Anda di halaman 1dari 17

BANTUAN HIDUP DASAR

Disusun oleh :
Kelompok 1 (S1 Kebidanan)
Lia Aprianti 193302080004
Ayu Mika 193302080001
Romana Yutrianis Bali 193302080003
Rizky Ananda 193302080020

Dosen mata kuliah:


Ibu Rotua Lenawati Tindaon, SST., M.Kes

FAKULTAS KEPERAWATAN DANKEBIDANAN


UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
TAHUN2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penyaji dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Bantuan
Hidup Dasar ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu
dosen kami Rotua Lenawati Tindaon S.ST.,M.Kes, padamata kuliah KDPK . Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Penyaji
Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kejadian henti napas dan henti jantung dapat terjadi di mana saja dan kapan saja,
serta dapat menimpa siapa saja. Keadaan ini bisa disebabkan karena korban mengalami
serangan jantung (heart attack), tenggelam, tersengat arus listrik, keracunan, kecelakaan
dan lain-lain. Pada kondisi napas dan denyut jantung berhenti maka sirkulasi darah dan
transportasi oksigen berhenti, sehingga dalam waktu singkat organ-organ tubuh
terutama organ vital akan mengalami kekurangan oksigen yang berakibat fatal bagi
korban dan mengalami kerusakan, terutama otak. Jika dalam waktu lebih dari 10 menit
otak tidak mendapat asupan oksigen dan glukosa maka otak akan mengalami kematian
secara permanen.
Kematian otak berarti pula kematian si korban. Oleh karena itu GOLDEN
PERIOD (waktu emas) pada korban yang mengalami henti napas dan henti jantung
adalah dibawah 10 menit. Artinya dalam watu kurang dari 10 menit penderita yang
mengalami henti napas dan henti jantung harus sudah mulai mendapatkan pertolongan.
Jika tidak, maka harapan hidup si korban sangat kecil. Tujuan bantuan hidup dasar
adalah untuk oksigenasi darurat secara efektif pada organ vital seperti otak dan jantung
melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai paru dan jantung dapat
menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal (Latief, 2009).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Bantuan Hidup Dasar / Basic Life Support ?
2. Apa tujuan dan langkah-langkah dari tindakan Bantuan Hidup Dasar / BLS?
3. Apa yang dimaksud dengan Resusitasi Infant dan Dewasa ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pembelajaran tentang Bantuan Hidup Dasar (BLS)
2. Untuk mengetahui bagaimana cara memberikan pertolongan kegawatdaruratan
3. Sebagai ilmu pembelajaran yang penting dalam kehidupan sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Bantuan Hidup Dasar atau Basic Life Support (BLS) adalah usaha
yang dilakukan untuk mempertahankan kehidupan pada saat pasien atau korban
mengalami keadaan yang mengancam nyawa.
Menurut AHA Guidelines tahun 2005, tindakan BLS ini dapat disingkat dengan
teknik ABC yaitu airway, breathing / jalan nafas, atau memberikan nafas buatan, dan
circulation atau pijat jantung pada posisi shock. Waktu sangat penting dalam
melakukan BLS. Otak dan Jantung bila tidak mendapat oksigen lebih dari 8-10 menit
akan mengalami kematian, sehingga korban tersebut dapat mati.

2.2 Tujuan dan Langkah-langkah Bantuan Hidup Dasar (BLS)


A. Tujuan dari Bantuan Hidup Dasar :
a. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi
b. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban yang
mengalami henti jantung atau henti nafas melalui Resusitasi Jantung Paru (RJP).
c. Menyelamatkan nyawa korban
d. Mencegah kecacatan
e. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan.
B. Langkah-Langkah Bantuan Hidup Dasar
Jika suatu keadaan ditemukan korban dengan penilaian dini mengalami henti
jantung, henti nafas atau bernafas tapi lemah, maka kita harus segera melakukan
tindakan yang dinamakan dengan istilah Bantuan Hidup Dasar (BHD). Berikut
langkah-langkah bagaimana kita melakukan BHD :
1. AMAN
Pastikan kondisi aman bagi penolong maupun korban. BHD dilakukan pada
permukaan yang keras dan rata. Bila korban masih dalam lingkungan yang
berbahaya, maka korban harus kita keluarkan dulu dari situasi berbahaya
tersebut, dan bila korban karena tersengat aliran listrik, maka pastikan sumber
arus listrik telah dimatikan terlebih dahulu.
2. CEK RESPON

