Anda di halaman 1dari 38

Mata Kuliah : Keperawatan Anak II

Dosen : Nurafriani, S.Kep.,Ns., M.Kes

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN


RETERDASI MENTAL

Oleh : KELOMPOK X

NURHILDA JALIL(NH0117109) RISNAWATI (NH0117130)


NURRAHMANI (NH0117111) RITA YULIANTI (NH0117131)
NURSYAHIDAH (NH0117113) ROHANAH (NH0117133)
NURUL HASMI (NH0117115) SARTIKA (NH0117137)
NURUL KHALISA (NH0117116) SUCI SUGIARTI (NH0117145)
RAHMANIAR (NH0117119) WILKI MUSDI (NH0117152)
SURIANTI (NH0117147)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Makalah dengan judul ” ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN RETERDASI MENTAL” . Makalah ini bertujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Praktik Mandiri Perawat Dan Homecare .
Dalam pembuatan makalah ini, kami tidak lepas dari bantuan dan
dukungan dari pihak-pihak terkait serta kecanggihan teknologi untuk memperoleh
informasinya. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki keterbatasan,
tentu hasil makalah kami ini tidak mungkin luput dari kekurangan. Kami
senantiasa mengharapkan konstribusi pemikiran anda sehingga makalah  ini
bermanfaat bagi kita semua.

PENULIS

i
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 2
C. TUJUAN 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. INSIDEN/PREVALENSI 4
B. DEFINISI 4
C. ETIOLOGI 6
D. KLASIFIKASI 7
E. MANIFESTASI KLINIK 9
F. PENATALAKSANAAN 12
G. PATOFISIOLOGI 13
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 14
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN 17
B. DAGNOSA 26
C. INTERVENSI 27
D. IMPLEMENTASI 29
E. EVALUASI 29
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN 34
B. SARAN 34
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Reterdasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar
terutama bagi Negara berkembang, Diperkirakan angka kejadian reterdasi
mental berat sekitar 0,3% dari seluruh populasi, dan hamper 3% mempunyai
IQ dibawah 70%. Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka tidak bias
dimanfaatkan, karena 0,1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan,
bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya (swaiman KF, 1989).
Sehingga reterdasi mental masih merupakan dilema, sumber kcemasan
bagi keluarga dan masyarakat. Demikian pula dengan diaknosis, pengobatan
dan pencegahannya masih merupakan masalah yang tidak kecil.
Ada sebuah asumsi umum yang di percaya oleh para orang tua pada
umumnya bahwa kesuksesan seoran anak di masa sekarang dan di masa yang
akan datan sangat di pengaruhi oleh kecerdasan inteek tualnya. Asumsi
tersebut sampai sekarang masih menjadi kebenaran umum meskipun kini
mulai ada pergeseranparadigma baru dari kecerdasan intelektual (IQ) menuju
kecerdasan dan spiritual (ESQ).
Banyak fakta menunjukkan bahwa selama ini pada orang tua lebi
memfokuskan pada perkembengan intelektual anakya dari pada
perkembangan emosional dan spritualnya misalnya orang tuanya
meninginkan anaknya mendapatkan rengking satu atau masuk sepulu besar
orang tua lebih senang jika anaknya mau mengambil les matimatika atau
pun IPA dari pada ikut les piono, dan lain sebagainya. Tentunya pada orang
tua juga akan akan sangat senang pula jika perkembangan anaknya
berlangsun secara optimal
Perkembangan intelektual pada anak pada dasarnya berhubungan dengan
konse-konsep yang di miliki dan tindakan kongnitifnya itulah sebabnya
perkeangan intelektual sering kali disinonnimkan dengan perkembangan

1
kongnitif. Dalam proses pendidikan sering kali anak di hadapkan dengan
berbagai persoalan yang menuntunya dapat memecahkan. Kegiatan itu
mungkin di lakukan anak secara fisik, seperti mengamati penampilan objek
yang berupa wujud atau karateristik dari objek tersebut.
Lebih lanjut, anak di tuntuk untuk memecahakkan masaah tersebut secara
mental melalui kemampuan berpikirnya, khususnya mengenai konsep, kaidah
atau prinsip atas objek masalah dan pemecahanya. Inin berarti dalam belajar
anak tidak hanyak melibatkan aktifitas fisiknya, tetapi yang lebbih penting
juga elibatkan aktifitas fisiknya, tetapi lebih penting juga melibatka aktivitas
mentalnya, yaitu aspek kongnitif yang berhubungan dengan fungsi
intelektual.
Jadi dapatlah di katakan jika perkembengan intelektual menjadi sangant
penting makalah anak di hadapkan pada berbagai persoalan yang nenuntuk
kemampuan berfikir mereka. Namun sayangnya, ada anak yang mengalami
masalah dengan fungsi intelektualnya yang mengakibatkan mereka tidak
dapat memecahkan berbagai persoalan yang yang melingkupinya yang
mengakibatkan meereka tidak bisa menyelesaikan tugas-tugas keseharian
yang seharusnya mereka emban. Ada tiga masalah fungi intelektual pada
anak usia dini yang akan di kaji dalam bagian ini, yaitu retardasi mental,
gangguan down syndrome, dan anak berbakat.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Prevalensi Penyakit Reterdasi mental pada Anak
2. Apa Definisi Reterdasi Mental
3. Apa Etiologi Reterdasi Mental
4. Apa Klasifikasi Reterdasi Mental
5. Apa MAnifestasi Klinik Reterdasi Mental
6. Apa Penatalaksanaan Reterdasi Mental
7. Bagaimana Patofisiologi Reterdasi Mental
8. Apa Pemeriksaan Diagnostik Reterdasi Mental

