Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN

ANALISIS KUALITAS AIR BERDASARKAN BIOINDIKATOR DI


PERAIRAN UNIVERSITAS RIAU

Dosen Pengampu :
Dr. Suwondo M.Si

Oleh :
Nurul Mutmainna (1705113706)
Kelas VI B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2019/2020
I. JUDUL

Anaalisis Kualitas Air Berdasarkan Bioindikator di Perairan Universitas Riau

II. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kualitas air secara umum dapat di jadikan petunjuk kondisi mutu air
yang akan digunakan untuk keperluan tertentu. Kualitas air ini mencakup
keadaan fisika, kimia, dan biologi air yang dapat mempengearuhi
ketersediaannnya di alam untuk memenuhi kehidupan manusia. Untuk
mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan
mengamati parameter biologi menggunakan bioindikator biota akuatik.
Bioindikator merupakan suatu kelompok organisme yang hidup dan
rentan terhadap perubahan lingkungan sebagai akibat dari aktivitas manusia
dan kerusakan secara alami (Sumenge 2008).
Plankton merupakan organisme (tumbuhan atau hewan yang hidup
bebas melayang-layang, terapung di dalam air yang kemampuan gerak
terbatas sehingga mudah dibawa arus. Plankton terdiri dari dua kelompok
yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton merupakan tumbuhan yang
dapat berfotosintesis dan berperan sebagai produsen di perairan. Sedangkan
zooplankton merupakan hewan dan sebagai konsumen pertama. Fitoplankton
adalah organisme pertama yang akan tergganggu oleh masuknya beban
pencemar di perairan. Hal ini disebabkan karena fitoplankton merupakan
organisme yang langsung memanfaatkan beban pencemaran tersebut.
Dalam penilaian kualitas suatu perairan, pengukuran keanekaragaman
jenis organisme plankton dan bentos lebih sering dipakai untuk menduga
ketidakseimbangan lingkungan fisik, kimia dan biologi perairan. Perairan
yang tercemar akan mempengaruhi kelangsungan hidup organisme karena
plankton dan bentos merupakan biota air yang mudah terpengaruh oleh
adanya bahan pencemar, baik kimia maupun fisik. Oleh karena itu tujuan
praktikum ini adalah untuk mengetahui kualitas perairan menggunakan
bioindikator plankton dan bentos.

2. Tujuan
Untuk menguasai tata cara pengumpulan data dan analisis data kondisi
biotik perairan

III. CARA KERJA


1. Pencuplikan plankton
Pencuplikan plankton dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misal
dengan botol (Kemmerer), pompa atau fala. Jala plakton yang biasa
digunakan untuk mencuplik plankton berukuran 30 mata jala per cm. Jala
untuk mencuplikplankton mempunyai ukuran mata jala yuang lebih halus
(40 mata jala per cm). Pencuplikan plankton dapat dilakukan dengan cara
membuat tarikan horizontal segera di bawah permukaan air dilakukan
sebagai berikut :
1 Pasangkan dulu dengan erat botol penghimpun yang berupa botol
kecil (vial) dibagian ujung kerucut jala plankton.
2 Dengan memegang ujung talinya. Kerucut jala berikut botol dan
lilitan tali dihimpun di sebelah dalam rangka logam. Seluruhnya
dilemparkan seperti melempar frisbeel ) atau dilepaskan dari
seberang tepi kolam. Lalu talinya segera di tarik (Gambar 2). Tarikan
yang terlalu lambat akan menyebabkan jala itu tenggelam, sedangkan
bila terlalu cepat akan meloncat-loncat ke luar permukaan air.
3 Apabila tarikan sudah dilakukan, jala dibasuh agar semua organisme
plankton masuk dalam botol penghimpun, lakukan pembasuhan
dengan jalan mencelup-celupkan secara vertikal jala itu berkali-kali
ke dalam air, tanpa melewati batas rangka logam dari mulut jala.
Pencuplikan dengan tarikan vertikal dilakukan dengan menurunkan
jala ke lapisan dalam yang dikehendaki dan kemudian ditarik ke atas
secara perlahan-lahan.

Tali

Permukaan Air

arah tarikan

Botol Pengumpul

Gb. 2. Pencuplikan dengan jala plankton tarikan horizontal.

