembangan merupakan penambahan dalam ukuran bentuk, berat atau pikiran dimensif dari pada
tubuh dan bagian - bagiannya. Sedangkan Pertumbuhan merupakan perubahan-perubahan dalam
bentuk/bagian tubuh dan integrase ke dalam suatu kesatuan fungsiona.l

Perinatal

Perinatal atau parilahir merupakan periode yang muncul sekitar pada waktu kelahiran. Preiode
perinatal terjadi pada 22 minggu setelah periode gestasi lewat dan berakhir tujuh hari setelah kelahiran
yang merupakan masa dalam proses tumbuh kembang anak khususnya kembang otak. Strategi
pemerintah dan inisiatif internasional mempromosikan menyusui sebagai metode terbaik pemberian
makan pada tahun pertama mereka.

Mempelajari fisiologi dan patologi neo ratus tidak akan sempurna kalau tidak mengetahui
keadaan yang terjadi pada kehamilan dan kelahiran. Perkembangan otak yang paling pesat ialah pada
terimeter terakhir kehamilan sampai dengan 6 bulan pasca persalinan, keadaan bayi sangat tergantung
pada pertumbuhan janin didalam uterus. Pengaruh pada kehamilan dan pengaruh partus mempunyai
peranan penting dalam morbiditas dan mortalitasnya perinatal.

PERIODE PERINATAL

Periode perinatal merupakan masa rawan dalam proses tumbuh kembang anak, khususnya tumbuh
kembang otak.

Tahap-Tahap Pertumbuhan Anak :

1. Masa pranatal

- Masa mudigah/embrio : konsepsi – 8 minggu

- Masa janin/fetus : 9 minggu – lahir

2. Masa bayi : usia 0 – 1 tahun

Masa neonatal usia 0 – 28 hari :

3.Masa neonatal dini : 0 – 7 hari

4. Masa neonatal lanjut : 8 – 28 hari

-pasca neonatal : 29 hari – 1 tahun


5. Masa pra-sekolah : usia 1 – 6 tahun

6. Masa sekolah : usia 6 – 18 atau 20 tahun

-Masa pra-remaja : usia 6 – 10 tahun

-Masa remaja :

7. Masa remaja dini, (wanita, usia 8 – 13 tahun dan pria, usia 10 – 15 tahun).

8. Masa remaja lanjut, (wanita usia 13 – 18 tahun dan pria, usia 15 – 20tahun).

Perkembangan Prenatal

Berikut tahap – tahap perkembangan dalam periode prenatal menurut Seifert & Hoffnung tahun 1994 :

1. Tahap Germinal (germinal stage)

Tahap germinal atau yang sering disebut dengan periode zigot, ovum atau periode nutfah adalah
periode awal kejadian manusia. Periode ini kira-kira berlangsung 2 minggu pertama sejak pertemuan
antara sel sperma laki-laki dan sel telur perempuan yang dinamakan pembuahan. Saat itu sel
sperma bergabung dengan sel telur yang kemudian menghasilkan satu bentuk sel baru yang disebut
zigot. Zigot ini kemudian membelah menjadi sel-sel yang disebut blastokis. setelah sekitar 3 hari
blastokis mengandung sekitar 60 sel. Pada saat terjadinya embelahan, blastokis ini mengapung dan
berpsoses di sepanjang tuba falopi.

Blastokis berisi cairan yang cepat mengalami perubahan penting. Blastokis ini dibedakan menjadi
tiga lapisan, yaitu lapisan atas (ectoderm), lapisan tengah (mesoderm), dan lapisan bawah
(endoderm). Dari ectoderm berkembang rambut, gigi dan kuku ; kulit arid an kelenjar kulit ; panca
indera dan system saraf. Dari mesoderm berkembang otot, tulang, system pembuangan kotoran,
system peredaran darah dan kulit lapisan dalam. Kemudian dari endoderm berkembang system
pencernaan, hati, pancreas, kelenjar ludah, dan system pernapasan. Dalam waktu singkat plasenta,
tali pusar, dan kantong amniotic juga akan terbentuk dari sel-sel blastokis. Blastokis yang telah
tertanam dalam dinding Rahim inilah yang disebut embrio dan menjadi akhir dari tahap germinal.