2
3. TUJUAN
Agar mahasiswa dapat mengetahui :
1. Prevalensi Penyakit Reterdasi mental pada Anak
2. Definisi Reterdasi Mental
3. Etiologi Reterdasi Mental
4. Klasifikasi Reterdasi Mental
5. MAnifestasi Klinik Reterdasi Mental
6. Penatalaksanaan Reterdasi Mental
7. Patofisiologi Reterdasi Mental
8. Pemeriksaan Diagnostik Reterdasi Mental

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Insiden/Prevalensi
1. Lebih dari 85% roang-orang dengan retardasi mental memiliki IQ yang
di golongkan dalam tingkat rendah (IQ antara 50 dan 70
2. Rasio laki-laki perempuan adalah 1,6 :1,3. Insidens lenih tinggi pada
kelompok sosial ekomoni yang rendah
3. Rasio kekambuhan pada keluarga adalah
a. Anak yang mengalami retardasi mental sedang sampai berat dengan
penyebab yang tidak diketahui 3% sampai 9%
b. Anak yang mengalami sindrom alcohol janin dan ibu yang terus
minum alcohol : 30 % sampai 50 %
c. Anak yang mengalami sindrow down (trisomy) :kurang dari 1%
d. Anak yang mengalami sindrow down (translokasi) : lebih dari 10%
4. Hampir 18 % bayi dengan berat badan lahir sangat rendah mengalami
disabilitas berat
5. Sekitar 500.000 remaja menderita retardasi mental
6. Angka drop out siswa dengan disabilitas adalah 25% samapi 30%
7. Angka penganguran pada orang-orang dengan retardasi mental di
perkirakan antara 66% dan 75%.[ CITATION Sow09 \l 1033 ]

B. Definisi

Terdapat berbagai macam definisi mengenai reterdasi mental.


Menurut WHO (dikutip dari Menkes 1990), reterdasi mental adalah
kemampuan mental yang tidak mencukupi. Carter CH (dikutip dari Tobach
C ) mengatakan reterdasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh
intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk
belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang
dianggap normal. Menurut Crocker AC 1983, reterdasi mental adalah apabila
jelas terdapat fungsi integensi yang rendah, yang disertai adanya kendala.
[ CITATION Soe12 \l 1033 ]

4
Retardasi mental atau yang serin disebut dengan keterbelakangan
mental merupakan suatu keadaan dengan intelegensial yang kurang sejak
masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa kanak-kanak ). Pada
umunmya terjadi perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan
pada anak yang mengalami retardasi mental disebut juga dengan istilah
oligofrenia atau tuna mental atau tunagrahhita.
Tampaknya itulah menjadikan Rick heber (1961) menggantikan
rentandari mental sebagai suatu penurunan fungi intelektual secara
menyeluru yang terjadi pada masa perkembangan dan di hibungkan dengan
gangguan adaptasi social. Ada tiga keywords pada pengertian tersebut, yaitu
penurunan fungsi inteleektual, adaptasi social, dan masa perkembangan.
Pennurunan fungsi intelektual secara umum menurut definisi fick
heber di ukur berdasarkan tes intelegensial standar paling sedikit satu defiasi
standar ( 1 SD) di bawah rata-rata periode perkembangan mental menurut
definisi ini adalah mulai dari lahir sampai umu 16 tahun. Gangguan adaptasi
social dalam definisi ini di hubungkan dengan adanya penurunan fungsi
intelektual. Menurut definisi ini tidak ada kriteria bahwa retardasi mental
tidak dapat diperbaiki seperti definisi retardasi mental sepertinya.
Banyak pakar menyatakan bahwa definisi heber terlalu liberal, karena
dengan batasan tes inteligensia dibawah satu defiasi standar ( 1 SD) terdapat
hamper 16% dari populasi dapat di golongkan mengalami retardari mental.
Lebih lanjut, di tahung 1973 grossman melalui manual on terminology and
classification in mental terntardation merevisi definisi heber. Grossman
mengartikan tetardasi mental dengan penurunan fungsi intelektual yang
menyeluruh secara bermakna dan secara langsung dapat menyebabkan
gangguan adaptasi social, dan bermanifestasi selama masa perkembangan.
Menurut definisi Srossman tersebut , penurunan funsi intelektual yang
bermakna berarti pada pengukuran uji inteligensia berada pada dua deviasi
standar di bawah rata-rata berdasarkan kriteria ini ternyata kurang dari 3%
populasi yang dapat di golongkan menalami retardasi mental kemudian,
periode perkembangan menurut definisi ini adalah mulai dari lahir hingga

5
umur 18 tahun. Lalu gangguan adaptasi social menurut definisi ini secara
langsung di sebabka oleh penurunan fungsi intelektual. [ CITATION Wiy16 \l
1033 ]
C. Etiologi
Menurut sebatian CS (2001) dan KH (2002) penyebab retadensi adalah
sebagai berikut
1. Pranatal
a. Hormona abertation
b. Disorder with autosomal-dominaniinberitante
c. Disorders with autosomal recessise inberitance
d. X-linkeked mental retandation
e. Infeksi naternal
Beberapa factor yang potensial berperng dalam terjadinya retadasi mental
seperti yang di nyatakan oleh tarf LT (1983) dan shonkoff JP (1992)di
bawah ini. Faktor-faktoryang potensial menjadi penyebap retadasi mental :
1. Non organik
a. Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis
b. Factor sosio kultural
c. Interaksi anak dan pengash yang tidak baik
d. Penetaran anak
2. Organik
a. Factor pra konsepsi
1) Abnormalits single gene ( penyakit-penyakit metabolic,
kelainan neuron cutan cous )
2) Kelainan kromosom ( X- linked, translokasi, fragile-X )
3) Sindrom polygenic familial
b. Factor prenatal
1) gangguan pertumbuhan otak trimester 1
a) kelainan kromosom (trisomi 21, 18, 13, mosaik, dan lainya)
b) infeksi inrtateri, misalnya TORCH, HIV

