Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PROSES DEMONSIONAL DAN MUNCULNYA REFORMASI

OLEH :

1. Khoiriyatul maulidiyah
2. Puji arum lestari
3. Firdiyan nailul farokh
4. Izzul firdaus

SMA AL MUNIROH
UJUNG PANGKAH GRESIK
TAHUN PELAJARAN 2016 -2017

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT , adalah sikap yang harus kita lakukan
setiap saat kepadanya karena pada saat ini kami bisa di beri rahmat dan hidayah untuk dapat
menyelesaikan makalah tugas sejarah proses demonsional dan munculnya reformasi .

Makalah ini merupakan rangkuman dari sumber- sumber informasi yang berasal dari
internet buku serta artikel artikel yang membahas tentang sejarah proses demonsional dan
munculnya reformasi.Dengan sumber – sumber tersebut kami bisa menyelesaikan tugas
makalah ini dengan baik.

Kami berterimakasih kepada sumber - sumber tersebut dan bapak guru,karenadengan


sumber tersebut kita dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan kita dapat
menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.

2
DAFTAR ISI
kata pengantar

..................................................................................................................................................2

DAFTAR ISI

..................................................................................................................................................3

BAB I

..................................................................................................................................................4

Pendahuluan

..................................................................................................................................................4

1. Latar belakang
.......................................................................................................................................4
2. Rumusan masalah
.......................................................................................................................................5
3. Tujuan ..............................................................................................................................
.........5

BAB II

..................................................................................................................................................5

Pembahasan

.................................................................................................................................................5

1. Dampak dan krisis demonsional ..................................................................................5


2. Pengertian Tujuan reformasi........................................................................................8
3. Sejarah terjadinya reformasi........................................................................................9
4. Dampak dari reformasi................................................................................................15

BAB III

...............................................................................................................................................20

Penutup

...............................................................................................................................................20

1. kesimpulan.................................................................................................................20

Daftar pustaka

..................................................................................................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Krisis finalsial Asia yang terjadi sejak tahun 1997 menyebabkan ekonomi Indonesia
melemah. Keadaan memburuk. Adanya sistem monopoli di bidang perdagangan, jasa, dan
usaha. Pada masa orde baru, orang-orang dekat dengan pemerintah akan mudah mendapatkan
fasilitas dan kesempatan bahkan mampu berbuat apa saja demi keberhasilan usahanya.
Terjadi krisis moneter. Krisis tersebut membawa dampak yang luas bagi kehidupan manusia
dan bidang usaha. Banyak perusahaan yang ditutup sehimgga terjadi PHK dimana-mana dan
menyebabkan amgka pengangguran meningkat tajam serta muncul kemiskinan dimana-mana
dan krisis perbankan. KKN semakin merajarela, ketidak adilan dalam bidang hukum,
pemerintahan orde baru yang otoriter (tidak demokrasi) dan tertutup, besarnya peranan
militer dalam orde baru, adanya 5 paket UU serta memunculkan demonstrasi yang 
digerakkan oleh mahsiswa. Tuntutan utama kaum demonstran adalah perbaikan ekonomi dan
reformasi total.

Gerakan reformasi lahir sebagai jawaban atas krisis yang melanda berbagai segi
kehidupan.Krisis politik, ekonomi, hukum, dan krisis sosial merupakan faktor yang
mendorong lahirnya gerakan reformasi. Bahkan, krisis kepercayaan telah menjadi salah satu
indikator yang menentukan.Reformasi dipandang sebagai gerakan yang tidak boleh ditawar-
tawar lagi dan karena itu, hampir seluruh rakyat Indonesia mendukung sepenuhnya gerakan
reformasi tersebut.

Dengan semangat reformasi, rakyat Indonesia menghendaki adanya pergantian


kepemimpinan nasional sebagai langkah awal menuju terwujudnya masyarakat yang adil dan
makmur.Pergantian kepemimpinan nasional diharapkan dapat memperbaiki kehidupan
politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya.Indoenesia harus dipimpin oleh orang yang
memiliki kepedulian terhadap kesulitan dan penderitaan rakyat. Dalam makalah ini kami
akan membahas tentang Reformasi di Indonesia.

4
RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian serta dampak dari krisis demonsional


2. Apa pengertian dan tujuan dari sebuah reformasi?
3. Bagaimana sejarah terjadinya reformasi?
4. Sejauh mana dampak yang ditimbulkan dari reformasi tahun 1998?

TUJUAN

1. Untuk mengetahui dampak dan krisis demonsional.


2. Untuk mengetahui pengertian/definisi serta tujuan reformasi.
3. Untuk mengetahui bagaimana sejarah reformasi di Indonesia.
4. Untuk mengetahui sejauh mana dampak yang ditimbulkan dari reformasi di Indonesia
tahun 1998.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian dan dampak Krisis Dimensional


 Krisis Dimensional

Pada tahun 1997, krisis moneter melanda negara-negara di Asia Tenggara, termasuk
Indonesia. Di Indonesia, krisis tersebut dimulai dengan menurunnya nilai tukar rupiah yang
memicu penurunan produktivitas ekonomi serta munculnya disfungsi eknomi dalam
mengatasi krisis tersebut.
Sementara itu, kelompok masyarakat yang kritis melihat bahwa krisis ini merupakan
kesalahan Orde Baru yang dinilai tidak baik dalam mengurusi pemerintahan. Hal ini
kemudian mengarah pada munculnya krisis legitimasi kepercayaan atas pemerintahan Orde
Baru.
Krisis multidimensional yang melanda Indonesia dalam kurun waktu tahun 1997-
1998 ini memberikan akses yang besar terhadap dinamika kehidupan ekonom, politik, dan
sosial bangsa.
1.       Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 merupakan sebuah efek
domino dari krisis ekonomi Asia. Indonesia mengalami kesulitan dalam menghadapi krisis ini
karena fundamen ekonomi yang lemah.
Perkembangan ekonomi Indonesia telah mengalami stagnasi sejak tahun 1990-an.
Perekonomian Indonesia bahkan mengalami penurunan hingga mencapai 0% pada tahun
1998. Kemerosotan ekonomi Indonesia ternyata tidak ditanggapi oleh Presiden Soeharto
dengan melakukan perbaikan dalam hal kebijakan ekonomi
Berdasarkan batasan-batasan yang telah dicanangkan oleh Bank Dunia,
pembangunan ekonomi dapat dikatakan berhasil apabila memenuhi syarat-syarat yang

