Anda di halaman 1dari 12

BIOTEKNOLOGI BAHAN BAKAR

Dosen Pembinbing :
Dra. Darmawati, M.Si

NURUL MUTMAINNA (1705113706)

Kelas VI B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
Pertaanyaan :
1. Jelaskan proses pembuatan bioethanol.
2. Jelaskan proses pembuatan biogas.
3. Jelaskan proses pembuatan biodiesel.
4. Jelaskan proses pembuatan biobriket.
5. Jelaskan proses pembuatan PPO.
6. Jelaskan proses pembuatan gasohol.
7. Jelaskan kelebihan dan kekurangan dari bahan bakar alternatif.

Jawab :

1. Proses produksi bioethanol.


a) Persiapan Bahan Baku
Bahan baku untuk produksi biethanol bisa didapatkan dari berbagai tanaman, baik
yang secara langsung menghasilkan gula sederhana semisal Tebu (sugarcane), gandum
manis (sweet sorghum) atau yang menghasilkan tepung seperti jagung (corn), singkong
(cassava) dan gandum (grain sorghum) disamping bahan lainnya. Persiapan bahan baku
beragam bergantung pada jenis bahan bakunya, sebagai contoh kami menggunakan bahan
baku Singkong (ubi kayu). Singkong yang telah dikupas dan dibersihkan dihancurkan
untuk memecahkan susunan tepungnya agar bisa berinteraksi dengan air secara baik.

Penghancuran Pemasakan bahan baku


Singkong

b) Liquifikasi dan Sakarifikasi

Kandungan karbohidrat berupa tepung atau pati pada bahan baku singkong dikonversi
menjadi gula komplex menggunakan Enzym Alfa Amylase melalui proses pemanasan
(pemasakan) pada suhu 90 derajat celcius (hidrolisis). Pada kondisi ini tepung akan
mengalami gelatinasi (mengental seperti Jelly). Pada kondisi optimum Enzym Alfa
Amylase bekerja memecahkan struktur tepung secara kimia menjadi gula komplex
(dextrin). Proses Liquifikasi selesai ditandai dengan parameter dimana bubur yang diproses
berubah menjadi lebih cair seperti sup. Sedangkan proses Sakarifikasi (pemecahan gula
kompleks menjadi gula sederhana) melibatkan tahapan sebagai berikut :

- Pendinginan bubur sampai mencapai suhu optimum Enzym Glukosa Amylase bekerja.
- Pengaturan pH optimum enzim.
- Penambahan Enzym Glukosa Amilase secara tepat dan mempertahankan pH serta
temperatur pada suhu 60 derajat celcius hingga proses Sakarifikasi selesai (dilakukan
dengan melakukan pengetesan kadar gula sederhana yang dihasilkan).
Liquefikasi dan Sakarifikasi

c) Fermentasi

Pada tahap ini, tepung telah telah berubah menjadi gula sederhana (glukosa dan
sebagian fruktosa) dengan kadar gula berkisar antara 5 hingga 12 %. Tahapan selanjutnya
adalah mencampurkan ragi (yeast) pada cairan bahan baku tersebut dan mendiamkannya
dalam wadah tertutup (fermentor) pada kisaran suhu optimum 27 s/d 32 derajat celcius
selama kurun waktu 5 hingga 7 hari (fermentasi secara anaerob). Keseluruhan proses
membutuhkan ketelitian agar bahan baku tidak terkontaminasi oleh mikroba lainnya.
Dengan kata lain,dari persiapan baku,liquifikasi,sakarifikasi,hingga fermentasi harus pada
kondisi bebas kontaminan. Selama proses fermentasi akan menghasilkan cairan
etanol/alkohol dan CO2.
Hasil dari fermentasi berupa cairan mengandung alkohol/ethanol berkadar rendah
antara 7 hingga 10 % (biasa disebut cairan Beer). Pada kadar ethanol max 10 % ragi
menjadi tidak aktif lagi,karena kelebihan alkohol akan beakibat racun bagi ragi itu sendiri
dan mematikan aktifitasnya.