2. Tahap Embrionik (embrionik stage)


Tahap kedua yaitu thap embrio yang dalam psikologi Islam disebut ‘alaqoh yaitu segumpalan
darah yang semakin membeku. Tahap ini dimulai dri 2 minggu sampai 8 minggu yang ditandai
dengan perubahan organ utama dan system fisiologis. Ukuran panjangnya sekitar 1 inci. Pada tahap
ini pertumbuhan terjadi dalam dua pola yaitu cephalocaudal danproximodistal. Dalam tahap ini juga
terdapat tiga sarana yang membantu perkembangan struktur anak yaitu kantong amniotic, plasenta,
dan tali pusar.
Tahap embrio ini juga ditandai dengan perkembangan system saraf. Terlihat bahwa pada umur 6
minggu embrio telah dapat dikenali sebagai manusia. Pada umur 8-9 minggu perubahan janin
semakin terlihat jelas.
3. Tahap Fetus
Tahap ketiga dari perkembangan masa prenatal adalah tahap janin yang dalam psikologi Islam
disebut mudhghah. Tahap ini dimuli sejak usia 9 minggu sampai lahir. Setelah 8 minggu kehamilan
embrio berkembang menjadi sel-sel tulang. Dalam tahapan ini ciri-ciri fisik orang dewasa mulai
terlihat jelas. Pada tahap inci panjang janin kira-kira 3 inci dan beratnya ¾ ons yang spontan dapat
menggerakkan kepala, tangan, kaki, dan jantungnya mulai berdenyut.
Menurut psikologi Islam janin yang dalam kandungan berumur 4 bulan mulai ditiupkan ruh ke
dalamnya. Bersamaan dengan itu juga ditetapkan hokum-hukum perkembangannya seperti masalah
yang berhubungan dengan tingkah laku, kekayaan, batas usia, dan lain-lain. Pada bulan keempat ini
si ibu mulai merasakan gerakan janinnya. Panjang janinnya sekitar 4,5 inci. Dan pada permulaan
bulan ketujuh panjang janin kira-kira 18 inci dan berat 1,5-2,5 kg. pada bulan kedelapan berat janin
2,5-3,5 kg. Riset baru menunjukkan bahwa janin juga telah mampu mendengar atau responsive
terhadap stimulasi terhadap lingkungan eksternal, terutama sekali terhadap pola-pola suara.

Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi Periode Perinatal


Perinatal dimulai pada minggu ke – 22 kehamilan atau sekitar usia 5 bulan kehamilan. Tahap
pertumbuhan dan perkembangan Janin usia 5 bulan hingga 9 bulan :

1. Janin dibulan kelima

2. Janin dibulan keenam

3. Janin dibulan ketujuh

4. Janin dibulan kedelapan

5. Janin dibulan kesembilan

Periode perinatal tidak hanya terjadi pada masa kehamilan, tetapi juga meliputi waktu atau masa
persalinan, dan tujuh hari kehidupan pertama bayi.

Berikut karakteristik bayi baru lahir normal dalam persalianan normal :

1. Berat badan 2500 - 4000 gram


2. Panjang badan 48 - 52 cm
3. Lingkar dada 30 - 38 cm
4. Lingkar kepala 33 - 35 cm
5. Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit
6. Pernafasan ± - 60 40 kali/menit
7. Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
9. Kuku agak panjang dan lemas
10. Genitalia (Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, dan laki – laki testis sudah turun,
skrotum sudah ada)
11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
13. Reflek graps atau menggenggan sudah baik
14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan

Pertumbuhan dan perkembangan bayi di tujuh hari pertama pasca dilahirkan :


1. Sistem Pernafasan
2. Jantung dan Sistem Sirkulasi
3. Saluran Pencernaan
4. Hepar
5. Keseimbangan Air dan Fungsi Ginjal
6. Metabolisme
7. Kulit
8. Kelenjar endokrin
9. Imunologi
10. Suhu Tubuh
11. Reflek atau rangsangan spontan