5
ditentukan oleh Bank Dunia. Dengan merujuk pada batasan tingkat keberhasilan ekonomi
suatu bangsa yang ditetapkan oleh Bank Dunia, maka dapat dikatakan bahwa perekonomian
Indonesia pada tahun 1997-1998 tengah mengalami kehancuran.
2.       Krisis Politik
Ada kesan kedaulatan rakyat berada ditangan sekelompok tertentu, bahkan lebih banyak
di pegang oleh para penguasa dalam UUD 1945 pasal 2 telah disebutkan bahwa “ kedaulatan
adalah di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oelh MPR “.
Gerakan reformasi menuntut untuk dilakukan  reformasi total di segala bidang, termasuk
keanggotaan DPR dan MPR yang di pandang serat dengan nuasa KKN. Gerakan reformasi
juga menuntut agar di lakukan pembaharuan terhadap lima paket UU politik  yang dianggap
menjadi sumber ketidakadilan, diantaranya :
 UU No. 1 Tahun 1985 tentang Pemilihan Umum
 UU No. 2 Tahun 1985 tentang susunan, kedudukan, tugas dan wewenang DPR /
MPR
 UU No. 3 Tahun 1985 tentang Partai Politik  dan Golonan Karya
 UU No. 5 Tahun 1985 tentang Referendum
 UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Massa.
Namun, setahun sebelum pemilihan umum yang diselenggarakan pada bulan mei 1997,
situasi politik di dalam negeri indonesia mulai memanas.
Tuntutan masyarakat terhadap perubahan kebijakan pemerintah tentang masalah politik,
ekonomi, dan hukum terus menggelinding ke permukaan ibarat bola salju. Keberadaan partai
– partai yang ada dilegislatif seperti PPP, Golkar, PDI, di anggap tidak mampu menampung
dan memperjuangkan aspirasi rakyat.
Kondisi dan situasi politik di tanah air semakin memanas setelah terjadinya peristiwa
kelabu pada tanggal 27 Juli 1996.
Krisis politik sebagai faktor penyebab terjadinya gerakan reformasi itu, bukan hanya
menyangkut masalah sekitar konflik PDI saja, tetapi masyarakat menuntut adanya reformasi
baik dalam kehidupan masyarakat maupun pemerintahan di Indonesia.
Sepanjang tahun 1996 terjadi pertikalan sosial politik di dalam kehidupan masyarakat,
seperti pada bulan Oktober 1996 terjadi kerusuhan di Situbondo ( Jawa Timur ), Bulan
Desember 1996 terjadi kerusuhan di Tasik Malaya ( Jawa Barat ) di Sanggau Ledo
( Kalimatan Barat ) yang kemudian meluas ke Singkwang dan Pontianak.
Pemilihan umum tahun 1997 di tandai dengan kemenangan Golkar secara mutlak, PPP
berhail menambah beberapa kursinya di DPR dan PDI mengalami penurunan secara drastis.
3.       Krisis Sosial
Krisis politik dan ekonomi mendorong munculnya krisis dalam bidang sosial.
Ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah serta krisis ekonomi yang ada mendorong
munculnya perilaku yang negatif dalam masyarakat. Misalnya: perkelahian antara pelajar,
budaya menghujat, narkoba, kerusuhan sosial di Kalimantan Barat, pembantaian dengan isu
dukun santet di Banyuwangi dan Boyolali serta kerusuhan 13-14 Mei 1998 yang terjadi di
Jakarta dan Solo. Akibat kerusuhan di Jakarta dan Solo tanggal 13, 14, dan 15 Mei 1998,
perekonomian kedua kota tersebut lumpuh untuk beberapa waktu karena banyak swalayan,
pertokoan, pabrik dibakar, dirusak dan dijarah massa. Hal tersebut menyebabkan angka
pengangguran membengkak. Beban masyarakat semakin berat serta tidak ada kepastian
tentang kapan berakhirnya krisis tersebut sehingga menyebabkan masyarakat frustasi.
Kondisi tersebut membahayakan karena mudah diadu domba, mudah marah, dan mudah
dihasut untuk melakukan tindakan anarkis.