Fermentasi bahan baku


bioethanol

d) Distilasi.

Distilasi atau lebih umum dikenal dengan istilah penyulingan dilakukan untuk
memisahkan alkohol dalam cairan beer hasil fermentasi. Dalam proses distilasi, pada suhu
78 derajat celcius (setara dengan titik didih alkohol) ethanol akan menguap lebih dulu
ketimbang air yang bertitik didih 95 derajat celcius. Uap ethanol didalam distillator akan
dialirkan kebagian kondensor sehingga terkondensasi menjadi cairan ethanol. Kegiatan
penyulingan ethanol merupakan bagian terpenting dari keseluruhan proses produksi
bioethanol. Dalam pelaksanaannya dibutuhkan tenaga operator yang sudah menguasai
teknik penyulingan ethanol. Selain operator, untuk mendapatkan hasil penyulingan ethanol
yang optimal dibutuhkan pemahaman tentang teknik fermentasi dan peralatan distillator
yang berkualitas.

Penyulingan ethanol dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara :


1. Penyulingan menggunakan teknik dan distillator tradisional (konvensional). Dengan cara
ini kadar ethanol yang dihasilkan hanya berkisar antara antara 20 s/d 30 %.
2. Penyulingan menggunakan teknik dan distillator model kolom reflux (bertingkat).
Dengan cara dan distillator ini kadar ethanol yang dihasilkan mampu mencapai 90-95 %
melalui 2 (dua) tahap penyulingan.

e) Dehidrasi

Hasil penyulingan berupa ethanol berkadar 95 % belum dapat larut dalam bahan bakar
bensin. Untuk substitusi BBM diperlukan ethanol berkadar 99,6-99,8 % atau disebut
ethanol kering. Dalam proses pemurnian ethanol 95 % akan melalui proses dehidrasi
(distilasi absorbent) menggunakan beberapa cara,antara lain : 1. Cara Kimia dengan
menggunakan batu gamping 2. Cara Fisika ditempuh melalui proses penyerapan
menggunakan Zeolit Sintetis 3 angstrom. Hasil dehidrasi berupa ethanol berkadar 99,6-
99,8 % sehingga dapat dikatagorikan sebagai Full Grade Ethanol (FGE),barulah layak
digunakan sebagai bahan bakar motor sesuai standar Pertamina. Alat yang digunakan pada
proses pemurnian ini disebut Dehidrator.

Proses penyulingan ethanol dengan alat konvensional

Penyulingan (distilasi) ethanol menggunakan distillator model kolom reflux


Cairan ethanol dari proses distilasi

Bioethanol kadar 95-96 % (alkohol teknis)

Pengukuran kadar ethanol (alkohol)

f) Hasil samping penyulingan ethanol.

Akhir proses penyulingan (distilasi) ethanol menghasilkan limbah padat (sludge) dan
cair (vinase). Untuk meminimalisir efek terhadap pencemaran lingkungan, limbah padat
dengan proses tertentu dirubah menjadi pupuk kalium,bahan pembuatan
biogas,kompos,bahan dasar obat nyamuk bakar dan pakan ternak. Sedangkan limbah cair
diproses menjadi pupuk cair. Dengan demikian produsen bioethanol tidak perlu khawatir
tentang isu berkaitan dengan dampak lingkungan.
Limbah padat (sludge) Limbah cair (Vinase)

Gambar proses pembuatan bioethanol


2. Proses pembuatan biogas.
Bahan :
 Alat : Alat pengaduk, bak penampung, digester dan pipa.
 Bahan : Fases sapi, air dan starter.