6
c) zat-zat teratogen ( alcohol, radiasi, roko, kokain, logam
berat dll)
d) disfungi praseta
e) kelainan kogenital dari otak (idopatik)
2) gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III
a) infeksi intrauteri, misalnya TORCH, HIV
b) zat-zat teraktogen
c) ibu diabetes militus, PKU (phenylkenutoria)
d) toksemia gravidanum
e) disfungsi plasenta
f) ibu malnutrisi
c. factor perinatal
1) sangat prenatur
2) asfiksia neonatorum HIE
3) trauma lahir, pendarah intra kranial
4) kelainan metabolic , hipoglekemia, hiperbinemia
d. fator pascanatal
1) Trauma berat pada kepal / susunan saraf pusat
2) Gangguan perkembangan otak, hidrosefalus, lissencephaly
3) Neurotoksin, misalnya logam berat
4) CVA (cerebrovasculat accidenst )
5) Anoksia, misalnya tenggelam
6) Metabolic
7) Ketidakmampuan untuk mengikuti pendidikan formal
8) Kebutuhan untuk pewalian nanti kaalau sudah dewasa pada
teratdasi mental berat. [ CITATION Ran16 \l 1033 ]

D. Klasifikasi
1. Reterdesi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian terbesar reterdesi mental.
Banyaknya yang termasuk tipe social budaya dan diagnosis dibuat

7
setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini sudah termasuk
golongan mampu didik artiny selain dapat di ajr baca tulis bahkan bisa
sampai 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sehingga pada
umumnya mereka kurang mamapu mengadapi stress sehinggaa tetap
membutuhkan bimbingan dari keluarganya.
2. Reterdensi mental sedang
Kelompok ini kira-kira meliputi 12% dari sehingga penderita
reterdensi mental. Mereka mampu latih tetapi tidak mampu didik tariff
kemampuan inteektualnya hanya dapat sampai kelas SD 2 saja, tetapi
dapat di latih menguasai suatu keterampilantertantu. Missal pertukangan,
petani pekerjaan tangan, apa bila pekerjaan mereka ini kurang
pengawasan meraka perlu juga dilatih bagaimana mengurus diri sendiri.
Kelompok ini juga kurang mampu menghadapi setres dan kurang dapat
mandiri sehingga memerlukan bimbingan dan pengawasan .
3. Rreterdensi mentak berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita reterdensi mental masuk
kelompok ini. Diagnosis mudah di tegakkan secara dini,, dan selain ada
gejala fisik yang menyertai, juga ada kkeluhan dari orang tua bahwa
sejak awal anak sudah mengalami keterampilan pperkembangan mortorik
dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik maka mereka dapat di
latih kemampuan berbicara yang sederhana.terlatih juga keterampilan
kerja, juga melakukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.
4. Reterdensi mental sangat berat
Kelompok ini adalah sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik.
Diagnosis dini muda dibuat karena gejala mental maupunfisik yang
sangat jelas. Kemampuan besarnya sangat minimal. Seliruh hidup
penyandang reterdansi mental ini sepanjang orang lain sekitarnya.
[ CITATION Ran16 \l 1033 ]
Klasifikasi berdasarkan pendidikan dan bimbingan
Table 43.3. klasifikasi berdasarkan kamampuan untuk dididik/ bimbingan

8
Kategori IQ Bimbingan Prevalen
Ringan 55-70 Mampu didik 0,9-2,7 %
Sedang 40-45 Mampu atih
Berat 25-39 Tidak mampu 0,3-0,4 %
latih
Sangat berat ≤ 25 Tidak mampu
latih
[ CITATION Ran16 \l 1033 ]

E. Manifestasi Klinik
Gejala klinis reterdasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa
kelainan fisik yang mempengaruhi stigmata kongenital, yang kadang-kadang
gambaran stigmata mengaruh kesuatu sindrom penyakit tertentu, dibawah ini
beberapa kelainan fisik dan gejala yang sering disertai reterdasi mental, yaitu
(Swaiman, 1989):
1. Kelainan pada mata
a. Katarak
1) Sindrom Cockayne
2) Sindrom lowe
3) Galactosemia
4) Sindrom down
5) Kretin
6) Rubella prenatal, dll
b. Bintik cherry merah pada daerah macula
1) Mukolipidosis
2) Penyakit Niemann Pick
3) Penyakit Tay-sachs
c. Karioretinitis
1) Lues kongenital
2) Penyakit sitomegola virus
3) Rubella prenatal
d. Karnea keruh
1) Lues kongenital

9
2) Sindrom hunter
3) Sindrom hurter
4) Sindrom Lowe, dll
2. Kejang
a. Kejang umum tonik klonik
1) Defisiensi glikogen sinthetase
2) Hiperlisinemia
3) Hipoglikemia, terutama yang disertai ghycogen strorage disease I,
III, IV dan VI.
4) Phenlyl ketonuria
5) Sindrom malabsorpsi methionine, dll/
b. Kejang pada masa neonatal
1) Arginosuccinic neothinatal
2) Hiperamamonemia asidusi
3) Laktik asidosis, dll
c. Kelainan kulit
Bintik café-an-lait
1) Ataksia-telengiektasiaensefalopati
2) Sindrom bloom
3) Neurofibromatosis
4) Tuberous sclerosis
d. Kelainan rambut
1) Rambut rontok
a) Familial laktik asidosis dengan necrotizing
2) Rambut cepat memulih
a) Atrofi progresif serebral hemisfer
b) Ataksia telengiektasia
c) Sindrom malabsorpsi methionine.
3) Rambut halus
a) Hipotiroid
b) Malnutrisi