6
Hak asasi manusia (HAM) merupakan hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia
secara kodrati, universal, dan abadi sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa . Hak asasi
manusia meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak mengembangkan diri, hak keadilan,
hak kemerdekaan, hak-hak berkomunikasi, hak keamanan, dan hak kesejahteraan yang tidak
boleh diabaikan atau dirampas oleh siapapun. Demikianlah rumusan hak asasi manusia
sebagaimana tertuang pada pembukaan Piagam Hak Asasi Manusia Indonesia vide Tap MPR
No.XVII/MPR/1998 .
Piagam Hak Asasi Manusia Indonesia yang isinya dikutip di atas dibuat di di tahun yang
sama ketika pelanggaran HAM berat yang terjadi di tanah air. Kerusuhan 13-15 Mei 1998
meletus di beberapa kota. Ribuan jiwa meninggal,  puluhan perempuan diperkosa dan harta
benda hilang. Pada tanggal 13-14 November 1998 terjadi pembunuhan terhadap beberapa
mahasiswa dalam demonstrasi menentang Sidang Istimewa 1998. Peristiwa ini dikenal
sebagai tragedi Semanggi I . Prahara pada tahun 2008 tersebut menjadi peristiwa bersejarah
yang membawa Indonesia pada babak baru perjalanan bangsa. Peristiwa ini tak dapat
dipisahkan dari rangkaian krisis moneter yang telah berlangsung sejak juli 1997 yang dimulai
dari Thailand dan menyebar kebeberapa negara lain termasuk di Indonesia dan Korea
Selatan. Penjarahan  dan pembakaran berbagai fasilitas umum terjadi dimana-mana.
Pembunuhan yang disertai tindakan yang biadab seperti pemerkosaan terhadap etnis tertentu
terjadi diberbagai daerah. Keadaan di ibukota negara Jakarta mencekam begitu juga yang
terjadi di daerah-daerah seluruh Indonesia. Salah satu tuntutan yang kemudian muncul pada
saat itu adalah turunkan Soeharto dan adili para kroni-kroninya yang dianggap telah bersalah
kepada rakyat. Kerusuhan yang berlangsung beberapa hari tersebut telah banyak memakan
korban jiwa dan materi.
Bila dibandingkan dengan kerusuhan-kerusuhan sebelumnya kerusuhan Mei 1998
merupakan kerusuhan terburuk yang pernah terjadi di Indonesia. Dalam kerusuhan tersebut,
menurut TPGF, korban meninggal sebanyak 1.217 orang, luka-luka 91 orang, dan hilang 31
orang . untuk menghindari adanya korban jiwa dan materi yang semakin banyak, akhirnya
pada tanggal 21 Mei 1998 pukul 09.00 Presiden Soeharto membacakan pidato tentang
pengunduran dirinya dan secara konstitusional memberikan jabatan presiden kepada  Wakil
Presiden BJ Habibie untuk melanjutkan tampuk kekuasaan di Indonesia.
Dari pemerintahan Presiden Habibie inilah kemudian reformasi digulirkan dengan
agenda-agenda perbaikan  di berbagai bidang kehidupan beebangsa baik sosial, politik,
ekonomi, pendidikan maupun pertahanan dan keamanan.
Masa pemerintahan Presiden BJ Habibie menjadi titik tonggak dimulainya reformasi.
Reformasi tersebut menggenggam agenda besar untuk mengembalikan hak-hak rakyat yang
telah lama dirampas pada masa Orde Baru. Salah satu agenda utama reformasi adalah
penegakkan HAM, yang meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak mengembangkan
diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak-hak berkomunikasi, hak keamanan, dan hak
kesejahteraan. Dalam agenda itulah reformasi digulirkan hingga saat ini .
Hak-hak warga Negara di Indonesia diakui dan dijunjung tinggi tetapi dalam kerangka
solidaritas Indonesia, dalam konteks gotong royong. Masalah-masalah yang tumbuh berkisar
HAM di Indonesia cukup kompleks, baik secara teoritis maupun yuridis terdapat tiga macam
pandangan:
o Kelompok yang pertama berpendirian : Indonesia dengan ideology Pancasila
menjunjung tinggi kemanusiaan, keadilan, dan peradaban. Kecuali itu UUD
1945 secara eksplisit menjamin sejumlah hak fundamental untk para warga
Negara.

7
oKelompok yang kedua : Menentang HAM, sebab menurut mereka HAM
menyusahkan penyelenggara pemerintahan yang beriktikad baik.
o Kelompok yang ketiga: Mempertahankan HAM, mereka menunjukkan
adanya fakta yang membuktikan adanya pelanggaran terhadap HAM.
Mereka berusaha menyadarkan rakyat akan hak-hak fundamental mereka.
 Menurut Prof. Padmo Wiyono suatu hak kemanusiaan sebenarnyja baru menjadi
permasalahan apabila seseorang berada dalam lingkungan manusia lainnya.
Rumusan hak-hak manusia dikaitkan dengan hasrat bangsa Indonesia untuk
membangun Negara yang bersifat demokratis dan yang hendak menyelenggarakan
keadilan sosial dan kemanusiaan. HAM oleh suatu Negara diakui secara hukum
dapat dirumuskan dan dibagi menjadi dua kategori:
o Hak-hak yang hanya dimiliki oleh para warga Negara dari Negara yang
bersangkutan ( hak-hak warga Negara).
o Hak- hak yang pada dasarnya dimiliki semua yang berdomisili di Negara
yang bersangkutan.
2. PENGERTIAN DAN TUJUAN REFORMASI

Pengertian Reformasi di Indonesia

Kata reformasi dalam bahasa Inggris reform, yang berarti memperbaiki atau memperbaharui.
Reformation berarti, perubahan ke arah perbaikan sesuatu yang baru. Perubahan ini dapat
meliputi segala hal, berupa sistem, mekanisme, aturan, kebijakan, tingkah laku, kebiasaan,
cara-cara, atau praktik yang selama ini dinilai tidak baik dan diubah menjadi baik.

Kata “reformasi” yang sering dikumandangkan dalam diskusi maupun dalam perbincangan di
kampus-kampus semakin menjadi jargon populer di kalangan mahasiswa. Satu kata
“reformasi” mampu mengakumulasikan aspirasi perjuangan mahasiswa dan semakin
membahana di seluruh Indonesia.

Demikian pula halnya dengan gerakan yang diinginkan para mahasiswa Indonesia. Dengan
menyebut satu kata “reformasi,” mahasiswa sudah dapat mengakumulasikan protes-protesnya
terhadap berbagai kebijakan pemerintah Orde Baru, terutama dalam bidang politik, ekonomi,
dan hukum yang selama ini dipenuhi banyak penyimpangan. Tiga masalah ini merupakan
pangkal dari multi-krisis yang menimpa Indonesia. Term reformasi senantiasa menjadi
mainstream perjuangan kelompok anti-kemapanan di bumi pertiwi ini semenjak era sembilan
puluhan. Pada mulanya, mereka didakwa oleh pemegang kekuasaan sebagai orang-orang
“musuh” pemerintahan. Sikap kritis mereka atas penyimpangan kebijakan para
penyelenggara negara dianggap melawan negara.