4. Botol penghimpun kemudian dilepaskan dari jala dan isinya


dibandingkan ke dalam botol lain, khusus untuk cuplikan plankton.
Pada waktu memindahkan basuhlah tepi-tepi botol penghimpun
dengan botol penyemprotan berisi akuades, Bubuhkan ke dalam
botol cuplikan 3 – 5 tetes larutan formalin 40% sebagai pengawet.
Apabila botol penghimpun juga merupakan botol cuplikan, tentu
isinya daapt segera dibubuhi formalin setelah dilepaskan dari jala itu.
5. Setelah ditutup rapat botol cuplikan diberi label. Kode label dibuat
singkat, misal Vip yang berarti cuplikan ke-1 plankton dari
kelompok V, Catatan lain yang diperlukan ialah mengenai dari mana
plankton itu diambil dan kanan (tanggal, jam). Pentingnya waktu
disebutkan ialah karena plankton melakukan migrasi vertikel, pada
malam hari naik ke sebelah lapisan atas dan siang hari turun ke
lapisan yang lebih bawah.
6. Cuplikan plankton yang diperoleh biasanya merupakan bahan untuk
studi kualitatif (apa jenis-jenisnya, berapa jenis jumlahnya). Untuk
keperluan studi kualitatif (kerapatan populasi plankton), hasil
pencuplikan horizontal tersebut dapat juga digunakan, asal jarak
tarikan diketahui. Penghitungan kerapatan didasrkan pada jumlah
individu planktonper volume silinder air, yang asalnya seluas mulut
jala serta tingginya tarikan.
7. Pencuplikan kuantitatif dapat juga dilakukan dengan cara sangat
sederhana dengan menuangkan air kolam yang diketahui volumenya
ke dalam mulut jala yang dipegang horizontal.
8. Cuplikan plankton yang sudah diberi larutan fiksatif dapat disimpan
lama hingga waktu pengerjaan (identifikasi jenis, perhitungan
jumlah dengan menggunakan mikroskop ) selanjutnya
dilaboratorium.

2. Pencuplikan Hewan-hewan Benthos


Untuk mendapatkan data kualitatif, hewan benthos dapat saja
dikumpulkan dengan berbagai cara atau kombinasi cara yaitu : dengan
tangan, pinset, jala, siuk dll. Dengan menggunkan suatu alat khusus, misalnya
Keruk Ekman Gambar 3). Hewan-hewan yang merupakan komponen
komunitas zoobenthos perairan dapat dicuplik secara kuantitatif.
Alat pencuplik dasar cocok untuk digunakan pada dasar perairan yang
lunak (lumpur dengan seresah). Untuk dasar perairan yang keras (kerikil,
pasir) suatu perairan dalam, biasanya digunakan pencuplik Peterson (Gambar
3b ). Pencuplikan kuantitatif benthos suatu perairan lotik (berupa raim) yang
dangkal, biasanya dilakukan dengan jala Surber.

Cara menggunakan Pencuplik Ekman :


1. Gunakan pencuplik ekman. Pasa (terbuka) secara hati-hati. Sementara
tali beserta logam pemacunya dipegang, pencuplik itu diturunkan secara
vertikal ke dasar perairan dengan perlahan-perlahan.

2. Setelah menyentuh dasar, logam pemacunya dilepas meluncur sepanjang


jala yang terentang lurus. Logam itu akan menyebabkan keduabelahan
pengeruk menutup dan substratum perairan berikut semua hewan benthos
yang ditumpahkan ke dalam bejana atau kantong plastik. Dengan
menggunakan seperangkat saringan (berbagai ukuran) sebagian demi
sebagian isi kerukan tiu dibilas dengan air. Semua hewan (sampai ukuran
minimal 7 mm) dikumpulkan dalam botol cuplikan telah berisi larutan
pengawet (formalin 5%). Botol kemudian diberi label.