10
e. Kepala
1) Mikrosefali
2) Makrosefali
3) Hidrasefalus
4) Mucopolisakaridae
5) Efusi subdural
f. Perawatan pendek
1) Kretin
2) Sindrom prader-wili
g. Dystonia
1) Sindrom Hallervorden-spaz
Sedangkan gejala dari retardasisi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai
berikut:
1. Reterdasi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian besar dari reterdasi mental. Kebanyakan dari
mereka ini merupakan dalam tipe sosial budaya, dan diagnosis dibuat setelah
anak mereka ini termasuk dalam tipe kelas. Golongan ini termasuk mampu
didi, arinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bias sampai kelas 4-6 sd, juga
bias dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu
mengahdapi stress, sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya,
2. Reterdasi mental sedang
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita reterdasi mental, mereka
ini mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya
hanya dapat sampai kelas 2 sd saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu
keterampilan tertentu misalnya pertukangan, pertanian, dll, dan apabila
bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih
bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang mampu
menghadapi stress dan kurang dapat mandiri, memerlukan bimbingan dan
pengawasan

11
3. Reterdasi mental berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini.
Diaknosis mudah ditegakkan secara dini, karena selain adanya gejala fisik
yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari orang tua dimana anak sejak
awal terdapat keterlambatan perkembang motoric dan bahasa. Kelompok ini
termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan
berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan
memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya
4. Reterdasi mental sangat berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diaknosisi dini
mudah dibut karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan
berbahasanya sangat minimal. Mereka ini seluruh hidupnya tergantung pada
orang disekitarnya.[ CITATION Soe12 \l 1033 ]

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anak reterdens mental bersuufat muktimediiasonal dan
sangat individual.
Untuk setiap anak sebaiknya di buat rancangan suatu strategi bagai
pendekatan bagi setiap anak secara individual unruk mengembangkan potens
anak tersebut , dan utakam kemampuan mongnetifnya. Dan dokter spesialis
anak untuk memeriksa fisik anak tersebut. Pesikiater juga di perlikan bila
ankanya menunjukan kelainna bila menunjukan tingkah laku atau bila
orangtuanya membutukan dukungan terapi keluarga . ahli terapi wacana
memperbaiki gganggguan bicara atau perkembangan metorik atau sensrik.
Kadang-kadang diperlukan awaktu yang lama untuk menyakinkan orang
tersebut.masyarakat juga perlu diberi enerangan tentang reterdensi mental,
agar mereka dapat menerima anak tersebut dengan wajar.
anak dengan reterdensi mental memerlukan pendidikan khusus, yang di
sesuaikan dengan qifayahnya, mereka di golongan sebagai golongan mampu
latih unruk anak dengan reterdensi mental sedangg. Sekolah khususnya untuk
anak yang tersdetansi mental sedang. Di sekolah ini diajakan pula tentang

12
baik buruknya suatu tindakan tertentu. Sehingga meraka di harapkan tidak
dilakukakan tindakan yang tidak terpuji, seperti mencuri, merampas, dan
kejahatan sesual.
Semua anka yang mengandung reterdensi mental ini juga memerlukan
perawatan, seperti pemeriksaan kesehatan rutin, imunisasi, dan monitoring
terhadap timbuh kembangaya anak-anak ini seriing juga di sertai kelainan
fisik yang memerlukan sidron down dapat mempperhatikan gejala hipotiroid,
masalh nutrsi jugga perlu dapat perhatian.[ CITATION Ran16 \l 1033 ]
Berikut ini adalah obat-obatan yang dapat digunakan :
1. Obat-obat psikotropika (mis, tioridazin, (Mellari), haloperidol (haldop)
untuk remaja dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri.
2. Psikosttimulan untuk remaja yang menunjukan tanda-tanda deficit
perhatian/hiperaktivitas (mis..,metilfenidat (Ritalin)
3. Antidepresan (mis..,fluoksetin (Prozan)
4. Obat untuk perilaku agresif (mis, karbonmazepin (Tegretol). [ CITATION
Sow09 \l 1033 ]

G. Patofisiologi
Istilah retardasi mental metujuk pada keterbatasan nyata fungsi kognitif
dan adaptif. retardasi mental ini merupakan disabilitas kogniti yang muncul
pada masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun).yang di tandai dengan fungsi
intelektual di bawah normal (IQ sekitar 2 standar deviasi di bawah normal,
dalam rentang 65 sampai 75 atau kurang) di setrai keterbatasan-keterbatasan
lainpada sedikitnya dua area fungsi adaptif : berbicara dan berbahasa,
keterlampian merawat diri, kerumahtangaan, keterampilan sosial, pengunaan
sumber- sumber komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan,
akademik fungsional, bersantai dan berkerja. Defenisi yang lebih baru tentang
retardasi mental ini mengunakan pendekatan fungsional atau ekologis, bukan
termonologiyang sebelunya di gunakan untuk menjelaskan tingkat retardasi
mental, seperti ringan, sedang, berat dan sangat berat. kotak 54-1 dan kotak
54-2 untuk kriteria diagnostic retardasi mental. Banyak yang menganjurkan