8
Kata reformasi tidak muncul begitu saja. Kata ini sudah ada jauh sebelumnya dan tidak lagi
asing di telinga mahasiswa dan menjadi penting ketika mahasiswa melihat kondisi politik,
ekonomi, dan hukum mulai dirasakan sebagai penyebab terjadinya puncak krisis yang
menimpa bangsa Indonesia. Gerakan reformasi muncul dari gerakan keagamaan pada abad
ke-16, berkembang dalam lingkungan gereja dan masyarakat Eropa Barat. Pencetusnya,
Martin Luther, seorang rahib di Jerman yang banyak terpengaruh oleh kehidupan
lingkungannya, baik pengalaman-pengalaman yang diperolehnya secara individual maupun
pengalaman-pengalaman dan lingkungan kemasyarakatannya di Eropa.

Tujuan Reformasi

Reformasi merupakan suatu perubahan catatan kehidupan lama catatanan kehidupan baru
yang lebih baik. Reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 merupakan suatu
gerakan yang bertujuan untuk melakukan perubahan dan pembaruan, terutama perbaikan
tatanan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, dan sosial. Dengan demikian,
reformasi telah memiliki formulasi atau gagasan tentang tatanan kehidupan baru menuju
terwujudnya Indonesia baru.

Tujuan reformasi dapat disebutkan sebagai berikut:

1. Melakukan perubahan secara serius dan bertahap untuk menemukan nilai-nilai baru
dalam kehidupan berbangsaan bernegara.
2. Menata kembali seluruh struktur kenegaraan, termasuk perundangan dan konstitusi
yang menyimpang dari arah perjuangan dan cita-cita seluruh masyarakat bangsa
3. Melakukan perbaikan di segenap bidang kehidupan baik politik, ekonomim sosial
budaya, maupun pertahanan keamanan.
4. Mengapus dan menghilangkan cara-cara hidup dan kebiasaan dalam masyarakat
bangsa yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan reformasi, seperti KKN, kekuasaan
sewenang-wenang/otoriter, penyimpangan dan penyelewengan yang lain dan
sebagainya.

3. SEJARAH REFORMASI

Reformasi merupakan suatu perubahan dari catatan kehidupan lama menuju catatan
kehidupan baru yang lebih baik. Reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998

9
merupakan suatu gerakan yang bertujuan untuk melakukan perubahan dan pembaruan,
terutama perbaikan tatanan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, dan sosial.
Dengan demikian, reformasi telah memiliki formulasi atau gagasan tentang tatanan
kehidupan baru menuju terwujudnya Indonesia baru.

Persoalan utama yang menyebabkan lahirnya reformasi adalah kesulitan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan pokok. Harga sembilan bahan pokok (sembako) seperti ; beras, terigu,
minyak goreng, minyak tanah, gula, susu, telur, ikan kering, dan garam mengalami kenaikan
tinggi. Sementara itu, situasi politik dan kondisi ekonomi Indonesia semakin tidak menentu
dan tidak terkendali. Harapan masyarakat akan perbaikan politik dan ekonomi semakin jauh
dari kenyataan. Keadaan itu menyebabkan masyarakat Indonesia semakin kritis dan tidak
percaya terhadap pemerintahan Orde Baru.

Pengunduran diri Pak Harto sebagai Presiden RI, tentu saja tak luput dari adanya krisis
ekonomi dan moneter yang terjadi di kawasan Asia Tenggara pada pertengahan tahun 1997.
Dimulai dari jatuhnya nilai mata uang Bath (Thailand) terhadap Dollar. Efek dominonya
merembet pula ke Indonesia, dimana nilai tukar Rupiah terhadap Dollar melemah secara terus
menerus. Akibat dari krisis moneter, situasi ekonomi tidak terkendali berkembang menjadi
krisis multidimensional yang berkepanjangan di berbagai bidang. Efeknya sangat
menyengsarakan rakyat karena harga barang sandang pangan naik, BBM naik, hingga
berbagai unjuk rasa pun bergulir secara simultan.

Krisis ekonomi kemudian berbuah menjadi krisis politik. Aksi demonstrasi besar-besaran
yang dilakukan berbuah pada pengunduran diri Pak Harto sebagai Presiden RI. Meski legowo
turun tahta secara konstitusional sebagai Presiden RI pada 21 Mei 1998, toh tetap saja Pak
Harto dihujat, diburu, dihina, serta dianggap sebagai koruptor – (meski hingga kini tak pernah
terbukti).

Awal terjadinya reformasi ditandai dengan:

1. Faktor Penyebab Munculnya Reformasi

Perjalanan panjang sejarah Orde Baru di Indonesia dapat melaksanakan pembangunan


sehingga mendapat kepercayaan dalam dan luar negeri. Mengawali perjalannya pada
dasawarsa 60-an rakyat sangat menderita pelan-pelan keberhasilan pembangunan melalui

10
tahapan dalam pembangunan lima tahun (Pelita) sedikit demi sedikit kemiskinan rakyat dapat
dientaskan. Sebagai tanda terima kasih kepada pemerintah Orde Baru yang berhasil
membangun negara, Presiden Soeharto diangkat menjadi “Bapak Pembangunan “. Ternyata
keberhasilan pembangunan tersebut tidak merata, maka kemajuan Indonesia temyata hanya
semu belaka.

Ada kesenjangan yang sangat dalam antara yang kaya dan yang miskin. Rakyat mengetahui
bahwa hal ini disebabkan cara-cara mengelola negara yang tidak sehat ditandai dengan
merajalela korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Protes dan kritik masyarakat seringkali
dilontarkan, namun pemerintah Orba seolah-olah tidak melihat dan mendengar, bahkan
masyarakat yang tidak setuju kepada kebijaksanaan pemerintah selalu dituduh sebagai “PKI”,
subversi, dan sebagainya. Pada pertengahan tahun 1997 Indonesia dilanda krisis ekonomi,
harga-harga mulai membumbung tinggi sehingga daya beli rakyat sangat lemah, seakan
menjerit lebih-lehih banyak perusahaan yang terpaksa melakukan “PHK” karyawannya.