Langkah-langkah :
1. Kotoran sapi dicampur dengan air hingga terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1
pada bak penampung sementara.
2. Lumpur dari bak penampungan sementara kemudian di alirkan ke digester. Pada
pengisian pertama digester harus di isi sampai  penuh.
3. Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran). Setelah digester penuh, kran
gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.
4. Gas metan sudah mulai di hasilkan pada hari 10 sedangkan pada hari ke -1 sampai ke
– 8 gas yang terbentuk adalah CO2. Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka
biogas akan menyala.
5. Pada hari ke -14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada
kompor gas atau kebutuhan lainnya.
6. Pengisian bahan biogas selanjutnya dapat dilakukan setiap hari, yaitu sebanyak kurang
lebih 20 liter setiap pagi dan sore hari. Sisa pengolahan bahan biogas berupa lumpur /
sludge secara otomatis akan keluar dari lubang pengeluaran (outlet) setiap kali
dilakukan pengisian bahan biogas. Sisa hasil pengolahan bahan biogas tersebut dapat
digunakan sebagai pupuk kandang/pupuk organik, baik dalam keadaan basah (cair)
maupun kering.

3. Proses pembuatan biodiesel.


Pembuatan biodiesel melalui proses trans esterifikasi dua tahap. dilanjutkan dengan
pencucian, pengeringan dan terakhir filtrasi,  tetapi jika bahan baku dari CPO maka
sebelumnya pertu dilakukan esterifikasi.

 Proses trans esterifikasi meliputi dua tahap. Transesterifikasi I yaitu pencampuran


antara kalium hidroksida (KOH) dan metanol (CH30H) dengan minyak sawit.  Reaksi
transesterifikasi I berlangsung sekitar 2 jam pada suhu 58-65°C. Bahan yang
pertamakati dimasukkan ke dalam reaktor adalah asam lemak yang selanjutnya
dipanaskan hingga suhu yang telah ditentukan .

Reaktor trans esterifikasi dilengkapi dengan pemanas dan pengaduk.  Selama proses
pemanasan,  pengaduk dijalankan. Tepat pada suhu reaktor 63°C, campuran metanol
dan KOH dimasukkan ke dalam reaktor dan waktu reaksi mulai dihitung pada saat itu.
Pada akhir reaksi akan ter-bentuk metil ester dengan konversi sekitar 94%. 
SeLanjutnya produk ini diendapkan selama waktu tertentu untuk memisahkan gliserol
dan metil ester.

Gliserol yang terbentuk berada di lapisan bawah karena berat jenisnya lebih hesar
daripada metil ester. Gliserol kemudian diketuarkan dari reaklor agar tidak mengganggu
proses transeslerifikasi II.

Setelah  proses transesterifikasi II selesai dilakukan pengendapan selama waktu tertentu


agar gliserol terpisah dari metil ester. Pengendapan II memerlukan waktu lebih pendek
daripada pengendapan I karena gliserolyang terbentuk relatif sedikit dan akan larut 
melalui proses pencucian.

 Pencucian hasil pengendapan pada transesterifikasi II bertujuan untuk meng hiLangkan


senyawa yang tidak diperlukan seperti sisa gliserol dan metanol. Pencucian ditakukan
pada suhu sekitar 55°C. Pencucian dilakukan tiga kali sampai pH campuran menjadi
norrnat (pH 6.8-7.2).

 Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan air yang tercampur dalam metil ester.
Pengeringan dilakukan sekitar 10 menit pada suhu 130°C.. Pengeringan di-lakukan
dengan cara memberikan panas pada produk dengan suhu sekhar 95°C secara sirkulasi.
Ujung pipa sirkulasi ditempatkan di tengah permukaan cairan pada alat pengering.