Pengerjaan selanjutnya dilakukan pada kesempatan lain di


laboratorium. Setelah hewan-hewan diidentifikasi dan dihitung akan
didapatkan informasi kualitatif maupun kuantitatif (kerapatan) mengenai
hewan-hewan benthos perairan yang diteliti. Kerapatan itu dihitung dari
jumlah individu persatuan luas dari ukuran cuplikan (luas mulut pencuplik
waktu membuka). Derajad ketelitian pengukuran kerapatan populasi hewan-
hewan itu sangat tergantung dari kerapihan dan ketelitian sewaktu membilas,
menyaring dan menyortir.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1.Komposisi Jenis

Tabel 1. Komposisi jenis dan jumlah fitoplankton di Perairan Universitas


Riau
STASIUN Jumlah Proporsi
KELAS
I II III IV individu (%)
NO
Fitoplankton
I. Bacillariophyceae
1 Amphiphora gigantea varsulcata 5 7 0 0 12 4,18
2 Asterionella fornosa 0 0 0 15 15 5,23
3 Bacillaria parodaxa 8 0 0 0 8 2,79
4 Denticula tenuis 0 0 12 0 12 4,18
5 Synedra acus 0 0 15 0 15 5,23
6 Synedra ulna 0 0 0 9 9 3,14
7 Tabellaria flucculosa 6 0 0 20 26 9,06
Jumlah 19 7 27 44
II. Cyanophyceae
8 Anabaena hallensis 8 0 0 0 8 2,79
9 Chroococcus limneticus lemm 0 0 22 0 22 7,67
10 Gloeotricha echinulata smith 9 0 0 9 18 6,27
11 Oscillatoria principa vauch 0 9 0 0 9 3,14
12 Tolypathix sp 7 0 0 0 7 2,44
Jumlah 24 9 22 9
III. Chlorophyceae
13 Closterium kuetzingii 8 0 8 11 27 9,41
14 Gonatozygon monotenium de bary 0 12 0 0 12 4,18
15 Gronbladia inflata 0 0 0 0 0 0
16 Nitzschia closterium 0 0 0 10 10 3,48
17 Raphidium polymorphum kuts 0 0 3 0 3 1,05
18 Schroederia setigera lema 12 0 0 0 12 4,18
19 Volvox sp 0 0 0 0 0 0
Jumlah 20 12 11 21
IV. Euglenophyceae
20 Euglena haenatodes ehrbg 11 2 4 0 17 5,93
21 Euglena viridis 0 0 0 16 16 5,57
22 Euglypha acanthophora 16 0 0 0 16 5,57
Jumlah 27 2 4 16
V. Xanthophyceae
23 Pseudotetraodon neclectum pascher 13 0 0 0 13 4,53
Jumlah
Jumlah Jenis 11 4 6 7
TOTAL INDIVIDU 103 30 64 90

Tabel 2. Komposisi jenis dan jumlah zooplankton di Perairan Universitas


Riau
STASIUN Jumlah Proporsi
KELAS
I II III IV individu (%)
NO
Zooplankton
I. Rotaria
1 Cathypna ungulata 0 1 0 1 2 6,67
II. Monogonata
2 Brachionus falcatis 1 0 1 1 3 10
III. Branchiopoda
3 Diaphanosoma brachyura 2 0 0 2 4 13,33
IV. Entomostraca
4 Herpetocybris fusciate 1 0 1 2 4 13,33
5 Nebelia cartosi 3 1 1 0 5 16,67
V. Cilliatea
6 Vorticella sp 2 0 2 1 5 16,67
VI. Rhizopoda
7 Euglypha sp 2 1 1 0 4 13,33
VII. Nematoda
8 Angullilula sp 1 0 1 1 3 10
Jumlah Jenis 7 3 6 6
TOTAL INDIVIDU 12 3 7 8

Dari hasil pengamatan ditemukan 50 jenis plankton yang terdiri dari 28 jenis
fitoplankton dan 22 jenis zooplankton. Palmer (1959) dalam Shubert (1984)
menyatakan bahwa komunitas alga dapat digunakan sebagai indikator air bersih
atau tercemar. Palmer (1969) mempublikasikan bahwa suatu nilai gabungan
organisme seperti Euglena, Oscillatoria, dan Nitzschia merupakan kelompok
organisme yang dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu perairan telah
tercemar. Dari literatur tersebut dapat diketahui bahwa perairan danau Universitas
Riau termasuk golongan perairan tercemar karena terdapatnya jenis Euglena,
Oscillatoria, dan Nitzschia yang ditemukan pada perairan tersebut.

Tabel 3. Komposisi Jenis dan Jumlah Bentos di Perairan Universitas Riau


Stasiun Jumlah Proporsi (%)
No Kelas Spesies
I II III IV
1 Oligochaeta Tubifex-tubifex 0 5 0 35 40 17,54
2 Polichaeta Nereis sp 0 0 0 23 23 10,09
Bellamya javanica 4 5 0 5 14 6,14
3 Gastropoda
Melanoides tuberculata 65 0 48 0 113 49,56
4 Bivalvia Corbicula fluminea 9 3 0 0 12 5,26
5 Insekta Chironomus sp 5 0 5 16 26 11,40
Jumlah Jenis 4 3 2 4
Jumlah Individu 83 13 53 79
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah jenis benthos di danau Universitas
Riau didapatkan benthos sebanyak 13 jenis dengan jumlah total 228 individu. Dari
hasil ini dapat diketahui jumlah jenis terbesar adalah Melanoides tuberculata
sebanyak 113 ekor. Jumlah ini menunjukkan tingkat dominansi Melanoides
tuberculata yang lebih besar dibandingkan jenis benthos lain di stasiun
pengamatan.
Bourdeau dan Tresshow dalam Odum (1978) menyatakan bahwa ada
beberapa bentos yang dapat dijadikan indikator tercemar atau tidaknya suatu
perairan. Makrobentos biasanya akan lebih mudah diamati dan sebagai indikator
pencemaran air yang lebih akurat dibandingkan dengan plankton. Hal ini
dikarenakan tempat hidup bentos yang menempel atau terkubur di dasar perairan
akan menyebabkannya lebih lama bersentuhan dengan zat-zat pencemar yang
masuk ke air.

2. Indeks keanekaragaman

2.5

1.5
stasiun I
1 stasiun II
stasiun III
stasiun IV
0.5

0
fitoplankton
zooplankton
bentos

Grafik.1 indeks keanekaragaman organisme perairan

Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman spesies yang tinggi


apabila terdapat banyak spesies dengan jumlah individu yang relatif merata.
Dengan kata lain bahwa apabila suatu komunitas hanya terdiri dari sedikit spesies
dengan jumlah individu yang tidak merata, maka komunitas tersebut mempunyai
keanekaragaman yang rendah (Putu dan sunarsono,2017). Untuk menganalisis
keragaman plankton dan bentos di perairan ini digunakan indeks diversitas
Shannon-Wiener.nilai indeks diversitas (keanekargaman) plankton dan bentos
pada titik sampling berkisar diantara 1<H’ (Ilma dan Eka,2018).
Kisaran nilai hasil perhitungan indeks keragam (H) menunjukkan bahwa
jika H’ < 1,0 : keanekaragaman rendah, apabila 1,0 < H’ < 3,322 :
keanekaragaman sedang, dan apabila H’ > 3,322 : keanekaragaman tinggi.Indeks
keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) dapat menggambarkan tingkat kebersihan
air, juga dapat menggambarkan produktifitas ekosistem, tekanan pada ekosistem,
dan kestabilan ekosistem. Semakin tinggi nilai indeks (H’) maka semakin tinggi
tingkat kebersihan air tersebut, produktifitas ekosistem, tekanan pada ekosistem,
dan kestabilanekosistem.Analisis data menggunakan indeks diversitas Shannon-
Wiener yaitu indeks keanekaragaman fitoplankton berkisar antara 1,26-2,86,
indeks keanekaragaman zooplankton berkisar antara 1,11-1,86, dan indeks
keanekaragaman bentos paling rendah terdapat di stasiun III yaitu 0,31 dan yang
tertinggi terdapat di stasiun IV yaitu 1,21. hal ini menandakan kondisi air di
kolam Universitas Riau termasuk tercemarsedang.