13
mengunaan istilah baru disabilitas kognitif, disabilitas intelektual, dan
disabilitas belajar dari pada istilah retardasi mental.
Penyebab retardasi mental dapat di golongkan menjadi penyebab prenatal,
perinatal, pascanatal. penyebab retardasi mental termaksud kelainan
kromoson (trisomi 21 {sindrom down}sindrom Fragiles- X),gangguan
sindrom (distrofi otot Duchenne, neurofibromatosis(tipe 1), dan gangguan
metabolism bawaan (fenilketonauria) penyebab perinataln dapat berhubungan
dengan masalah intrauterus seperti obrupsio plasenta, diabetes maternalan dan
kelahiran premature serta masalah neonatal termaksud meningitis dan
pendarahan intracranial penyebab pascanatal mencakup kondisi- kondisi yang
terjadi karena cedera kepala, infeksi dan gangguan degenerative dan
demielinisasi sindrom Fragile-X, sindrom down dan sindrom alcohol janin
terjadi pada sepertiga dari kasus retardasi mental. Munculnya masalah-
masalah terkait, seperti paralisis serebral, deficit sensoric, gangguan psikiatrik
da kejang berhubungan dengan retardasi mental yang lebih beras. Diagnosis
retardasi mental di tetapkan secara dini pada masa kanak-kanak . Prognosis
jangka panjang pada akhirnya di tentukan oleh seberapa jauh individu
tersebut dapat berfungsi secara mandiri dalam komunitas ( yaitu bekerja,
hidup mandiri, keterampilan social.[ CITATION Sow09 \l 1033 ]

H. Pemeriksaan Diagnostik
Ada beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukakan pada anak yang
menderita reterdensi mental yaitu ;
1. Kariotipe kromoson
a. Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
b. Anammesis ibu tercemar zat-zat teratogen
c. Terdapat beberapa kelainan kongenital
d. Genetalia abnormal.
2. EEG (Elektroe nsfalogram)
a. gejala keja yang di curigai
b. kesullitan mengerti bahasa yang berat

14
3. CT (cranial compudrt tomography)
a. Pembeesaran kepala yang progresif
b. Tuberosklerosisi
c. Di curigai kelainan otak yag luas
d. Kejang local
e. Di curigai adanya tumor
4. Titer firus untuk infeksi kongenital
a. Kelainna pendengaran tipe sensori neural
b. Neonatal hespatosplenomegnatal
c. Peretc pada priode neonatal
d. Khorioretinitis
e. Klasifiksi intracranial
f. Mikrosefali

5. Asam urat serum


a. Khoreoanatosisi
b. Gout
c. Sering mengamuk
6. Laktet dan pruvat darah
a. Kejang mioklomit
b. Degenersi retina
c. Ophtalmoplegia
d. Episode seperti stroke yang berulangi
7. Plasma asam lemak rantai sengat panjang
a. Hepotomeggalid
b. Tuli
c. Kejang dini dan hipotonia
d. Degeenerasi retina
e. Ophtalmoplegia
f. Kista pada ginjal
8. Sieng (ZN) Serum

15
a. Acrodermatiks
9. Logam berat dalam darah
b. Anamnesis adanya pika
c. Anemia
10. Tembaga (Cu) dan ceru;loplasma serum
a. Gerakan yang innovator
b. Sirosis
11. Analisis Enzim lisozom pada lekosir atau biosi kulit
a. Kehilangan fungsi menatorik dan konglitif
b. Degenerasi retina
c. Serebelae ataksia yang berulang
d. Mioklonus
e. Kulit yang kasar dan lepas-lepas
f. Kejang
g. Pembesaran kepala yang di mulai setelah umur 1 tahun. [ CITATION
Ran16 \l 1033 ]

16
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
Tinjauan Kasus
An. A berusia 7 tahun kelas 2 SD mengalami gangguan perkembangan. Ibu
klien mengatakan anaknya sering bersikap aneh saat kemauanna tidak di penuhi
dan terkadang melukai diri sendiri Ibu klien mengatakan anaknya sering menolak
ketika diajak bermain oleh teman – temannya dan An. A belum bisa menulis,
membaca dan melakukan aktivitasnya sendiri. Saat diajak berinteraksi, respon An.
A sangat lambat dan jawaban An. A juga menyimpang dari pertanyaan yang
diberikan oleh perawat. Ketika diamati tubuh An. A terlihat kurus, kecil, tidak
seperti anak umur 7 tahun pada umumnya. Saat diberikan mainan oleh perawat
An. A terlihat kurang berminat.
Berdasarkan keluhan dari orangtua dimana anak sejak awal usia 3 tahun
sudah terdapat keterlambatan perkembangan motorik,keterlambatan dalam bicara
dan bahasa serta kendala dalam penyesuaian perilaku maupun intelegensi yang
rendah,menurut orangtuanya Anak A baru diketahui setelah Anak A masuk
sekolah dan ternyata tidak dapat mengikuti pelajaran dan pada akhirnya tidak naik
kelas karena An.A tidak dapat membaca dan berhitung. Berdasarkan pemeriksaan
dan pengkajian pada An.A diperoleh tingkat intelengensia 51 termasuk dalam
retardasi mental sedang pasien juga mengeluh pusing. Saat dilakukan pemeriksaan
TTV didapatkan hasil :
RR : 26 x / menit, S : 36,5 o C dan N : 110x/menit.