Respon korban, sadar atau tidak. Bisa dengan cara menepuk dan memanggil
korban secara keras, misalnya “Pak..pak..!!” serta merangsang dengan cubitan
di bahu korban. Jika tidak ada jawaban dan korban tidak membuka mata, serta
tangan dan kaki tidak gerak, maka bisa dipastikan bahwa korban sedang tidak
sadar. Pada saat bersamaan penolong melihat apakah pasien tidak bernapas atau
bernapas tidak normal (gasping). Apabila pasien tidak merespons dan tidak
bernapas atau bernapas tidak normal, harus dianggap bahwa pasien mengalami
henti jantung.
3. Melakukan panggilan darurat.

Segera teriak meminta pertolongan orang terdekat untuk menelpon


ambulance/IGD, Misalnya : “Tolong… telpon ambulance ada kecelakaan
di…..(sebutkan lokasinya)” Sebagai contoh : Di RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang sudah ada tim code blue dengan menelpon ekstensi 118.
4. CEK NADI

Cek nadi korban dengan cara meletakkan dua jari ditengah leher, kemudian
geser ke tepi (sekitar 2 cm) sambil ditekan untuk meraba adanya nadi.
Penilaian nadi maksimal 10 detik, bila tidak ditemukan maka dianggap tidak
ada.

5. AIRWAY (BUKA JALAN NAFAS)


Tengadahkan kepala korban untuk membuka jalan napasnya dengan teknik Head
Tilt / Chin Life / Jaw Thrust dan bersihkan jalur nafas apabila ada sumbatan,
dengan cara sebagai berikut :

6. BANTUAN NAFAS (Breathing)


Selanjutnya berikan bantuan nafas sebanyak 2 kali, dengan cara menutup/ memencet
hidung korban, kemudian tiupkan udara dari mulut ke mulut. Ingat ! : ketika
memberikan tiupan udara, hidung korban dipencet !
    
30 kompresi dada dan 2 kali bantuan nafas disebut satu siklus RJP (resusitasi
jantung paru), dan kita memberikan sebanyak 5 siklus. Setelah 5 siklus RJP
dilakukan selanjutnya kita cek ulang kondisi korban dengan menilai kembali nadi
selama 10 detik, bila nadi tidak ditemukan, maka kita ulangi lagi sebanyak 5 siklus.
Begitu seterusnya sampai bantuan datang. Ketika pada situasi dimana tidak
memungkinkan memberikan bantuan nafas, maka kita hanya dapat memberikan
bantuan kompresi dada saja, tentu saja setelah minta tolong dan melakukan cek nadi
sebelumnya.

7. CIRCULATION (KOMPRESI DADA)

Bila nadi tidak ada, maka secepatnya mulai kompresi dada sebanyak 30 kali dengan
cara :
 duduk di samping korban
 letakkan dua telapak tangan saling menumpu di tengah-tengah dada korban
 lengan tegak lurus di atas dada korban
 mulai tekan dinding dada dengan kedalaman 5 cm (dewasa), sedangkan
untuk bayi minimal sepertiga dari diameter anterior-posterior dada atau
sekitar 1 ½ inchi (4 cm) dan untuk anak sekitar 2 inchi (5 cm) dengan cepat
sambil menghitung kompresi dada. Kompresi dada dilakukan sebanyak satu
siklus (30 kompresi, sekitar 18 detik)
Pijat jantung dan napas buatan dihentikan jika :
*Penolong kelelahan dan sudah tidak kuat lagi
*Pasien menunjukkan tanda-tanda kematian (kaku mayat)
*Bantuan sudah datang
*Teraba denyut nadi 2 karotis

2.3 Resusitasi Infant dan Dewasa


Resusitasi merupakan upaya yang dilakukan terhadap penderita atau korban yang
berada dalam keadaan gawat atau kritis untuk mencegah terjadinya kematian. Gawat
adalah keadaan yang berkenaan dengan suatu penyakit atau kondisi lainnya yang
mengancam jiwa, sedangkan darurat adalah keadaan yang terjadi tiba-tiba dan tidak
diperkirakan sebelumnya, suatu kecelakaan, kebutuhan yang segera atau mendesak.
Resusitasi bayi adalah prosedur pertolongan dalam menyelamatkan bayi yang
kesulitan bernapas karena kekurangan oksigen. Orang tua perlu memahami cara
melakukan resusitasi bayi, sebab kondisi ini dapat terjadi kapanpun tanpa terduga.
Tindakan ini dapat membantu menyelamatkan nyawa Si Kecil, sambil menunggu atau
mencari pertolongan medis.