Faktor Risiko Pertumbuhan & Perkembangan Bayi Periode Perinatal


Faktor risiko penghambat tumbuh kembang janin usia 5 bulan kehamilan hingga 9 bulan
kehamilan :
1. Kontak langsung dengan bahan kimia
2. Aktifitas fisik berat
3. Konsumsi obat
4. Gaya hidup ibu dan keluarga tidak sehat
5. Infeksi kehamilan
Faktor – faktor risiko yang mempengaruhi kematian bayi periode perinatal
1. Tingkat pendidikan ibu
2. Berat bayi lahir rendah
3. Asfiksia
4. Kelainan kongenital
Faktor Risiko Terjadinya Kematian Perinatal
Keadaan kesehatan ibu waktu hamil dan pada saat bersalin dapat mempengaruhi kematian bayi
terutama bayi baru lahir. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam
yaitu kematian bayi endogen dan kematian bayi eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum
disebut kematian neonatal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan
dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang
tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian eksogen atau kematian post
neonatal adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu
tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan pengaruh lingkungan luar.
1. Usia ibu
Umur berhubungan terhadap proses reproduksi, umur ibu yang dianggap optimal untuk kehamilan
adalah antara 20 sampai 35 tahun. Sedangkan dibawah atau di atas usia tersebut akan
meningkatkan risiko kehamilan dan persalinan (Wahyuni CS, 2009).
Umur ibu < 20 tahun belum cukup matang dalam menghadapi kehidupan sehingga belum siap
secara fisik dan mental dalam menghadapi kehamilan dan persalinan. Pada umur tersebut rahim
dan panggul ibu belum berkembang dengan baik hingga perlu diwaspadai kemungkinan mengalami
persalinan yang sulit dan keracunan kehamilan atau gangguan lain karena ketidaksiapan ibu untuk
menerima tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua. Sebaliknya jika umur ibu > 35 tahun,
tubuh ibu sudah kurang siap lagi menghadapi kehamilan dan persalinan.
2. Paritas
Paritas merupakan jumlah persalinan yang dialami oleh ibu. Paritas terdiri atas 3 kelompok
yaitu: (1) Golongan primipara adalah golongan ibu dengan 0-1 paritas, (2) Golongan multipara
adalah golongan ibu dengan paritas 2-5 dan (3) Golongan grande multipara adalah golongan ibu
dengan paritas > 5. Kehamilan yang paling optimal adalah kehamilan kedua sampai keempat.
Kehamilan pertama dan setelah kehamilan keempat mempunyai risiko yang tinggi. Jadi, persalinan
yang paling aman adalah persalinan kedua dan ketiga.
Gmultipara adalah istilah yang digunakan untuk wanita dengan kehamilan lebih dari lima.
Kehamilan pada kelompok ini sering disertai penyulit, seperti kelainan letak, perdarahan
antepartum, perdarahan post partum, dan lain-lain. Kehamilan dan persalinan anak kelima atau
lebih risiko meningkat karena kehamilan dan persalinan berulang-ulang akan mengakibatkan
berkurangnya cadangan zat-zat tambahan, misalnya asam folat, Fe, iodium, vitamin A, vitamin B,
dan vitamin D, kelelahan pada tubuh ibu dan alat kandungan.
3. Jarak antar kelahiran
Risiko terhadap kematian ibu dan anak meningkat jika jarak antara dua kehamilan < 2 tahun
atau > 4 tahun. Jarak kehamilan yang aman ialah antara 2-4 tahun. Jarak antara dua kehamilan yang
< 2 tahun berarti tubuh ibu belum kembali ke keadaan normal akibat kehamilan sebelumnya
sehingga tubuh ibu akan memikul beban yang lebih berat. Jarak kelahiran anak sebelumnya kurang
dari 2 tahun, rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik, kehamilan dalam keadaan ini perlu
diwaspadai karena adanya kemungkinan pertumbuhan janin yang kurang baik, mengalami
persalinan yang lama atau perdarahan. Sebaliknya jika jarak kehamilan antara dua kehamilan > 4
tahun, di samping usia ibu yang sudah bertambah juga mengakibatkan persalinan berlangsung
seperti kehamilan dan persalinan pertama.
4. Umur kehamilan
Maturitas adalah kehamilan dihitung dari hari pertama periode menstruasi normal terakhir sampai
dengan terjadinya proses kelahiran janin.
Berdasarkan umur kehamilan, persalinan dapat dibedakan atas:
Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan 22-36 minggu, janin dapat
hidup tetapi prematur.
Normal (partus matures) adalah partus pada kehamilan 37-40 minggu (antara 259 hari dan 280
hari), janin matur, berat badan di atas 2.500 gram.
Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu partus
normal atau pada kehamilan > 40 minggu.
5. Riwayat kesehatan ibu
Kesehatan dan pertumbuhan janin dihubungkan oleh kesehatan ibu. Bila ibu mempunyai
penyakit yang berlangsung lama atau merugikan kehamilannya, maka kesehatan dan kehidupan
janin pun terancam.
Sebagai contoh wanita dengan penyakit diabetes mellitus dapat mengakibatkan bayi
mempunyai berat badan melebihi usia kehamilan (makrosomia), karena kadar gula darah dalam
tubuh ibu sangat tinggi sehingga mempengaruhi pertumbuhan janin. Janin akan tumbuh dengan
cepat melebihi usia kehamilan. Diabetes mellitus pada bayi juga dapat mengakibatkan hipoglikemia
(kekurangan gula darah), karena ketika di dalam tubuh ibu, janin menyesuaikan jumlah insulin
dengan tubuh ibunya tetapi setelah lahir jumlah insulin yang telah terbentuk tidak sesuai dengan
kadar gula darah dalam tubuh bayi (kadar insulin yang berlebihan) sehingga bayi dapat mengalami
hipoglikemia, hipokalsemia, dan immaturitas.

Patofisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Perinatal

Beberapa gangguan yang dapat terjadi di masa perinatal :


GANGGUAN DAN MASALAH KESEHATAN PADA PERINATAL
1. PERINATAL
Definisi
Masa perinatal adalah masa antara 28 minggu dalam kandungan sampai 7 hari setelah kelahiran
yang merupakan masa dalam proses tumbuh kembang anak khususnya kembang otak.
2. Komplikasi Kehamilan Beresiko Tinggi

Anemia (Anemia Kehamilan)


Kondisi dimana tubuh memiliki sedikit sel-sel darah merah atau sel tidak dapat membawa oksigen ke
berbagai organ tubuh. Janin berkembang bergantung pada darah ibu, tapi jika ibu menderita anemia
dapat mengakibatkan pertumbuhan janin yang buruk, lahir premature dan berat lahir rendah.
Intrauterine Growth Restriction (IUGR)
Kondisi dimana janin lebih kecil dari yang diharapkan selama beberapa minggu pertama kehamilan
(pembatasan pertumbuhan janin). beratnya kurang dari 90 persen dari semua janin dari usia
kehamilan yang sama, dan ada kemungkinan bayi lahir prematur, yaitu sebelum 37 minggu.

Tekanan darah tinggi / Pregnancy Induced Hypertension (PIH)


suatu bentuk tekanan darah tinggi selama kehamilan yang lebih sering terjadi pada wanita muda
dengan kehamilan pertama, kehamilan kembar, atau pada seorang wanita yang menderita masalah
kesehatan lainnya seperti diabetes, hipertensi kronis, dan lainnya.

Placenta Previa
Komplikasi umum pada kehamilan yang berisiko tinggi, di mana plasenta melekat dekat atau
menutupi leher rahim (pembukaan rahim). Kondisi dapat mengakibatkan pendarahan yang
berlebihan atau perdarahan di bagian bawah rahim atau area plasenta yang menutupi leher rahim.

Hidroamniosis
Kondisi kelebihan cairan ketuban di sekitar janin. Kondisi ini dapat mengakibatkan cacat lahir,
prematur pecah ketuban atau kantung ketuban, plasenta abruption dan tali pusar prolaps.

Kelahiran Mati
Merupakan kondisi yang sangat disayangkan di mana bayi meninggal di dalam rahim. Diabetes,
tekanan darah tinggi, kelainan bawaan, penyakit Rh, masalah plasenta, adalah penyebab pasti bayi
lahir mati.

3. STROKE PERINATAL

EPILEPSI
Penyakit otak di mana seseorang menderita kondisi kejang yang jarang terjadi dan terjadi secara tak
terduga, tapi berulang. Epilepsi dapat bersifat “kriptogenik” (yaitu, terjadi tanpa sebab yang tidak
diketahui), tapi umumnya hal itu disebabkan oleh kelainan dalam struktur otak (misalnya, adanya
gangguan arteri).
Hubungan stroke perinatal dan epilepsi
Sebuah cedera permanen pada otak yang disebabkan oleh stroke dapat menjadi penyebab kejang
yang berulang (misalnya, epilepsi). Bahkan, stroke perinatal dianggap sebagai penyebab paling
umum nomor dua dari kejang perinatal. Stroke perinatal terjadi dengan frekuensi 1 dari 4.000
kelahiran. Sekitar 17% dari bayi yang menderita kejang perinatal juga pernah menderita stroke.
Penyebab stroke saat bayi masih berada dalam kandungan
1. Kista Porencephalic
Kondisi ini terjadi saat ada cairan asing yang mengisi rongga di dalam otak beberapa bayi, yang
dapat mengganggu aliran darah ke bagian tertentu dari otak dan menyebabkan stroke.
2. Gumpalan Darah
Ketika dua atau lebih bayi berbagi rahim yang sama dan salah satu dari mereka meninggal sebelum
kelahiran, gumpalan darah terbentuk. Gumpalan darah ini menjadi jaringan mati yang dapat diserap
dan mengalir di dalam plasenta dan menyebabkan stroke pada bayi hidup yang belum lahir.
3. Spasme pembuluh darah yang membawa darah ke otak bayi
Kondisi ini dapat terjadi ketika kokain atau amfetamin digunakan oleh ibu selama kehamilan
4. Perdarahan berat saat persalinan
Ketika volume darah yang besar hilang selama proses melahirkan, tekanan darah ibu dapat turun
sangat rendah sehingga tidak ada cukup darah yang dapat dialirkan ke otak bayi yang belum lahir,
menyebabkan stroke iskemik.

