Laporan Pendahuluan
1. Konsep Penyakit/Kasus
2. Definisi kasus
Inpartu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan
persalinan. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin + uri) yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan
lahir atau dengan jalan lain. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di
luar kandungan melalui jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan.
Prolaps Corda Umbilical atau prolaps tali pusat adalah tali pusat
berada di samping atau melewati bagian terendah janin dalam jalan
lahir sebelum ketuban pecah. Prolaps Tali pusat dapat dibedakan
menjadi 3 derajat yaitu :
a. Prolaps Occult : Keadaan dimana tali pusat terletak diatas di
dekat pelvis tetapi tidak dalam jangkauan jari pada
pemeriksaan vagina.
b. Tali Pusat mungkin fore lying :Adalah keadaan dimana tali
pusat dapat diraba melalui arteum uteri, tetapiberada didalam
kantong ketuban yang utuh.
c. Tali pusat mungkin prolaps kedalam vagina atau bahkan diluar
vagina setelah ketuban pecah. (Vivin, 2022)
3. Patofisiologi
Beberapa etiologi yang dapat menyebabkan prolapsus tali pusat
diantaranya adalah kehamilan kembar, hidroamnion, kehamilan
prematur, janin terlalu kecil, kelainan presentasi dan plasenta previa.
Pada kehamilan kembar akan mengalami hidramnion, dimana cairan
ketuban banyak dan inilah yang menyebabkan janin dapat bergerak
lebih leluasa dalam rahim. Dan keadaan ini dapat mengakibatkan
kelainan presentasi (letak sungsang, lintang, presentasi kepala).
Sedangkan pada kehamilan prematur selain terjadi hidramnion juga
terjadi ukuran janin yang kecil karena usia gestasi yang masih muda
sehingga janinnya memiliki ukuran kepala yang kecil. Pada plasenta
previa, plasenta akan mendekati atau menutup jalan lahir. Semua
keadaan tersebut akan menyebabkan janin sulit beradaptasi terhadap
panggul ibu,sehingga PAP (pintu atas panggul) tidak tertutupi oleh
bagian bawah janin, dan inilah yang mengakibatkan tali pusat bergeser
atau turun dari tempatnya sehingga terjadilah prolaps tali pusat.
Patofisiologi prolaps tali pusat adalah karena kegagalan fetus
engaged di pelvis, sehingga terdapat ruang kosong yang
mengakibatkan tali pusat turun melewati fetus ketika keruban pecah.
Prolaps tali pusat akan mengakibatkan tali pusat terjepit antara bagian
terendah janin dan jalan lahir sehingga sirkulasi janin akan terganggu
dan ini mengakibatkan terjadi hipoksia fetal dan bila berlanjut dapat
mengakibatkan fetal distress yang ditandai dengan melemahnya DJJ.
Bila eadaan ini terus berlangsung dapat mengakibatkan terjadinya
kematian pada janin. Tapi bila dapat ditangani maka janin tetap hidup,
ini ditandai dengan adanya teraba denyutan pada tali pusat.