Diperburuk lagi dengan kurs rupiah terhadap dolar sangat rendah. Disinilah para mahasiswa,
dosen, dan rakyat mulai berani mengadakan demonstrasi memprotes kebijakan pemerintah.
Mahasiswa bergabung dengan rakyat dalam mengadakan demonstrasi dan mencapai
puncaknya pada bulan Mei 1998. Dengan berani, mereka meneriakkan reformasi di bidang
politik, ekonomi, dan hukum. Pada tanggal 20 Mei 1998 Presiden Soeharto berupaya untuk
memperbaiki program Kabinet Pembangunan VII dengan menggantikan dengan nama
Kabinet Reformasi, namun tidak mendapat tanggapan rakyat. Pada hari berikutnya tanggal 21
Mei 1998 dengan berdasarkan Pasal 8 UUD 1945, Presiden Soeharto terpaksa menyerahkan
kepemimpinan kepada Wakil Presiden Prof. DR. B.J. Habibie.

2. Krisis Ekonomi

Krisis moneter yang melanda Asia Tenggara sejak bulan Juli 1997 berimbas pada Indonesia,
bangunan ekonomi Indonesia temyata belum kuat untuk menghadapi krisis global tersebut.
Krisis ditandai dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Nilai
tukar rupiah turun dari Rp. 2.575,00 menjadi Rp. 2.603,00 pada 1 Agustus 1997. Tercatat di
bulan Desember 1997 nilai tukar rupiah terhadap Dollar mencapai R. 5.000,00 per Dollar,
bahkan mencapai angka Rp. 16.000,00 per Dollar pada sekitar Maret 1997. Nilai tukar
Rupiah semakin melemah,pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 0 % sebagai akibat

11
lesunya ikiim bisnis. Kondisi moneter mengalami keterpurukan dengan adanya likudasi 16
bank pada bulan Maret 1997.

Untuk membantu bank-bank yang bermasalah, pemerintah membentuk Badan Penyehatan


Perbankan Nasional (BPPN) dan mengeluarkan Kredit Likuidasi Bank Indonesia (KLBI). Hal
ini temyata tidak membawa hasil, sebab pinjaman BLBI terhadap bank bermasalah tersebut
tidak dapat dikembalikan. Dengan demikian pemerintah harus menanggung beban utang yang
cukup besar. Akibatnya, kepercayaan dunia intemasional mulai menurun. Krisis moneter ini
akhimya berdampak pada krisis ekonomi sehingga menghancurkan sistem fundamental
perekonomian Indonesia.

1. Utang Negara Republik Indonesia.

Penyebab krisis diantaranya adalah utang luar negeri yang sangat besar, terhitung bulan
Februari 1998 pemerintah melaporkan tentang utang luar negeri tercatat : utang swasta
nasional Rp. 73,962 miliar Dollar AS + utang pemerintah Rp. 63,462 miliar Dollar AS dan
utang seluruhnya mencapai 137,424 miliar dolar AS. Data ini diperoleh dari pernyataan
Ketua Tim Hutang-Hutang Luar Negeri Swasta (HLNS), Radius Prawiro seusai sidang
Dewan Pemantapan Ketahanan Ekonomi dan Keuangan (DPKEK) yang dipimpin oleh
Presiden Soeharto di Bina Graha pada 6 Februari 1998.

Perdagangan luar negeri semakin sulit karena barang dari luar negeri (impor) menjadi sangat
mahal harganya. Mereka tidak percaya kepada para importir Indonesia yang dianggap tidak
akan mampu membayar barang dagangannya. Hampir semua negara tidak mau menerima
Letter of Credit (L/C) dari Indonesia. Hal ini disebabkan sistem perbankan di Indonesia yang
tidak sehat karena kolusi dan korupsi. 

1. Penyimpangan Pasal 33 UUD 1945.

            Pemerintah Orde Baru berusaha menjadikan Indonesia sebagai negara industri yang
kurang memperhatikan dengan seksama kondisi riil masyarakat agraris, dan pendidikan
masih rendah, sehingga akan sangat sulit untuk segera berubah menjadi masyarakat industri.
Akibatnya yang terpacu hanya masyarakat kelas ekonomi atas, para orang kaya yang
kemudian menjadi konglomerat.

12
            Meskipun Gross National Product (GNP) pada masa Orba pernah mencapai diatas
US$ 1.000,00 , tetapi GNP tersebut tidak menggambarkan pendapatan rakyat sebenamya.
Uang yang beredar sebagian besar dipegang oleh orang kaya dan konglomerat. Rakyat secara
umum masih miskin dan kesenjangan sosial ekonomi semakin besar. Pengaturan
perekonomian pada masa Orba sudah menyimpang dari sistem perekonomian Pancasila,
seperti yang diatur dalam Pasal 33 ayat (1), (2), dan (3). Yang terjadi adalah berkembangnya
ekonomi kapitalis yang dikuasai para konglomerat dengan berbagai bentuk monopoli,
oligopoli korupsi, dan kolusi.

1. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

Masa Orde Baru dipenuhi dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme menyebabkan runtuhnya
perekonomian Indonesia. Korupsi yang menggerogoti keuangan negara, kolusi yang merusak
tatanan hukum, dan nepotisme yang memberikan perlakuan istimewa terhadap kerabat dan
kawan menjadi pemicu lahimya reformasi di Indonesia. Walaupun praktek korupsi, kolusi,
dan nepotisme ini telah merugikan banyak pihak, termasuk negara, tapi tidak dapat
dihentikan karena ada “suatu kekuatan” dibelakangnya yang tidak tersentuh hukum.

1. Politik Sentralisasi

Pemerintahan Orde Baru menjalankan politik sentralistik, yakni bidang politik, ekonomi,
sosial, dan budaya. Peranan pemerintah pusat sangat menentukan, sebaliknya pemerintah
daerah tidak memiliki peran yang signifikan. Dalam bidang ekonomi, sebagian besar
kekayaan dari daerah diangkut ke pusat dan terjadi pembagian yang tidak adil. Inilah yang
menimbulkan ketidakpuasan rakyat dan pemerintah daerah. Akibatnya, beberapa daerah
menuntut berpisah dari pemerintah pusat, seperti ; Aceh, Riau, Kalimantan Timur, dan Irian
Jaya (Papua).