Penyebab stroke setelah bayi baru lahir


Kelainan pada anatomi jantung
Infeksi pada katup jantung (endokarditis infektif)
Antifosfolipida
Diabetes pada orangtua
Trauma saat melahirkan.
Bedah untuk memperbaiki cacat lahir di jantung bayi.

FAKTOR YANG MEMICU TERJADINYA KELAHIRAN PREMATURE


1. Faktor kesehatan
Preeklamsia.
Penyakit yg bersifat kronis
Penyakit infeksi
Kelainan bentuk rahim
Ketidakmampuan serviks menutup selama masa kehamilan
Stres
Kebiasaan merokok sebelum & selama masa kehamilan
Penyalahgunaan NAPZA
Pernah mengalami kelahiran prematur sebelumnya

2. Faktor kelahiran
Kelainan atau menurunnya fungsi ari-ari
Kelainan posisi ari-ari
Ari-ari yang lepas sebelum waktunya.
Terlalu banyak cairan ketuban
Ketuban pecah lebih awal.

GEJALA KELAHIRAN PREMATURE


Nyeri punggung bagian bawah.
Kontraksi setiap 10 menit.
Kram di perut bagian bawah.
Keluar cairan dan lendir dari vagina yang semakin banyak.
Perdarahan vagina.
Tekanan di bagian panggul dan vagina.
Mual, muntah, hingga diare.

Gangguan kesehatan yang dialami bayi terkait dengan usia kehamilan


Bayi lahir < 23 minggu, kemungkinan tidak dapat bertahan hidup di luar rahim sang ibu.
Bayi lahir < 25 minggu, berisiko tinggi menderita gangguan yang bersifat jangka panjang, yaitu
gangguan saraf dan kesulitan belajar.
Bayi lahir < 28 minggu, berisiko tinggi menderita komplikasi yang tidak permanen, seperti gangguan
pernapasan.
Bayi lahir antara usia kehamilan 28-32 minggu, kondisi kesehatannya akan membaik secara
bertahap. Setelah usia 32 minggu, risiko bayi mengalami gangguan semakin rendah.

Komplikasi Kelahiran Prematur


1. Komplikasi jangka pendek
Bayi prematur berisiko mengalami sejumlah gangguan fungsi organ tubuh, seperti jantung, otak,
saluran pernapasan, saluran pencernaan, serta gangguan kekebalan tubuh dan sulit mengatur suhu
tubuh.
2. Komplikasi jangka panjang
Bayi prematur berisiko mengalami komplikasi jangka panjang, seperti lumpuh otak (cerebral palsy),
gangguan pendengaran dan gangguan penglihatan (Retinopathy of Prematurity), penurunan
kecerdasan, gangguan psikologis, hingga bayi meninggal mendadak.

HIPOKSIA PERINATAL
Hipoksia perinatal adalah kondisi terganggunya pertukaran gas selama periode intrapartum yang
apabila berkelanjutan mengakibatkan hipoksemia dan hiperkarbia, dan fetal asidosis.
Faktor Resiko
Hipoksia dapat terjadi pada periode antepartum dan intrapartum sebagai akibat dari pertukaran gas
melalui plasenta yang berdampak tidak adekuatnya suplai oksigen dan perpindahan karbon dioksida
serta hidrogen (H+) dari janin.

Faktor Maternal
Infeksi (korioamnionitis), penyakit ibu (hipertensi kronik, penyakit jantung, penyakit ginjal, dan
diabetes)
Faktor uteropi asenta
Adanya insufisiensi pasenta, oligohidramnion, polihidramnion, ruptur uterus, gangguan tali pusat,
prolaps tali pusat)
Faktor janin
Prematuritas, Bayi kecil masa kehamilan, kelainan bawaan, infeksi, depresi saraf pusat oleh obat2an,
dan twin to twin transfusion

Dampak Hipoksia Perinatal


Akut
Terjadinya ruptur uterus, diikuti dengan bradikardia, dan jejas otak yang ditimbulkan lebih ke arah
bagian tengah otak.
Gangguan perkembangan lebih lanjut yang disebabkan oleh jejas akut antara lain cerebral palsy,
athetoid, spastik kuadriplegia, mikrosefal, gangguan kognitif.
Berkelanjutan
Jejas otak yang disebabkan proses yang berkelanjutan akan disertai terdeteksinya perlambatan
denyut jantung janin (contohnya insufisiensi plasenta) lebih banyak menyebabkan jejas otak pada
daerah wathershed zone. Kerusakan pada watershed akan menyebabkan berbagai gangguan
kognitif, kerusakan penglihatan.