2.1 PENGKAJIAN
1. Data Umum
a. Identitas Umum
Nama klien                    :  An.A
Umur : 7 Tahun
Jenis kelamin :  laki-laki
Agama     :  islam
Pendidikan  : SD

17
Pekerjaan   : Pelajar
Status pernikahan         : Belum menikah
Alamat                           : Jl. Perintis 8
Diagnosa  Medis  : Retardasi mental                                            
Tanggal masuk RS          : 11 Desember 2015

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama                        : Ibu B
Umur                       : 40 Tahun
Agama                   : Islam
Pendidikan              : SMA
Pekerjaan                         : Ibu Rumah Tangga
Status pernikahan : Menikah
Alamat  : Jl. Perintis 8
Hub. dengan klien   : Ibu Klien

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Keluhan Utama : Klien mengeluh Pusing
2) Alasan Masuk Rs
Ibu An.A mengatakan bahwa anaknya tiba-tiba menjerit
kesakitan pada kepala sambil menangis dan menurut ibunya hal ini
muncul ketika anak A hendak belajar. Oleh karena,An.A selalu
menjerit kesakitan pada kepala dan pusing maka ibunya berhenti
untuk melatih anaknya dalam membaca dan berhitung. Selain itu
menurut Ibunya, An. A juga tampak lemah, lelah setelah ia merasa
sakit kepala dan pusing. Ibu An.A mengatakan bila tiap kali hendak
diajarkan atau setelah diajarkan An.A selalu mengeluh pusing dan
kesakitan pada kepala sehingga bila diajak untuk belajar An.A
tidak ada keinginan untuk belajar dan lebih suka menarik diri.
b. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

18
1) Prenatal
Ibu An.A mengatakan selama masa kehamilannya Ia makan 2x
sehari pada siang dan malam dengan nasi tanpa lauk oleh karena
status ekonomi mereka yang rendah. Ibu klien juga jarang
memeriksa kehamilannya pada pelayanan kesehatan dengan alasan
tidak mempunyai uang untuk mengontrol kehamilannya.
2) Natal ( tindakan persalinan, obat-obatan, tempat persalinan )
Ibu An.A melahirkan An.A dengan persalinan yang normal,Ia
melahirkan di rumahnya sendiri di bantu oleh bidan desa namun
An.A dilahirkan secara prematur, Ibu klien mengatakan ia
melahirkan pada usia kehamilan 7 bulan.
3) Postnatal
Ibu klien mengatakan ia melahirkan An.X dengan BB 2,5 kg
dan PBL : 75 cm
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Penyakit waktu kecil
Ketika An.A berusia 4 Tahun An.A pernah mengalami
demam yang tinggi selama 1 minggu,dan ibu klien hanya membeli
termorex untuk menurunkan demam An.A
2) Pernah dirawat di RS
Ibu An.A mengatakan bahwa Ia dan keluarganya tidak pernah
berobat di Rumah Sakit dan ini merupakan pertama kali Ibu klien
datang membawa anaknya ke Rumah sakit stikes nani
3) Obat-obatan yang digunakan
Ibu Klien mengatakan bahwa bila An.A sakit kepala atau
pusing dan demam Ibu An.A biasa membeli termorex untuk
menurunkan demam anaknya.
4) Riwayat Alergi
Ibu klien mengatakan bahwa An.A mengalami alergi bila
makan ikan, kulit An.A bila mengkonsumsi ikan terasa gatal dan
tampak kemerahan,

19
5) Kecelakaan
Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah mengalami
kecelakaan.
6) Imunisasi

I II III
BCG 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan
DPT 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan
Polio 9 Bulan
Campak 1 Bulan
6 Bulan
Hepatitis B 0 Bulan 2 Bulan

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keterangan : X : Meninggal

: Wanita : Garis keturunan

: Pria : Garis pernikahan

20
: An.X :Tinggal serumah

Tidak ada riwayat yang pernah atau sedang diderita keluarga


yang berhubungan dengan penakit klien, tapi kakek dari ibu klien
meninggal di karenakan karena DM tipe 1.

3. Riwayat Psiko-Sosio-Kultural
a. Riwayat psikososial
Klien sering melemparkan sesuatu saat
kemauannya tidak di penuhi dan terkadang sampai
melukai dirinya sendiri. Ibu klien juga mengatakan anaknya
sering tidak nyambung ketika di ajak bicara,menolak jika di ajak
bermain,dan menyimpang dari pertanyaan yang di berikan perawat
sejak umur 3 tahun klien juga telah mengalami keterlambatan
perkembangan motorik, keterlambatan dalam bicara dan bahasa serta
kendala dalam penyesuaian perilaku maupun intelegensi yang
rendah,menurut orangtuanya Anak A baru diketahui setelah Anak A
masuk sekolah dan ternyata tidak dapat mengikuti pelajaran dan pada
akhirnya tidak naik kelas karena An.A tidak dapat membaca dan
berhitung
b. Riwayat spiritual
Klien tidak pernah di ajarkan mengaji dan shalat oleh kedua
orang tuanya,
c. Kebudayaan
Dalam keseharianna klien menggunakan bahasa indonesia, dan
klien serta keluarganya merupakan suku bugis.
4. Kebutuhan Dasar / Pola Kebiasaan Sehari-Hari
a. Nutrisi
Sebelum Masuk RS: Pasien makan 3 kali sehari, nasi, sayur, dan lauk,
1 porsi habis

21
Saat Masuk RS : Pasien makan 3 kali sehari, nasi, sayur, dan lauk, 1
porsi habis
b. Cairan
Sebelum Masuk RS : pasien minum 6-8 gelas / hari (teh dan air putih)
Saat Masuk RS : pasien minum 5-6 gelas/hari (teh dan air putih)
c. Eliminasi
1) Eliminasi Fekal
Sebelum Masuk RS : pasien mengatakan BAB 1x/ hari,
konsistensi lembek, warna tidak
diperhatikan
Saat Masuk RS : Pasien BAB 1-2x/ hari,
2) Eliminasi Urine
Sebelum Masuk RS : BAK lancar, 4-5x/ hari.
Saat Masuk RS : BAK lancar
d. Aktifitas & Latihan
Sebelum Masuk RS: Pasien melakukan aktifitas sehari-hari secara
mandiri.
Selama Masuk RS : pasien mampu melakukan aktivitas tanpa di bantu