Proses sentralisasi bisa dilihat adanya pola pemberitaan pers yang “Jakarta sentris”.
Terjadinya banjir informasi dari Jakarta (pusat) sekaligus dominasi opini dari pusat. Pola
pemberitaan yang cenderung bias Jakarta, terutama di halaman pertama pers.

3. Krisis Politik 

Krisis politik pada akhir orde baru ditandai dengan kemenangan mutlak partai Golkar
(Golongan Karya) dalam Pemilihan Umum 1997 yang dinilai penuh kecurangan. Golkar satu-

13
satunya kontestan pemilu yang didukung fmansial maupun secara politik oleh pemerintah
memenangkan pemilu dengan meraih suara mayoritas. Golkar muncul satu tahun sebelum
peristiwa G30S/PKI tepatnya lahir pada tanggal 20 Oktober 1964. Golkar yang pada mulanya
disebut sebagai Sekretariat Bersama (Sekber) Golongan Karya, lahir dari usaha untuk
menggalang organisasi-organisasi masyarakat dan angkatan bersenjata. Tidak dapat disangkal
bahwa organisasi ini lahir dari pusat dan dijabarkan sampai ke daerah-daerah. Disamping itu
untuk tidak adanya loyalitas ganda dalam tubuh Pegawai Negeri Sipil maka Korpri (Korps
Pegawai Republik Indonesia) yang lahir tanggal 29 Nopember 1971 ikut menggabungkan diri
ke dalam Golkar.

Golkar dijadikan kendaraan politik Soeharto untuk mendukung kekuasaannya selama 32


tahun, karena tidak ada satupun kritik dari infra struktur politik ini yang berani
mempercundangi dirinya. Kemenangan Golongan Karya dinilai oleh para pengamat politik di
Indonesia dan para peninjau asing dalam pemilu yang tidak jujur dan adil (jurdil), penuh
ancaman dan intimidasi terhadap para pemilih di pedesaan. Dengan diikuti dukungan
terhadap Jenderal (Purn.) Soeharto selaku ketua dewan pembina Golkar untuk dicalonkan
kembali sebagai presiden pada sidang umum MPR tahun 1998 temyata mayoritas anggota
DPR/MPR mendukung Soeharto menjadi presiden untuk periode 1998-2003.

Demokrasi yang tidak dilaksanakan dengan semestinya menimbulkan permasalahan masa


pemerintahan Orde Baru. Kedaulatan rakyat berada di tangan kelompok tertentu, bahkan
lebih banyak dipegang pihak penguasa/elit. Kedaulatan rakyat yang seharusnya dilakukan
oleh MPR secara de jure , namun secara de facto meleset dari harapan. Anggota MPR sudah
diatur dan direkayasa, seperti; sebagian besar anggota diangkat bukan berdasarkan
kualifikasi, melainkan dengan sistem kekerabatan keluarga (nepotisme). Rasa
ketidakpercayaan rakyat kepada pemerintah, DPR, dan MPR memicu gerakan reformasi.
Kaum reformis yang dipelopori mahasiswa, dosen, dan rektornya menuntut pergantian
presiden, reshuffle kabinet, Sidang Istimewa MPR, dan Pemilu secepatnya.

Gerakan menuntut reformasi total disegala bidang, termasuk anggota DPR/MPR yang
dianggap penuh dengan KKN dan menuntut pemerintahan yang bersih dari kolusi, korupsi,
dan nepotisme. Gerakan reformasi menuntut pembaharuan lima paket undang-undang politik
yang menjadi sumber ketidakadilan, yaitu : (1) UU No. 1 Tahun 1985 tentang Pemilihan
Umum; (2) UU No. 1 Tahun 1985 tentang susunan, kedudukan, tugas, dan wewenang

14
DPR/MPR; (3) UU No. 1 Tahun 1985 tentang partai politik dan Golongan Karya; (4) UU No.
1 Tahun 1985 tentang Referendum; (5) UU No. 1 Tahun 1985 tentang organisasi masa. 

4. Krisis Hukum

Orde Baru banyak terjadi ketidak adilan dibidang hukum, dalam kekuasaan kehakiman
berdasar Pasal 24 UUD 1945 seharusnya memiliki kekuasaan yang merdeka terlepas dari
kekuasaan eksekutif, tapi Kenyataannya mereka dibawah eksekutif. Keadilan sulit terwujud
bagi rakyat, sebab hakim harus melayani penguasa, sehingga sering terjadi rekayasa dalam
proses peradilan. Reformasi diperlukan aparatur penegak hukum, peraturan perundang-
undangan, yurisprodensi, ajaran-ajaran hukum, dan bentuk praktek hukum lainnya. Juga
kesiapan hakim, penyidik dan penuntut, penasehat hukum, konsultan hukum dan kesiapan
sarana dan prasarana.

5. Krisis Kepercayaan

Pemerintahan Orde Baru yang diliputi KKN secara terselubung maupun terang-terangan pada
bidang parlemen, kehakiman, dunia usaha, perbankan, peradilan, pemerintahan sudah
berlangsung lama sehingga disana-sini muncul ketidakadilan, kesenjangan sosial, rusaknya
system politik, hukum, dan ekonomi mengakibatkan timbul ketidak percayaan rakyat
terhadap pemerintahan dan pihak luar negeri terhadap Indonesia.

4. DAMPAK REFORMASI

Banyak hal yang mendorong timbulnya reformasi pada masa pemerintahan Orde Baru,
terutama terletak pada ketidakadilan di bidang politik, ekonomi dan hukum. Tekad Orde Baru
pada awal kemunculannya pada tahun 1966 adalah akan melaksanakan Pancasila dan UUD
1945 secara murni dan konsekuen dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

Setelah Orde Baru memegang tumpuk kekuasaan dalam mengendalikan pemerintahan,


muncul suatu keinginan untuk terus menerus mempertahankan kekuasaannya atau status quo.
Hal ini menimbulkan akses-akses nagatif, yaitu semakin jauh dari tekad awal Orde Baru
tersebut. Akhirnya penyelewengan dan penyimpangan dari nilai-nilai Pancasila dan
ketentuan-ketentuan yang terdapat pada UUD 1945, banyak dilakukan oleh pemerintah Orde
Baru.