A. Memahami Resusitasi Infant/Bayi dan Cara Melakukannya


Saat-saat Diperlukan Resusitasi Bayi Resusitasi sering dilakukan pada bayi yang
baru lahir, terutama ketika melihat tanda-tanda bayi sulit bernapas setelah tali
pusarnya dipotong. Bila hal itu terjadi, maka tim medis akan langsung melakukan
resisutasi sampai bayi bisa bernapas dengan baik. Selain membantu pernapasan,
resusitasi bayi dapat mencegah kematian dan gangguan kesehatan pada bayi,
termasuk cedera otak, jantung, dan ginjal.

Kondisi bayi yang membutuhkan resusitasi, antara lain:


 Bayi prematur
 Bayi yang lahir setelah proses persalinan dengan durasi yang lama
 Bayi yang lahir dari ibu yang menerima obat penenang saat tahap akhir
persalinan
 Bayi dengan Apgar score rendah.
Namun, resisutasi bayi juga dapat dilakukan tidak hanya pada bayi yang baru lahir saja.
Bayi usia di bawah satu tahun juga masih memiliki memungkinkan mengalami
kesulitan bernapas. Kondisi ini dapat dipengaruhi oleh beragam hal, mulai dari reaksi
alergi berat, tersedak, hingga cedera.

Langkah yang Dilakukan saat Resusitasi Bayi :


1. Mendiagnosis Situasi
-Cek apakah bayi masih sadarkan diri. Coba jentik kaki bayi. Jika tidak ada
respons, minta seseorang menelepon ambulans selagi Anda melanjutkan ke
langkah berikutnya. Jika Anda sendirian, lakukan langkah 2 terlebih dahulu
sebelum menelepon ambulans

-Jika bayi sadar namun tercekik, lakukan pertolongan pertama sebelum


memberikan CPR. Bisa tidaknya bayi bernapas menentukan langkah
selanjutnya: Jika bayi terbatuk atau mau muntah, biarkan bayi melanjutkan
batuk atau mengeluarkan muntahannya, karena artinya saluran udara hanya
terhalang sebagian.
-Jika bayi tidak batuk, Anda perlu bersiap untuk mendorong punggung dan/atau
menekan dadanya untuk mengeluarkan benda yang menghalangi aliran udara.

- Periksa denyut nadi bayi. Cek kembali napas bayi. Kali ini, letakkan jari
telunjuk dan tengah Anda ke dalam tangan bayi, di antara siku dan bahu.
Jika bayi bernapas dan nadinya berdenyut, letakkan bayi pada posisi
pemulihan. Lihat artikel ini untuk informasi lebih lanjut.

-Jika denyut nadi atau napas bayi tidak terasa, lanjutkan ke langkah berikutnya
untuk melakukan RJP yang merupakan gabungan tekanan dan pernapasan.
2. Metode 2 : Melakukan RJP

- Buka jalan napas bayi. Angkat belakang kepala dan dagu bayi secara
perlahan untuk membuka jalan napasnya. Namun, karena ukuran salurannya
kecil, bayi masih belum keluar dari bahaya. Periksa napas bayi kembali
namun jangan lebih dari 10 detik.

-Berikan bayi dua napas pertolongan. Jika ada, letakkan pelindung wajah pada
bayi untuk mencegah pertukaran cairan tubuh. Cubit hidungnya hingga tertutup,
miringkan belakang kepalanya, dorong dagunya ke atas, dan berikan dua napas,
masing-masing selama satu detik. Embuskan napas dengan lembut sampai
dadanya menggembung. Jangan terlalu kuat, atau bayi akan cedera.
a. Ingat, beri jeda di antara napas untuk membiarkan udara keluar.
b. Jika napas tidak dapat masuk (dadanya tidak tampak menggembung sama
sekali), artinya jalan napas bayi terhambat dan ia sedang tersedak.
-Cek denyut nadi setelah dua napas pertama. Jika masih tidak terasa, mulai RJp
pada bayi.