GANGGUAN DAN MASALAH KESEHATAN PADA PERINATAL


1. Anoksia / hipoksia
Suatu kondisi dimana otak bayi akan mengalami kerusakan berat akibat sel-selnya yang mati karena
tidak mendapatkan oksigen.

Penyebab anoksia:
Faktor Internal -> kesehatan jantung dan pembuluh darah
Faktor Eksternal -> rendahnya kadar oksigen di udara atau menghirup racun

2. Pendarahan otak trauma lahir


Perdarahan dan anoksi dapat terjadi bersama- sama, misal perdarahan yang mengelilingi batang
otak dapat mengganggu pusat pernafasan dan peredaran darah dan menyebabkan anoksia -> susah
dibedakan.
Perdarahan pada ruang sub-arachnoid -> menyebabkan penyubatan CSS (Cairan Serebro Spinal ) ->
menyebabkan Hidrocephalus.
Perdarahan pada ruang subdural -> dapat menekan korteks serebri -> kelumpuhan spatis.
3. HIPERBILIRUBINEMIA
Keadaan bayi dimana meningkatnya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstra vaskuler sehingga
konjungtiva, kulit dan mukosa akan berwarna kuning
Kadar bilirubin serum total pada bayi hiperbilirubinemia lebih dari 10 mg% pada minggu pertama
yang ditandai dengan ikterus

Gejala Hiperbilirubinemia:
Ikterus pada 24 jam pertama
Ikterus disertai proses hemolysis, kemudian ikterus dengan BBL < 2000 gram
Peningkatan konsentrasi bilirubin serum 10 mg% atau lebih setiap 24 jam.
Peningkatan konsentrasi bilirubin serum 10 mg% pada neonatus yang cukup bulan dan 12,5 mg%
pada neonatus yang kurang bulan.
Asfiksia, Hipoksia dan Sindrom gangguan pernapasan
Perut buncit, pembesaran hati, feses seperti dumpul, kejang, opistotonus, tidak mau minum, letargi,
reflek lemah/tidak ada.

Penatalaksanaan
Foto Terapi
Transfusi Tukar -> mengeluarkan darah bayi untuk ditukar dengan darah yang tidak sesuai atau
patologis dengan tujuan mencegah peningkatan kadar bilirubin.
4. IKTERUS/BAYI KUNING
Bayi kuning adalah kondisi yang sering terjadi pada bayi baru lahir dan umumnya tidak berbahaya.
Tanda bayi kuning adalah adanya ciri khas pewarnaan kuning pada kulit dan bagian putih mata
Kondisi ini biasanya berlangsung sekitar 2-3 minggu setelah lahir
Namun apabila setelah lebih dari 3 minggu, maka ini bisa menjadi pertanda adanya kondisi lain
Gejala ikterus/bayi kuning:
- Warna kulit dan bagian putih mata menjadi kuning
- Bayi bertubuh lemah dan tidak mau menyusui
Penyebab ikterus/bayi kuning:
Kelebihan bilirubin (Hiperbilirubinemia)
Kondisi yang meningkatkan jumlah sel darah merah yang perlu diganti dalam tubuh, yaitu:
Bentuk sel darah abnormal
Ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan bayi
Pendarahan di bawah kulit kepala
Tingkat sel darah merah yang lebih tinggi
Infeksi dan kekurangan protein penting tertentu

Penatalaksanaan:
Terapi cahaya (Fototerapi)
Imunoglobulin Intravena (IVIg)
Pertukaran Transfusi (Exchange Transfussion)

5. Prematuritas
Merupakan kelahiran yang terjadi sebelum minggu ke-37 atau lebih awal dari hari perkiraan lahir.

Gejala kelahiran prematur hampir serupa dengan gejala akan melahirkan, yaitu:
Nyeri punggung bagian bawah
Kontraksi setiap 10 menit
Kram di perut bagian bawah
Keluar cairan dan lendir dari vagina
Perdarahan vagina
Tekanan di bagian panggul dan vagina
Mual, muntah, hingga diare
Penyebab -> pecahnya ketuban dini merupakan salah satu penyebab utama kelahiran prematur.
Beberapa faktor pemicu terjadinya kelahiran prematur:
Faktor kesehatan ibu
Preeklamsia
Penyakit kronis dan Penyakit infeksi
Kelainan bentuk rahim
Ketidakmampuan serviks menutup selama masa kehamilan, dll.
Faktor kehamilan
Kelainan atau menurunnya fungsi ari-ari
Kelainan posisi ari-ari
Ari-ari yang lepas sebelum waktunya (Abruptio Placenta)
Terlalu banyak cairan ketuban
Ketuban pecah lebih awal
Faktor yang melibatkan janin
Kehamilan kembar
Kelainan darah pada janin