15
Pemerintahan Orde Reformasi yang pada awalnya bercita-cita memangkas semua kesalahan
yang dilakukan pemerintahan Orde Baru ternyata dalam menjalankan pemerintahan tidak
jauh berbeda dengan pola lama Orde Baru. Hal tersebut terlihat dari adanya budaya rangkap
jabatan. Padahal salah satu tuntutan dari agenda reformasi adalah penghapusan rangkap
jabatan.

Sebagai era keterbukaan, reformasi banyak dimaknai oleh masyarakat sebagai kebebasan
yang berlebihan. Masyarakat terjebak oleh euforia kebebasan yangtelah menimbulkan bahaya
disintegrasi nasional dan sosial. Peristiwa-peristiwa ini muncul pada masa kemelut akibat
transisi dari masa Orde Baru ke Orde Reformasi dalam pemerintahan Republik Indonesia.
Pelaksanaan Reformasi di Indonesia memberi dampak bagi masyarakat Indonesia dalam
berbagai bidang, yaitu:

1)      Bidang Politik

Demokrasi yang tidak dilaksanakan dengan semestinya akan menimbulkan permasalahan


politik. Ada kesan kedaulatan rakyat berada di tangan sekelompok tertentu, bahkan lebih
banyak di pegang oleh para penguasa. Dalam UUD 1945 Pasal 2 telah disebutkan bahwa
“Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR”. Pada dasarnya
secara de jore (secara hukum) kedaulatan rakyat tersebut dilakukan oleh MPR sebagai wakil-
wakil dari rakyat, tetapi secara de facto (dalam kenyataannya) anggota MPR sudah diatur dan
direkayasa, sehingga sebagian besar anggota MPR itu diangkat berdasarkan ikatan
kekeluargaan (nepotisme).

1. MPR hasil Pemilu 1999 mengeluarkan amandemen terhadap UUD 1945,

-Hasil amandemen UUD 1945 pasal 2 ayat 1 dan pasal 3 bahwa MPR hasil Reformasi tidak
lagi memiliki wewenang memilih, mengangkat presiden, dan menetapkan GBHN serta MPR
hasil Reformasi hanya terdiri dari DPR dan DPD yang dipilih melalui pemilu legislatif.

-Penghapusan Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan pendegradasian status DPA  sebagai
pembantu presiden.

1. Adanya perangkapan jabatan yang dilakukan oleh beberapa pejabat pemerintahan


sehingga mengakibatkan tidak dapat berkonsentrasi penuh pada jabatan politik.
2. Pelaksanaan otonomi daerah banyak terdapat penyimpangan.

16
 

2)      Bidang Sosial

1. Munculnya unjuk rasa terhadap kinerja dan kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah. Hal ini disebabkan oleh adanya keterbukaan dan kebebasan bagi
masyarakat untuk ikut serta dalam memberikan tanggapan dan kritikan kepada
pemerintah.
2. Munculnya aksi unjuk rasa menyebabkan masing-masing kelompok dalam
masyarakat saling menjatuhkan sehingga menimbulkan terjadinya perpecahan bangsa
atau disintegrasi bangsa.

3)      Bidang Pertahanan dan Keamanan

Adanya alam kebebasan dan keterbukaan menyebabkan setiap orang berusaha untuk
mengemukakan asprasinya secara bebas tanpa ada tekanan, sehingga di Indonesia muncul
gerakan-gerakan separatisme yang didasarkan pada sifat kesukuan atu etnik, kepentingan
partai politik, dan kepentingan masing-masing kelompok masyarakat. Peristiwa-peristiwa itu
antara lain,

1. Gerakan Aceh Merdeka (GAM)

GAM menuntut kemerdekaan Aceh yang lepas dari pemerintahan Republik Indonesia.
Diketuai Teuku Hasan Tiro, dan bertujuan ingin memerdekakan diri secara hukum lepas dari
pemerintahan RI, dapat diatasi dengan memberlakukan adanya DOM (Daerah Operasi
Militer).

1. Organisasi Papua Merdeka (OPM)

Organisasi Papua Merdeka menuntut agar Irian Jaya merdeka dan lepas dari pemerintahan RI
sehingga melakukan beberapa aksi yang mengancam stabilitas keamanan di Papua. Gerakan
ini dilatarbelakangi oleh kekecewaan rakyat Irian Jaya karena pemerintah tidak
memperlakukan mereka serti penduduk Indonesia lainnya, kekayaan alam mereka hanya

17
untuk mendatangkan devisa, tetapi kesejahteraan mereka tidak diperhatikan seperi proyek
Freeport.

1. Peledakan Bom

Peda masa refprmasi, banyak terjadi peledakan bom di berbagai daerah di Indonesia seperti di
Bali, Jakarta dan gereja-gereja yang dilakukan oleh kelompok teroris. Akibatnya, banyak
negara asing mengeluarkan larangan untuk berkunjung ke Indonesia, sehingga mempengaruhi
kemerosotan pariwisata Indonesia, dll.