-Tekan dada bayi sebanyak 30 kali dengan beberapa jari. Rapatkan dua atau tiga
jari dan letakkan pada dada bayi tepat di bawah puting. Tekan dada bayi 30 kali
dengan lembut dan halus.
Jika jari-jari Anda terasa lelah, gunakan tangan kedua untuk membantu menekan
seperti ini. Namun kalau tidak, tangan kedua Anda terus menahan kepala bayi.
Usahakan untuk memberikan tekanan sebanyak 100 dalam 1 menit.[4]
Tampaknya mungkin sangat banyak, namun sebenarnya hanya sedikit lebih
banyak dari satu tekanan per detik. Usahakan untuk memberikan tekanan dengan
lembut.
Tekan pada kedalaman 1/3 sampai 1/2 dada bayi. Biasanya sekitar 1,2 dan 2,5
cm.
-Lakukan rangkaian dua napas dan 30 tekanan yang sama sampai ada reaksi atau
tanda-tanda kehidupan. Dalam dua menit kira-kira Anda dapat melakukan lima
siklus pernapasan dan tekanan. Jangan berhenti sejak CPR dimulai, kecuali:
Muncul tanda-tanda kehidupan (bayi bergerak, batuk, bernapas atau bersuara).
Muntah bukanlah tanda kehidupan.
-Orang yang lebih terlatih mengambil alih.

-Defibrillator siap digunakan

-Lokasi mendadak tidak aman

Untuk mengingat tahapan RJP, ingatlah "ABC’’ Ingat-ingat mnemonic ini untuk
menghafal; proses pemberian RJP.
A untuk airway (jalan napas). Buka atau periksa apakah jalan napasnya terbuka.
B untuk bernapas. Cubit hidung bayi, miringkan kepala dan berikan dua napas
pertolongan.
C untuk circulation (sirkulasi). Periksa denyut nadi bayi. Jika tidak terasa, beri
tekanan sebanyak 30 kali di dadanya.

.
A. Resusitasi pada orang dewasa
 Periksa Respon
 Tekan bahu dan teriaki seseorang, “Anda baik-baik saja?”
 Carilah pernapasan normal. Hubungi kontak emergency jika tidak ada respon.
 Mulai RJP dengan tangan.
RJP dengan tangan tidak boleh digunakan untuk orang dewasa yang serangan
jantung adalah karena overdosis obat, dekat-tenggelam, atau serangan jantung
unwitnessed. Dalam kasus ini, melakukan kombinasi CPR konvensional kompresi
dada dan bantuan pernapasan.
Lakukan Kompresi Dada
 Tempatkan tumit tangan Anda di tengah dada orang yang akan ditolong.
 Tempatkan tumit tangan lainnya di atas tangan pertama Anda, saling tautkan jari
bersama-sama.
 Jaga lengan lurus dan bahu Anda langsung di atas tangan Anda.
 Dorong keras dan cepat, kompresi dada minimal 5cm.
 Biarkan dada kembali sempurna sebelum ditekanlagi.
 lakukan kompresi setidaknya 100 kali per menit.
Berhenti hanya jika:
 Orang mulai bernapas normal.
 Seorang responder terlatih atau bantuan darurat mengambil alih.
 Anda terlalu lelah untuk melanjutkan bantuan.
 Ada defibrillator eksternal otomatis (AED) untuk digunakan.
3.3 Kesimpulan
Bantuan hidup dasar ini secara garis besar dikondisikan untuk kejadian henti
jantung di luar rumah sakit sebelum mendapatkan pertolongan medis. Resusitasi jantung
paru atau tindakan bantuan hidup jantung (basic cardiac life support) merupakan
bantuan pertama pada penderita henti jantung. Tindakan dengan melakukan bantuan
hidup jantung dasar dengan baik dan tepat, henti jantung dapat segera diatasi, fungsi
jantung paru dan otak dapat dipertahankan dan dijaga dengan baik, agar suplai darah ke
otak dapat terpelihara sampai bantuan lanjutan tiba.

3.4 Saran
Setelah mempejari topik ini diharapkan para pembaca lebih memahami dan lebih
terlatih jika kelak menghadapi kondisi darurat untuk memberikan Bantuan Hidup Dasar
bagi siapapun.
Daftar Pustaka
Martiningsih (2019). Jurnal Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar dan Keterampilan
Tindakan Recovery Position Pada Kader Siaga Bencana. (sitase). http://jkt.poltekkes-
mataram.ac.id/index.php/home/index.
https://id.wikihow.com/Memberikan-CPR-pada-Bayi
jurnal.dinkes.salatiga. http://dinkes.salatiga.go.id/?p=237

Anda mungkin juga menyukai