Penatalaksanaan:
Dianjurkan untuk menjalani rawat inap
Pemberian obat
Prosedur pengikatan leher rahim
Persalinan

6. Partus lama
Partus lama disebut juga distosia yaitu persalinan berlangsung lebih dari 24 jam pada primipara, dan
lebih dari 18 jam pada multipara
Gejala partus lama dibedakan jadi 2:
Gejala klinik
Pada ibu: gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernapasan cepat, dan
meteorismus (perut kembung)
Pada janin: DJJ cepat/tidak teratur, air ketuban bercampur meconium (warna hijau, berbau) kaput
suksedaneum besar, moulase hebat, kematian janin

Gejala umum
Dehidrasi dan adanya tanda infeksi
Pemeriksaan abdomen: meteorismus, lingkaran bandle tinggi, nyeri segmen bawah rahim
Pemeriksaan lokal vulva vagina: edema vulva, cairan ketuban berbau dan bercampur mekonium
Pemeriksaan dalam: edema servikalis, bagian terendah sulit di dorong ke atas, terdapat kaput pada
bagian terendah
Keadaan janin dalam rahim: asfiksia sampai kematian

Penyebab partus lama:


Kelainan Tenaga (His)
Kelainan Janin
Kelainan Jalan Lahir

Penatalaksanaan partus lama:


Penanganan Umum
- Perawatan pendahuluan
- Pertolongan
Penanganan Khusus, pada kondisi:
- Fase laten memanjang
- Fase aktif memanjang
- Kala II lama

7. Kelahiran sungsang

Posisi sungsang yaitu posisi dimana bayi di dalam rahim berada dengan kepala di atas sehingga pada
saat persalinan normal, pantat atau kaki si bayi yang akan keluar terlebih dahulu.

Gejala bayi sungsang:


Lokasi detak jantung tinggi
Merasakan tendangan bayi di selangkangan
Kepala bayi berada di atas

Faktor resiko bayi sungsang:


Persalinan prematur
Persalinan sungsang sebelumnya
Usia melahirkan yang tua
Terlalu banyak cairan ketuban
Terlalu sedikit cairan ketuban
Dll
Penatalaksanaan
External Version (EV)
Minyak Esensial
Menginversi tubuh untuk mendorong bayi berputar
Berdiri dengan tangan di kolam renang
Menahan pinggul dengan bantal
Menggunakan tangga untuk membantu mengangkat panggul

8. Polihydramnion
Merupakan keadaaan dimana terjadi penumpukan air ketuban yang berlebihan selama masa
kehamilan.
Beberapa gejala polihydramnion:
Kesulitan bernapas/sesak napas
Bengkok pada kaki dan perut
Kontraksi rahim
Kelainan posisi janin dalam rahim, seperti sungsang

Penyebab polihydramnion yaitu peningkatan volume cairan ketuban sangat cepat, bahkan mencapai
2 hingga 3 liter.
Faktor resiko polihydramnion:
Infeksi bawaan (terjadi saat kehamilan)
Janin mengalami kelainan pencernaan atau gagal jantung
Sindrom transfusi kembar
Perbedaan golongan darah ibu dan janin
Dll

Penatalaksanaan polihydramnion:
Mengontrol gula darah pada diabetes mellitus
Drainase cairan amnion yang berlebihan
Konsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan sekresi urine dari janin
9. PERDARAHAN PADA TRIMESTER
KEDUA / KETIGA
Perdarahan dapat menjadi tanda dari suatu komplikasi penyakit.
Penyebab perdarahan:
Hubungan seksual
Solusio plasenta
Plasenta previa
Bukaan lahir
10. Berat bayi lahir rendah
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lebih rendah dari berat
badan bayi rata-rata. Bayi dinyatakan mengalami BBLR jika beratnya kurang dari 2,5 kilogram,
sedangkan berat badan normal bayi yaitu di atas 2,5 atau 3 kilogram

Gejala
Lebih kurus
Memiliki lemak tubuh yang lebih sedikit
Memiliki ukuran kepala yang besar dibanding ukuran tubuh lainnya

Penatalaksanaan
Mempertahankan suhu
Penimbangan berat badan
Makanan bayi
Mencegah infeksi
INFEKSI SISTEM REPRODUKSI
PATOFISIOLOGIS SISTEM REPRODUKSI WANITA DAN PRIA
Infeksi Sistem Reproduksi Pria
1. Epididimitis
Peradangan pada epididimis (saluran sebagai tempat penyimpanan dan penyaluran sperma),
disebabkan oleh infeksi bakteri.
Gejala
a) Skrotum akan membengkak, terasa hangat dan nyeri saat disentuh
b) Nyeri pada testis, biasanya di salah satu sisi
c) Adanya darah pada cairan sperma
d) Sering ingin buang air kecil, dan merasa tidak tuntas
Penanganan
Obat = Antibiotik dan Pereda Nyeri
Upaya Mandiri = Mengompres skrotum