Dampak reformasi juga terlihat dari munculnya lembaga-lembaga yang menyuarakan aspirasi
untuk menyelidiki dan mengawasi pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di Indonesia.
Banyak kasus, seperti korupsi dan pelanggaran HAM yang belum terselesaikan pada masa
Orde Baru sampai masa Orde Reformasi. Lembaga-lembaga tersebut, antara lain sebagai
berikut.

a)      Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)

Komnas HAM dibentuk pada tanggal 7 Juli 1993 berdasarkan Keputusan Presiden No. 50
Tahun 1993. Fungsi Komnas HAM melaksanakan kajian, penelitian, penyuluhan, penawaran,
investigasi, dan mediasi terhadap persoalan-persoalan hak asasi manusia. Tujuan Komnas
HAM, antara lain

 Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai
dengan Pancasila, UUD 1945, dan Piagam PBB serta Deklarasi Universal Hak Asasi
Mnusia.
 Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna berkembangnya
pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi dalam
berbagai bidang kehidupan.

b)      Mahkamah Konstitusi (MK)

Mahkamah Konstitusi adalah salah satu kekuasaan kehakiman di Indonesia. Hal tersebut
sesuai dengan UUD 1945 bahwa kekuasaan kehakiman di Indonesia dilakukan oleh
Mahkaman Agung dan Mahkamah Konstitusi.

18
Menurut UUD 1945 kewajiban dan wewenang Mahkamah Konstitusi adalah sebagai berikut.

 Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat
final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus
sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD
1945, memutus pembubara partai politik, dan memutus perselisihan tetang hassil
pemilu.
 Wajib memberi putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh
presiden dan atau wakil presiden menurut UUD 1945.

c)      Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

KPK adalah sebuah komisi yang dibentuk tahun 2003 berdasarkan Undang-Undang No. 30
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi,
menanggulangi, dan memberantas korupsi.

d)     Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

DPD adalah lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia yang
merupakan wakil-wakil daerah provinsi dan dipilih melalui pemilihan umum. Anggota DPD
dari setiap provinsi adalah empat orang. Adapun tugas dan wewenang DPD antara lain
sebagai berikut,

 Mengajukan RUU kepada DPR yang berkaitan dengan otonomi daerah. Pengajuan
meliputi:

1)    Hubungan pusat dan daerah

2)    Pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah

3)    Pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya

4)    Perimbangan keuangan pusat dan daerah

 Memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU yang berkaitan dengan pajak,
pendidikan, dan agama

19
 Memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK)
 Melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,
pelaksanaan pengawasan meliputi:

1)    Pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah

2)    Hubungan pusat dan daerah

3)    Pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya

4)    Pelaksanaan APBN, pajak, pendidikanm dan agama

 Menerima hasil pemeriksaan keuangan negara dari BPK untuk dijadikan


pertimbangan bagi DPR tentang RUU yang berkaitan dengan APBN.

4)      Bidang Ekonomi

Sejak berlangsungnya krisis moneter pada pertengahan tahun 1997, ekonomi Indonesia
mengalami keterpurukan. Hal tersebut terlihat dari nilai rupiah yang masih bertahan di Rp
8.000, 00-Rp 9.000,00 per dolar AS, keadaan perekonomian semakin memburuk dan
kesejahteraan rakyat semakin menurun. Pengangguran semakin meluas, karena segala usaha
sudah tidak cukup menguntungkan sehingga dilakukan perampingan dan pemutusan
hubungan kerja. Bahkan investasi dari dalam maupu luar negeri tidak berjalan seperti
sebelumnya. Indonesia bukan lagi tempat investasi yang menarik bagi investor luar negri.
Akibatnya pertumbuhan ekonomi menjadi sangat terbatas dan pendapatan per kapita
cenderung memburuk sejak krisis 1997.

BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Reformasi merupakan gerakan moral untuk menjawab ketidak puasan dan keprihatinan atas
kehidupan politik, ekonomi, hukum, dan sosial:

20
1. Reformasi bertujuan untuk menata kembali kehidupan berma-sayarakat, berbangsa,
dan bernegara yang lebih baik berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila.
2. Dengan demikian, hakikat gerakan reformasi bukan untuk menjatuhkan pemerintahan
orde baru, apalagi untuk menurunkan Suharto dari kursi kepresidenan.
3. Namun, karena pemerintahan orde baru pimpinan Suharto dipandang sudah tidak
mampu mengatasi persoalan bangsa dan negara, maka Suharto diminta untuk
mengundurkan secara legawa dan ikhlas demi perbaikan kehidupan bangsa dan
negara Indonesia di masa yang akan datang

Gerakan reformasi merupakan sebuah perjuangan karena hasil-hasilnya tidak dapat dinikmati
dalam waktu yang singkat.Hal ini dapat dimaklumi karena gerakan reformasi memiliki
agenda pembaruan dalam segala aspek kehidupan.

Oleh karena itu, semua agenda reformasi tidak mungkin dilaksanakan dalam waktu yang
bersamaan dan dalam waktu yang singkat. Agar agenda reformasi dapat dilaksanakan dan
berhasil dengan baik, maka diperlukan strategi yang tepat, seperti:

4. Menetapkan prioritas, yaitu menentukan aspek mana yang harus direformasi lebih
dahulu dan aspek mana yang direformasi kemudian.
5. Melaksanakan kontrol agar pelaksanaan reformasi dapat mencapai tujuan dan sasaran
secara tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Opini, Artikel dan Internet:

 http://latifcahsalem.blogspot.com/2012/09/analisispemerintahanabdurrahmanwahid.ht
ml. diakses pada 24 Mei 2014
 Opini. 2013. Habibi Tokoh Paling Inspiratif yang Tergusur.
http://sosok.kompasiana.com/2013/01/17/habibi-tokoh-paling-inspiratif-yang-
tergusur–525250.html. diakses pada 24 Mei 2014
 Opini.2014. Gus Dur “Addakhil”, Sebuah Warna Pemerintahan Indonesia.
http://politik.kompasiana.com/2014/01/30/sosok-gus-dur-addakhil-sebuah-warna-
pemerintahan-indonesia-628283.html

21
 Riyanto, Wasis. 2013. Kebijakan Ekonomi yang Diterapkan Oleh Pemerintahan
Semenjak Era Reformasi. http://wasisriyanto2903.blogspot.com/2013/01/
kebijakanekonomi-yang-diterapkan-oleh.html

 http://www.referensimakalah.com/2012/11/pengertian-reformasi.html diunduh pada 1


mei 2014 pukul 21.50

22

Anda mungkin juga menyukai