 Tahap akhir dari proses pembuatan hiodiesel adalah filtrasi yang bertujuan untuk
menghilangkan partiket-partikel pengotor biodiesel yang terbentuk selama proses
berlangsung, seperti karat (kerak besi) yang berasal dari  dinding reaktor atau dinding
pipa atau kotoran dari bahan baku. Filter yang dianjurkan berukuran sama atau lebih
kecil dari 10 .
4. Proses pembuatan biobriket.
Briket merupakan sebuah blok bahan yang bisa dibakar untuk dijadikan bahan bakar.
Bahan bakar alternatif ini dibuat dari hasil pembakaran bahan berukuran kecil. Briket bisa
dibuat dari berbagai jenis bahan namun briket yang paling umum digunakan yaitu briket
arang, briket biomas dan briket gambur. Briket bisa dibuat dari bahan arang batok kelapa,
serbuk kayu, sampah organik, arang sekam dan sebagainya.

Bahan pembuatan briket kelapa:


 Arang tempurung kelapa
 Tepung kanji
 Air

Peralatan :
 Mesin penepung arang/diskmil
 Alat pencetak briket
 Mesin pencampur adonan
 Oven briket

Langkah-langkah :
a. Proses pengarangan
Tempurung kelapa dibuat menjadi arang dengan cara pengarangan manual yaitu
menggunakan tong kemudian dibakar serta ditutup sampai hanya ada sedikit ventilasi
pada tong arang tersebut. Pengarangan ini juga bisa dengan menggunakan proses
pirolisis yaitu dimana tempurung kelapa dimasukkan dalam tangki pirolisis dalam
keadaan tertutup selanjutnya asap dikondensasikan sampai mendapatkan asap cair.
b. Proses penepungan
Arang yang telah dihasilkan melalui pembakaran manual atau menggunakan proses
pirolisis kemudian ditepung menggunakan bantuan mesin diskmill.
c. Proses pengayakan
Apabila sudah melalui proses penghancuran arang maka dilakukan pengayakan supaya
bisa menghasilkan arang tempurung kelapa dengan ukuran yang lebih lembut dan
halus. Arang tempurung kelapa ini diayak dengan menggunakan saringan ukuran
kelolosan 50 mesh.
d. Proses pencampuran media
Tepung tempurung kelapa ini lalu dicampur dengan menggunakan air dan lem kanji.
Ketika proses pencampuran ini perlu ditambah dengan lem kanji sebanyak 2,5% dari
tepung tempurung kelapa tadi.
e. Proses mencetak briket arang tempurung kelapa
Apabila semua bahan tadi telah tercampur dengan merata lalu lakukan proses
pencetakan dengan menggunakan cetakan.
f. Proses pengeringan
Keringkan briket yang telah dicetak dengan menggunakan oven bersuhu 650 oC Selma
kurang lebih 2 jam , pengeringan ini bisa menggunakan bantuan sinar matahari. Briket
dari bahan tempurung kelapa ini pun siap dikemas dan dipasarkan.