Keperawatan perawatan diri 0 1 2 3 4


makan dan minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakainan √
Berpindah √
Keterangan
0 : Mandiri
1 :alat bantu
2: di bantu orang lain
3: di bantu orang lain dan alat
4: ketergantungan total
e. Istirahat dan Tidur
Sebelum Masuk RS : Pasien mengatakan tidurnya nyenyak

22
Saat Masuk RS : Pasien mengatakan kalau siang dapat tidur selama 1-
2 jam, dan saat malam pasien biasanya tidur 5-6 jam
f. Personal Hygiene
Sebelum sakit : pasien mandi 2x/hari, mencuci rambut tiap kali mandi
dan memotong kuku 3x seminggu.
Saat sakit : pasien mandi 1-2x/ hari terkadang hanya di waslap,

5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaaan umum : Compos Mentis
Kesadaran : (E = 4, V = 5, M = 6)
Nadi : 110x/menit
Suhu : 36,5oC
Pernapasan : 26x/menit
Berat badan : 16 kg
Tinggi badan : 102 cm
b. Head to Toe
1) Kepala
Inspeksi : Rambut nampak bersih,Tidak ada ketombe
dan luka di kulit kepala, Ujung rambut tidak
bercabang dan tidak kusam, Tidak ada lesi.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
2) Mata
Inspeksi : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak
ikterik dan palpebra normal/
3) Hidung
Inspeksi : Bentuk tulang hidung lurus, Tidak ada
secret, Tidak ada pembesaran
chonchanasalis, Tidak ada polip.
Palpasi : Tidak ada sinus
4) Mulut

23
Inspeksi : Mukosa bibir lembab, Warna bibir merah
muda, Warna lidah merah muda

5) Telinga
Inspeksi : Daun telinga bagian belakang bersih, Tidak
ada secret yang mengeras, Tidak ada
keluhan nyeri pada telinga bagian dalam..
6) Leher
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tonsil, Tidak
ada bendungan vena jugolaris, Tidak ada
pembesaran kelenjar limfe
7) Dada
Inspeksi : Pola nafas normal/Eupnoe, Bentuk rongga
dada normal, Tidak ada retraksi otot-otot
bantu pernafasan, Frekuensi pernafasan
normal (26x /menit)
Palpasi : Pergerakan dada kanan dan kiri simetris
8) Abdomen
Inspeksi :, tidak ada lesi
Auskultasi : tidak ada suara ronkhi maupun wezhing, bising usus
29x/menit
Palpasi : fremitus kanan sama dengan kiri, tidak ada yeri tekan
Perkusi : sonor, tidak ada masa, bunyi timpani.
9) Genetalia
Inspeksi : tidak ada kotoran, penis bersih, tidak
terdapat pembesaran prostad.
10) Extremitas atas & bawah
a) Ekstremitas atas : tangan kiri terpasang infuse RL (mikro, 16
tpm), gerak tangan kanan-kiri aktif, akral
hangat.
b) Ekstremitas bawah: gerak kaki kanan-kiri aktif.

24
6. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS :Orangtua klien Kurangnya Keterlambatan
mengatakan rangsangan dan pertumbuhan
bahwa klien lingkungan/ganggua dan
kesulitan dalam n pertumbuhan fisik perkembangan
membaca dan
berhitung
DO :
1. An. A lambat dalam
berbicara dan
pelafalan kurang
jelas
2. An. A lama memberi
respon ketika
berkomunikasi
2. DS:Ibu klien Perilaku agresif Resiko cidera
mengatakan
bahwa klien
sering
melemparkan
sesuatu saat
kemauannya
tidak di penuhi
dan terkadang
sampai melukai
dirinya sendiri.

25
DO : klien sering marah
dan melemparkan
sesuatu jika
petugas kesehatan
mendekatinya
3. DS : ibu klien Disfungsi interaksi Hambatan
mengatakan anaknya sosial : kesulitan interaksi
sering tidak nyambung bicara sosial
ketika di ajak bicara, dan
menolak jika di ajak
bermain
DO : Saat diajak
berinteraksi, respon An
A sangat lambat dan
jawaban An A juga
menyimpang.

2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
gangguan pertumbuhan fisik
2. Risiko cedera berhubungan dengan perilaku agresif / ketidakseimbangan
mobilitas fisik
3. Hambatan interaksi social berhubungan dengan disfungsi interaksi sosial :
kesulitan bicara

26
2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA INTERVENSI KEPERAWATAN


No TGL/JAM NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Keterlambatan Setelah di lakukan asukan 1. Kaji faktor penyebab gangguan
pertumbuhan dan keperawatan selama 3x24 jam di perkembangan anak
perkembangan harapkan : 2. Indentifikasi dan gunakan
1. Anak berfungsi optimal sesuai sumber pendidikan untuk
tingkatannya memfasilitasi perkembangan
2. Keluarga dan anak mampu anak yang optimal
menggunakan koping terhada p 3. Tingkatkan komunikasi verbal
tantangan karena adanya dan stimulsi taktil
ketidakmampuan 4. Berikan instruksi berulang dan
3. Keluarga mampu mendapatkan sederhana
sumber-sumber sarana 5. Manajemen perilaku anak yang
komunitas sulit
4. Kematangan fisik 6. Dorong anak melakukan
sosialisasi dengan kelompok
7. Ciptakan lingkungan yang aman
2. Risiko cidera Setelah di lakukan asukan 1. Sediakan Iingkungan yang aman