2. Sipilis
Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh infeksi bakteri spiroset Treponema pallidum,
menular melalui hubungan seksual.
Gejala
Sipilis primer : luka (chancre) di tempat bakteri masuk
Sipilis sekunder : ruam pada tubuh
Sipilis laten : tidak ada gejala, tapi bakteri ada di dalam tubuh penderita
Sipilis tersier : kerusakan organ yang lainnya seperti otak, syaraf, atau jantung

Pengobatan
Obat = Antibiotik Penicilin
3. Chanchroid (Ulkus Mole)
Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh nfeksi bakteri Haemophilus ducreyl yang menyerang
jaringan di daerah kemaluan sehingga membentuk ulkus.
Gejala
dimulai dengan adanya benjolan kecil berwarna merah pada kemaluan yang berubah menjadi luka
terbuka(ulkus) dalam waktu 1-2 hari. Ulkus tersebuut biasanya menimbulkan rasa nyeri
4. Clamydiasis
Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh infeksi bakteri Chlamydia trachomatis
Gejala
Rasa sakit dan terbakar saat buang air kecil
Penis mengeluarkan cairan berupa nanah, cairan yang encer, atau putih dan kental seperti susu
Testis bengkak dan nyeri saat ditekan
Iritasi pada rectum
Pengobatan
Obat = Antibiotik azithromycin atau doxycycline.

Non Infeksi Sistem Reproduksi Pria


1. Hipogonadisme
Suatu kondisi ketika hormone seksual yang dihasilkan oleh kelenjar seksual berada dibawah jumlah
normal.
Hipogonadisme Primer : Kelenjar gonad tidak mampu memproduksi hormone seksual dalam jumlah
yang diperlukan oleh tubuh.
Hipogonadisme Sekunder :
ada kerusakan pada kelenjar di sekitar otak, yaitu hipofisis (pituitary) atau hipotalamus

Penanganan
TRT (Testosterone replacement therapy : pemberian testosteron buatan dalam bentuk gel, suntik,
tablet.

2. Kriptorkidisme
Kegagalan satu atau kedua testis untuk turun ke dalam skrotum, terdapat sejak bayi lahir dan dapat
mempengaruhi kesuburan.
Faktor Risiko
- Kelahiran prematur, yaitu sebelum kehamilan mencapai 37 minggu.
- Memiliki riwayat keluarga yang mengalami kriptorkismus.
- Kelahiran dengan berat badan rendah.
- Gangguan pada janin yang dapat menghambat pertumbuhan janin dalam kandungan, seperti
sindrom Down.
- Konsumsi alkohol dan merokok saat hamil.
- Terpapar pestisida.
3. Anorkidisme
Penyakit dimana testis hanya bejumlah satu atau tidak ada sama sekali. Bisa juga disebut dengan
kanker testis.
Gejala
- Benjolan atau bengkak di testis : Bentuknya bisa berupa benjolan sekecil kacang, namun terkadang
bisa lebih besar. Anda juga mungkin akan menyadari perbedaan ukuran antara kedua testis Anda.
- Rasa tidak nyaman atau nyeri di skrotum : tidak menimbulkan rasa sakit, tapi timbul rasa nyeri
yang tajam terasa di testis atau skrotum. Kondisi ini terjadi pada 1 dari 5 penderita.

4. Kanker Prostat
Kanker yang tidak bersifat agresif dan berkembang secara perlahan. Penyebab kanker prostat adalah
mutasi atau perubahan genetik pada sel – sel di kelenjar prostat
Faktor Risiko
Pertambahan usia
Menderita obesitas
Pola makan kurang sehat
Paparan bahan kimia
Menderita penyakit menular seksual
Memiliki keluarga yang menderita kanker prostat

5. Kanker Testis
Tumor ganas yang tumbuh di testis atau buah zakar, ditandai dengan benjolan yang disertai nyeri
pada salah satu testis.
Kanker testis sel nutfah (germ cell) :
- Seminoma
- Non seminoma
Tumor sel leydig dan tumor sel sertoli :

Metode Pengobatan
Orkiektomi, Pengangkatan kelenjar getah bening, Radioterapi, Kemoterapi, Terapi pengganti
hormon testosteron
6. Impotensi
Kondisi ketika penis tidak mampu ereksi atau mempertahankan ereksi, walaupun terdapat
rangsangan seksual.

Anda mungkin juga menyukai