5. Jelaskan proses pembuatan PPO


Pure Plant Oil (PPO) adalah minyak yang diperoleh secara
langsung baik dari pemerahan atau pengempaan biji sumber minyak,
minyak yang telah dimurnikan, maupun minyak kasar tanpa
melibatkan modifikasi secara kimia. PPO biasa disebut juga sebagai
unmodiefied oil atau SVO (straight vegetable oil). PPO dihasilkan dari
bahan-bahan yang mengandung minyak baik yang berasal dari hewan
maupun tumbuh-yumbuhan melalui proses pemerahan.
Pengembangan PPO ini bertujuan sebagai solusi terhadap kelangkaan
BBM dan isu lingkungan yang ditimbulkan akibat penggunaan BBM.
Dalam aplikasinya, PPO tidak dapat digunakan secara langsung pada
mesin diesel, karena membutuhkan modifikasi atau tambahan
peralatan khusus untuk mesin.
Proses Produksi PPO :
a)      Proses Ekstrasi Mekanis
Proses Ekstrasi mekanis bertujuan untuk memperoleh minyak
dari biji yang mengandung minyak. Proses yang sering digunakan
adalah pengepresan hidrolik (hydraulic presssing) dan pengepresan
berulir (screw press). Ekstrasi mekanis dipandang lebih ekonomis,
terutama untuk bahan-bahan yang mengandung minyak lebih
besar dari 10%.
1. Pengepresan Hidrolik (Hydraulic Presssing)
Metode hydraulic presssing merupakan proses ekstrasi dengan
memanfaatkan tekanan. Banyaknya minyak terekstrasi
tergantung dari besarnya tekanan, lama pengepresan, dan
kandungan minyak dalam bahan asal. Tekanan yang umum
digunakan pada hydraulic presssing sekitar 140,6 kg/cm (136
atm) dan digunakan untuk bahan-bahan yang mengandung
minyak lebih besar dari 20%.
Biji yang mengandung minyak dimasak dahulu sebelum dipres
dengan tujuan menggumpalkan protein, mematikan enzim-enzim
terutama enzim lipase, dan untuk membuka sel-sel pembungkus
minyak di dalam daging biji. Biji kemudian dipres hingga
menghasilkan minyak. Kemudian dilanjutkan dengan
penyaringan (filtrasi) untuk menghilangkan kotoran yang masih
terkandung dalam minyak.
2. Pengepresan Berulir (Screw Pressing)
Pengepresan berulir memiliki beberapa kelebihan dibanding
pengepresan hidrilic yaitu :
a. Biji dapat langsung dipres sehingga menghemat waktu proses.
b. Kapasitas produksi lebih besar karena proses dapat berjalan
kontinu.
c. Menghasilkan rendemen yang besar.
Sebagai contoh, biji jarak yang dipres berulir menghasilkan
minyak 27-30% dan dari jumlah biji.
Minyak yang diproses melalui metode tersebut diproses lebih
lanjut untuk menghilangkan fosfor dan asam-asam lemak bebas
dalam minyak. Proses penghilangan fosfor disebut degumming,
yaitu menambahkan asa, (umumnya asam fospat) pada
konsentrasi 0,01-0,2%. Penghilangan asam-asam lemak bebas
dalam minyak melalui proses netralisasi dengan menambahkan
larutan alkalin. Minyak yang telah mengalami proses
degumming dan netralisasi disebut dengan PPO.
b)      Proses Ekstrasi dengan Pelarut
Metode ekstrasi dengan pelarut menghasilkan minyak dengan
rendemen tinggi. Namun, metode ini tidak banyak digunakan
karena memerlukan biaya investasi yang besar. Bahan yang akan
diekstrak minyaknya, dikecilkan ukurannya terlebih dahulu.
Umumnya proses ekstraksi berlangsung 6 jam. Biasanya, minyak
yang dihasilkan tidak perlu dimurnikan lebih lanjut.

6. Jelaskan proses pembuatan gashol.


Gasohol merupakan bahan bakar untuk otomotif yang ramah
lingkungan dan dapat diperbaharui dan tidak menimbulkan polusi.
Bahan baku yang paling banyak digunakan adalah tebu. Gasohol
dihasilkan dari fermentasi khamir pada gula . Setelah tebu diambil
gulanya, maka tersisa limbah yang berserat yang disebut bagasse.
Bagasse dapat dikeringkan dan dibakar sebagai sumber energi untuk
proses destilasi pembuatan gasohol.
Proses pembuatan gasohol :
a. Penanaman tebu
b. Ekstrasi gula dengan memecah dan menggilas tebu
c. Pengkristalan sukrosa, yang menyisakan sirup glukosa yang disebut
molase
d. Fermentasi molase oleh khamir Saccharomyces cerevisiae menjadi
alcohol pekat
e. Destilasi (penyulingan) alcohol pekat menjadi alcohol murni
(gasohol), memakai sumber tenaga dari bagasse.
Ada juga gasohol yang bahan bakunya berasal dari singkong atau
ubi kayu yang banyak dijumpai di kebun. Tanaman ini dipilih karena
selain menanamnya mudah, kadar pati singkong cukup tinggi, 28
sampai 30 persen. Di panen setelah mencapai usia tanam 9 bulan.
Lalu singkong-singkong tersebut diproses menjadi ethanol, hingga
kadar alkoholnya mencapai angka 99,5 % atau bioetanol fuel grade.
Selanjutnya dicampur dengan bensin biasa atau premium, dengan
perbandingan bensin 90 persen, etanol 10 persen.
Hasil campuran bensin dengan bio-etanol inilah yang kemudian
diberi nama dengan gasohol bio-etanol 10% atau disingkat Gasohol Be-
10 atau cukup disebut dengan gasohol. Sebagai aditif atau substitusi
bahan bakar otomotif, campuran etanol fuel grade dengan bensin ini,
bisa mencapai angka 20 %, tanpa harus mengubah mesin yang sudah
ada. Dari uji coba yang telah dilakukan, diperoleh beberapa
keunggulan. Gasohol mengandung oksigen yang membuat
pembakaran lebih sempurna dan lebih ramah lingkungan karena asap
pembuangan tidak hitam.