Letak lintang, letak sungsang terutama presentase bokong,
hidraamnion, KPD, dan plasenta previa dapat menyebabkan prolaps
tali pusat. Dimana tali pusat berada dibagian terendah janin didalam
jalan lahir atau berada diantara bagian yang disiapkan untuk janin dan
tulang pelvis ibu, sehingga tali pusat keluar dari uterus mendahului
bagian persentase pada setiap kontraksi. Dengan demikian tali pusat
akan kelihatan menonjol keluar dari vagina. (Subani, 2022)
4. Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus prolapse tali pusat, pemeriksaan diagnostic yang dapat
dilakukan :
a. Tes prenatal dapat menunjukkan polihidramnion, janin besar
atau gestasi multiple
b. Pemeriksaan vagina menunjukkan perubahan posisi tli pusat,
dapat terlihat darivagina, teraba secara kebetulan, auskultasi
terdengar jantung janin
c. Fundoskop digunakan untuk mendeteksi denyut jantung janin
atau monitoring DJJ
d. Ultrasound atau pelvimetri sinar-x, mengevaluasi arsitektur
pelvis, presentasi janin, posisi dan formasi. (Vivin, 2022)
5. Penatalaksanaan Medis Terbaru
6. Masalah Keperawatan
7. Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul
8. Tujuan Rencana Keperwatan
9. Intervensi keperawatan
B. Pengkajian
PENGKAJIAN PERIOPERATIF KAMAR BEDAH
Nama Mahasiswa : Risnawati, S.Kep
NIM : NS0621128
Nomor RM : 256279
Waktu Pengkajian : 23/09/22
Diagnosa Medis : Sectio Caesarae
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Umur : 22 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Bugis
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : BTN Bukit hartaco indah
B. IDENTITAS ORANG TUA / IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Guru
Hubungan dengan klien : Suami
Alamat : BTN Bukit hartaco indah
Asal pasien : Rujukan poli KIA
C. PRE OPERASI
1. Keluhan Utama : Lilitan tali pusat
2. Riwayat Penyakit : Tidak ada
3. Riwayat Operasi/ Anestesi : Ada
4. Riwayat Alergi : Tidak ada alergi
5. Jenis Operasi : Sectio Caesarea
6. TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 88 x/menit
S : 36,5oC
RR : 18 x/menit TB/BB
7. Golonga Darah
Riwayat Psikososial/ Spiritual
8. Status Emosional : Kooperatif
9. Tingkat kecemasan : Cemas
10. Skala Cemas : 1: Mengungkap kerisauan
11. Pengkajian Nyeri :
Apakah ada nyeri : Ya
GS :
VAS :
Lokasi nyeri :
Leher
Dada
Abdomen
Genitalia
Integumen
Ekstremitas
Leher
Dada
VAS :
Lokasi Nyeri :
1. Pasien mengatakan
cemas akan
operasinya
DO :
1. Pasien tampak
cemas
2. Pasien bertanya-
tanya akan
operasinya
Intra Operasi Resiko Perdarahan
DS :
DO :
1. Perdarahan 500cc
DS :
1. Pasien mengatakan
nyeri pada bekas
operasi
DO :
1. Terdapat luka bekas
operasi tertutup
kasa
2. P : Luka post SC
Q : Nyeri yang
dirasakan seperti
teriris-iris
R : Abdomen
S : Skala nyeri 5
T : Nyeri timbul
saat bergerak
C. Diagnosis Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Ansietas
b. Defisit Pengetahuan
2. Intra Operasi
a. Resiko Perdarahan
3. Post Operasi
a. Nyeri Akut
D. Rencana Asuhan Keperawatan
NO. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Ansietas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Reduksi Ansietas (I.09314)
diharapkan ansietas menurun dengan Observasi
Kriteria Hasil : 1. Identifikasi kemampuan mengambil
1. Verbalisasi kebingungan menurun keputusan
2. Verbalisasi akibat kondisi yang dihadapi 2. Monitor tanda-tanda ansietas
menurun Terapeutik
3. Perilaku gelisah menurun 1. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
4. Perilaku tegang menurun 2. Dengarkan dengan penuh perhatian
Edukasi
1. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien
2 Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Edukasi Kesehatan (I.12383)
diharapkan tingkat pengetahuan Observasi
meningkat dengan 1. Indentifikasi kesiapan dan kemampuan
Kriteria Hasil : menerima informasi
1. Perilaku sesuai anjuran meningkat Terapeutik
2. Kamampuan menjelaskan pengetahuan 1. Sediakan materi dan media pendidikan
tentang suatu topik meningkat kesehatan
3. Perilaku sesuai dengan pengetahuan
meningkat
4. Persepsi yang keliru terhadap masalah
menurun
3 Resiko Pendarahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Perdarahan (I.02067)
diharapkan tingkat perdarahan menurun Observasi
dengan 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
Kriteria Hasil : 2. Monitor tanda-tanda vital
1. Perdarahan pasca operasi menurun
2. Tekanan darah membaik
3. Denyut nadi membaik
4. Suhu tubuh membaik