3. Kelimpahan

400

350

300

250

200 stasiun I
stasiun II
150
stasiun III
100 stasiun IV

50

0
fitoplankton
zooplanton
bentos

Grafik.2 kelimpahan organisme perairan

Kelimpahan relatif adalah proporsi yang direpresentasikan oleh masing–


masing spesies dari seluruh individu dalam suatu komunitas (Campbell, 2010. h.
385). Kelimpahan adalah jumlah yang dihadirkan oleh masing-masing spesies dari
seluruh individu dalam komunitas (Campbell, 2010, h. 385).Zooplankton
memiliki peran penting dalam rantai makanan di lingkungan perairan.
Keanekaragaman dan kelimpahan zooplankton dipengaruhi kualitas oleh
lingkungan habitat mangrove seperti tingkat kekeruhan, kecepatan arus, sifat fisik,
dankimia air. Di samping itu, populasi zooplankton juga bergantung pada musim,
habitat, salinitas, dan kedalaman air (Heriyanto,2017).
Indeks Kelimpahan individu mempunyai kriteria sebagai berikut
(Sugianto,1994 dalam Heriyanto,2017)yaituapabila<1000individu/liter
menandakan kelimpahanrendah,apabila berkisar antara 1.000-40.000 menandakan
kelimpahan sedang dan apabila >40.000 maka menandakan kelimpahan tinggi.
Berdasarkan perhitungan, nilai kelimpahan tertinggi yaitu pada fitoplankton yang
terdapat di stasiun I sebesar 373,947 Nilai kelimpahan ini dianalisis dari data
plankton. Berdasarkan kriteria kelimpahan di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa perairan kolam Universitas Riau memiliki kelimpahan plankton yang
rendah, hal ini dikarenakan nilai kelimpahan perairan kolam universitas riau kecil
dari (<1000).

4. Indeks Dominansi

0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
stasiun I
0.4 stasiun II
0.3 stasiun III
stasiun IV
0.2
0.1
0
fitoplankton
zooplankton
bentos

Grafik.3 indeks Dominansi organisme perairan

Indeks dominansi menggambarkan ada tidaknya suatu genus atau bahkan


spesies yang dominan dalam menyusun suatu komunitas di dalam ekosistem (Putu
dan Sunarsono,2017).Nilai indeks Dominansi selama pengamatan
terlihatdominansi tertinggi pada benthos yaitu terdapat di stasiun 3 sebesar 0,84.
Sedangkan untuk bioindikator lainnya tidak ada yang mendominasi wilayah
tersebut.Odum (1971:79) menjelaskan bahwa nilai indeks dominansi mempunyai
hubungan yang erat dengan nilai indeks keanekaragaman, semakin tinggi nilai
indeks dominansi maka semakin rendah nilai keanekaragaman begitupun juga
dengan sebaliknya. berdasarkan pernyataan tersebut maka pada kolam universitas
riau memiliki indeks dominansiyang rendah dengan tingkat keanekaragaman yang
sedang. dengan kemudian dinyatakan bahwa perairan kolam universitas riau
tercemar sedang.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa penentuan


kualitas air menggunakan bioindikator bentos dan plankton pada perairan kolam
Universitas Riau tercemar sedang karena nilai indek keanekaragaman plankton
dan bentos berkisar antara 1,21-2,86. dan berbanding terbalik dengan indeks
dominansi dimana tidak ada jenis yang mendominasi karena nilai indeks
dominansi <1. Dan kelimpahan jenis bentos dan plankton terkategorikan rendah
karena hanya berkisar antara 0,04- 373,947.

VI. KEPUSTAKAAN

A. Muhtadi, Yunasfi, F.F. Rais, N. Azmi & D. Ariska. (2015). Struktur komunitas
biologi di Danau Pondok Lapan, Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera
Utara. Acta Aquatica. 2(2) :83-89.
Efirianti Rika. 2016. Pengamatan Faktor Fisika-Kimia Dan Analisis Kualitas
Perairan Waduk Dilingkungan Universitas Riau Berdasarkan Bioindikator
Plankton. Jurnal Online Mahasiswa. Universitas Riau.
Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan Tjahjono Samingan. Edisi
Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Palmer, Richard. E. 1969. Interpretation Theory in Schleiermacher, Dilthey,
Heidegger and Gadamer. Northwestern University Press. USA.
Restu, I.W. 2002. Kajian Pengembangan Wisata Mangrove di Taman Hutan Raya
Ngurah Rai Wilayah Pesisir Selatan Bali. [Tesis]. Program Pasca Sarjana,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sugianto. 1994. Ekologi Kuantitatif Metode Analisis Populasi dan Komunitas.
Airlangga University-Press. Surabaya.
Sumenge, V. (2008). Penentuan Kualitas Air Sungai Sendangan Kakas Dengan
Bioindikator Keanekaragaman Serangga Air. Skripsi. Universitas
Samratulangi, Manado.

Anda mungkin juga menyukai