7. Jelaskan kelebihan dan kekurangan dari bahan bakar alternatif.


Kelebihan Sumber Energi Alternatif :
1. Energi Terbarukan
Energi alternatif merupakan sumber energi terbarukan sehingga tidak akan terjadi
krisis kelangkaan. Sumber energi seperti matahari dan panas bumi akan selalu tersedia
dan tidak pernah habis seperti minyak bumi atau batubara.
2. Ramah Lingkungan
Energi alternatif tidak menghasilkan limbah yang akan membahayakan lingkungan
dalam jangka panjang. Bahan bakar minyak yang digunakan untuk menjalankan
mobil, misalnya, menghasilkan banyak gas yang berpengaruh buruk bagi lingkungan.
3. Sumber Energi Gratis
Dengan mengesampingkan biaya produksi, sumber energi alternatif tidak perlu dibeli.
Sumber energi seperti sinar matahari, angin, dan air hanya membutuhkan biaya awal
untuk instalasi untuk kemudian dapat berjalan dengan sendirinya. Hal ini tentu saja
berbeda dengan minyak bumi atau batubara yang harganya selalu naik.
4. Pasokan Melimpah
Relevansi dari poin ini akan bervariasi untuk tiap lokasinya. Jika berada di daerah
dengan banyak sinar matahari, maka Anda akan memiliki banyak pasokan energi
surya. Demikian juga, jika Anda memasang kincir angin di daerah berangin, maka
Anda akan menerima pasokan konstan energi angin.

Kekurangan Sumber Energi Alternatif :


1. Biaya Instalasi Awal Tinggi
Biaya instalasi awal untuk pembangkit listrik dari energi alternatif, misalnya, relatif
tinggi. Contoh, bendungan perlu dibangun untuk membuat pembangkit listrik tenaga
air. Membangun bendungan termasuk relokasi penduduk melibatkan biaya yang
sangat tinggi.
2. Penyimpanan dan Transportasi
Salah satu alasan utama mengapa energi alternatif belum digunakan secara luas adalah
karena penyimpanan dan biaya transportasi yang masih tinggi. Sementara teknologi
kincir angin dan pembangkit listrik tenaga air telah semakin disempurnakan, sumber
energi lain masih memerlukan banyak pemyempurnaan.
3. Tidak dapat Diandalkan
Sumber energi alternatif sangat tergantung pada faktor-faktor alami. Misalnya, jika
terjadi kemarau panjang, tingkat produksi pembangkit listrik tenaga air akan
terhambat. Demikian pula tanpa sinar matahari yang cukup, listrik yang dihasilkan
juga akan berkurang.
4. Belum Efisien
Hingga saat ini, pembangkit dari sumber energi alternatif belum bisa beroperasi
seefisien sumber energi konvensional. Teknologi yang tersedia saat ini belum cukup
mampu menggantikan energi konvensional dengan energi alternatif.

Anda mungkin juga menyukai