27
keperawatan selama 3x24 jam di untuk pasien
harapkan : Klien terbebas dari cedera 2. Identifikasi kebutuhan
keamanan pasien, sesuai dengan
kondisi fisik dan fungsi kognitif
pasien dan riwayat penyakit
terdahulu pasien
3. Memasang side rail tempat tidur
4. Menyediakan tempat tidur yang
nyaman dan bersih
5. Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien.
Hambatan Interaksi Setelah di lakukan asukan 1. Dorong pasien ke kelompok
Sosial keperawatan selama 3x24 jam di atau program keterampilan
harapkan interpersonal yang membantu
1. Menggunakan aktivitas yang meningkatkan pemahaman
menenangkan, menarik, dan tentang pertukaran informasi
menyenangkan untuk atau sosialisasi, jìka perlu
meningkatkan interaksi sosial 2. Identifikasi perubahan perilaku
dengan orang, dan kelompok, tertentu

28
2. Memahami dampak dari 3. Berikan umpan balik positif jika
perilaku diri pada interaksi pasien berinteraksi dengan
sosial orang lain
3. Perkembangan fisik, kognitif, 4. Anjurkan menghargai orang lain
dan psikososial anak sesuai 5. Gunakan teknik bermain peran
dengan usianya untuk meningkatkan
keterampilan dan teknik
berkomunikasi

2.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


N DIAGNOSA
TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
O KEPERAWATAN
1. Keterlambatan pertumbuhan 1. Melakukan pengkajian S : Orangtua klien mengatakan
dan perkembangan faktor penyebab gangguan bahwa anaknya masih
berhubungan dengan perkembangan anak kesulitan dalam membaca
gangguan pertumbuhan fisik 2. Mengidentifikasi dan dan berhitung
menggunakan sumber O : An. A masih berbicara
pendidikan untuk dengan lambat tapi sudah
memfasilitasi ada perubahan dalam

29
perkembangan anak yang pelafalan hurufnya dan
optimal mulai berespon saat
3. Meningkatkan komunikasi berbicara dengannya.
verbal A : Masalah teratasi sebagian
4. Memberikan dorong P : Lanjutkan intervensi
kepada anak untuk 1. Mengidentifikasi dan
melakukan sosialisasi menggunakan sumber
dengan kelompok pendidikan untuk
memfasilitasi
perkembangan anak yang
optimal
2. Memberikan dorong
kepada anak untuk
melakukan sosialisasi
dengan kelompok
2. Risiko cidera berhubungan 1. Memberikan Iingkungan S : Ibu klien mengatakan
dengan perilaku agresif yang aman untuk pasien bahwa klien sudah
/ketidakseimbangan 2. Mengidentifikasi tidak pernah melukai
mobilitas fisik kebutuhan keamanan dirinya

30
pasien, sesuai dengan O : klien tidak lagi melemparkan
kondisi fisik dan fungsi sesuatu saat marah dan di
kognitif pasien dan datangi oleh tenaga
riwayat penyakit kesehatan
terdahulu pasien A : Masalah teratasi
3. Menyediakan tempat P : Pertahankan intervensi
tidur yang nyaman dan
bersih
4. Menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien.
3. Hambatan interaksi sosial 1. 1. Memberikan dorong S : ibu klien mengatakan anaknya
berhubungan dengan pasien ke kelompok atau tidak lagi menolak jika di
disfungsi interaksi sosial: program keterampilan ajak bermain
kesulitan bicara interpersonal yang O : Saat diajak berinteraksi,
membantu meningkatkan respon An A masih lambat
pemahaman tentang dan jawaban An A juga
pertukaran informasi atau terkadang masih
sosialisasi, jìka perlu menyimpang.
2. Memberikan umpan balik A : Masalah teratasi sebagian

31
positif jika pasien P : Lanjutkan intervensi
berinteraksi dengan orang 1. Memberikan dorong
lain pasien ke kelompok atau
3. Menggunakan teknik program keterampilan
bermain peran untuk interpersonal yang
meningkatkan membantu meningkatkan
keterampilan dan teknik pemahaman tentang
berkomunikasi pertukaran informasi atau
sosialisasi, jìka perlu
2. Memberikan umpan balik
positif jika pasien
berinteraksi dengan orang
lain
3. Menggunakan teknik
bermain peran untuk
meningkatkan
keterampilan dan teknik
berkomunikasi

32
33
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Setelah dilakukan pengkajian dan analisa kasus, penulis menemukan
tiga masalah kesehatan yaitu:
1. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
gangguan pertumbuhan fisik
2. Risiko cedera berhubungan dengan perilaku agresif / ketidakseimbangan
mobilitas fisik
3. Hambatan interaksi social berhubungan dengan disfungsi interaksi sosial :
kesulitan bicara
Dari ketiga masalah keperawatan diatas, dilakukan tindakan
keperawatan dengan kriteria waktu 3x24 jam untuk setiap masalah
keperawatan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
diperoleh hasil bahwa 1 masalah teratasi dan 2 masalah teratasi sebagian.
Agar dapat mencapai tujuan dan sasaran, pemberian asuhan keperawatan
pada An. A harus dilakukan secara continue.

3.2 SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang
penyakit-penyakit dalam keperawatan anak salah satunya pada retardasi
mental dan juga meningkatkan kemampuan dalam membuat asuhan
keperawatan yang baik dan benar.
2. Bagi Perawat
Diharapkan bagi perawat agar dapat meningakatkan ketrampilan
dalam memberikan asuhan keperawtan serta pengetahuan sehingga dapat
memberikan asuhan keperawtan yang optimal khususnya pada anak yang
menderita retardasi mental dan perawat mampu menjadi edukator yang
baik bagi pasien dan keluarganya.

34
DAFTRA PUSTAKA

Gde, R., & Soetjiningsih. (2016). Tumbuh Kembang Anak, Ed. 2. Jakarta: EGC.

Linda, S. A., & Cecily, B. L. (2009). Buku Saku Keperawatan Pediatri Ed. 5.
Jakarta: EGC.

Novan, W. A. (2016). Penanganan Anak Usia Dini Berkebutuhan Khusus.


Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Soetjiningsih. (2012). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai